Oleh :
Putri Maulina
1102012217
Preseptor :
dr. Hj. Elfi Hendriati, SpM.
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
No. CM
: 884307
Tanggal
: 29 Agustus 2016
Nama
: Nn. A
: Tarogong Kidul
Pekerjaan
: Pelajar
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 29 Agustus
2016 pukul 10.00 WIB di Poliklinik Mata RSU dr.Slamet Garut
Keluhan Utama
Anamnesa Khusus
keluhan penglihatan kedua mata kabur pada saat melihat jauh yang dirasakan sejak 1 bulan
terakhir. Pasien merasa penglihatannya kurang jelas pada saat melihat tulisan berukuran kecil
namun membaik jika jarak dekat. Pandangan kabur terjadi perlahan dan makin lama makin
kabur, pasien juga mengeluh harus memicingkan mata untuk melihat lebih jelas pada suatu
benda. Pasien mengaku lebih nyaman apabila pasien melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan
disertai dengan mata mudah berair, serta terdapat pusing dan mudah lelah saat membaca atau
melihat TV.
Keluhan mata merah, gatal dan silau disangkal. Penglihatan berkurang saat senja atau
gelap disangkal. Keluhan melihat pelangi disekitar cahaya lampu disangkal. Keluhan
pandangan seperti ditutupi kabut disangkal. Pasien tidak mempunyai riwayat memakai
kacamata sebelumnya. Riwayat menderita diabetes melitus dan hipertensi disangkal. Riwayat
trauma tumpul dan tajam disangkal. Riwayat minum obat dalam jangka waktu lama disangkal.
Pasien mengaku sering membaca dengan jarak dekat dan sambil tidur dalam jangka waktu
yang lama. .
Anamnesa Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami penglihatan kabur. Riwayat gula
dan hipertensi di keluarga juga disangkal pasien. Tidak ada anggota keluarga pasien yang
menggunakan kacamata maupun mempunyai riwayat sakit mata sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat tekanan darah tinggi. Pasien tidak pernah
menggunakan kacamata sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami penyakit pada mata.
Riwayat gula disangkal pasien. Riwayat trauma pada mata sebelumnya disangkal pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang pelajar Sekolah Menengah ke Pertama (SMP). Pasien tinggal
bersama ibu dan adiknya. Ayah pasien bekerja sebagai security bank dan ibu pasien adalah Ibu
Rumah Tangga. Pembiayaan pengobatan pasien menggunakan asuransi kesehatan.
Kesan : Sosial ekonomi cukup
Riwayat Gizi
Nafsu makan pasien kurang baik, pasien susah makan dan tidak menyukai sayuran termasuk
wortel, pasien hanya menyukai daging-dagingan.
Kesan: Gizi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2016 pukul 10.30 WIB di Poli Mata RSUD Dr.
Slamet Garut.
a) Status Praesens
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis, GCS=15
Tanda vital
: TD
: 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pemeriksaan fisik
: Kepala
Suhu : 360C
RR
: 20 x/menit
: Normocephale
Paru
Abdomen
OD
0,6
1,0
1,0
S 1,00
Ortotropia
OS
0,6 False 1
1,0
1,0
S 1,00
Ortotropia
Pemeriksaan Eksternal
Palpebra superior
Palpebra inferior
Silia
Ap. Lakrimalis
Konj. Tarsalis superior
OD
OS
COA
Pupil
Bulat, ditengah
Bulat, ditengah
3 mm
3 mm
Konj. Bulbi
Kornea
Diameter pupil
Reflex cahaya
Direct
Indirect
Iris
Lensa
OS
Konjungtiva superior
Konjungtiva inferior
COA
Dalam
Dalam
Pupil
Jernih
Jernih
Silia
Kornea
Iris
Lensa
Tonometri Schiotz
Palpasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal perpalpasi
Normal perpalpasi
Pemeriksaan Funduskopi
Funduskopi
OD
OS
Lensa
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Vitreus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Fundus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Papil
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
CDR
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Retina
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Macula
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Autorefraktometri
OD
OS
PD : 56
SPH
-2.00
-2.50
CYL
-0.75
-0.50
AX
12
178
RESUME
Pasien perempuan berusia 12 tahun datang ke Poliklinik Mata RSU dr. Slamet Garut dengan
keluhan penglihatan kedua mata kabur pada saat melihat jauh yang dirasakan sejak 1 bulan
terakhir. Pasien merasa penglihatannya kurang jelas pada saat melihat tulisan berukuran kecil
namun membaik jika jarak dekat. Pandangan kabur terjadi perlahan dan makin lama makin
kabur, pasien mengeluh harus memicingkan mata untuk melihat lebih jelas pada suatu benda.
Pasien mengaku lebih nyaman apabila pasien melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan
disertai dengan mata mudah berair, serta terdapat pusing dan mudah lelah saat membaca atau
melihat TV. Pasien mengaku sering membaca dengan jarak dekat dan sambil tidur dalam
jangka waktu yang lama. .
Status Genaralisata : dalam batas normal
Status Oftalmologis :
Oculus Dexter
sc : 0,6
cc : 1,0
Oculus Sinister
VISUS
sc : 0,6 False 1
cc : 1,0
1,0
STN
1,0
S 1,00
Koreksi
S 1,00
DIAGNOSIS BANDING
-
Astigmatisma
Hipermetropia
DIAGNOSIS KERJA
- Miopia Simpleks ODS
RENCANA PEMERIKSAAN
-
Pemeriksaan Funduskopi
RENCANA TERAPI
Medikamentosa
-
Vitamin A Eye Drops (Cendo Augentonic Eye Drops) 3x1 tetes/ hari ODS
Non Medikamentosa
-
Khusus
Kacamata lensa spheris konkaf / negatif sesuai dengan koreksi :
OD S 1.00 D 6/6
OS S 1.00 D 6/6
PD 57/55
Umum
PROGNOSIS
OD
Ad bonam
Ad bonam
Quo ad vitam
Quo ad fungtionam
OS
Ad bonam
Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 FISIOLOGI PENGLIHATAN
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses :
1. Pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang berbeda
kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous , lensa, dan humor
vitreus.
2. Akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung, tergantung pada objek
yang dilihat itu dekat atau jauh.
3. Konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga
penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang
memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi mata dari paparan
cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang.
4. Pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata
terfokus ke arah obyek yang sedang dilihat.
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata
memiliki bagian lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang
dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat pembatas refraksi:
1. Antara permukaan anterior kornea dan udara
2. Antara permukaan posterior kornea dan udara
3. Antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa
4. Antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous
Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea
1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34. 3
eye dibayangkan hanya terdapat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan
mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya bias mata bukan
dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh permukaan anterior kornea. Alasan utama
dari pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda dari indeks bias udara.
Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan
disetiap permukaannya, memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga
dari daya bias total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian
lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab dari
perbedaan ini ialah karena cairan yang mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak
jauh berbeda dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung
permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya akomodasi. 3
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca
pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan
ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam
keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih
menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal. 3
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan. Miopia maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan
pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum
yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.5
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli
sepertimiopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian
temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi
papil yang disebut annular patch. Dijumpai degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen
yang tidak merata menyerupai kulit harimau yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula,
degenerasi retina bagian perifer (degenerasi latis).2,3
Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering dijumpai,
berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih
bercabang-cabang dan bintik kuning keputihan. Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada
mata miopia dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio
retina.2,3
1. Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu
panjang atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi.
2. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di sekeliling kurang
cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap tahap
pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang
membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia.
3. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme
akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot otot siliar yang memegang lensa
kristalina. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia ini
hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus
ini, tidak boleh buru buru memberikan lensa koreksi.
4. Miopia Degeneretif : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau
miopia progresif. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya
juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini bertambah
buruk dari waktu ke waktu.
5. Miopia Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat obatan, naik
turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan sebagainya.4
Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah:
1.
2.
3.
4.
Pada dasarnya miopia terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis bola mata
tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain. Begitu juga perubahan
kekuatan refraksi kornea, lensa dan aquos humor akan menimbulkan miopia bila tidak
dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata.
Beberapa hal yang dikaitkan atau diperkirakan sebagai etiologi miopia adalah :
1. Herediter
2. Penyakit sistemik / mata tertentu
3. Kelainan endokrin
4. Malnutrisi, defisiensi vitamin dan mineral tertentu
5. Penyakit mata
6. Gangguan pertumbuhan
7. Aktivitas/ membaca dekat yang berlebihan
8. Pemakaian kaca mata yang tidak sesuai
9. Sikap tubuh yang tidak sesuai6
2.4 Patogenesis7
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan disebut
sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang tinggi atau akibat
indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini disebut sebagai miopia
refraktif (Curtin, 2002).
Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya apabila miopia lebih dari - 6
dioptri(D) disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi
korioretina. Atrofi retina terjadi kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang
terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya
neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen
epitel dan perdarahan atropi lapis sensoris retina luar dan dewasa akan terjadi degenerasi papil
saraf optik (Sidarta, 2007).
Terjadinya perpanjangan sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih belum
diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasia dan komplikasi penyakit ini,
seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaukoma. Columbre melakukan penelitian
tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya,
tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika
kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan okular postnatal pada mata
manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua
mekanisme patogenesis terhadap elongasi berlebihan pada miopia.
Abnormalitas
mesodermal
sklera
secara
kualitas
maupun
kuantitas
dapat
mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikan hal ini,
dimana pembuangan sebagian masenkim sklera dari perkembangan ayam menyebabkan
ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal sklera
posterior merupakan jaringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan
strategis ini menyebabkan kongenital ektasia pada area ini.
Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari kumpulan serat kolagen, hal ini
terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya. Kumpulan serat
terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada zona ora ekuatorial. Bidang sklera
anterior merupakan area potong lintang yang kurang dapat diperluas perunitnya dari pada
bidang lain. Pada test bidang ini ditekan sampai 7,5 g/mm2.
Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress ekstensi
pada sklera posterior ditemukan empat kali daripada bidang anterior dan equator. Pada batas
lebih tinggi sklera posterior kira-kira dua kali lebih diperluas.Perbedaan tekanan diantara
bidang sklera normal tampak berhubungan dengan hilangnya luasnya serat sudut jala yang
terlihat pada sklera posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien
dengan Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan
dengan miopia.
Vogt awalnya memperluas konsep bahwa miopia adalah hasil ketidakharmonian
pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan bersamaan
ketinggian perkembangan baik koroid maupun sklera menghasilkan peregangan pasif
jaringan. Meski alasan Vogt pada umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam
hubungannya dengan miopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah
pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen
abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang mungkin
menimbulkan defek ektodermalmesodermal umum pada segmen posterior terutama zona
oraekuatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari posterior mata, dimana dapat
dilihat pada miopia patologis (tipe stafiloma posterior).
Meningkatnya suatu kekuatan yang luas terhadap tekanan intraokular basal. Contoh
klasik miopia skunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada glaukoma juvenil
dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada peningkatan pemanjangan sumbu
bola mata (Sativa, 2003).
Secara anatomidan fisiologi, sklera memberikan berbagai respons terhadap induksi
deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stres. Kedipan kelopak mata
yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10 mmHg, sama juga seperti
konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan
tekanan intraokular 60 mmHg. Juga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai
70-110 mmHg. Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang sangat sering
diantara mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular (Sativa, 2003).
Untuk melihat sesuatu objek dengan jelas, mata perlu berakomodasi. Akomodasi
berlaku apabila kita melihat objek dalam jarak jauh atau terlalu dekat. Menurut Dr. Hemlholtz,
otot siliari mata melakukan akomodasi mata. Teori Helmholtz mengatakan akomodasi adalah
akibat daripada ekspansi dan kontraksi lensa, hasil daripada kontraksi otot siliari. Teori
Helmholtz merupakan teori yang sekarang sering digunakan oleh dokter.
Menurut Dr. Bates, dua otot oblik mata yang melakukan akomodasi mata dengan
mengkompresi bola mata di tengah hingga memanjangkan mata secara melintang. Dr. Bates
telah melakukan eksperimen pada kelinci, Dr. Bates memotong dua otot oblik dan mendapati
mata kelinci tersebut tidak bisa berakomodasi. Dr. Bates juga menginjeksi obat paralisis pada
otot oblik kelinci, mata tidak dapat berakomodasi. Apabila obat disingkirkan daripada otot
oblik, mata kelinci dapat berakomodasi kembali.
Akibat daripada kelelahan mata menyebabkan kelelahan pada otot mata. Otot mata
berhubungan dengan bola mata hingga menyebabkan bentuk mata menjadi tidak
normal.Kejadian ini adalah akibat akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang
lemah dan tidak stabil. Pada mata miopia, bola mata terfiksasi pada posisi memanjang
menyulitkan untuk melihat objek jauh (Dave, 2005).
2.5 Patofisisiologi
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya
bola mata akibat:
Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih
panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.
Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa
mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif.
Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi Ini
Disebut Miopia Indeks
Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi
glaukoma.
Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi)
Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia Simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadangkadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat
sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang
ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia
Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang
meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga
seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat
penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
rendah membantu mengurangi sakit kepala akibat asthenopia (mata cepat lelah).
Ada kecenderungan pasien untuk memicingkan mata jika ia ingin melihat jauh, efek
pinhole dari celah palpebra membuat ia melihat lebih jelas.
d Penderita rabun jauh biasanya suka membaca karena mudah bagi mereka sebagai
spekulasi yang menarik.
Menurut Prof. Dr. Sidharta Ilyas dalam bukunya Kelainan Refraksi dan Kacamata,
bahwa gejala myopia adalah bahwa penderita myopia yang dikatakan sebagai rabun jauh
akan mengatakan penglihatannya kabur juka melihat jauh dan hanya akan jelas jika pada jarak
dekat.
Gejala myopia secara umum :
Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan saat melihat jauh
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam
atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila
kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esoptropia.
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat
pada polus posterior fundus mata miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf optik akibat
tidak tertutupnya sklera oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula
kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer.1
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau
standar pemeriksaan mata, terdiri dari :
1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat
(Jaeger).
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kaca
mata.
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau
4.
5.
6.
7.
tidaknya kebutaan.
Uji gerakan otot-otot mata.
Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina.
Mengukur tekanan cairan di dalam mata.
Pemeriksaan retina.1
Pemeriksaan Penunjang2,9,10
Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada mata,
pemeriksaan tersebut adalah :
Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
Metoda
trial
and
menentukan
myopia
atau
besarnya
kelainan
refraksi
semua juring sama jelasnya bila dilihatdengan lensa silinder ditentukan yang
ditambahkan.
Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan
ditaruhlensa negatif sampai pasien melihat jelas
6. Keratoskop
Keratoskop
atau
Placido
disk
digunakan
untuk
pemeriksaan
1. Refraksi Subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rekraksi subjektif, metode
yang digunakan adalah dengan metode trial and error. Jarak pemeriksaan 6 meter
dengan menggunakan kartu Snellen.
2. Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D pemeriksa
mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan
retinoskop (against movement).
3. Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer.
Diagnosis Banding
a. Hipermetropia
Gangguan atau cacat mata yang tidak dapat melihat dekat. Hal ini disebabkan
mata penderita terlalu cekung. Penderita biasanya adalah orang yang terlalu sering
melihat objek yang jauh. Penderita dibantu dengan kacamata plus (positif).
b. Astigmatisme
Astigma adalah suatu keadaan dimana berkasi sinar tidak difokuskan pada satu titik
dengan tajam pada retina tetapi pada 2 garis titik yang saling tegak lurus yang terjadi
akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.
2.10 Penatalaksanaan
1. Terapi optikal
Miopia bisa dikoreksi dengan kacamata spheris negatif atau lensa kontak sehingga cahaya
yang sebelumnya difokuskan didepan retina dapat jatuh tepat di retina. 4
a. Koreksi Miopia dengan Penggunaan Kacamata
Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun
banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan.
Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata
haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil
untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material lensa yang
tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa.
Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya melalui material lensa
dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang lebih tinggi. (Patchul,2012)
b. Koreksi Miopia dengan Menggunakan Lensa Kontak
Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia adalah lensa kontak. Banyak
jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang telah
tersedia lebih dari -16.00 dioptri. (Patchul,2012)
Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak
keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak
lunak disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer
sedangkan lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate). (Hartono,2007)
Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya,
mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu.
Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal,
risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet serta
perawatannya sulit. (Hartono,2007)
Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang
baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi
astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama, serta
memberikan rasa yang kurang nyaman. (Hartono,2007)
Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada
kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O 2.
Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa
mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut. (Hartono,2007)
Lensa Kontak Ditinjau dari Segi Klinis
1. Lapang Pandang
Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak memerlukan
bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang pandangan yang terkoreksi
lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak hanya sedikit menimbulkan distorsi pada
bagian perifer. (Patchul,2012)
2. Ukuran Bayangan di Retina
Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak verteks) lensa
koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata, dengan koreksi lensa kontak,
penderita miopia memiliki bayangan yang lebih besar di retina, sedangkan pada penderita
hipermetropia bayangan menjadi lebih kecil. (Patchul,2012)
3. Akomodasi
Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan akomodasi
pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada penderita hipermetropia
sesuai dengan derajat anomali refraksinya. (Patchul,2012)
Pemilihan Lensa Kontak
Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras
Lensa Kontak Lunak
lunak
Iregularitas kornea
Orang tua
kontak lunak
Dry eye
(sebagai bandage)
Keratokonus
Pasien dengan overwearing
problem
2. Terapi bedah
Seiring dengan semakin berkembangnya tehnik operasi dan semakin banyaknya orang
yang lebih memilih operasi dibandingkan dengan memakai kacamata ataupun lensa kontak.
Sekarang telah dilakukan banyak prosedur operasi untuk mengkoreksi kelainan refraksi
seperti miopia secara permanen. Setelah operasi penderita miopia akan mendapatkan tajam
penglihatan sampai 20/40 bahkan sampai 20/20.4
Beberapa tehnik operasi yang telah digunakan untuk mengatasi kelainan refraktif miopia ini,
diantaranya :
Epikeratophakia
Radial keratotomy (RK)
Photo-refractive keratotomy (PRK)
Laser Insitu Keratomileusis (LASIK)
Clear lens extraction in unilateral high myopia
Phakic IOL
a. Koreksi Miopia dengan LASIK
Kelainan refraksi:
Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam)
bulan
Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan
ambliopia
Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30
(tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens). 11
Mata kering
Pasien Monokular
pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai
prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat
terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian
mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang
berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang
layak untuk menjalankan tindakan LASIK. 11
Persiapan calon pasien LASIK:
a
menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua
prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau
tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:
a
Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa bergeser (Free
flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup kuat kira-kira seminggu
setelah tindakan.
Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu setelah
tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin diperlukan
semacam lubrikan tetes mata.
Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata yang
besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang seiring dengan
berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan sering membaik setelah
1-3 bulan.
2.11. Komplikasi
Komplikasi lebih sering
berupa: 1,2
-
tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola
mata.1
3. Miopik makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah
kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan pandang
berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan
berkurangnya lapangan pandang. Miopi vaskular koroid atau degenerasi makular
miopia juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal dan ini
disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.1
4. Glaukoma Risiko
Terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%, dan
pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres akomodasi
dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula1.
5. Katarak Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang
dengan miopia, onset katarak muncul lebih cepat1.
2.12 Pencegahan Miopia
Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah dari kelainan mata sejak dari anak
dan menjaga jangan sampai kelainan mata menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan
beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan,
operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata. Tindakan pencegahan yang lain
adalah dengan cara (Rini, 2004) :
-
aktifitas lihat televisi atau komputer tepat waktu pemberian kaca mata.
Mengatur program harian anak (sekolah,ekstra kurikuler). Seharusnya diharuskan
aktifitas luar misalnya kegiatan olah raga, musik dan lainlain.
2.13. Prognosis
Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.
dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terusmenerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat
ambliopia.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Mengapa pada pasien ini di diagnosa sebagai pasien Miopia Simpleks ODS ?
Anamnesis :
Pasien perempuan berusia 12 tahun datang ke Poliklinik Mata RSU dr. Slamet Garut
dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur pada saat melihat jauh yang dirasakan
sejak 1 bulan terakhir. Pasien merasa penglihatannya kurang jelas pada saat melihat
tulisan berukuran kecil namun membaik jika jarak dekat. Pandangan kabur terjadi
perlahan dan makin lama makin kabur, pasien mengeluh harus memicingkan mata untuk
melihat lebih jelas pada suatu benda. Pasien mengaku lebih nyaman apabila pasien
melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan disertai dengan mata mudah berair, serta
terdapat pusing dan mudah lelah saat membaca atau melihat TV. Pasien mengaku sering
membaca dengan jarak dekat dan sambil tidur dalam jangka waktu yang lama. Pasien
mengaku tidak suka makan sayur-sayuran (termasuk wortel).
Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil :
Oculus Dexter
sc : 0,6
cc : 1,0
Oculus Sinister
VISUS
sc : 0,6 F1
cc : 1,0
1,0
STN
1,0
S 1,00
Koreksi
S 1,00
Pemeriksaan Autorefraktometri
OD
OS
PD : 56
SPH
-2.00
-2.50
CYL
-0.75
-0.50
AX
12
178
Pada pemeriksaan mata eksternal, biomikroskopi (slit lamp kedua mata dalam batas
normal.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi
mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat,
dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan
kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina tanpa
akomodasi.
Pasien ini diterapi dengan lensa sferis negatif. Ukuran lensa yang digunakan adalah yang
terkecil yang memberikan visus maksimal pada saat dilakukan koreksi. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa pada penderita miopia diberikan lensa sferis negatif
yang terkecil yang memberikan visus maksimal.
Pemberian cendo augentonic hanya sebagai nutrisi mata karena mengandung vitamin A
dan juga membantu mengatasi iritasi pada mata dan pemakaiannya cukup aman untuk
jangka waktu yang lama.
b. Non-medikamentosa
-
Khusus
Kacamata lensa spheris konkaf / negatif sesuai dengan koreksi :
OD S 1.00 D 6/6
OS S 1.00 D 6/6
PD 57/55
Umum
: ad bonam
Quo ad Vitam adalah ad bonam karena pada pasien tidak ditemukannya penyakit mata
lain maupun penyakit sistemik yang menyertai keluhan pasien dan pasien masih dapat
melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad functionam adalah ad bonam karena setelah dilakukan koreksi dengan baik,
disertai dengan pemeliharaan kesehatan mata yang baik, prognosisnya akan baik. Pasien
myopia sederhana yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, HS. 2014. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Ed 5. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
2. Vaughan A dan Riordan E. 2010. Ofthalmologi Umum. Ed 17. Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta.
3. Hall, et al. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9.
4. American Optometric Assosiation. 2008. Care The Patient With Myopia. Lindbergh
blvrd : St.Louis. Page 1-41
5. Ilyas S. 2002. Optik dan refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata untuk dokter
umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit Sagung Seto
6. Widodo A dan Prillia T. 2007. Miopia Patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia, ISSN
1693-2587.
7. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta. Abadi Tegal.1993
8. Ganong, 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit buku kedokteran EGC. Edisi
22. Jakarta
9. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2003:5
10. Hartono, Yudono RH, Utomo
PT, Hernowo
Ilmu