Anda di halaman 1dari 9

FITTING SOFT CONTACT LENS

Contact Lens
Ada berbagai macam jenis lensa kontak yang diklasifikasikan berdasarkan
fungsi utamanya (koreksi, kosmetik, terapi), materialnya (rigid, soft, hybrid,
silicone hydrogel, PMMA), jadwal penggunaanya (daily wear, extended wear),
dan jadwal penggantiannya (daily disposable, disposable, frequent replacement,
traditional/reusable)4.
Pada lensa kontak, terdapat lens parameter yang harus diperhatikan agar
pemasangan lensa kontak pada mata sesuai. Terdapat zona optik pada tengah
lensa yang memiliki power. Bagian yang tidak memiliki power disebut zona
lentikular yang ketebalannya dapat disesuaikan dengan mata pengguna sehingga
pengguna menjadi nyaman ketika menggunakan lensa kontak. Lebar lensa diukur
antara titik terjauh dari lensa yang disebut diameter lensa. Kurvatura pada bagian
belakang lensa yang didesain menyesuaikan dengan kontur dan bentuk kornea dan
memperkirakan kurvatura dari zona optik disebut base curve (BC)/central
posterior curve (CPC)/optic zone radius (OZR). Bentuk dari BC bisa spherical
atau aspherical. Biasanya pengukuran keratometrik/topografi menentukan
milimeter atau diopters. Ukuran rata-rata dari BC yaitu 8,3-8,9 mm. Ketika
mengubah ukuran BC, perhatikan bahwa setiap perubahan 0.05 mm, terdapat
penambahan power 0.25 D (flat +, steeper -), namun aturan ini tidak berlaku pada
soft contact lens (SCL). BC pada SCL memiliki spesifikasi untuk menyesuaikan
dengan kornea, yaitu steep (8-8,3 mm), median (8,4-8,8 mm), flat (8,9-9,1 mm).
Kurvatura tambahan yang mengelilingi base curve disebut peripheral curve.
Ketebalan dan desain dari tepi peripheral curve penting untuk kenyamanan
pengguna (ketika berkedip). Sagital depth (SAG) adalah jarak antara permukaan
datar dan permukaan belakang pada tengah lensa4,5,6,7.

1
Lenticular zone

Gambar 2. Lens Parameter

Terdapat keuntungan dan kerugian dari soft contact lens (SCL).


Keuntungan utama dari SCL yaitu rasa nyaman karena kurangnya tepi keras dan
struktur yang non-rigid sehingga mengurangi kejadian kompresi kornea, abrasi
kornea, dan iritasi tepi kelopak mata. Ukuran/diameter SCL yang lebih besar dari
lensa rigid membuat SCL tidak mudah lepas. Pengukuran presisi dari kornea tidak
terlalu menjadi masalah karena SCL yang tidak terlalu pas lebih jarang
menyebabkan iritasi dibanding rigid lens. Keuntungan lainnya yaitu tidak mudah
blur, mengurangi insidensi reaksi overwear, fotofobia, mudah diambil dari tempat
penyimpanan6.

Gambar 3. SCL vs Rigid Lens

2
Namun ada juga kerugian SCL dibanding rigid lens, yaitu sulit
mengoreksi astigmatisma, lebih rentan terjadi kerusakan, terbentuknya deposit,
meningkatkan kejadian infeksi (pembersihan SCL lebih kompleks dan goresan
atau deposit protein pada lensa berpotensi sebagai lokasi organisme infeksius)6.

2.1. Fitting Soft Contact Lens


Dalam proses pemasangan SCL, ada langkah-langkah dan hal-hal yang
harus diperhatikan agar SCL yang dipakai oleh pengguna dapat membuat
pengguna nyaman, aman, dan sesuai dengan tujuan pengguna menggunakan SCL.
Sebelum melakukan proses pemasangan lensa kontak, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan “Preeliminary contact lens examination” yang terdiri dari patient
discussion dan patient examination8.

A. Patient Discussion
Pada patient discussion terdapat beberapa poin yang ditanyakan kepada
pasien, yaitu:
1. Informasi personal
Pada informasi personal, kita akan mendapatkan informasi berupa nama,
alamat, usia pasien. Juga informasi mengenai pekerjaan dan aktivitas rekreasional,
karena mungkin pada beberapa pekerjaan bisa jadi kontraindikasi terhadap
penggunaan lensa kontak (lingkungan berdebu). Soft lens sering menjadi pilihan
utama untuk sebagian besar jenis olahraga. Namun harus diberikan edukasi yang
baik agar tidak terjadi hal yang merugikan pasien. Contohnya yaitu para atlit
olahraga air berisiko lebih tinggi terjadi infeksi sehingga perlunya higienitas yang
yang tinggi. Corak/rupa seseorang juga pengaruh, seperti orang dengan rambut
pirang atau mata biru cenderung memiliki sensitivitas kornea.
2. Spesifikasi lensa kontak
Motivasi pasien dan harapan pasien dalam menggunakan lensa kontak harus
kita ketahui. Pasien yang memiliki motivasi dan harapan yang tinggi untuk
menggunakan lensa kontak memiliki keberhasilan yang lebih baik dalam

3
penggunaan lensa kontak karena cenderung akan mengikuti instruksi yang kita
berikan dengan baik.
3. Riwayat umum
Riwayat penyakit, penyakit keturunan dapat menentukan penggunaan lensa
kontak apakah tepat atau tidak, atau bahkan dapat menyebabkan kerugian bagi
pasien.
4. Riwayat okular
Perlu kita ketahui juga riwayat penyakit okular, gejala okular, riwayat koreksi
refraksi, dan riwayat operasi refraktif untuk mempertimbangkan penggunaan
lensa kontak8.

B. Patient Examination
Pada patient examination terdapat beberapa pemeriksaan yang dilakukan
kepada pasien, yaitu:
1. Pemeriksaan full eye
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu penglihatan, refraksi, pemeriksaan
binokular, dan pemeriksaan menggunakan oftalmoskop.
2. Pengukuran
Dilakukan pengukuran terhadap kurvatura kornea, diameter kornea, ukuran
pupil, bukaan palpebra vertikal, HVID (horizontal visible iris diameter).
3. Pemeriksaan segmen anterior
Pada pemeriksaan segmen anterior menggunakan slit-lamp, dilakukan
pemeriksaan terhadap bulu mata, batas kelopak mata, konjungtiva palpebra,
konjungtiva bulbar, limbus, dan kornea (epitelium, stroma, endotelium)8.

Setelah dilakukan “Preeliminary contact lens examination”, selanjutnya


dilakukan prosedur untuk pemasangan lensa kontak yaitu sebagai berikut:
1. Hitung nilai VHID
2. Hitung nilai “K”
3. Ukur diameter kornea dalam satuan milimeter (mm)

4
4. Diameter: Diameter lensa harus lebih besar 1-2 mm dibanding diameter
kornea
5. Power: Tentukan kekuatan dari lensa
6. Base curve: Pilih ukuran BC lebih flat 0,4-0,6 mm untuk lensa kecil dan
0,6-1 mm untuk lensa besar dari nilai “K” yang paling flat
7. Pasang lensa kontak pada mata pasien dan tunggu hingga 15-20 menit agar
lensa terpasang dengan baik9,10,11,12,13.

Evaluasi:
Setelah dilakukan pemasangan lensa kontak, dilakukan evaluasi:
1. Rasa nyaman dan penglihatan pasien. Lensa kontak yang digunakan harus
membuat pasien merasa nyaman (lens awareness tidak ada/minimal)
ketika menggunakannya dan penglihatan pasien harus stabil dan jelas6,9.

2. Pemeriksaan bimokroskop meliputi:


 Corneal coverage. Pada posisi primer, lensa harus menutupi seluruh
kornea baik sebelum, sesudah, juga saat berkedip dan terletak sekitar 1
mm disekitar conjunctival overlap.
 Sentrasi yang baik. Lensa harus terletak disekitar bagian tengah
kornea disetiap posisi melihat dan harus tetap menutupi kornea pada
saat melihat kesamping (lag) maupun melihat keatas (sag).

Gambar 4. Corneal Coverage dan Sentrasi yang Baik

5
Gambar 5. Lens Lag dan Lens Sag

 Edge alignment. Lensa harus align terhadap kornea dan konjungtiva,


tidak indent terhadap pembuluh darah konjungtiva. Indentasi
kemungkinan menandakan stagnansi dari aliran airmata pada bagian
tersebut dan kurangnya suplai oksigen ke limbus
 Primary gaze movement. Lensa mengalami pergerakan sekitar 0,25-
0,5 mm. Jika pergerakan <0,25 mm, kemungkinan lensa terlalu ketat
atau hypotonic tears. Jika pergerakan lensa >0,5 mm, kemungkina
lensa terlalu longgar atau lakrimasi yang berlebihan.
 Tes push-up dapat dilakukan untuk menilai keketatan lensa. Caranya
dengan meletakan jari telunjuk dibawah kelopak mata bawah dan
lakukan penekanan ke atas ke arah lensa kontak secara gentle.
Kemudian lensa akan terlihat terdorong ke atas dan akan kembali ke
posisi semula. Jika lensa terlalu erat melekat pada mata, maka ketika
dilakukan pendorongan lensa tidak akan bergerak. Apabia lensa
terlalu longgar, maka ketika dilakukan pendorongan, lensa tidak
kembali ke posisi semula9,10,11,12.

6
Gambar 6. Tes Push-up

3. Perhatikan juga apakah lensa terlalu longgar yang ditandai dengan


pergerakan lensa yang berlebihan, sentrasi yang buruk pada primary gaze
(biasanya lag inferior), tepi lensa beralur (fluting edge), lens awarenes,
penglihatan kabur sesaat setelah berkedip lalu kemudian menjadi jelas.
Sedangkan lensa yang terlalu ketat ditandai dengan imobilisasi, konstriksi
limbal vessel (nipping), indentasi konjungtiva, konjungtiva kemerahan,
inflamasi, penglihatan jelas sesaat setelah berkedip lalu kemudian menjadi
kabur6,9.

Gambar 7. Fluitng Edge

7
Gambar 8. “Nipping” Limbal Vessel

4. Lakukan over-refraction untuk mementukan kekuatan akhir dari lensa.


Contoh apabila lensa diagnostik sebesar -2.00 D dan hasil over-refraction
+0.50 D, maka kekuatan lensa yang diberikan kepada pasien yaitu -1.50
D9,13.

Prosedur pemasangan dan pelepasan lensa kontak:


1. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan
2. Keluarkan lensa dari tempat penyimpanan, cuci dan bersihkan dengan baik
3. Letakan lensa pada ujung jari telunjuk
4. Mata melihat ke atas dan tarik kebawah kelopak mata bawah dengan jari
tengah. Letakan lensa perlahan pada bagian bawah mata
5. Lepaskan jari telunjuk dan kemudian lepaskan perlahan kelopak mata
bawah
6. Tutup mata dan urut perlahan kelopak mata bawah
7. Tutup mata sebelah dan fokuskan agar sentrasi tepat
8. Ulangi prosedur yang sama untuk mata selanjutnya

8
Gambar 9. Proses Pemasangan Lensa Kontak

9. Ketika akan melepaskan lensa, lihat ke atas dan tarik kelopak mata bawah
dengan jari tengah dan letakan jari telunjuk pada ujung bawah lensa
10. Geser lensa ke bagian putih mata
11. Tekan lensa dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk hingga lensa
terangkat dari mata. Angkat lensa, lalu bersihkan dan sterilisasi11.

Gambar 10. Proses Pelepasan Lensa Kontak

Anda mungkin juga menyukai