Mata Merah
Blok Sistem Panca Indera
1102018290-Venezia Az’zahra
Prev Next
Anatomi
Mata
Makroskopik
Prev Next
Fisiologi Penglihatan
Mekanisme penglihatan
Cahaya masuk ke bagian mata yg bernama pupil. Ukuran pupil disesuakan dengan
kontraksi dari iris yaitu m.konstriktor pupilae yg menyebabkan pupil mengecil dan
dipengaruhi oleh saraf parasimpatis dan m.dilator pupilae yg menyebabkan pupil
membesar dan dipersarafi oleh simpatis.
Fungsi Bagian Bagian mata
Kornea merupakan suatu struktur transparan dari mata yang memiliki peran utama dalam
proses media refraksi. Inflamasi pada masing-masing lapisan kornea yang berbeda
menghasilkan gejala yang berbeda.
Keratitis merupakan inflamasi pada kornea. Keratitis dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti berkurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi pada pemberian obat topical,
dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Gejala yang dapat timbul berupa mata merah,
rasa silau, dan merasa kelilipan.
Etiologi dan Faktor Risiko
Infeksi :
a. bakteri: Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae
and other Streptococcus spp, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacteriaceae (Proteus,
Enterobacter, Serratia), Neisseria spp, Moraxella spp, Mycobacterium spp, Nocardia
spp.
b. Jamur: jamur berfilamen {filamentous fungi), jamur bersepta, jamur tidak bersepta,
jamur ragi (yeas7), jamur difasik.
c. Virus : Herpes Simplex Virus, Herpes Taster Virus, Varicella-zoster Virus, Variola Virus,
Vacinia Virus.
d. Protozoa (Acanthamoeba)
- Dry eye, kelainan ini muncui ketika lapisan air mata mengalami defisiensi sehingga tidak
dapat memenuhi batas-batas kecukupan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang
kemudian diikuti dengan keluhan subjektif.
-Defisiensi vitamin A
Kelainan komea oleh karena defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kekeringan yang
menggambarkan bercak Bitot yang wamanya seperti mutiara yang berbentuk segitiga
dengan pangkal d i daerah limbus. Bercak Bitot seperti ada busa di atasnya.
- Distrofi komea
Deposit abnormal yang disertai oleh perubahan arsitektur komea, bilateral simetrik dan
herediter, tanpa sebab yang diketahui.
Prev Next
Faktor Risiko:
• Keratitis oleh Oomycete - Keratitis Pythium . Secara morfologi sangat mirip dengan jamur; Namun, tidak
seperti jamur, dinding sel di sini mengandung (1-3)(1-6) beta D glukan
• Keratitis jamur - Ini termasuk infeksi Aspergillus, Fusarium, Candida (ragi), Cladosporium, Alternaria,
Curvularia, dan Microsporidia
• Keratitis virus - Ini termasuk infeksi virus Herpes simplex (HSV), virus Herpes zoster (HZV), Adenovirus, dan
lain-lain.
• Penyebab lokal - termasuk trikiasis, papila raksasa, benda asing di sulcus subtarsalis
o Penyakit pembuluh darah kolagen, seperti rheumatoid arthritis, granulomatosis dengan poliangiitis, poliarteritis
nodosa, polikondritis kambuhan, lupus eritematosus sistemik, dan lain-lain
• Ulkus kornea neurotropik (pasca herpes zoster ophthalmicus, kerusakan saraf trigeminal akibat pembedahan atau tumor)
Xerophthalmia
Patofisiologi
• Tahap regresi
• Tahap sikatrisasi
Keratitis Menular
Infeksi memicu rekrutmen leukosit polimorfonuklear dan makrofag. Hidrolase, protease yang dilepaskan oleh
sel-sel inflamasi ini terutama bertanggung jawab atas pencairan dan nekrosis stroma kornea. Pada infeksi gram
negatif, endotoksin memainkan peran utama dan selanjutnya menambah respons inflamasi.
Keratokonjungtivitis Adenoviral
• Tahap 1- Berlangsung selama 7 sampai 10 hari dan ditandai dengan keratitis epitel belang-belang difus.
• Tahap 2- Setelah 7 hari, infiltrat stroma subepitel hingga anterior muncul. Sel NK adalah yang pertama beraksi
dan selanjutnya melibatkan imunitas yang diperantarai sel.
• Tahap 3- Hal ini ditandai dengan infiltrat subepitel hingga stroma anterior yang persisten.
Keratitis yang Diinduksi Onchocerca Volvulus
Infeksi kornea oleh cacing motil tidak menyebabkan kebutaan; namun, ketika mereka mati setelah
kemoterapi atau secara alami, mereka memicu peradangan dan menyebabkan kekeruhan belang-belang
kornea. Episode yang berulang menyebabkan kekeruhan total pada kornea dan menyebabkan kebutaan.
Etiologi pastinya tidak jelas; Namun, imunitas seluler dan imunitas humoral memainkan peranan
penting. Sebagai respons terhadap antigen kornea, kompleks imun disimpan di kornea perifer. Reaksi
hipersensitivitas terhadap antigen eksogen adalah mekanisme lain yang dijelaskan.
Xerophthalmia
Defisiensi vitamin A diperlukan untuk pemeliharaan dan integritas lapisan epitel permukaan
mata. Hilangnya lapisan epitel yang diikuti dengan nekrosis liquefaktif pada kornea menyebabkan
keratomalacia.
Manifestasi Klinis
• Mata menjadi lebih sensitif terhadap cahaya.
• Mata gatal.
• Mata bengkak.
• Muncul sensasi seperti terbakar pada mata.
• Kesulitan membuka mata.
pasien mulai diberikan antibiotik topikal yang diperkaya secara empiris sampai laporan kultur tersedia. Cefazolin 5%
yang diperkaya atau vankomisin dan fluorokuinolon atau tobramisin atau gentamisin memberikan perlindungan
menyeluruh terhadap organisme gram positif dan gram negatif.
Untuk keratitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (MRSA) yang resisten terhadap metisilin , vankomisin
topikal adalah obat pilihan. Linezolid topikal 0,2% juga dapat digunakan untuk MRSA.
Keratitis Pseudomonas: Apusan langsung pada pewarnaan Gram menunjukkan batang gram negatif dan kultur
tumbuh Pseudomonas aeruginosa. Pasien mulai diberikan fluoroquinolon topikal setiap jam. Pengobatan diubah
setelah laporan kultur dan sensitivitas tersedia. Doksisiklin oral ditambahkan untuk menghentikan perkembangan
kolagenolisis. Untuk strain yang resisten, digunakan imipenem-cilastatin (1%) atau colistin (0,19%) topikal.
Keratitis Nocardia: Apusan kornea dilakukan pewarnaan Gram rutin dan pewarnaan tahan asam
1%. Nocardia adalah basil aerobik gram positif dengan filamen manik tipis yang menunjukkan
percabangan luas pada suhu 90°. Nocardia tumbuh dengan baik pada media kultur
konvensional, meskipun lebih lambat dibandingkan organisme lain. Amikasin topikal yang
diperkaya (2,5%) adalah pengobatan pilihan. Pra-perawatan dengan steroid topikal
memperburuk prognosis.
Keratitis mikrosporodial: Spora mikrosporodial terwarnai dengan baik dengan Gram, perak, dan
10% kalium hidroksida (KOH) dengan 0,1% calcofluor white. Varian keratokonjungtivitis
memiliki perjalanan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pelumas topikal dapat
ditambahkan untuk meringankan sensasi benda asing. Debridemen epitel juga merupakan pilihan
yang valid untuk resolusi dini lesi kornea. Varian stroma dalam kemungkinan tidak berespon
terhadap penatalaksanaan konservatif dengan albendazole oral (400 mg dua kali sehari selama 3-4
minggu) dan fumagillin topikal (topikal, 70 mcg/ml, 2 tetes setiap 2 jam selama 4 hari dan
kemudian 2 tetes tetes 4 kali sehari). Keratoplasti penetrasi terapeutik adalah pengobatan pilihan.
Keratitis jamur berfilamen: Mikroskopi rutin dengan 10% KOH saja atau 10% KOH dengan 0,1% calcofluor
white menunjukkan filamen jamur hialin/berpigmen, bersepta (Aspergillus, Fusarium )/aseptat ( Mucor,
Rhizopus ). Media kultur yang disukai untuk pertumbuhan jamur adalah agar Saboraud dan kentang
dekstrosa. Natamycin topikal (5%) adalah obat pilihan untuk keratitis jamur berfilamen. Vorikonazol
topikal (1%) ditambahkan sebagai tambahan pada natamycin pada keratitis Aspergillus , tidak
memberikan respons terhadap natamycin saja. Vorikonazol tidak diberikan sebagai obat utama keratitis
jamur. Antijamur sistemik ditambahkan untuk ulkus kornea yang besar dan dalam. Berdasarkan uji coba
MUTT II, penggunaan vorikonazol oral tidak memberikan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan
plasebo pada keratitis jamur parah. Namun, ia mempunyai peran dalam keratitis Fusarium.
Keratitis Virus
Pewarnaan ganda dengan pewarnaan Rose-Bengal dan fluorescein merupakan alat klinis yang sangat
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit epitel HSV. Pewarnaan fluorescein membuat dendrit dan
ulkus geografis lebih terlihat dengan pewarnaan dasar ulkus, dan Rose-Bengal mewarnai sel-sel di tepi
ulkus, yang berisi virus. Diagnosis penyakit epitel sebagian besar bersifat klinis. Pengikisan kornea untuk
reaksi berantai polimerase untuk DNA virus HSV dilakukan pada kasus yang meragukan. Antiviral topikal
(asiklovir 3%-5 kali sehari) adalah pengobatan andalan untuk penyakit epitel. Untuk penyakit stroma HSV
dan endotelitis, steroid topikal adalah pengobatan andalan. Namun, antivirus oral (asiklovir 400 mg, 5 kali
sehari) juga ditambahkan untuk mencegah kekambuhan lebih lanjut
. Untuk keratitis stroma nekrotikans HSV, pengobatan harus diberikan sedini mungkin untuk
menghindari pencairan kornea dan perforasi selanjutnya. Dosis awal antivirus baik asiklovir topikal
(3%) maupun oral (asiklovir 400 mg 5 kali sehari) diberikan selama tiga hari pertama. Steroid topikal
ditambahkan pada hari ketiga. Untuk kasus yang ditandai dengan penipisan atau perforasi parah,
perekat jaringan (lem sianoakrilat) dan lensa kontak perban digunakan. Sebaiknya, steroid topikal
dimulai setelah penggunaan perekat jaringan untuk menghindari lisis stroma lebih lanjut yang
disebabkan oleh steroid. Untuk keratitis HSV berulang, dosis profilaksis antivirus oral (asiklovir 400
mg dua kali sehari) diberikan selama satu tahun.
Keratitis adenoviral: Diagnosis keratokonjungtivitis adenoviral terutama bersifat klinis. Namun, jika ada keraguan,
hal ini dapat dikonfirmasi dengan menggunakan teknik PCR. Mengingat sifat penyakit yang menular, menjaga
kebersihan diri mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencegah penularannya. Povidone-iodine 1%
topikal, dikombinasikan dengan deksametason 0,1%, telah menunjukkan hasil yang baik. Peran steroid pada tahap
awal masih kontroversial. Siklosporin topikal 2%, bila ditambahkan pada tahap akut dalam kombinasi dengan
steroid topikal, menghasilkan penghambatan infiltrat subepitel.
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti adalah penipisan kornea dan akhirnya perforasi kornea
yang dapat mengakibatkan endophtalmitis sampai hilangnya penglihatan (kebutaan).
Beberapa komplikasi lain diantaranya:
• Iridosiklitis toksik
• Glaukoma sekunder
• Descemetocele
• Perforasi ulkus kornea
Pencegahan
Prognosis pasien ditentukan oleh jenis keratitis yang dialami, tingkat keparahan penyakit,
serta penanganan yang efektif. Keratitis yang tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan gangguan penglihatan permanen hingga kebutaan. Studi di China
menunjukkan bahwa penyakit kornea merupakan penyebab utama kebutaan setelah
katarak dengan keratitis infeksi merupakan etiologi utama penyakit kornea.
Prev Next
Agama
Prognosis
Mata dalam Sudut pandang Islam
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman (kaum mukminin): “Hendaklah mereka menundukkan
sebagian dari pandangan mereka dan hendaklah mereka menjaga kemaluan mereka….” (An-Nur:
30)
Sekalipun wanita itu terbuka wajahnya, tidaklah berarti boleh memandang wajahnya. Karena
terdapat perintah untuk menundukkan pandangan. Laki-laki menundukkan pandangannya dari
melihat wanita. Demikian pula sebaliknya, wanita diperintahkan menundukkan pandangannya
dari melihat laki-laki.
Allah juga melanjutan firmannya yang menganjurkan para wanita untuk menjaga paandangannya yaitu:
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menundukkan sebagian dari
pandangan mereka…’.” (An-Nur: 31)
a. Wajib:melihat mushaf al quran,buku-buku yang bermanfaat, membedakan yang halal
dan yang haram.
b. Haram :memandang wanita dengan syahwat
c. Sunnah :melihat muka dan telapak tangan calon istri yang diduga kuat
lamarnya akan diterima, membaca buku-buku yang bermanfaat, melihat ulama dan
orang tua untuk menghormati.
d. Makruh :melihat secara berlebihan sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
e. Mubah :mendadak tanpa sengaja melihat lawan jenis, pasangan suami-istri
melihat tubuh pasanganya, melihat sesama jenis (aurat)
Terima Kasih