Anda di halaman 1dari 23

LENSA KONTAK

2.1 Definisi Lensa Kontak


Lensa kontak adalah benda kecil yang diletakkan di kornea dan akan melekat dengan
baik karena adanya tearfilm yang menutup permukaan anterior mata dan tekanan dari
palpebra. Lensa kontak merupakan suatu alat medik untuk koreksi kelainan refraksi atau
ametropia seperti miopia, hipermetropia, astigmatisma, dan presbiopia yaitu penurunan
secara gradual kemampuan melihat dekat yang berhubungan dengan faktor usia dan
akomodasi. Syarat lensa kontak agar dapat mencapai hasil yang baik yaitu dengan mengatasi
efek suplai oksigen pada kornea saat memakai lensa yang oklusif (Budiono, 2013) Lensa
kontak berfungsi sebagai alat bantu penglihatan, selain itu lensa kontak jenis hard contact
lens dapat membentuk ulang (reforming) kontur permukaan kornea. Reforming ini dapat
mengatasi myopia ringan dan astigmatisme irregular yang disebabkan oleh kontur kornea
yang tidak rata.

Gambar Lensa Kontak Lunak

2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2004, diperkirakan bahwa 125 juta orang (2%) menggunakan lensa kontak
di seluruh dunia. Sekitar 35 juta orang di Amerika Serikat memakai lensa kontak, iaitu 20%
untuk tujuan koreksi refraksi. Penggunaan Lensa kontak lunak telah mencapai angka 100
persen di Negara seperti Australia, Canada, Denmark, Iceland, Lithuania, Norway, Romania,
dan Taiwan.Berdasarkan Contact Lens Council. "Statistics on Contact Lens Wear in the U.S."
7 November 2004 64% wanita menggunakan lensa kontak lunak dan 70% wanita
menggunakan lensa kontak rigid/kaku. Sedangkan pria 36% menggunakan lensa kontak
lunak dan 30% menggunakan lensa kontak rigid/kaku.
Tabel 2.2 Jumlah pengguna lensa kontak berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin

Jenis lensa Wanita Pria


Kontak
Lensa kontak lunak 64% 36%
Lensa kontak kaku/rigid 70% 30%
Pengguna lensa kontak lunak paling banyak berusia antara 18 dan 39 tahum.
Sedangkan untuk lensa kontak kaku/rigid pengguna terbanyak antara usia lebiih
dari 40 tahun.

Tabel 2.3 Jumlah pengguna lensa kontak berdasarkan usia


Usia
17 tahun ke Usia 18-25 Usia 26-39 Usia 40 tahun
bawah ke atas

Jenis lensa
Kontak
Pengguna 10% 23% 45% 22%
lensa kontak
lunak
Pengguna 3% 10% 26% 61%
lensa kontak
kaku/rigid

2.3 Skrining Penggunaan Lensa Kontak


Untuk pemakaian lensa kontak harus memiliki kriteria / syarat-syarat agar mencapai
keberhasilan dan tidak mengalami kesulitan atau komplikasi. Skrining pemakaian lensa
kontak berdasarkan;
1. Keadaan anatomi dan fisiologi
Struktur, bentuk dan kejernihan segmen anterior harus normal.
2. Psikologis
Motivasi, intelegensia dan kepribadian pasien mempengaruhi success rate pemakai
lensa kontak.
3. Patologis
Berdasakan anamneses; kesehatan umum, kesehatan mata, obat-obat yang digunakan,
penyakit mata, visus dan kacamata.
4. Faktor umur, pekerjaan olah raga
5. Pemeriksaan refraksi.

2.4 Tipe Lensa Kontak


Lensa kontak pertama kali diperkenalkan oleh Leonardo da Vinci pada tahun
1508 yang terus berkembang sampai saat ini. Terdapat 2 jenis lensa kontak, yaitu:
1. Lensa kontak lunak (Soft lenses)
Lensa kontak ini terbuat dari p-Hidroksietilmetakrilat (p-HEMA) yang
bersifat transparan, inert, fleksibel, hidrofilik dengan kandungan air yang banyak,
amat lunak tetapi bentuknya kurang stabil. Komplikasi pemakaian lensa lunak lebih
sering timbul dibandingkan dengan lensa kaku seperti keratitis ulseratif ( jika dipakai
sepanjang malam), reaksi imunologik kornea terhadap deposit pada lensa,
konjuntivitis papilaris raksasa, reaksi terhadap larutan perawatan lensa (terutama
yang mengandung pengawet thimerosal) dan vaskularisasi kornea

a. Lensa Lunak Kosmetik


Lensa konta kosmetik umumnya dilepas setiap hari untuk dibersikan,
didisinfeksi, dan disimpan dalam larutan sepanjang malam. Dengan perawatan
yang baik sepasang lensa ini dapat bertahan selama 1 tahun, kemudian harus
dibuang. Lensa kontak disposable untuk pemakaian sehari hari. Penggantian
lensa ini tiap bulan dapat mengurangi resiko infeksi kornea. Lensa disposable ini
sangat dianjurkan oleh produsen lensa kontak, tetapi para ahli oftalmologi tidak
menganjurkan karena meningkatkan risiko infeksi. Untuk korek si afakia kadang
kadang diperlukan waktu yang lama karena pasien tidak sanggup memasang,
mengeluarkan dan merawat lensa itu sendiri. Kondisi ini semakin jarang ditemui
pada orang dewasa dengan tersediannya lensa intraocular, tetapi tetap menjadi
pertimbangan pada bayi dan anak setelah operasi katarak (Riordan, 2007).

b. Lensa Lunak Terapeutik


Pemakaian lensa kontak lunak terapeutik sudah menjadi bagian tak terpisahkan
dari ahli oftalmologi untuk menangani penyakit mata luar. Lensa tersebut dapat
membentuk barrier lunak antara kornea dan dunia luar, memberi perlindungan
terhadap trikiasis dan paparan dari luar. Lensa dengan kadar air tinggi dapat
berfungsi sebagai peyangga untuk peyembuhan epitel, seperti untuk pengobatan
erosi rekurens. Pasien dengan rasa nyeri akibat penyakit epitelial, seperti
keratopati bullosa dan banyak lagi manfaat dari lensa lunak terapeutik. Lensa
dengan kandungan air sedikit dapat digunakan untuk menutup perforasi kecil
pada kornea atau kebocoran luka. Pada semua pemakaian lensa lunak terapeutik
harus diantisipasi terjadinya infeksi, pemberian antimikroba diindikasikan jika
terdapat defek epitel (AOA, 2010).

Pemasangan dan Pelepasan Lensa Lunak


Prosedur pemasangan dan pelepasan lensa lunak sebagai berikut:
1) Sebelum melakukan pemasangan atau pelepasan lensa sebaiknya mencuci tangan
dengan air dan sabun, lalu dikeringkan.
2) Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.
3) Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang sebelumnya
sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.
4) Basahi lensa kontak lagi dengan setetes cairan pembasah.
5) Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya mata tidak
berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.
6) Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di kornea.
7) Lepaskan jari telunjuk, lalu lepaskan kelopak mata bawah perlahan-lahan,
kemudian kelopak mata atas.
8) Tutup mata, lalu dengan lembut masase kelopak mata.
9) Dengan bantuan mata yang lain, fokuskan letak lensa dengan benar.
10) Ulangi prosedur yang sama pada mata berikutnya.
11) Pada saat pelepasan lensa, pandangan ke depan, jari tengah menahan kelopak
mata bawah.
12) Tarik lensa ke bagian putih mata (konjungtiva bulbi), tarik lensa dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kemudian keluarkan. bersihkan lensa
untuk penggunaan berikutnya.

2. Lensa kontak keras (rigid lenses), yang dibagi menjadi:


a. Lensa kontak keras konvensional/non gas permeabel (standard hard lenses)
Lensa kontak ini terbuat dari polimetilmetakrilat (PMMA), menyerupai gelas,
bersifat transparan, inert, hidrofobik, keras, stabil, tetapi kandungan airnya kecil,
tidak bias tembus oksigen sehingga mengandalkan pemompaan airmata kedalam
celah antara lensa dan kornea sewaktu berkedip untuk menyediakan oksigen bagi
kornea. Lensa ini berdiameter lebih kecil dari ukuran kornea. Lensa keras ini
dipakai siang hari, mudah dirawat dan relative murah, dan mengoreksi
pengelihatan secara efisien terutama jika terdapat astigmatisme bermakna. Keluhan
yang sering pada pemakaian lensa ini adalah edema kornea karena hipoksia kornea
dan kekaburan saat pergantian pengunaan kaca mata (Budiono, 2013)

b. Lensa kontak rigid gas permeabel (rigid gas permeable lenses)


Lensa kontak ini terbuat dari karet, silikon dan polimer PMMA, bersifat
hampir sama dengan lensa kontak keras, tetapi lebih lunak, lebih fleksibel dan
lebih mudah ditembus gas (Budiono et al, 2013). Lensa kontak seperti ini
umumnya hanya dipakai siang hari (daily wear), tetapi dapat dipakai selama 24 jam
(extended wear) pada keadaan khusus. Lensa permeable gas ini merupakan lensa
pilihan utama untuk mengoreksi keratokonus dan astigmatisme dan pada kondisi
yang memerlukan lensa bifokus atau multifokus (Wahyuni, 2007).
Dapat digunakan pada keadaan SMK dan mengoreksi kelainan astigmat serta
kondisi kornea yang irregular pasca trauma, operasi keratoplasti maupun operasi
refraktif (operasi lasik), dan dapat digunakan untuk mengontrol progesivitas
myopia dan juga digunakan untuk pemakaian lensa jangka lama karena
kemampuan transmisi oksigen yang lebih besar dibandingan lensa kontak jenis
lain.

Teknik Pemasangan Lensa RGP


Sebelum memegang lensa kontak terlebih daluhu mencuci tangan.

Berdiri menghadap ke cermin.


1) Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.
2) Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang sebelumnya
sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.
3) Basahi lensa kontak lagi dengan setetes cairan pembasah.
4) Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya mata tidah
berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.
5) Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di kornea.
6) Lepaskan kelopak mata bawah perlahan-lahan, kemudian kelopak mata atas.

Teknik Pelepasan Lensa RGP


Untuk melepaskan lensa kontak RPG disediakan sebuah karet penghisap.
Sebelum melepas lensa kontak, tangan juga harus dicuci dahulu dan berdiri
menghadap cermin.
1) Mata melihat lurus dan berfiksasi dalam cermin.
2) Ujung karet penghisap dibersihkan dengan cara dicelupkan ke dalam air bersih
atau aqua.
3) Dekatkan dan tempelkan penghisap tadi ke lensa kontak yang menempel di
kornea, maka dengan sendirinya lensa kontak akan terhisap.
4) Tarik perlahan-lahan hingga keluar mata. Jangan menarik lensa dari karet
penghisap untuk melepaskannya, tetapi geserlah lensa kontak tersebut secara
perlahan-lahan (Kansky,2011)

2.4 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Lensa Kontak


1. Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak keras PMMA
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Lensa Kontak Keras PMMA
Keuntungan Kerugian
Visus baik. Hidrofobik.
Dapat untuk koreksi astigmat tinggi. Tidak gas permeable.
Perawatan mudah. Kurang nyaman.
Dapat dipakai jangka panjang. Membutuhkan waktu lama beradaptasi.
Kerusakan minimal. Mudah pecah.
Dapat dibuat tipis. Tidak dapat untuk pemakaian terputus.
Fitting dengan fluoresin.

2. Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak rigid gas permeable


Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian Lensa Kontak Rigid Gas Permeable
Keuntungan Kerugian
Transmisi oksigen sangat tinggi. Dk/t tinggi. Dk/t adalah perbandingan
proporsional antara kemampuan
transmisi lensa kontak yang
berhubungan langsung dengan ketebalan
lensa kontak.
Lebih nyaman. Permukaannya hidrofobik.
Waktu adaptasinya pendek. Mudah timbul deposit.
Waktu pemakaiannya lama. Mudah pecah.
Dapat untuk koreksi astigmat tinggi. Fitting dengan fluoresen.
Dapat digunakan untuk kondisi dry Waktu adaptasi pemakaian lensa kontak
eye dan gangguan lapisan air mata. RGP lebih lama daripada lensa kontak
lunak.
3. Keuntungan dan kerugian pemakaian lensa kontak lunak
Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian Lensa Kontak Lunak
Keuntungan Kerugian
Adaptasi baik. Visus kurang stabil.
Sangat nyaman. Insidensi infeksi sangat tinggi.
Transmisi oksigennya tinggi. Life span pendek.
Stabil. Dapat menyerap zat toksik.
Dapat untuk pemakaian terputus. Tidak dapat untuk koreksi astigmat tinggi.
Dapat sebagai lensa kontak terapi. Maintainance mahal.
Dapat untuk bayi. Sangat mudah terbentuk deposit.
(Budiono et al, 2013).

Dari segi repleacement-nya, lensa kontak dibagi ke dalam beberapa jenis, sesuai
rekomendasi dari pabrikannya.
1. Disposable, alias bisa dibuang usai dipakai.
2. Frequent replacement. Harus diganti setiap 3-6 bulan.
3. Permanen. Dapat dipakai selama setahun atau lebih.
Dari segi pemakaiannya, lensa kontak dibagi dua:
- Daily wear (pemakaian siang hari dan tak bisa dipakai tidur).
- Overnight wear (bisa dipakai saat tidur).

Lensa kontak terdiri dari berbagai bentuk antara lain lensa kontak lembut, lensa
kontak keras dan lensa kontak gas permeable. Lensa kontak lembut terbuat dari pada bahan
yang lebih lembut. Lensa ini terbuat dari hidroksi etil meta krilat (HEMA), EDMA, PVP,
bersifat sangat lentur yang memberikan lebih sedikit keluhan pada pemakaiannya karena
mudah mengikuti bentuk permukaan kornea. Lensa kontak lembut dipakai untuk pengobatan
seperti cedera mata akibat bahan kimia dan pada selaput bening yang cacat karena sifatnya
yang lentur, mengandung banyak air, baik untuk astigmat irregular, edema kornea atau
keratitis bulosa, erosi rekuren, trauma kimia, dan perforasi kecil kornea. Lensa kontak lembut
dapat mengakibatkan penglihatan tidak sempurna seperti lensa kontak keras, ongkos yang
lebih besar akibat penyimpanannya yang steril dan pada lensa lembut dapat tertimbun lemak

2.3.1 Jenis Soft contact lens


Daily wear (DW)
Lensa kontak ini digunakan pada hari siang dan dikeluarkan,dibersihkan dan
didisinfeksi.Lensa kontak untuk jangka waktu yang lama iaitu Extended wear (EW)
merupakan design lensa kontak untuk pemakaian siang dan malam selama 1 hingga 7
hari, merupakan waktu yang maximum pemakaian lensa kontak yang dipersetujui oleh
FDA( Food and Drug Administration). Lensa kontak ini harus dikeluarkan,dibersihkan
dan didisinfeksi selepas > 1 hari atau < 7 hari pemakaian. Pada tahun 2001, FDA telah
mempersetujui lensa kontak yang diperbuat daripada silicon hidrogel untuk penggunaan
berterusan selama 30 hari siang dan malam.1
Lensa kontak lunak yang DW dan EW diperbuat daripada material dasar yang sama
dan mempunyai nilai permeabilitas oksigen yang sama (Dk). Walaupun nilai (Dk) adalah
cukup untuk DW, tetapi ia adalah 1/3 daripada nilai yang diperlukan untuk EW. EW
mengalami hipoksia dan hidrasi dan kebersihan yang kurang pada lensa kontak lunak
semasa tidur akan meningkatkan resiko untuk infeksi dan reaksi inflamasi pada jaringan
disebabkan oleh penggunaan lensa kontak untuk jangka waktu yang lama dan berterusan.
Contohnya, terjadi, keratitis mikrobial adalah 10-15 kali lebih sering pada lensa EW
daripada DW. 1

Disposable Contact Lenses


Penggunaan lensa kontak lunak yang sekali pakai telah berkembang sejak dipasarkan
pada tahun 1986. Bahan dasar pembuatannya adalah sama seperti DW dan EW lensa
kontak lunak. 1
Colored Lenses
Lensa kontak lunak mempunyai warna yang sedikit supaya visual dapat
dipertingkatkan.Lensa kontak lunak yang berwarna gelap adalah untuk tujuan kosmetik
untuk orang yang mempunyai warna iris yang lembut dan opak untuk orang dengan iris
yang gelap. Lensa kontak lunak seperti ini mempunyai area sentral sekitar 4mm untuk
tujuan penglihatan dan area jelas pada annular periferal sekitar 1mm yang bertempat pada
sclera.1
Gambar Lensa Kontak Berwarna
Le
nsa kontak keras terbuat dari bahan polimetilmetakrilat (PMMA) dengan bentuk yang
disesuaikan kelengkungannya dengan permukaan selaput bening mata. Ukuran atau
penampang lensa ini lebih kecil dari pada penampang selaput bening untuk memudahkan
zat asam masuk ke dalam selaput bening yang ditutupnya. Lensa ini memenuhi seluruh
syarat lensa kontak akan tetapi dengan daya tembus gas terutama oksigen yang buruk.
Lensa kontak gas permeable terbuat dari akrilat dan silicon yang mempunyai daya serap
gas terbaik 14

2.5 Indikasi pada Pemakaian Lensa Kontak


Indikasi pemakaian lensa kontak yaitu :
1. Indikasi optik
Lensa kontak diletakkan di depan kornea sehingga dapat berfungsi sebagai
media refraksi tambahan untuk media refraksi yang sudah ada yaitu kornea, aqueos
humor, lensa, dan bada kaca, untuk koreksi ametropia sama dengan kacamata, dan
untuk koreksi anomali refraksi yang tinggi dan anisometropia lebih dari 3 dioptri
untuk mencegah terjadinya aniseikonia.
2. Indikasi medik
Lensa kontak sebagai alat medik dapat diberikan sebagai alat oklusi/terapi
ambliopia, alat pelindung kornea yang berhubungan dengan pekerjaan dan kelainan
seperti koloboma iris, aniridia, alat yang mempercepat penyembuhan luka
kornea/bandage contact lense pada kasus Bullous keratopati, Sindrom Steven Johnson
dan sebagainya, juga sebagai alat diagnostik.
3. Indikasi kosmetik
Yaitu untuk menggantikan kebutuhan kacamata yang berfungsi sebagai
koreksi untuk kelainan refraksi sepeti myopia, hipermetropia dan astigmatisme. Lensa
kontak sebagai kosmetik pada umumnya digunakan setiap hari, maka dari itu
pemakaian lensa kontak seperti ini harus dijaga kebersihannya untuk mengurangi
resiko infeksi (Weissman, 2010).
4. Indikasi Preventif
Indikasi preventif penggunaan lensa kontak antara lain; mencegah
simbleparon dan restorasi forniks pada luka bakar kimiawi, keratitis, dan trikiasis.
5. Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik penggunaan lensa kontak antara lain; gonioskopi,
elektroretinografi, pemeriksaan funduk pada astigmatisma regular, fundus
photoghrapy, Goldmanns 3 mirror examination.
6. Indikasi Operatif
Lensa kontak dapat digunakan pada operasi goniotomi pada glaucoma
congenital, vitrektomi, dan fotokoagulasi endokuler
7. Indikasi Okupasi
Indikasi okupasi penggunaan lensa kontak antara lain; pada atlet, pilot dan
aktor.

2.6 Kontraindikasi Lensa Kontak :


Kontraindikasi penggunaan lensa kontak antara lain;
a. Kontraindikasi absolute
Tidak dapat digunakan pada keadaan peradangan, blefaritis, konjungtivitis akut, dan
keratitis.
b. Kontraindikasi relative
Dry eye syndrome, bleb setelah operasi glaukoma, penderita dengan gangguaan
kekebalan tubuh, kelainan palpebra: kalazion, trikiasis, entropion, koloboma, kelainan
konjungtiva seperti pterigium, pinguekula, dan lain-lain.

2.7 Pemeriksaan Lensa Kontak


2.7.1. Pemeriksaan mata luar
Pemeriksaan mata luar menggunakan slit-lamp biomikroskop diperiksa mulai
dari palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, pupil, dan lensa (Budiono et
al, 2013).

2.7.2. Pemeriksaan dimensi mata


Pengukuran dimensi mata meliputi tiga parameter, yaitu :
1. Base curve atau kelengkungan kornea sentral anterior dengan keratometer atau
ophtalmometer, dinyatakan dalam mm atau dioptri.
2. Power, yaitu didapat dari hasil refraksi atau over refraksi, yaitu penambahan lensa
coba pada mata yang sudah dipasang lensa kontak sampai tercapai visus terbaik.
3. Diameter, yaitu diameter untuk lensa kontak lunak 13,50-15,00 mm, sedangkan
untuk lensa kontak keras 9,20-9,40 mm (Budiono et al, 2013).

2.7.3 Tabel Konversi untuk Pengguna Lensa Kontak

vertex distance compensation chart (Wahyuni & Saleh, 2007).


2.8 Pemeriksaan Kualitas dan Kuantitas Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 nano meter yang menutupi
eepitel kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra tipis ini adalah (1) membuat kornea
menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan ketidak teraturan minimal
dipermukaan epitel, (2) membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan
konjungtiva yang lembut; (3) menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan
pembilasan mekanik dan efek antimikroba; (4) menyediakan kornea berbagai substansi
nutrient yang diperlukan.
Air mata yang terletak di antara permukaan posterior lensa kontak dan
permukaan anterior dari kornea merupakan faktor penting dalam pemasangan lensa
kontak. Beberapa pemeriksaan air mata yang dapat dilakukan :
a. Uji schirmer
Uji ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip schirmer
(kertas saring whatman no 41) ke dalam cul-de-sac konjungtiva inferior diperbatasan
antara bagian sepertiga tengah dan temporal palpebral inferior. Bagian basah yang
terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10
mm tanpa dianastesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anastesi, uji ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama yang
aktifitas sekresinnya dirangsang oleh iritasi kertas saring. Uji schrimer yang
dilakukan setelah anastesi topical berfungsi untuk mengukur fungsi kelenjar lakrimal
aksesorius. Dengan hasil dikatakan abnormal < 5mm dalam 5 menit.
b. Tes Break up time
Pemeriksaan ini berguna untuk memperkirakan kandungan musin dalam cairan air
mata. Kekurangan musin mungkin tidak akan mempengaruhi uji schrimer tetapi
dapat berakibat tidak stabilnya film air mata. Hal ini yang menyebabkan lapisan itu
cepat pecah.
Dapat diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluoresin yang sedikit
dilembabkan, pada konjungtiva bulbaris dan meminta pasien berkedip. Filter air mata
ini kemudian diperiksa dengan bantuan filter kobalt pada slitlamp, sementara pasien
diminta agar tidak berkedip. Waktu sampai munculnya bintik kering yang pertama
pada lapisan fluoresin biasannya lebih dari 15 detik tanpa anastesia.

c. Uji fearning mata


Sebuah uji untuk meneliti mukusa konjungtiva dilakukan dengan mengeringkan
kerokan konjungtiva diatas kaca objek bersih. Percabangan seperti pohon ( fearning)
yang tampak secara mikroskopis terlihat pada mata normal. Pada pasien
konjungtivitis yang menimbulkan parut, percabangan mucus tersebut berkurang atau
hilang.

d. Penilaian lisozim air mata


Penurunan kadar lisozim air mata umumnya terjadi pada awal perjalann sindrom
sjorgen dan berguna untuk mendiaknosis penykit tersebut. Air mata ditampung pada
kertas schrimer dan dinilai kadarnya. Cara paling umum adalah penilaian secara
spektrofotometris.

e. Osmolaritas air mata


Hiperosmolaritas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan
pemakaian lensa kontak, dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea.
Berbagai laporan menyebutkan bahwa hiperosmolaritas adalah uji yang paling
spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada
pasien dengan uji Schrimer dan pemulasan Bengal rose yang normal.

f. Laktoferrin
Laktoferrin dalam air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar
lakrimal.

.2.9 Perawatan dan Pemeliharaan Lensa Kontak


Semua pemakaian lensa kontak harus menyadari risiko pemakaian lensa kontak
terutama pasien yang memilih jenis lensa beresiko tinggi seperti pemakaian lensa lama untuk
koreksi optik komestik dengan alasan kenyamanan semata. Setiap pemakaian harus dalam
pengawasan ahli (AOA, 2010).
Banyak komplikasi kronik pemakaian lensa kontak bersifat asimtomatik pada tahap
awal yang masih mudah diobati. Setiap lensa kontak harus segera dilepas jika mata menjadi
kurang nyaman atau meradang, dan harus segera mencari ahli mata jika gejala tidak hilang.
Dengan pengecualian pada jenis disposable / harian, lensa kontak harus dibersihkan dan
didisinfeksi secara teratur, dan terutama lensa lunak perlu dihilangkan deposit-deposit
proteinnya. Agen disinfeksi mencakup panas, rendaman kimiawi, dan sistem hydrogen
peroksida. Semua efektif jika digunakan sesuai petunjuk tapi sistem panas lebih disukai untuk
mengatasi organisme resisten, seperti acanthamoeba (Beljan, 2013).
Untuk pemakaian lensa kontak yang hipersensitif terhadap bahan pengawet dalam
larutan lensa kontak disediakan perawatan lensa kontak yang bebas pengawet, tetapi
kelompok tersebut harus mewaspadai organism seperti pseudomonas dan achantamoeba
yang bisa bertahan hidup didalam larutan salin tanpa pengawet. Penggunaan larutan lensa
kontak tanpa pengawet memerlukan kewaspadaan yang lebih tinggi untuk melakukan
disinfeksi lensa dan kotak penyimpanan lensa secara teratur. Walaupun dengan sistem
perawatan lensa kontak standar penempatan lensa kontak dalam kotak penyimpanaannya
dapat menghambat disinfeksi yang efektif. Air kran yang mengandung sejumlah organism
sebaiknya tidak digunakan untuk membilas lensa kontak atau tempat penyimpanannya. Lensa
kontak sebaiknya tidak digunakan saat berendam dalam bak mandi air panas atau saat
berenang.
Tujuan perawatan dan pemeliharaan lensa kontak adalah mempertahankan lensa kontak
tetap bersih, mencegah terbentuknya deposit dan mempertahankan kebasahan sehingga
terjamin kenyamanan dan visus yang baik serta desinfeksi lensa kontak untuk mencegah
terjadinya inflamasi okuler (AOA,2010).
Dalam merawat lensa kontak, diperlukan cairan perawatan yaitu;
1. Cairan pencuci lensa (Cleaning solution): yaitu untuk membersihkan lensa sebelum
dan sesudah dipakai, yang berguna untuk menghilangkan kotoran di permukaan
seperti lipid dan lendir.
2. Cairan pembasah (Wetting Solution): yaitu untuk membasahi kembali lensa kontak
dengan cara meneteskannya ke mata apabila lensa kering di mata, dan menjernihkan
mata agar lensa kontak tetap baik. Digunakan saat pemasangan dan bertindak sebagai
bantalan antara lensa dan kornea dan juga meningkatkan penyerapan air mata pada
permukaan lensa. Efek dari larutan ini bertahan 5-15 menit.
3. Cairan perendam atau penyimpan (Soaking Solution) : yaitu untuk menjaga lensa
kontak agar tetap basah, tidak tergores dan bebas hama sewaktu disimpan, larutan ini
membantu pelepasan deposit.
4. Pelumas : Dalam perawatan dan pemeliharaan lensa kontak, tetes mata pelumas
mengandung polimer dan suatu bahan untuk meningkatkan viskositas/ bahan-bahan
untuk:
a) Menurunkan gesekan antara kornea, kelopak mata, dan permukaan lensa konntak.
b) Memberi tambahan cairan ke mata bagian depan.
c) Mengeluarkan kotoran dari belakang lensa kontak (dengan menggunakan gerakan
yang menjadi lebih mudah setelah diberi tetes mata pelumas).
5. Enzim Pembersih : Bila berbentuk tablet atau cairan, dianjurkan untuk membersihkan
protein.
6. Pembersihan dilakukan dengan Larutan Desinfeksi.
Proses desinfeksi membantu untuk membunuh atau menonaktifkan mikroorganisme.
Ada dua jenis tipe desinfeksi;
a) Thermal desinfeksi
Lensa harus ditempatkan dalam larutan dengan garam yang dipanaskan hingga
80C selama 10-20 menit.
b) Kimia desinfeksi
Larutan berbasis hydrogen peroksida digunakan untuk desinfeksi kimiawi,
dilakukan selama 10-15 menit.

2.10 Komplikasi Pemakaian Lensa Kontak


2.10.1 Komplikasi pada okular
Komplikasi pada okular yaitu : hipoksia, giant pappilary, konjungtivitis, dry
eye syndrome, keratitis puncata, ulkus kornea (Forister, 2009).
a. Dry Eye
Mata kering adalah gangguan umum dari film air mata ditandai dengan defisiensi
volume air mata. Hal ini salah satunya dikarenakan bentuk lensa kontak yang lebih
tebal dibandingkan lapisan tear film. Sehingga menyebabkan mobilitas air mata
terganggu dan mengurangi aliran air mata ke kornea. Pasien pengguna lensa kontak
dengan komplikasi dry eye dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, mata
kering, pandangan kabur ketika memakai lensa kontak (Nnabue, 2009).

b. Hipoksia kornea
Hipoksia kornea adalah salah satu komplikasi yang paling umum pada pemakai lensa
kontak. Pada kondisi ini kornea kekurangan oksigen yang sangat dibutuhkan. Kornea
tidak memiliki suplai darah sendiri, sehingga kornea hanya mendapat oksigen dari air
mata. Lensa kontak mengurangi pasokan oksigen ke kornea, sehingga akan terjadi edema
kornea. Dengan demikian, hipoksia dapat menyebabkan perubahan kornea seperti,
mengurangi sensitivitas, adhesi dan beberapa kasus infiltrat (Beljan, 2013).

c. Mata Merah
Hipoksia kornea yang terjadi pada pengguna lensa kontak akan mengakibatkan
vasodilatasi pada pembuluh darah disekitarnya untuk memenuhi pasokan nutirsi ke
kornea.

d. Giant Pappilary Conjuctivitis


Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1, reaksi antigen-antibodi
mengaktifkan sel-sel mast di konjugtiva yang telah dipresentasikan oleh Ig E
e. Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis biasanya dimulai setelah 2 bulan atau selama 3 tahun pemakaian
lensa kontak, biasanya pasien mengeluh terbakar, gatal, mata merah dengan
peningkatan sekresi dan .photophobia. Pada pemeriksaan didapatkan injeksi
konjungtiva, vaskularisasi kornea, hipertrofi papiler. Keratitis pada penggunaan lensa
kontak yang lama dengan kebersihan yang kurang juga dapat mengakibatkan
mikroorganisme berkembang pada lensa kontak sehingga dapat mengakibatkan keratitis
mikrobial.
Perubahan kornea terlihat seriing dengan mengurangnya ketajaman visual karena
inflamasi yang sering mengganggu ke zona pupil. Perubahan kornea sering di awali dari
limbus kemudian ke kornea. Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu menghentikan
penggunaan lensa kontak (Nnabue, 2009).

f. Ulkus Kornea
Pemakaian lensa kontak dapat menyebabkan erosi epitel, microcysts epitel dan epitel
edema. Hal ini diakibatkan karena gesekan mekanis dari lensa kontak terhadap
kornea.

2.10.2 Komplikasi pada lensa kontak


Komplikasi pada lensa kontak yaitu : timbulnya deposit pada lensa kontak
karena berbagai material seperti besi, kalsium, musin, lipid, protein, bakteri, jamur.
a. Deposit pada lensa kontak
Sekitar 400 protein yang dapat terdeposit pada lensa kontak. Semakin
lama waktu penggunaan lensa kontak akan semakin meningkatkan deposit protein.
Deposit protein yang paling sering adalah lisozim, albumin dan globulin gamma.
Deposit kalsium dapat ditemukan berwarna putih pada lensa kontak. Deposit lipid dan
musin juga dapat terjadi pada lensa kontak. Hal tersebut dapat mengakibatkan
rangsangan mekanik dan imunologik pada konjungtiva.
Deposit material juga dapat diakibatkan oleh jenis lensa kontak. Lensa kontak yang
memiliki kadar air yang tinggi dapat menimbulkan deposit material lebih banyak
dibandingkaan dengan lensa kontak yang memiliki kandungan air lebih rendah (Beljan,
2009).

2.11 Penatalaksanaan
Bila terjadi komplikasi pada pemakaian lensa kontak yang terpenting adalah melepas
lensa kontak terlebih dahulu, sedangkan pengobatan tergantung pada penyebabnya, kemudian
dilanjutkan dengan fitting ulang (Budiono et al, 2013).

2.13 Contact Lens Fitting Test


Berikut akan dijabarkan prinsip prinsip dalam pengukuran ukuran lensa kontak atau yang dikenal dengan
nama contact lens fitting test.
2.13.1 Prnsip Fitting lensa kontak
Pilih lensa kontak yang paling kecil diameternya dan paling tipis karena ini dapat meminimalkan
rangsangan alergi dan dapat meningkatkan transmisi oksigen(terutama pada lensa RGP-Rigid gas
permeable)
Jika pasien Hipermetropi maka dipilih lensa yang diameternya kecil dan yang paling fit stepper(yang
paling jauh) karena kornea nya kecil
Jika pasien Miopia maka dipilih lensa yang diameternya besar dan paling Fit flatter(paling dekat)
karena korneanya lebih besar atau sumbu lebih panjang

2.13.2 Fittion keratometrry (FIT ON K) &Mengukur Base curvature


Nilai diambil dari nilai pengukuran Base curvature(BC) dari hasil keratometry yang paling
flat(dekat)
Contoh:
Hasil dari Keratometry reading (K reading) adalah:
42.00 D x 44.00 D( jika yang dipakai adalah satuan dioptri) maka BC lensa kontaknya menjadi:
42.00 D( 8.03 mm)
diambil ukuran yang paling dekat atau angka yang paling kecil yaitu 42.00 D,begitulah cara mengukur BC

2.13.3 Fittimg steeper /Flatter than K


Fitting steeper than K adalah dimana BC dari lensa kontak poserior radiusnya paling jauh dari
permukaaan korna
Contoh: Bila dipilih fit steeper than K maka hasil BC dari contoh pertama diatas menjadi:
42.00 D + 1.00 D= 43.00 D( 7.84 mm)
Ini digunakan pada pasien Hipermetrop
Sedangkan Fit Flatter Thank K apabila BC lensa kontak posterior radiusnya paling dekat ke
permukaan kornea
Contoh: dari hasil BC dar i contoh pertama diatas menjadi:
42.00 D-1.00 D= 41.00 D (8.23 mm)
Ini digunakan pada pasien miopi
Khusus soft lens atau lensa kontak lunak hanya dipakai yang fit flatter than K ,karena kebanyakn soft
lens digunakan untuk pendrita miopia
Khusus untuk lensa RGP dipakai fit steeper than K pada astigmat dan hipermetropi
2.13.4 Prosedur fitting lensa kontak
Seleksi pasien dari mulai indikasi pasien ,kontra ondikasi,pemerikssaan mata dan riwayat penyakit
dahulu pasien
Seleksi lensa dengan mengukur BC,ukuran dioptri,dan diameter lensa
Mengukur parameter lain yaitu ketebalan lensa (center thickness),kurvatura lensa(sekunder dan
perifer),Opticzone,Nilai Dk dan Back optic zone radius(BOZR)

2.13.5 Prosedur Keratometry


Sblumnya sudah dibahas bahwa prinsip penentuan BC dari keratometry adalah diplih yang paling flat,tetapi
berikut penjelassan detail tentang meridian utama korne:
Ada dua meridian utama kornea yaitu K &k
1. K(flat K) adalah meridian utama kornea dengan kelengkapanya yang paling flat,paing dekat
diman radiusnya paling panjang atau besar
2. k (steep) adalah meridian utama kornea yang paling steep,yang paling jauhmyang paling kecil
dan paling pendek radiusnya
Bila lensa kontak ukuranya FIT ON K mak BC nya adalah sama dengan Flattes K reading
Bila lensa kontaknya Fit stepper than K maka BC nya adalah lebih kecil dari Flattes K
BiLa lensa kontaknya Ft flatter thank K maka BC nya lebih kecil daripada Flattes K
Hasil keratometri dapat menentukan Berapa astigmat kornea/cilindris dengan cara:
K-k (lihat tabel 1)
Besar astigmat kornea Besar BC
0.1 mm atau lebih kecil BC= flat K
0.1 mm atau 0.15 mm BC = 0.05 mm Iebih
steep
daripada flat
K

0.20 - 0.35 mm BC = 0.10 mm lebih


steep
dari flat K

0.35 - 0.45 mm BC = 0.15 mm Iebih


steep
daripada flat
K

0.45 - 0.50 mm BC = 0.20 mm Iebih


steep
daripada flat
K

Contoh: Bila hasil keratometri dalam mm maka:


Misal: 7.84 (K) /7.62 (k) @90
Maka bila Flat K berati BC menjadi 7.84.untuk astigmatnya 7.84-7.62( K-k) Sehingga 7.74 mm
Ketika dicocokkan dengan lensa kontak yang dicoba ke pasien( trial lens contact lens) didapatkan ukuranya
yaitu BC = 7.7 mm sehingga ini berati BC nya adalah FIT ON K(BC sama dengan flattes K reading)

Jika hasil Keratometri didapatkan dalam dioptri maka BC ditentukan dengan cara:
Pilih diameter lensa kontak,pastikan optic zone menutupi pupil.contoh:
o Diameter 9.2 mm pada hasil keratometri didaptkan 42.75 D/45.00 D @90
o Dari Flat K didaptkan 42.75(7.9 mm)
o Untuk astigmat konea menjadi: 45-42.75 = 2.25 D
o Berdasarkan tabel 2
astigmat Diameter 9.2
0.0-0.5 D 0.50 D flatter
0.75-1.25 0.25 D flatter
1.5-2.00 Flat k
2.25-2.75 0.25 D stepper
3.00-3.5 0.5 D stepper

Untuk astigmat kornea bila 2.25 D maka BC mya adalah 0.25 Dstepper than K(dari tabel) sehingga
BC nya adalah : 42.75 +0.25 D= 43.00 D (pada stepper ditambah)

2.13.6 Menetukan power/dioptri lensa


Ada dua cara yaitu dengan menggunakan refraksi kacamata dan over refraksi
Jika ditemukan silinder maka silinder di drop
Contoh:
Hasil refraksi adalah S:-2.00 C.150x1806 maka power lensa adalah S. -2.00 D
Jika over refraksi maka pasien akan memakai lensa coba kemudian dialukan perbaikan
refraksi hingga mencapai hasil terbaik
Jika pada over refraksi,maka diperlukan tambahan,contoh:
S: -4.00 D dan dipakai lensa coba S-6.00 D
Maka total lensanya adalah -400 + -6.00 = -10 .00 D

2.13.7 Mengitung kompensasi BC dengan Power


Jika FIT ON K maka tak perlu konversi ke power karena menurut tabel dan rumus adalah sama BC
nya
Jika fit steppert than K maka harus tambah power yang dimaksud disisni adalah ditambah
dengan prinnsip SAM(Stepper add min) yaitu harus ditambah 0.25 D
Contoh:
Jika didaptkan power lensa s: -3.00 D maka BC nya sesuai ketentuan diambil yang Flat K misal
41.5 D/42.00 D
Maka jika fit stepper than K itu bila 42.00 D maka kompensasinya adalah:
42.00 D-41.50 D =0.50 D
Brarti penambahan powernya adalah 2x0.25 D= 0.50 D
Sehingga power lensa kacamatanya jika mau dikonversikan ke lensa kontak harus menjadi:
S -3.00 + 0.5 D= 3.5 D

Bila fit flatter than K ,maka power lensa dikurang 0.25 D


Contoh; power lensa S-3.00 D
BC flat K = 41.5 D/41.00 D
Kompensasinya: 41.5-41.00 = 0.50 D
Berarti penambahan powernya menjadi 2x0.25 D= 0.50 D
Sehingga power lensanya S -3.00 - 0.5 D =2.5 D

Anda mungkin juga menyukai