KOMPLIKASI
PENGGUNAAN LENSA
KONTAK
LENSA KONTAK
• Lensa kontak adalah alat bantu lain yang digunakan untuk memperbaiki kelainan refraksi selain
kacamata. Alat ini berasal dari era Renaissance namun tercatat pertama kali digunakan pada tahun
1880an.
• Lensa kontak pertama berbahan dasar kaca dan terbuat besar sampai ke sklera. Lensa kontak kornea
pertama kali diperkenalkan tahun 1940an, berbahan dasar plastik yaitu polymethylmethacrylate
(PMMA) dan langsung terkenal sebagai alat bantu koreksi kelaianan refraksi lain yang menakjubkan.
• Tahun 1950an United States memperkenalkan lensa hydrogel lunak dan menyebarluaskan penggunaan
lensa kontak.
• Saat ini diperkirakan 51% orang dewasa di United States memerlukan koreksi refraksi, seperempat
diantaranya menggunakan lensa kontak.
KOMPLIKASI LENSA KONTAK
• Komplikasi penggunaan lensa kontak merupakan penyakit okular yang disebabkan pemakaian lensa kontak
sebagai akibat dari proses inflamasi, mekanik, metabolik, dan infeksi.
• Komplikasi karena pemakaian lensa kontak berhubungan dengan penyalahgunaan lensa, pemakaian lensa
yang tidak sesuai, atau penyakit mata sebelumnya.
• Faktor resiko komplikasi lensa kontak dibagi menjadi dua faktor yakni faktor lensa dan faktor pasien.
• Komplikasi lensa kontak sangat beragam pada umumnya melibatkan kelopak mata, konjungtiva, dan semua
lapisan kornea (yaitu, epitel, stroma, endotelium).
• Pemakai lensa kontak memiliki resiko 60x untuk mengalami kelainan okular karena pemakaian lensa
kontak pada papulasi umum dimana pengguna extended wear memiliki faktor resiko terbanyak.
• Dewasa ini pengguna lensa kontak diindonesia meningkat 15%. Sebanyak 4 – 10% pengguna lensa kontak
mengalami komplikasi iritasi ringan hingga buta.
• Bruce dan Brennan menjelaskan perubahan patofisiologi kornea pada pemakai lensa kontak. Menurut
mereka ada 4 penyebab utama komplikasi pada pemakai lensa kontak : 2
1. Hipoksia and hipercapnia
2. Allergi and toksisitas
3. Efek mekanik
4. Efek osmotik
• Menurut American Academy of Ophthalmology komplikasi lensa kontak dapat dikategorikan menjadi:
1. infeksi (konjungtivitis, keratitis),
2. hipoksia/metabolic (kerusakan epitel metabolic, neovaskularisasi kornea),
3. toxic (keratitis punctate, konjungtivitis toksik),
4. mekanik (corneal warpage, spectacle blur, ptosis, abrasi kornea, staining arah jam 3 dan jam 9),
5. inflamasi (contact lens-induced keratokonjungtivitis,
6. reaksi alergi (giant papillary conjungtivitis, infiltrat steril),
7. komplikasi akibat mata kering (keratitis punctate, keratitis sica).
INFEKSI
• Terjadinya infeksi kornea disebabkan mikroba (bakteri, virus, jamur atau amuba).
• Pemakaian lensa kontak dalam jangka waktu yang lama rentan terjadinya mikrobial keratitis.
• Infeksi yang paling sering akibat pemakaian lensa kontak adalah bakteri gram negatif (misalnya
Pseudomonas aeruginosa), gram positif (misalnya Staphylococcus aureus), namun juga dapat
disebabkan oleh non bacterial mikroba seprti jamur dan protozoa (Fusarium dan Acanthamoeba
keratitis).
• Peradangan dapat disebabkan oleh kekeringan, paparan terhadap zat racun atau infeksi karena mikroba,
disebabkan oleh bakteri, fungi, protozoa, virus Akibat dari ketidakpatuhan dan tidak higienis.
• Pengobatan masalah lensa kontak mulai dari melepas lensa kontak untuk waktu yang singkat sampai
pengobatan antibiotik intensif infeksi. Tergantung pada penyebab infeksi, obat tetes mata antibiotik
khusus mungkin diperlukan.
Pada keratitis bakteri Pseudomonas aeruginosa biasanya memberikan gambaran infiltrat berbentuk cincin, kekeruhan pada
lapisan stroma, defek epitel yang luas, hipopion dan sel flare. Pada keratitis bakteri staphylococcus aureus dapat memberikan
gambaran keratitis yang berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, tetap terlokalisir, lebih sering berkembang ke dalam daripada
meluas, hiperemis sedang, dan biasanya disertai hipopion.
Gambaran keratitis jamur berupa ulkus indolen dan padat yang tidak berespon pada terapi awal, infiltrasi stroma. Lesi satelit
biasanya terlihat, serta plak endotel di belakang infiltrat stroma. Pada Keratitis Acanthamoeba tanda-tanda awal termasuk
keratitis dendriformis, menyebar keratopati punktat epitel yang kasar, infiltrat pada lapisan epitel dan subepitel.
HIPOKSIA DAN HIPERKAPNIA
• Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea bergantung pada pertukaran gas pada air mata. Kedipan dan
pemakaian lensa kontak dapat mengurangi proses pertukaran oksigen dan karbondioksida pada permukaan kornea.
• Pertukaran air mata di bawah lensa kontak juga mempengaruhi tekanan oksigen kornea.
• Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang menurun, menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan
peningkatan fragilitas. Akibatnya menyebabkan keratopati pungtata epitel, abrasi epitel, dan meningkatkan resiko keratitis mikroba.
Akumulasi asam laktat pada stroma akibat metabolisme anaerob menyebabkan meningkatnya ketebalan stroma dan mengganggu pola
teratur dari lamellae kolagen, menyebabkan striae, lipatan pada posterior stroma, dan meningkatnya hamburan balik cahaya. Hipoksia
dan hiperkapnia stroma yang lama mengakibatkan asidosis stroma, yang dalam waktu singkat akan menimbulkan edema endotel dan
blebs dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan polymegethism sel endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia adalah hypoesthesia
kornea dan neovaskularisasi baik pada epitel dan stroma. Vaskularisasi stroma dapat berevolusi menjadi keratitis interstisial, kekeruhan
yang dalam, atau kadang-kadang perdarahan intrastromal. Pada beberapa kasus pemakaian lensa kontak yang lama, kornea menjadi
terbiasa dengan tegangan oksigen baru, dan edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.
• Hipoksia akut juga dapat disebabkan karena penggunaan lensa kontak yang berlebihan dimana pada pemakaian lensa kontak yang lama
akan mengakibatkan neovaskularisasi kornea yang dapat mengganggu penglihatan. Namun dengan menggunakan lensa kontak dengan
permeabilitas tinggi hal ini dapat dikurangi.
ALERGI DAN TOKSISITAS
• Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk abrasi akibat pemakaian
atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan pemakaian lensa kontak.
• Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi kornea atau abrasi. Pada kasus yang berat,
permukaan kornea menjadi bengkok. Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik kronis dari
pemakaian lensa kontak.
• Kerusakan epitel dapat terjadi secara sekunder akibat debris yang terperangkap di bawah lensa.
Komplikasi ini sangat penting mengingat dominannya pemakaian lensa kontak kosmetik pada
perempuan.
EFEK OSMOTIK
• Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air mata, sehingga kejadian
keratopati pungtat epitel meningkat.
• Permukaan yang kering akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko
terjadi cedera mekanis seperti abrasi dan erosi.
INFLAMASI
1. Contact lens – Induced Keratokonjungtivitis (dapat timbul karena alergi, mata kering, dan infeksi).
2. Mata merah akut akibat pemakaian lensa kontak (Contact lens induced Acute Red Eye /CLARE)
• Mata kering merupakan kelainan paling sering dari tear film yang disebabkan oleh volume air mata yang
kurang atau penguapan yang berlebih.
• Pasien dengan mata kering karena lensa kontak mengeluhkan rasa seperti terbakar, kering, iritasi,
pandangan kabur setelah memakai lensa kontak.
• Penanganan dengan penggunaan atrifisial tears tanpa pengawet, menjaga kebersihan kelopak mata untuk
menurunkan deposit protein. Membasahkan lensa kontak sepanjang hari dengan meningkatkan frekwensi
berkedip dapat menguranginya. Dapat dipikirkan untuk mengganti material lens.
• Pasien dengan dry eye berat sebaiknya tidak menggunakan lensa kontak. Dan dengan moderate - mild
dry eye bisa menggunakan lensa kontak.
KESIMPULAN
• Saat ini pengguna lensa kontak semakin meningkat karena mudah digunakan, nyaman untuk
beraktivitas, memberi lapang pandang lebih luas dan lebih baik secara estetik. Namun Penggunanaan
lensa kontak dapat mengakibatkan berbagai macam perubahan pada mata yang dapat ringan hingga
berat. Salah satu komplikasi ini timbul adalah karena kurangnya perawatan lensa kontak dan penggunaan
di lingkungan yang tidak diperbolehkan.
• Dokter spesialis harus mengetahui komplikasi lensa kontak dan penanganan agar kesehatan mata pasien
dapat terus dijaga. Dokter spesialis juga harus berhati – hati dan secara rutin mengontrol penggunaan
lensa kontak untuk segera mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada mata pasien.
TERIMA KASIH