Anda di halaman 1dari 22

Referat Keratitis

Dosen Pembimbing:
Dr. Rossada Adiarti, Sp.M

Disusun Oleh:
Nisa Kamila 11.2017.015
Selvi Gunawan 11.2017.024
Leopold Karsa Prapaskalis 11.2017.050
Julio Lorenzo Penna 11.2017.060
Anatomi Kornea
• Merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan
avaskular
• Diameter Horizontal 12 mm dan diamter vertikal 11 mm
• Tebal kornea bagian pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm
• Sepertiga radius tengah disebut zona optik dan lebih cembung, sedangkan
bagian tepinya lebih datar
• Perbatasan kornea dengan sklera disebut limbus
• Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari
cabang pertama (opthalmicus) nervus
kranialis V (trigeminus)
Anatomi Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan :
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran descemet
5. Endotel
Fisiologi Kornea
• Membran pelindung dan “jendela” yang dilalui oleh berkas cahaya
saat menuju retina
• Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskular, dan deturgesens
• Kekuatan refraksi (bias) sebesar 43 D dari total 58 D kekuatan mata
normal manusia, atau sekitar 74% dari seluruh kekuatan dioptri
mata normal
• Metabolisme kornea diperoleh dari 3 sumber, yaitu :
 Difusi dari kapiler – kapiler disekitarnya
 Difusi dari humor aquous
 Difusi dari film air mata
Keratitis
• Peradangan kornea yang ditandai dengan oedema kornea, infiltrasi seluler
dan kongesti siliar

Epidemiologi:
• Frekuensi keratitis di Amerika Serikat sebesar 5% di antara seluruh kasus
kelainan mata
• Di negara-negara berkembang insidensi keratitis berkisar antara 5,9-20,7
per 100.000 orang tiap tahun
• Insidensi keratitis adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia
• Perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu bermakna pada angka
kejadian keratitis
Keratitis
Etiologi :
• Bakteri
• Virus
• Jamur
• Acanthamoeba

Penyebab lain:
Kekeringan pada mata, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata
yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif
lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik
Keratitis
Patofisiologi :

Patogen akan menginvasi dan Antibodi menginfiltrasi lokasi


Lesi pada kornea
mengkolonisasi struma kornea invasi patogen

Opasitas pada kornea dan titik


Patogen akan menginvasi invasi pathogen akan membuka
Hipopion
seluruh kornea lebih luas dan memberikan
gambaran infiltrasi kornea

Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari


Stroma atropi dan melekat pada membrane descemet terjadi dan humor aquos
membarana descemet yang akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea
relatif kuat perforata dan merupakan indikasi bagi
intervensi bedah secepatnya
Klasifikasi Keratitis
• Menurut Penyebabnya :
1. Keratitis bakterial :
Streptokokus pneumonia, Pseudomonas aeroginosa, Streptokokus
hemolitikus , Moraxella liquefaciens , Klebsiella pneumoniae

2. Keratitis viral :
Herpes simpleks, Herpes zoster

3. Keratitis jamur :
Candida, Aspergilin, Nocardia, Cephalosporum
Klasifikasi Keratitis
• Menurut Penyebabnya :

4. Keratitis lagoftalmus
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmus dimana kelopak mata tidak
dapat menutup dengan sempurna yang dapat dikarenakan parese Nervus VII

5. Keratitis neuroparalitik
Keratitis neuroparalitik merupakan keratitis akibat kelainan saraf trigeminus,.
Gangguan saraf ke-5 ini dapat terjadi akibat Herpes zoster, tumor fosa
posterior kranium dan keadaan lainnya.
Klasifikasi Keratitis
• Menurut Penyebabnya :

6. Keratokonjungtivitis sika
Suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Kelainan ini
terjadi pada penyakit yang mengakibatkan:
a. Defisiensi komponen lemak air mata,
b. Defisiensi kelenjar air mata,
c. Defisiensi komponen musin
d. Penguapan yang berlebihan
e. Karena parut pada kornea
Klasifikasi Keratitis
• Menurut Tempatnya :

a. Keratitis Superfisial :
1. Keratitis Epitelial
2. Keratitis subepitelial
3. Keratitis stromal

b. Keratitis Profunda :
1. Keratitis interstitial
2. Keratitis sklerotikans
3. Keratitis disiformis
Klasifikasi Keratitis
• Selain keratitis yang dijelaskan sebelumya, masih terdapat beberapa jenis
keratitis lainnya:

1. Keratitis pungtata superfisial


Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran infiltrat halus bertitik-
titik pada permukaan kornea, memberikan hasil positif pada tes fluorescein.
Etiologinya: sindrom dry eye, blefaritis, keratopati, lagoftalmus, keracunan
obat topikal (neomycin, tobramycin), sinar ultraviolet, trauma kimia ringan
dan pemakaian lensa kontak

2. Keratitis numularis atau dimmer


Keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang bundar berkelompok dan tepinya
berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo
Klasifikasi Keratitis

3. Keratokonjungtivitis epidemika
Keratitis ini terjadi akibat peradangan kornea dan konjungtiva yang
disebabkan oleh reaksi alergi adenovirus tipe 8.

4. Keratitis marginal
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus
akibat infeksi lokal konjungtiva

5. Keratokonjungtivitis flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi imun yang
mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen
Klasifikasi Keratitis
6. Keratokonjungtivitis vernal
Merupakan penyakit rekuren, dengan peradangan tarsus dan konjungtiva
bilateral. Penyebab belum diketahui, namun terutama terjadi pada musim
panas mengenai anak sebelum berumur 14 tahun

7. Keratitis Gonore
Kuman diplokokus gonore menyebabkan konjungtivitis purulenta yang akut
disertai blefarospasme.

8. Ulkus Mooren
Etiologinya belum diketahui, tetapi diduga autoimun. Ulkus ini termasuk ulkus
marginal. Pada 60-80% kasus unilateral dan ditandai ekstravasasi limbus dan
kornea perifer, yang sakit dan progresif, yang sering berakibat kerusakan
mata.
Keratitis
Gejala klinis :
• Pasien dengan keratitis biasanya datang dengan
keluhan iritasi ringan
• adanya sensasi benda asing
• mata merah
• mata berair
• penglihatan yang sedikit kabur
• fotofobia
• Blepharospasme
Keratitis
Diagnosis :
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil
pemeriksaan mata
• Dari hasil anamnesis sering diungkapkan riwayat trauma,benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea,pemakaian obat topikal,
immunosupresi akibat penyakit-penyakit sistemik
• Pemeriksaan fisik pada keluhan yang mengarahkan kecurigaan kepada
keratitis dilakukan melalui inspeksi dengan pencahayaan adekuat
• Pemulasan fluorescein dapat memperjelas lesi epitel superfisial yang tidak
mungkin terlihat bila tidak dipulas
NO. Jenis Keratitis Bentuk Keratitis

1 Keratitis stafilokok Erosi kecil-kecil terpulas fluorescin; terutama sepertiga bawah


kornea
2 Keratitis herpetik Khas dendritik (kadang-kadang bulat atau lonjong) dengan
edema dan degenerasi
3 Keratitis varicella zoster Lebih difus dari lesi HSK; kadang-kadang linear
(pseudosendrit)
4 Keratitis adenovirus Erosi kecil-kecil terpulas fluorecein; difus namun paling
mencolok di daerah pupil
5 Keratitis sindrom Sjorgen Epitel rusak dan erosi kecil-kecil, pleomorfik, terpulas
fluorescein; filament epithelial dan mukosa khas; terutama
belahan bawah kornea
6 Keratitis terpapar akibat Erosi kecil-kecil tidak teratur, terpulas fluorescein; terutama di
lagoftalmus belahan bawah kornea
7 Keratokonjungtuvitis Lesi mirip sinsitium, yang keruh dan bercak-bercak kelabu,
vernal paling mencolok di daerah pupil atas. Kadang-kadang
membentuk bercak epithelium opak
8 Keratitis superficial Focus sel-sel epithelial sembab, bulat atau lonjong; muncul
punctata (SPK) bila penyakit aktif
9 Keratitis defisiensi Kekeruhan berbintik kelabu sel-sel epitel akibat keratinisasi
vitamin A partial; berhubungan dengan bintik-bintik bitot
Pemeriksaan Penunjang

• Untuk • Untuk mengetahui • Untuk mengetahui


mengidentifikasi jenis bakteri keadaan segmen
bakteri gram positif • Dilakukan selama anterior, terutama
atau negatif terjadi inflamasi pada kasus ini
aktif adalah kornea

Pewarnaan
Kultur Slit lamp
gram
PENATALAKSANAAN

Terapi Edukasi
 Virus : idoxuridine,
trifluridin atau
acyclovir.
 Bakteri gram positif :  Dilarang mengucek
doc cafazolin, matanya karena
penisilin G atau Lensa
dapat memperberat
vancomisin dan kontak
lesi
 Bakteri gram negatif:  Menjaga kebersihan
tobramisin, diri :mencuci
gentamisin atau tangan,
polimixin B  Membersihkan lap
 Jamur:natamisin, atau handuk, sapu
amfoterisin atau tangan, dan tissue
fluconazol
Komplikasi

Bila peradangan hanya di


permukaan saja, dengan
pengobatan yang baik dapat
sembuh tanpa jaringan parut
Bila peradangan dalam,
penyembuhan berakhir dengan
pembentukan jaringan parut
yang dapat berupa nebula,
makula, leukoma, leukoma
adherens dan stafiloma kornea.
Nebula : bentuk parut kornea berupa kekeruhan yang
sangat tipis

Makula : parut yang lebih tebal berupa kekeruhan


padat.

Leukoma : kekeruhan seluruh ketebalan kornea yang


mudah sekali terlihat dari jarak yang agak jauh
sekalipun.

Leukoma adherens : keadaan dimana selain adanya


kekeruhan seluruh ketebalan kornea, terdapat
penempelan iris pada bagian belakang kornea

Stafiloma kornea : bila seluruh permukaan kornea


mengalami ulkus disertai perforasi
Kesimpulan
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang
ditandai dengan adanya infiltrat di lapisan kornea.
Diklasifikasikan berdasarkan lokasinya yaitu :
superfisial, interstisial dan profunda. Dapat t’jadi
pada anak maupun dewasa. Gejala mata merah,
rasa silau, epifora, nyeri, kelilipan, dan penglihatan
menjadi sedikit kabur. Prognosis setiap kasus
tergantung beberapa faktor, termasuk luasnya &
kedalaman lapisan kornea yg terlibat, ada atau
tidak nya perluasan ke jaringan orbita lain.

Anda mungkin juga menyukai