Anda di halaman 1dari 64

KELAINAN KONJUNGTIVA

Repiw Dimas
dr. Cynthia Dewi M, M.Biomed, Sp.M
KSM I K Mata
FKIK Universitas Warmadewa
BRSU Tabanan
2021
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa mampu:
• Menguasai teori, melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, penegakkan diagnosa, penatalaksaan, dan prognosis
kelainan konjungtiva (konjungtivitis dan perdarahan subkonjungtiva)
• Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal dan merujuk pada
kelainan konjungtiva xeroftalmia
KONJUNGTIVA

• membran mukosa yang transparan


dan tipis membungkus permukaan
posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris).
• 3 zona:
- Palpebra
- Fornix
- Bulbi
• Struktur konjungtiva:
- Epitelium
- Jaringan adenoid
- Jaringan fibrus

- Nanti akan menentukan jenis


kelainannya dan bersumber dari
mana.
- Berguna untuk menentukan
pemeriksaan kelainan dari
konjungtiva, dan untuk
membedakan folikel dan papil
KONJUNGTIVITIS
• inflamasi jaringan konjungtiva akut maupun kronik akibat invasi
mikroorganisme dan atau reaksi imunologis, ditandai dengan injeksi
pembuluh darah (hiperemi), edema (kemosis), infiltrasi sel dan eksudasi
• HELEP (Hiperemis, Edema/Eksudat, Limfadenopati, Epifora (mata berair),
Pseudoptosis (kelopak matanya agak turun))
• Etiologi :
• Infeksi bakteri, virus, klamidia, jamur, parasit
• Imunologik (reaksi alergi)
• Kimiawi/iritatif
• Idiopatik
• Manifestasi penyakit sistemik
• Sekunder terhadap dakriosistisis/kanakulitis
• Karena saluran tersumbat, jadi pembuangan airmata tidak bagus, cairan mudah menumpuk
dan flora normal menjadi infeksius
• Peradangan disaluran bersifat 1 jalur, kanalikuli dan dakrio menghubungkan mata dengan
hidung, jika ada peradangan di area itu, dia bisa menyebar ke kontungtiva
• Keluhan:
- Mata tidak nyaman/perih, sensasi benda asing (rasa berpasir), berair
(lakrimasi)
- Gatal: mengindikasikan alergi.
- Penurunan tajam penglihatan, fotofobi(silau) dan sensasi benda asing
kemungkinan ada keterlibatan kornea.
• Tanda Klinis:
- Injeksi konjungtiva(hiperemi konjungtiva).
- Sekret / discharge dengan berbagai konsistensi
- Kemosis(edema konjungtiva), membran.
- Reaksi jaringan limfoid berupa papil atau folikel pada konjungtiva
tarsal.
- Limfadenopati preaurikuler: khas pada konjungtivitis adenoviral.
• Sitologi:
- Kerusakan epitel konjungtiva oleh noxious agent:
1. Edema epitel, kematian sel, exfoliasi, hipertrofi epitel.
2. Pembentukan granuloma.
3. Edema stroma( kemosis ).
4.Hipertrofi jaringan limfoid pada stroma( folikel ).
- Sel-sel radang: neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan sel plasma
keluar dari stroma ke lewat epitel, bergabung dengan fibrin dan
mukus dari sel goblet membentuk eksudat.
Gambaran sitologi
• Kalo bakteri, neutrophil dominan
• Virus, limfosit dan MN cell
• Alergi, eusinofil
Konjungtivitis Bakterial
• Penyebab tersering:
S. pneumoniae, S. aureus, H. influenzae, Moraxella catarrhalis
 akut  bersifat self-limiting, sembuh sendiri, perlu waktu
• N. gonorrhoeae (jarang dan gejala berat), N. kochii, N. meningitides
kerusakan kornea dan area lain, kebutaan, sepsis
• Ditandai dengan pertumbuhan pesat dan infiltrasi bakteri ke lapisan
epitel konjungtiva bahkan sampai substansia propia
Lanjutan…

• Sumber infeksi:
- Kontak langsung dengan sekret penderita konjungtivitis (kontak
tangan-mata)
- Bisa juga kanalikulitis, Penyebaran infeksi dari hidung dan mukosa
sinus
• Tanda dan Gejala
- Sekret purulen atau mukopurulen
- Kecepatan onset dan keparahan inflamasi dan sekret menentukan
organisme penyebab
Lanjutan…

- Mata merah (CVI) maksimal di forniks, rasa berpasir dan perih


- Sukar membuka mata terutama pagi hari (akumulasi eksudat)
- Pseudomembran(+) pd infeksi β-hemolytic streptococci, gonococcus, dan
corynebacterium diphtheriae
- Umumnya bilateral
- Edema palpebra
- Limfadenopati.
Keluhannya standar, pada bakteri lebih dominan pada secret karena banyak
akumulasi eksudat, bisa terbentuk pseudomembran dan bersifat bilateral,
konjungtivitis bakteri biasanya bengkak di area palpebral dan konjungtiva
Krusta(+)palpebra, injeksi (+) Mukopurulen discharge (+)
Lanjutan…

• Pemeriksaan penunjang:
 jika konjungtivitis tidak responsif thd antibiotika
 Pewarnaan Gram
 Pewarnaan Giemsa
 Kerokan konjungtiva dan kultur (kasus berat akibat gonokokus dan
diplokokus)
Lanjutan…

• Penatalaksanaan
- 60% sembuh sendiri dalam 5 hari
- Pengobatan topikal
 Diberikan 4x sehari selam seminggu dengan sediaan gel, salep,
tetes mata
 Kloramfenikol, aminoglikosida (gentamicin, neomiain), kuinololn
(ciproflox, oflox, levoflox, lemoflox, gantiflox, moxiflox), polymixin B,
asam fusidat dan bacitracin
Lanjutan…

- Pengobatan sistemik
 Gonokokal : ceftriaxon 1 gr IM dosis tunggal (keterlibatan kornea -),
ceftriaxon 1-2 gr/hari IM selama 5 hr (keterlibatan kornea +)
 H. influenza : asam klavulanat + amoxicilin per oral (25% otitis pada
anak)
 Meningokokal: benzilpenisilin, ceftriaxon, cefotaxim IM,
ciprofloxacine oral
Lanjutan…

- Topikal steroid (ada yang menyarankan ada yang tidak


menyarankan)  mengurangi scar konjungtivitis membran dan
pseudomembran
- Irigasi  membersihkan sekret berlebih
- Tidak mengenakan lensa kontak minimal 48 jam setelah resolusi
- Meningkatkan higiene  mencuci tangan, tidak menggunakan
handuk bersama
Ophthalmia Neonatorum

• Konjungtivitis pada 1 bulan pertama kehidupan


• Kausa: bakteri, virus, agen kimia (perak nitrat), klamidia
• Jaman doeloe, bayi baru lahir kalo banyak secret, ditangani dengan agen
kimia, tpi sekarang udah tidak disarankan
• Paling berbahaya : N. gonrrhoeae
• Penyebab lain: Chlamydia trachomatis, S. viridans, S. aureus, H.
influenzae, grup D. streptococcus, Moraxella catarrhalis, E. coli dan
gram negatif batang lainnya.
• Faktor resiko  penyakit menular seksual pada ibu penderita
• N. gonorrhoeae
- Akut dari lahir, 1-5 hari pertama kehidupan
- Ditemukan bayi dengan secret purulent banget, bisa
dipertimbangkan gonorrheaeaeaeae
- Gejala: ringan hiperemi konjungtiva ringan dan sekret purulen
berat kemosis, sekret purulen berlebih, perforasi dan ulkus
kornea
sistemik sepsis, meningitis, arthritis
- Pemeriksaan GRAM  gram negatif intraseluler diplokokus
• Chlamidia trachomatis
- bakteri intraselular obligat
- onset usia 1 minggu
- Gejala: sekret minimal-moderat, edema palpebra, hiperemi dengan
papilla konjungtiva, pada kasus berat dengan sekret masif dan
terbentuk pseudomembran
- Unilateral/bilateral
Pemeriksaan: kultur kerok konjungtiva
• Konjungtivitis viral
- HSV tipe 2
- akut dalam 1-14 hari kehidupan
- sekret serosanguinosa
- dengan/tanpa lesi kulit vesicular, didaerah kelopak kayak ada orang
cacat tpi kecil kecil
- bisa disertai infeksi sistemik, tidak berdiri sendiri

• Konjungtivitis akibat bahan kimia


- ringan, merah dan iritasi self-limited  membaik spontan
- 24 jam pertama setelah pemberian silver nitrat (profilaksis terhadap
ophthalmia neonatorum)
• Penatalaksanaan Oftalmia Neonatorum
- terapi profilaksis: perak nitrat...efek samping mata merah dan
berair..diganti.
- Pemberian antibiotika seperti: eritromisin, kloramfenikol.
- Pemberian povidon-iodine mulai banyak digunakan. Povidon-iodine
dengan eritromisin baik untuk mencegah Chlamydia.
- Konjungtivitis neonatal termasuk darurat karena dapat menyebabkan
kebutaan pada bayi….segera dirujuk.
- Konjungtivitis gonokokal, segera diterapi oleh karena organisme ini bisa
menembus epitel kornea yang intak, cepat menimbulkan ulkus kornea.
- Terapi konjungtivitis neonatal=konjungtivitis gonorrhoeae sampai hasil
lab selesai.
- Ada juga pemberian betadine irigasi, masih jarang dipake
- Tunggu hasil lab, terapi sesuai hasil
- Salep mata eritromisin salep mata, sefalosporin generasi ketiga
iv/im. Pilihannya ceftriaxon 50 mg/ kg/ hari atau dosis tunggal 125
mg.
- Alternatif terapi lain: cefotaxim 100 mg im atau atau 25 mg/kg im/iv
setiap 12 jam selama 7 hari.
- Pemberian ceftriakson awasi hiperbilirubinemia terutama bayi
prematur.
- Periksa Gram setiap hari sampai negatif.
- Bila dalam 1 minggu tidak ada perbaikan atau ada keterlibatan
kornea segera rujuk ke SpM.
- Konjungtivitis Chlamydia: rentan mengalami pneumonia...berikan
oral eritromisin 2X/hari.
Trakhoma
- Awalnya dari klamidia
- Penyebab utama kebutaan yang bisa dicegah.
- Terbanyak: di daerah dengan sanitasi dan higiene yang kurang baik.
- Penularan: dari mata ke mata, sedikit dengan perantara serangga(lalat).
- Keluhan: sensasi benda asing, mata kering dan merah, berair, sekret
mukopurulen.
- Pemeriksaan: folikel pada konjungtiva tarsal superior, folikel jadi
besar...nekrotik….
- Saat sembuh membentuk sikatrik...berbentuk linear atau stelata( Arlt
line, dapat menyebabkan kebutaan jika terjadi di kornea ) atau berupa
depresi limbus( Herbert pits ) akibat nekrosis dan involusi folikel.
- Kelainan kornea: keratitis epitel, infiltrat stroma di perifer dan sentral
dan pannus.
Trakhoma.
TF, TI, TS, TT, CO, Herbert pits.
Lanjutan trakhoma..
- Jaringan parut akan menyebabkan dry eye / mata kering
- Jaringan parut pada duktus kelenjar lakrimal dan konjungtiva: defisiensi
air mata( aqueous ), hambatan aliran air mata, trikhiasis dan entropion.
- Diagnosis ditegakkan bila ditemukan minimal 2 dari kelainan berikut:
1. Folikel pada konjungtiva tarsal superior.
2. Folikel di limbus dengan sekuele terkait( Herbert pits ).
3. Sikatrik pada konjungtiva tarsal.
4. Pannus terutama di limbus superior.
- WHO, 2010, Indonesia sudah tidak termasuk dengan distribusi trakhoma
tetapi harus tetap diwaspadai terutama area rural dengan higiene
sanitasi yang buruk, kebiasaan mencuci tangan yang rendah.
Konjungtivitis Chlamidia
• Umum, biasanya unilateral
• Chlamydia trachomatis bakteri intraselular  konjungtivitis pada 5-
20% dewasa muda aktif secara sexual di negara barat
• Transmisi melalui autoinokulasi (sekret-genital-mata) atau melalui
sekret mata pada 10% kasus
• Tanda dan Gejala
 kronik (sembuh dalam beberapa bulan jika tidak diobati)
 sekret mukopurulen
 folikel besar (forniks inferior)
folikel tarsal superior
 infiltrat limbal superior
 Limfadenopati preaurikular ringan
 Kasus kronik : sikatrik dan pannus kornea superior
• Penatalaksanaan
 rujuk ke Sp.KK
 terapi sistemik
 azitromisin 1 gr diulangi seminggu kemudian
 doksisiklin 100 mg 2x/hari selama 10 hari
 eritromisin, ciprofloxacine, amoxicilin sebagai alternatif
 terapi topikal: salep eritromicin dan tetrasiklin
Konjungtivitis Viral
• Umum, sangat menular, biasanya bilateral
• Tanda konjungtivitis adeno virus: edema palpebra, berair, hiperemi
konjungtiva menyeluruh, folikel konjungtiva terutama di forniks
inferior, SCB, pseudomembran pd kasus berat, keratitis epitelial
pungtata sentral, limphadenopathy pre aurikuler mungkin terjadi.
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis folikuler Konjungtivitis folikuler
Blefarokonjungtivitis viral
viral akut viral kronik

• Pharyngoconjunctival • Molluscum • Varicela dan herpes


fever contagiosum zooster
• Epidemic • Folikular, unilateral • Lesi erupsi vesikular CN
keratoconjunctivitis kronik, keratitis V1
• Acute hemorrhagic superior, pannus • Lesi papil, folikel,
conjunctivitis superior pseudomembran, dan
• Adenovirus • Nodul bulat, waxy, vesikel. Lesi varicela
• Inkubasi : 5-12 hari putih, bertangkai kulit di sekitar mata
(pasien ngeluh mata
merah gak sembuh
sembuh)
• Clinical illness : 5-15
hari
Konjungtivitis (adenovirus)
Spektrum klinis bervariasi (adenovirus): ringan, subklinis, berat.
Biasanya infeksi virus disertai keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala,
nyeri menelan, pembengkakan kelenjar di auricula
1. Konjungtivitis folikular akut non spesifik: Paling sering. Ringan.
2. Demam faringokonjungtivitis: penyebab, adenovirus tipe 3, 4 dan 7.
Demam, sakit kepala, faringitis, konjungtivitis folikular, adenopati
preaurikular.
3. Keratokonjungtivitis epidemik: adenovirus tipe 8, 19 dan 37. Tampilan
klinis paling berat. Folikel, kemosis konjungtiva, petechiae, kadang
perdarahan subkonjungtiva, keratitis atau erosi kornea geografik dibagian
sentral. Konjungtiva tarsal: membran / pseudomembran.
4. Konjungtivitis adenovirus kronik/relaps. Jarang. Papil/folikel nonspesifik.
Molluscum Contagiosum Conjunctivitis
• Ada nodul bertangkai di tepi
kelopak mata
Konjungtivitis Herpes Simpleks
• Tidak hanya di konjungtiva,
kadang berupa
blefarokonjungitvitis, kadang
sampe keratitis
• Jarang murni berdiri sendiri,
biasa disertai yg lain
• Ada vesikel di kelopak mata dan
folikular
• Penatalaksanaan
 simptomatik
 Steroid topikal
 Artifisial tears
 Kompres
 Antibiotik (infeksi bakteri sekunder)
 HSV (acyclovir salep 5x/hr)
 Varicella (acyclovir tab 800 mg 5x/hr)
• Komplikasi
 bervariasi
 kronik bisa menyebar ke jaringan sekitar dan menimbulkan scar
• Prognosis
 Self limited, acquires immunity
 adenovirus 2-4 minggu, HSV 2-3 minggu
• Jaga higiene dan cegah penularan
Konjungtivitis Alergi
• Umum, kondisi bilateral bs musiman (hay fever) /perenial
• Negara empat musim: konjungtivitis seasonal dan perennial.
• Tanda: edema palpebra, berair, hiperemi konjungtiva respon papillary
ringan, kemosis
• Gejala: gatal, perih, berair, fotophobi, sensasi benda asing
Konjungtivitis Alergi
Hipersensitivitas tipe Hipersensitivitas tipe
cepat
Autoimun
lambat
• Hay fever • Phylctenulosis • Keratokonjungtivitis
conjunctivitis • Konjungtivitis sicca
• Vernal ringan sekunder • Cicatrical
keratokonjungtivitis akibat kontak pemphigoid
• Atopic dengan blepharitis
keratokonjungtivitis
• Giant papillary
conjunctivitis
KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL.
- Mengikuti perubahan musim tertentu. Didasari atas reaksi
hipersensitivitas tipe I dan IV.
- Rekuren dan bilateral
- Onset: usia anak 7 tahun. Laki-laki lebih sering dari perempuan.
- Gatal, berair, discharge mukoid
- Tipe: palpebral, limbal, mixed
- Pasien keluhan mata sering kali merah, berair, sering ngucek-ngucek
- Karena berulang sering menyebabkan komplikasi
Horner
trantas
dot

- Hipertofi papil pada konjungtiva tarsal superior


- Gelatinous papillae, Horner Trantas dot
- Pembeda folikel itu seperti tonjolan, papil polygonal
- Folikel dan papil berbeda secara sumber, papil khas pada alergi dan bacterial,
folikel lebih cenderung ke infeksi virus, bahan kimia dan klamidia
- Papil berwarna merah karena dia reaksi vaskuler, diatas lebih merah karena dia
ada sentra core (pembuluh darah), Papil itu hyperplasia konjungtiva pada
jaringan fibrovaskuler
- Folikel itu hyperplasia pada jaringan limfoid, diatas putih didalamnya merah
Keratopati lebih sering pada tipe palpebral berupa:
- Erosi epitel pungtata superfisial.
- Makroerosi epitel.
- Plak dan ulkus non infektif.
- Sikatriks sub epitel: oval dan berwarna abu-abu.
- Pannus( kornea superior ).
- Kadang ada keratokonus (perubahan bentuk permukaan kornea).
KERATOKONJUNGTIVITIS ATOPIK.
- Pasien biasanya riwayat alergi
- Jarang. Tapi berakibat kebutaan. Prevalensinya 20-40% diantara
penderita dermatitis atopik, 95% disertai ekzema, 87% disertai
asthma.
- Penyebab: hipersensitivitas tipe IV, usia 30 - 50 tahun.
- Dengan imunitas yang menurun sering terkena infeksi Herpes
Simplex dan S. Aureus.
- Sering terjadi sepanjang tahun, tidak memandang musim.
Gejala dan tanda, bedanya dengan keratokonjungtivitis vernal:
- Usia penderita lebih tua.
- Durasi penyakit sepanjang tahun.
- Papil berukuran kecil sampai sedang dan lokasi di konjungtiva
superior dan inferior. Simblefaron terjadi perlengketan dan
menyebabkan forniks memendek.
- Sekret lebih serus.
- Kornea mengalami vaskularisasi luas disertai kekeruhan.
- Erosi epitel pungtata pada ⅓ bawah kornea.
- Kelainan palpebra: kulit kering, eritema, keratinisasi, madarosis
(bulu rambut mata rontoh) dan blefaritis.
- GIANT PAPILLARY CONJUNCTIVITIS
- Terkait pengguna lensa kontak, trauma mekanik berulang.
- Mekanisme terjadinya belum jelas. Diduga berhubungan dengan:
trauma mekanik berulang oleh permukaan lensa, reaksi
hipersensitivitas bahan polimer lensa, mata kering dan infeksi.
- Keluhan: mata merah, gatal, sensasi benda asing, kadang visus
menurun.
- Klinis: papil kecil < 0,3 mm pada konjungtiva tarsal superior. Erosi
epitel pungtata,infiltrat dan vaskularisasi kornea perifer.
- Papil yang besar > 0,3 mm lebih sering ditemukan pada pengguna
lensa kontak lunak > lensa kontak keras( rigid ) merupakan spektrum
klinis yang berat dari penyakit ini.
• Penatalaksanan
Tergantung penyebab
Terapi suportif, Hindari kontak/alergen, kompres dingin, lubrikan spt
air mata buatan
 vasokonstriktor dan antihistamin topiksl/orsl, membantu pada atopi
karena biasanya atopi ada kelainan lain
 steroid topikal
Antibiotika topikal (mencegah superinfeksi pd kasus tertentu)
 Pencegahan transmisi
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
- Diagnosa mudah: observasi klinis.
- Tampak ekstravasasi pembuluh darah yang terlokalisir, batas jelas,
unilateral, daerah konjungtiva sekitar tidak inflamasi.
- Tidak ada sekret, tidak sakit, tidak ada penurunan visus, fotofobi
atau sensasi benda asing.
- Penyebab: trauma minor, riwayat pengobatan antikoagulan,
hipertensi tak terkontrol, batuk, muntah( berkaitan dengan manuver
Valsava ).
- Tidak memerlukan penanganan khusus. Darah akan diresorbsi
perlahan 2 x 3 minggu.
- Pada keadaan perdarahan bilateral atau berulang, fikirkan juga
blood dyscrasias.
XEROPHTHALMIA KONJUNGTIVA
- Xeros = kering. Oftalmia = mata.
- Adalah: penyakit mata yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
- Vitamin A: penting untuk pertumbuhan mata normal.
- Defisiensi pada bayi dan anak: asupan gizi kurang, kurang ASI
eksklusif, gangguan penyerapan Vitamin A akibat angka infeksi yang
tinggi( diare ), dan lain-lain. Dapat menyebabkan kebutaan
- Salah satu penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Didunia jumlahnya sekitar 1 juta penduduk.
- Di Indonesia masih membutuhkan perhatian.
- Program penanggulangan defisiensi vitamin A dengan suplemen
kapsul vitaminA dosis 200 000 SI ( warna merah ) 2 X setahun,
Februari dan Agustus.
Lanjutan Xerof….
- ...febr, agust..untuk balita ( 1 - 5 tahun ), ibu nifas < 30 hari setelah
melahirkan.
- Bayi 6 - 11 bulan, kapsul vitamin A dosis 100 000 SI ( biru ).
- Vitamin A larut dalam lemak, diserap dalam bentuk retinol. Bisa juga
dalam bentuk prekursornya: karoten.
- Karoten: buah-buahan warna kuning, sayuran hijau.
- Neonatus, dari ASI. Kadar vitamin A pada ASI = plasma 40 ug/100 mL.
- Klinis: ...
Lanjutan xeroft….
- XN( buta senja): penglihatan menurun senja hari. Mata terlihat normal.
- X1A ( xerosis konjungtiva ): mata kering, konjungtiva kering, berkeriput,
berpigmentasi coklat-coklat di mata, permukaan terlihat kasar dan kusam.
- X1B( xerosis konjungtiva dan bercak Bitot ): tanda xerosis konjungtiva + bercak putih
seperti busa sabun atau keju di daerah celah mata temporal / nasal( keratinisasi
epitel konjungtiva/akantosis, kehilangan sel Goblet (penting untuk menjaga
kelembaban). Bercak ini terdiri dari keratin, bakteri Corynebacterium xerosis,
terkadang jamur.
- X2( xerosis kornea ): .awal muncul seperti pungtata epitel superfisial. Pada tahap ini
terapi memberikan kesembuhan sempurna dalam 1 - 2 minggu. Permukaan kornea
kering, lesi tebal, edema stroma, kornea keruh, bergranulasi dan
bergelombang...epitel kornea kering( xerosis kornea )
Bitot spot.
Lanjutan xerof...
- X3A( ulkus kornea dengan xerosis ): ukuran ulkus < ⅓ luas kornea.
Mengenai stroma, bisa terjadi perforasi kornea, dengan terapi
meninggalkan jaringan parut tipis, ulkus yang lebih dalam… jaringan
parut lebih tebal.
- X3B( keratomalasia. Kerato=kornea, malasia=pelunakan ): jarang
ditemukan. Nekrosis stroma..ulkus luas...penipisan kornea..TIO
meningkat..perforasi. Penyembuhannya: jaringan parut di kornea…
- XS: penyembuhan dari ulkus kornea dan keratomalasia.
- XN: vitamin A… sintesa pigmen rodopsin pada sel pigmen retina. Rodsin
untuk proses eksitasi fotoreseptor batang( peran penglihatan dalam
cahaya gelap).
Xerosis konjungtiva dan kornea

Permukaan konjungtivanya keriput, dan korneanya udah sikatrik, di gambar B


lapisan korneanya terkelupas, mulai/sudah terjadi serosis di korneanya
Dapat membuat buta karena menutup visual
aksis
Keratomalasia Jaringan parut pd kornea
Lanjutan xerof...
Tata laksana: pengobatan:
Hari pertama saat ditemukan: satu kapsul vitamin A sesuai umur.
- Bayi < 5 bulan: ½ kapsul biru( 50 000 SI ).
- Bayi 6 - 11 bulan: 1 kapsul biru( 100 000 SI ).
- Anak 12 - 59 bulan: 1 kapsul merah( 200 000 SI ).
Hari kedua: 1 kapsul vitamin A sesuai umur.
Dua minggu: 1 kapsul vitamin A sesuai umur.
Tetes mata antibiotika pada penderita X2, X3A, X3B,
Pengobatan bersamaan dengan perbaikan gizi.
Referensi:
• American Academy of Ophthalmology and staff. 2018-2019. Clinical Optics.
United States of America: American Academy of Ophthalmology.
• Crick R P and Khaw P T. 2003. Red Sticky Eyes. A Textbook of Clinical
Ophtalmology. 3rd edition. London: World Scientific Pub.
• Kanski J J and Nischal K K. 2000. The Conjunctiva . Ophthalmology Clinical
Sign and Differentil Diagnosis.London: Mosby pub
• Rita S Sitorus, Ratna Sitompul, Syska Widyawati, Anna P Bani. Mata tenang
visus menurun perlahan. In Buku Ajar Oftalmologi. 2017: 181 – 194.
• Ilyas S. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat cetakan kelima. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas.p.41
Tambahan
• Perbedaan dry eye dan konjungtivitis
• Dry eye terjadi di tua, jarang di muda, kalo di muda biasanya karena pola
kebiasaan dan riwayat sakit tertentu kayak autoimun, penggunaan obat-
obatan, terlalu lama depan laptop sangat memungkinkan menyebabkan dry
eye, berikan lubrikan.
• Bedanya dari penyebab, konjungtivits ada penyebab lain seperti bakteri, virus
dll, ada juga alergi, konjungtivitis alergi dapat menyebabkan dry eye.
• Keratokonjungtivitisika, biasa terjadi pada orang dry eye
• Dry eye, biasanya dikasih lubrikan aja artifisial tears akan membaik,
konjungtivitis pengobatannya tergantung penyebab dan simptomatis.
• Dry eye hindari factor pemicu, konjungtivitis higienitas mata dan pengobatan
penyebab

Anda mungkin juga menyukai