GLAUKOMA
Disusun oleh:
Linda Purwasih
15710118
Pembimbing:
dr. Mochammad Tauhid RafiI Sp.M
dr. Pinky Erdiana Sp.M
dr. Miftakhur Rochmah Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO
2016
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
ii
Daftar isi
iii
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan pustaka....
2.1
Definisi.
2.2
Anatomi...
12
13
13
15
2.3
15
2.4
EPIDEMIOLOGI
..
17
2.5
18
19
19
20
21
23
24
25
26
28
28
29
30
30
31
2.7
Gejala klinis ..
32
2.8
Pemeriksaan fisik ..
32
32
33
2.8.3 Tonometri .
33
2.8.4 Pachymetri
35
2.8.5 Gonioskopi
36
37
38
39
41
41
42
43
2.9
DIAGNOSIS .
43
2.10
DIAGNOSIS BANDING
43
2.11
PENATALAKSANAAN
45
2.11.1 Medikamentosa
45
A. Parasimpatomimetic
45
B. Simpatomimetic ..
45
C. - Blocker
45
45
E. CAI
45
F. Zat hiperosmotik
48
2.11.2 Operative ..
48
A. iredectomi perifer
49
B. Bedah filtrasi
50
a. trepanasi eliot
50
b. trabekulectomi .
50
c. sklerotomi .
51
51
D. Syklodestruktif..
52
52
2.12 PROGNOSIS.
53
BAB III..
54
LAPORAN KASUS .
54
3.1
Identitas .
54
3.2
Anamnesis..
54
3.3
Pemeriksaan fisik
55
3.5
58
3.6
Planning..
58
3.7
Edukasi.
59
BAB IV...
61
KESIMPULAN
61
DAFTAR PUSTAKA ..
62
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan
oleh TIO tinggi (relatif) yang ditandai dengan pencekungan (cupping) diskus
optikus dan pengecilan lapang pandang sampai dengan menghilang7.
Glaukoma adalah kondisi mata dengan tekanan intraokular tinggi disertai
gangguan integritas struktur dan fungsi akibat tekanan intraokular yang tinggi 6.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor
akueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular
dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg9.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang paling sering di dunia,
lebih kurang sebanyak 6 juta orang mengalami kebutaan pada kedua matanya
akibat glaucoma. Glaukoma sudut terbuka primer adalah bentuk glaukoma yang
sering dijumpai. Sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3%
orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma sudut terbuka
primer. Penyakit ini 3 kali lebih sering dan umumnya lebih agresif pada orang
yang berkulit hitam4,5.
Beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya glaukoma adalah
blok pupil, ,myopia, hipermetropi, tekanan darah yang tinggi, diabetes melitus, ras
kulit hitam,riwayat keluarga dengan glaucoma, pertambahan usia dan pasca
bedah, riwayat trauma ocular, penggunaan kortikosteroid topical jangka panjang21.
Glaucoma dapat di klasifikasikan menjadi beberapa sub klasifikasi
diantaranya glaucoma primer diklasifikasikan menjadi sudut terbuka, dan tertutup,
kemudian ada glaucoma congenital, glaucoma sekunder dan glaucoma absolute19.
Gejala klinis didapatkan gejala prodormal yang berlangsung 30 menit
sampai 1 jam yang berupa penglihatan kabur, melihat halo, nyeri, bila 30 menit
tidak membaik akan berlanjut ke gelaja glaucoma akut yaitu Jalannya dipapah,
karena tajam penglihatannya sangat turun, muntah muntah, mata hiperemis dan
fotofobia. Karenanya sering disangka bukan menderita sakit mata, melainkan
suatu penyakit sistemik, namun bila dalam 30 menit gejala prodormal membaik
maka mata akan normal kembali yang termasuk dalam klasifikasi glaucoma
kronis, sub akut, dan atau sudut terbuka kronis atau normo tensi19.
Diagnosis glaucoma berdasarkan dengan anamnesis dan diagnosis fisik
yang sesuai dengan klasifikasinya, dimana pemeriksaan fisik harus didapatkan
adanya pencekungan atau penggaungan diskus optic, dan penyempitan lapangan
pandang bahkan sampai menghilang15.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan visus, pupil,
tonometri, funduscopi, gonioskopi, pemeriksaan lapang pandang, pachymetri dan
uji profokasi.
Penatalaksaan dapat dilakukan dengan medikamentosa dengan obat-obatan
yang bertujuan mengurangi maupun menghambat produksi humor aquos,
membuat pupil jadi miosis dengan tujuan meningkatkan outflow. Namun dapat
juga dilakukan therapy dengan jalan beberapa tekhnik operasi atas indikasi
tertentu4,19.
Prognosis glaucoma baik bila mendapatkan penanganan lebih awal dengan
tujuan mencegah kerusakan fungsi saraf optic ( lapang pandang) lebih awal
karena glaukoma dapat dikendalikan dan dirawat dengan obat tetes mata, tablet,
operasi laser atau operasi mata dengan tujuan menurunkan tekanan intraocular
sehingga dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut, oleh karena itu
pentingnya deteksi dini glaucoma demi penanganan glaucoma lebih dini untuk
mencegah progesifitas kerusakan penglihatan12.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata)
disebabkan oleh TIO tinggi (relatif) yang ditandai dengan pencekungan
(cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Tekanan intraokular
ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan terhadap
aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang
dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan
dengan tekanan air raksa1,7.
Glaukoma adalah kondisi mata dengan tekanan intraokular tinggi
disertai gangguan integritas struktur dan fungsi akibat tekanan intraokular
yang tinggi6.
Glaukoma sudut terbuka adalah glaucoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Glaukoma sudut terbuka ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaucoma
pada kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang
dapat merupakan penyebab.2,3
Sudut tertutup didefenisikan sebagai aposisi dari iris perifer terhadap
trabekular meshwork yang menyebabkan menurunnya drainage dari aquous
humor melalui kamera okuli anterior. Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila
aliran keluar aquous humor terhambat akibat penutupan sudut kamera okuli
anterior10,11.
Gambar 2.1
Glaukoma
2.2
ANATOMI
10
lubang pada sklera dengan diameter sekitar 1,50 mm.Sedang letak dari padadiskus
optikusnya berada sekitar 0,3mm di bawah dan 1,0 mm disebelah nasalfovea
sentralis2.
Gambar2.2.2
Anatomi discus
optikus
garis
tengah,
tempat
mereka
bergabung
11
ke
genikulatum
daerah
basal
lateralis
ventralis
otak
sekitarnya,
pada
thalamus
diduga
untuk
pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi
penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola
mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan
jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe, dan
jonjot iris 2,7.
12
13
2.2.4
MUSCULUS SILIARIS
Tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, dan radial.
Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi seratserat zonula, yang berorigo di lembah-lembah di antara prosesus siliaris.
Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa dapat
mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang
berjarak jauh dalam lapangan pandang. Serat-serat longitudinal muskulus
siliaris menyisip ke dalam anyaman trabekula untuk mempengaruhi besar
porinya. Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi korpus siliare berasal
dari lingkar utama iris. Saraf sensorik iris adalah melalui saraf-saraf
siliaris 2,21.
14
2.3
2.3.1
15
avaskular.
Mengekalkan transparensi optik.
Menggantikan tempat dan peran limfe yang tidak ada dalam bola
mata20.
16
L/menit sehingga didapat batas normal produksi cairan aquos sekitar 1,8
4,3 L/menit. Kecepatan ini dalam sehari dapat bervariasi yang disebut
dengan variasi diurnal yaitu kecepatan selama tidur 1,5 kali lebih cepat dari
pada pagi hari10,20.
Ultrafiltrasi
Substansi plasma keluar dengan melewati dinding kapiler, jaringan ikat
yang longgar, dan epitelium pigmen dari prosesus siliaris.
Sekresi
Tight junction antara sel-sel epitelium nonpigmen membentuk bagian
barier darah-aqueos. Substansi tertentu diskeresi secara transpor aktif
melewati barier ini ke dalam bilik belakang. Transpor aktif ini dibawa oleh
pompa ATPase yang diaktivasi Na+-K- dan sistem enzim karbonik
17
2.3.3
18
pengaliran
keluarnya
menentukan
besarnya
tekanan
19
20
yang
berjumlah
sekitar
25-35
buah.
Kanal
ini
21
A.
tekanan intraokular.
Dilatasi pupil pada pasien dengan sudut bilik depan yang sempit bisa
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular, yang mana
B.
22
aqueos.
Jenis kelamin. Tekanan intraokular sama antara kedua jenis kelamin
pada umur 20-40 tahun.
Variasi tekanan intraoikular
sehari-hari.
Biasanya
terjadinya
tekanan intraokular.
Anestesi umum. Anestesi umum dan banyak obatan lain juga
mempengaruhi
tekanan
intraokular,
contohnya
alkohol
2.4
EPIDEMIOLOGI
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang paling sering di
dunia, lebih kurang sebanyak 6 juta orang mengalami kebutaan pada
kedua matanya akibat glaukoma Di Amerika Serikat lebih dari 3 juta
orang menderita glaukoma, dan lebih dari separuh mereka tidak
23
2.6
24
okular
a. Sindrom Sturge-weber
b. Sindrom Marfan
c. Neurofibromatosis
d. Sindrom Lowe
e. Rubella kongenital
C. Glaukoma sekunder
D. Glaukoma absolut
2.6.1 GLAUKOMA PRIMER
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan
kelainan yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada
orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti:
berupa
trabekulodisgenesis,
iridosgenesis
dan
25
optik dengan
gejala kerusakan
nervus
optikus
menyebabkan
jumlah
sel
trabekula
pembatas
sehingga
26
fakolitik)
c. Edem trabekulae meshwork
-
trauma tumpul
27
28
C. GEJALA KLINIS
Asimtomatik dalam tahap awal, sehingga hampir selalu
penderita datang berobat dalam keadaan penyakit yang sudah
berat.
Progresifitas lambat
Bilateral tapi tidak simetris
Tekanan intra okuler dapat normal, maupun tinggi bila pada
sudut terbuka sekunder
Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atropi papil disetai
ekskavasio glaukomatosa. Gangguan saraf optik akan terlihat
sebagai gangguan fungsi berupa penciutan lapangan pandang
COA mungkin normal dan pada gonioskopi terdapat sudut
terbuka.
Lapangan pandangan mengecil atau menghilang.
Atropi nervus optikus dan terdapat cupping.
Tes provokasi positif.
Kerusakan lapangan pandang dari pinggir sampai ke tengah ke
bagian tengah (tunnel vision).
kerusakan
nervus
optik
tidak
berhubungan
dengan
29
30
Tumbuhnya lensa
Iris tebal
Akomodasi
Dilatasi pupil
2.5.1.2.1
31
Nyeri hebat
Kemerahan ( injeksi siliaris )
Pengelihatan kabur
Melihat halo
Mual muntah
Gejala objektif :
Palpebra : Bengkak
Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi
-
32
Gejala Objektif
2.5.1.2.3
33
Peningkatan TIO
Sudut coa yang sempit
Sinekia anterior ( dengan tingkatan yang bervariasi )
Kelainan diskus optikus dan lapangan pandang
2.6.1.2.4
IRIS LATEU
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai. Pada iris
plateau, kedalaman bilik mata depan sentral normal, tetapi sudut bilik mata
depannya sangat sempit karena posisi processus ciliares terlalu anterior. Mata
dengan kelainan ini jarang mengalami blokade pupil, tetapi dilatasi akan
menyebabkan merapatnya iris perifer, sehingga menutup sudut (pendesakan
sudut), sekalipun telah dilakukan iridektomi perifer. Pengidap kelainan ini
mengalami glaukoma sudut tertutup akut pada usia muda, dan sering
mengalami kekambuhan setelah tindakan iridektomi laser perifer atau
iridektomi bedah. Diperlukan terapi miotik jangka panjang atau iridoplasti
dengan laser18,19.
34
GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang
ditemukan. Glaukoma ini disebabkan oleh kelainan perkembangan
struktur anatomi mata yang menghalangi aliran keluar aqueous humor.
Kelainan tersebut antara lain anomali perkembangan segmen anterior
dan aniridia (iris yang tidak berkembang). Anomali perkembangan
segmen
anterior
dapat
berupa
sindrom
Rieger/
disgenesis
2.6.3
GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul
akibat adanya penyakit mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis
glaukoma sekunder antara lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi,
dislokasi lensa, intumesensi lensa,fakolitik, uveitis, melanoma traktus
uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan peningkatan tekanan
episklera 20,13.
2.6.4
GLAUKOMA ABSOLUT
Glaukoma absolut adalah merupakan stadium akhir
glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan akibat
tekanan bola mata dan memberikan gangguan fungsi lanjut (visus =
0)14.
Gejala Klinis pada Glaukoma Absolut :
- Kornea terlihat keruh,
- Papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa
- Mata keras seperti batu dengan rasa sakit.
Therapy dapat diberikan bila terdapat keluhan, atau dapat
diberikan therapy simptomatik, dan causative yang dapat menurunkan
cairan humor aquos15.
35
36
Pemeriksaan pupil
Penilaian yang cermat terhadap pupil harus dilakukan untuk
mengungkapkan adanya catatan relative adakah pupil dengan mid
2.8.3
dilatasi8.
Tonometri
37
Pemeriksaan
tekanan
intraokuli
dapat
dilakukan
dengan
38
Pachymetri
Tujuan dari pemeriksaan pachymetry adalah untuk melihat
ketebalan dari kornea yang merupakan faktor risiko dari glaukoma.
Pachymetry dapat juga digunakan untuk membaca tekanan intra okuler
yang tinggi.Dasar dari pemeriksaan Pachymetry adalah tebal suatu
benda dapat diukur dengan melihat bayangan benda tersebut pada suatu
sistem pemisahan sinar pada kaca. Pachymetry merupakan alat
ultrasounography yang mengukur tebal kornea pada daerah tertentu.
Cara pemeriksaannya adalah Alat pechymetry ditempel pada
slitlamp, kemudian cahaya kecil disinar tegak lurus pada kornea dan
kemudian kaca digeser sampai dataran belakang kornea berimpit dengan
dataran depannya pada kedua kaca yang digeser. Baca pada skala
pergeseran kaca20.
39
Yang dinilai:
Tebal kornea dapat ditentukan, berdasarkan konversi pergeseran
sinar. Dengan pachymetry dapat juga ditentukan tebal lensa dan dalamnya
bilik mata depan.
2.8.5
Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata
depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma,
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan. Gonioskopi dapat membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup.
Begitu pula dapat diperiksa apakah ada perlengketan iris di bagian perifer
dan kelainan lainnya. Dengan cara yang sederhana sekali, seorang dokter
dapat mengira-ngira tentang lebar sempitnya suatu sudut bilik mata depan,
yaitu dengan menyinari bilik mata depan dari samping dengan sentolop.
Iris yang datar akan disinari secara merata. Ini berarti sudut bilik mata
depan terbuka. Apabila iris disinari sebagian, yaitu terang di bagian lampu
senter tetapi membentuk bayangan di bagian lain, kemungkinan sudut bilik
mata depan sempit atau tertutup18.
40
2.8.6
Lapangan pandang
Pemeriksaan lapang pandang dilakukan untuk mencari batas luar
persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan penglihatan daerah yang
sama dan dengan demikian dapat dilakukan pemeriksaan defek lapang
pandangan. Namun, harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan
perifer dan juga sentral. Pemeriksaan ini disebut sebagai perimetri Alatalat yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan
pandang pada glaukoma adalah automated perimeter (misalnya
Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann, Friedmann
field analyzer, dan layar tangent, dan dapat juga dilakukan dengan uji
konfrontasi20.
Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum
menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah
menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya
sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan
berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas, yang
kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat
menimbulkan tunnel vision, seolah-olah melihat melalui teropong untuk
kemudian menjadi buta7,16.
41
42
Nilai:
Jika benda yang dilihat pemeriksa sama dengan pasien berarti lapangan
pandangan sama. Bila pasien melihat terlambat, berarti lapangan
pandang pasien lebih sempit daripada pemeriksa16.
2.8.6.2 Perimetri Goldman
Tujuannya adalah Perimetri dilakukan untuk mencari batas
luar persepsi sinar perifer dan melihat kemampuan penglihatan daerah
yang sama dan dengan demikian dapat dilakukan pemeriksaan defek
lapangan pandangan15.
Dasarnya adalah Saraf yang mempunyai fungsi sama akan
mempunyai kemampuan melihat yang sama. Bila ada rangsangan sinar
pada retina maka retina akan melihat rangsangan tersebut12,15.
Teknik
Mata yang tidak ditutup diberi koreksi untuk jauh disertai kacamata
adisi dan diminta fiksasi pada target yang terletak 33 cm
didepanmata pasien.
43
Nilai :
44
2.8.7
Funduskopi
2.8.7.1 Pemeriksaan Ophtalmoskop Langsung
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan
keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma
yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf
optik dan lebarnya ekskavasi
Pada papil saraf optik dapat terlihat apakah ada papil edema,
hilangnya pulsasi vena, saraf optik, ekskavasi papil pada glaukoma dan
atrofi saraf optik. Pada retina dapat dinilai kelainan seperti perdarahan
subhialoid, perdarahan intraretina, lidah api, dots, blots, edema retina
dan edema makula. Pembuluh darah retina dapat dilihat perbandingan
atau ratio arteri vena, perdarahan arteri dan vena dan adanya
mikroaneurisma dari vena20,21..
Pada glaukoma dapat terlihat:
-
tergaung
Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atropi akan berwarna
hijau
Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar
45
2.8.7.2
Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada suatu keadaan yang meragukan. Pada
glaukoma primer sudut terbuka dapat dilakukan beberapa tes provakasi
sebagai berikut :
1. Tes minum air ( Water Drinking Test)
Penderita disuruh berpuasa paling sedikit 4 jam, tanpa
pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh minum satu liter air
dalam lima menit. Lalu diukur tiap 15 menit selama 1,5 jam.
Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma20.
2. Uji Priskol
Uji ini dilakukan dengan menyuntikan 1 ml priskol pada
konjungtiva, dan kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan bola
46
2.9 DIAGNOSIS
Karena begitu banyaknya klasifikasi glaucoma dasar diagnosis
glaucoma berdasarkan dengan anamnesis yang sesuai dengan klasifikasi
glaucoma dan diagnostic fisik yang sesuai pula dengan klasifikasi
glaucoma, dimana harus didapatkan Tekanan intra okuler yang tinggi,
gangguan lapangan pandang, dan adanya pencekungan, penggaungan atau
eksavasasi dari diskus optic15.
2.10 DIAGNOSIS BANDING
Tabel 2.1 Diagnosis Banding pada Glaukoma
1. Sakit
2. Injeksi siliar
3. Injeksi
konjungtiva
4. Kornea
5. Pupil
Glaukoma Sudut
Tertutup
Hebat
Prostrating
+
++
Suram dan rincian
iris tak tampak
6. COA
7. TIO
Semidilatasi, tak
bereaksi terhadap
sinar
Dangkal
Tinggi
8. Sekret
Air
Iritis Akut
Konjungtivitis
Akut
sampai Membakar, gatal
Sedang
hebat
-
++
Biasanya jernih,
kadang terlihat
dengan deposit
pada permukaan
posterior kornea
Miosis, reaksi
lambat atau absen
Normal
Normal atau
rendah
Air
Normal
Normal
Normal
Pus
47
9. Visus
10. Serangan
Sangat turun
Mendadak
Turun sedikit
Perlahan
Normal
Perlahan
2.11 PENATALAKSANAAN
2.11.1 Medikamentosa
Dalam terapi medis, pasien glaukoma akan diberikan obat-obatan
yang diharapkan mampu mengurangi tekanan intraokular yang meninggi.
Pada glaukoma tekanan normal, meskipun tidak terjadi peningkatan
tekanan itraokular, pemberian obat-obatan ini juga memberikan efek yang
baik15.
Pemberian terapi medis harus dilakukan secara terus menerus, oleh
karena itu sifat obat-obatnya harus mudah diperoleh dan mempunyai efek
samping sekecil-kecilnya. Harus dijelaskan kepada penderita dan keluarga
bahwa glaukoma memerlukan pemeriksaan dan pengobatan seumur hidup.
Obat-obat yang digunakan ialah sebagai berikut:
A. Parasimpatomimetik: miotikum, memperbesar outflow
Terdiri dari:
1. Pilokarpin 2-4%, 3-6 dd 1 tetes sehari
2. Eserin salep 0,25-0,50%, 3-6 dd 1 kali sehari
Pemberian terapi ini sebaiknya disesuaikan dengan variasi diurnal,
yaitu diteteskan pada waktu tekanan intraokular meningkat. Eserin sebagai
salep mata dapat diberikan malam hari. Efek samping dari obat-obat ini
yaitu meskipun dengan dosis yang dianjurkan hanya sedikit yang
diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistemik, dapat terjadi mual dan nyeri
abdomen. Dengan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keringat
yang berlebihan, salivasi, tremor, bradikardi, dan hipotensi.
B.
48
Terdiri dari:
1. Non-selective beta blocker
Timolol maleat 0,25-0,50%, 2 dd 1 tetes sehari
2. Selective beta blocker
Betaxolol 0,25-0,50%, 2 dd 1 tetes sehari
Efek sampingnya adalah hipotensi, bradikardi, sinkop,
halusinasi, kambuhnya asma, dan payah jantung kongestif. Pada
wanita hamil harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum
mengkonsumsi obat ini. Pemberian pada anak belum dapat
dipelajari. Obat ini tidak atau hanya sedikit, menimbulkan
perubahan pupil, gangguan visus, gangguan produksi air mata, dan
hiperemi. Dapat diberikan bersama dengan miotikum. Ternyata
dosis yang lebih tinggi dari 0,50% dua kali sehari satu tetes tidak
menyebabkan penurunan tekanan intraokular yang lebih lanjut.
D. Golongan 2-adrenergik Agonis
Terdiri dari:
1. Golongan 2-adrenergik agonis selektif
Apraclonidine, brimodinine
2. Golongan 2-adrenergik agonis non selektif
Epinefrin, dipivefrin
E. Carbon anhydrase inhibitor (penghambat karbon anhidrase):
menghambat produksi aqueous humor
1. Topikal: dorzolamide 2%
2. Oral: acetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet (diamox, glaupax)
Pemberian obat ini menyebabkan poliuria. Efek samping
penggunaan
obat
ini
ialah
anoreksia,
muntah,
mengantuk,
Tabel 2.2. Contoh-contoh Obat, Cara Kerja, dan Efek Samping pada
Glaukoma22
49
Nama Obat
Penyekat beta (-blocker)
Timolol meleat 0,25-
Cara Kerja
Menurunkan produksi
Efek Samping
Eksaserbasi asma dan
aqueous humor
bradikardi
Menurunkan sekresi
aqueous humor,
dan mengantuk
meningkatkan aliran
keluar (outflow) melalui
jalur uveosklera (jalur
Carbon anhydrase
inkonvensional)
Menurunkan produksi
inhibitor (penghambat
karbon anhidrase)
Dorzolamide 2%,
dengan 40-60%
menyebabkan Steven
sistemik acetazolamide
Johnson Syndrome
Meningkatkan aliran
nyeri kepala
humor melalui
trabecular meshwork
Meningkatkan aliran
Meningkatkan
50
bimatoprost 0,03%
inkonvensional)
Hiperosmotik
Gliserin 1-1,5 cc/kgBB
dicampur dengan sari
lemon, dan manitol 20%
1-2 g/kgBB (iv)
dan uveitis
Hati-hati pada penderita
menurunkan produksi
dan maligna)
Miotik untuk konstriksi
Sikloplegik
pupil dalam
penatalaksanaan
glaukoma sudut tertutup
akut dan iris plateau.
Midriatik untuk
membuka penutupan isi
bombans akibat sinekia
posterior.
sikloplegik untuk
menarik lensa ke
belakang
51
operasi. Obat mulai bekerja setelah 10 menit dan mencapai efek maksimal setelah
30menit dan akan bekerja selama 5 jam. Efek samping : peningkatan tekanan
darah sistemik yang berat, dehidrasi, mual muntah, diuresi, retensi urin, rasa
bingung, pusing, demam, diare, CHF,asidosis dan edema paru.
2. Manitol
Golongan hiperosmotik yang dapat diberikan IV. Cara kerja sama seperti zat
hiperosmotik yang lain. Dosis ; 1-2g/KgBB atau 5ml/KgBB IV dalam masa 1 jam
2.11.3 Operatif
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan
apabila:
1. Tekanan intraokular tidak dapat dipertahankan dibawah 22 mmHg
selama pengobatan sudah diberikan.
2. Dengan obat, TIO menurun, namun penyempitan lapangan pandang,
3.
4.
5.
6.
mengeluarkan aqueous humor, oleh karena jalan yang normal tidak dapat
digunakan kembali. Macam-macam jenis pembedahan pada glaukoma,
yaitu:
A. Iridektomi dan Iridotomi Perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk
komunikasi langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda
tekanan diantara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser
neodinium YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan
iridektomi perifer. Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahann yang
digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan akut20,5.
52
53
mata
sehingga
tekanan
intraokular
naik.
Bedah
dijahit
kembali.
Cairan
dialirkan
melalui
korneoskleral ke subkonjungtiva.
C. Argon Laser Trabeculoplasty
Penggunaan laser atau argon untuk menimbulkan luka bakar
melalui
suatu
goniolensa
ke
trabecular
meshwork
dapat
54
seperti
hidrostat.
Tahan terhadap kemungkinan penutupan.
Minimal terjadi hipotensi.
Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi.
Bersifat atraumatik.
2.12 PROGNOSIS
55
BAB 3
LAPORAN KASUS
56
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny.S
65 tahun
Laki Laki
Pensiunan Karyawan pabrik
Islam
Gedangan sidoarjo
SMA
176288
09 Desember 2016
3.2. Anamnesis
a) Keluhan Utama
Mata kanan tidak kelihatan sama sekali dan cekot-cekot
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke Poli Penyakit Mata RSUD
Sidoarjo pada tanggal 09 September 2016 dengan keluhan mata kanan
tidak kelihatan sama sekali secara perlahan dan cekot-cekot sejak 3 bulan
lalu. 3 bulan yll, sebelumnya pasien mengalami seperti melihat bayangan
hitam disekitar obyek yang pasien lihat yang kemudian bayangan hitam
itu rata, sehingga sekarang kabur dan tidak kelihatan,3 bulan yll pasien
merasakan mata kanan kabur disertai nyeri yang sangat disekitar mata,
menjalar ke dahi, ke pipi, rahang, dan sampai kepala, disertai mual dan
muntah pasien mengira tidak sakit mata sehingga pasien tidak segera
berobat ke poli mata pasien berobat ke IGD terdekat dan didiagnosa
gelaja stroke. keluhan disertai Mata kanan merah (+), nrocoh (-),
mblobok (-), terasa mengganjal (-), perih (-), panas (-), dan lengket (-).
Silau(+), saat nyeri pasien melihat lampu tampak lebih besar, dan warna
warni.
57
: Cukup
: Compos mentis
: Tensi
Nadi
RR
Suhu
:
:
:
:
110/70 mmHg
78 kali/menit
18 kali/menit
36,5oC
b) Status Lokalis
OD
Visus
Pinhole
Fundus Refleks
Proyeksi iluminasi
Tekanan intraokular
1/300
BSA
2/10 = 59,1 mmHg
Palpasi keras
Kedudukan bola mata Normal
Pergerakan bola mata Normal
Fluorescein test
Negatif
Palpebra superior et Edema (-)
Echimosis (-)
inferior
Pseudoptosis (-)
Konjungtiva
tarsus Hiperemi (+)
Hipertrofi (-)
superior et inferior
Giant papil (-)
Hordeolum (-)
Chalazion (-)
OS
5/5.5
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
6/5.5= 14,6 mmHg
Normal
Normal
Negatif
Edema (-)
Echimosis (-)
Pseudoptosis (-)
Hiperemi (-)
Hipertrofi (-)
Giant papil (-)
Hordeolum (-)
Chalazion (-)
58
Konjungtiva bulbi
Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa
Edema (-)
Sekret (-)
Pseudomembran (-)
CVI (+)
PCVI (+)
Sekret (-)
Pterygium (-)
Pinguekula (-)
Kemosis (-)
Edema (+)
Keruh (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Pannus (-)
KP (-)
Flare (-)
Hipopion (-)
Hifema (-)
Dalam (-)
Dangkal (+)
Edema (-)
Sinekia posterior (-)
Sinekia anterior
Edema (-)
Sekret (-)
Pseudomembran (-)
CVI (-)
PCVI (-)
Sekret (-)
Pterygium (-)
Pinguekula (-)
Kemosis (-)
Edema (-)
Keruh (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Pannus (-)
KP (-)
Flare (-)
Hipopion (-)
Hifema (-)
Dalam (-)
Dangkal (+)
Edema (-)
Sinekia posterior (-)
Sinekia anterior
perifer (+)
Atropi (+)
Refleks pupil (-)
Miosis (-)
Midriasis (+)
Ireguler (+)
Bentuk oval (+)
Keruh (+)
perifer (-)
Atropi(-)
Refleks pupil (-)
Miosis (+)
Midriasis (-)
Ireguler(-)
Bentuk oval (-)
Keruh (-)
3.4. Resume
Pasien laki2 usia 65 tahun datang dengan keluhan OD tidak kelihatan
sama sekali (gelap) perlahan sebelumnya melihat bayangan hitam disekitar
obyek, kemudian sekarang gelap tampak hitam semua, disertai cekot-cekot
hilang timbul sejak sejak 3 bulan yll. 3 bulan yll pasien merasakan mata
kanan kabur disertai nyeri yang sangat disekitar mata, menjalar ke dahi, ke
pipi, rahang, dan sampai kepala, disertai mual dan muntah. Keluhan disertai
Mata kanan merah (+),Silau(+), halo (+). Pasien memiliki riwayat penyakit
dahulu katarac, riwayat penggunaan obat : catarlent.
59
Pupil
OS
1/300
2/10 = 59,1 mmHg
Palpasi keras
CVI (+)
PCVI (+)
Edema (+)
Hifema (-)
Dalam (-)
Dangkal (+)
Sinekia anterior perifer(+)
Iris ireguler (+)
Atropi (+)
5/5.5
6/5.5 = 14,6 mmHg
CVI (-)
PCVI (-)
Edema (-)
Hifema (-)
Dalam ()
Dangkal (+)
Sinekia anterior perifer (-)
Iris ireguler (-)
Atropi (-)
60
61
BAB 4
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan
oleh TIO tinggi (relatif) yang ditandai dengan pencekungan (cupping) diskus
optikus dan pengecilan lapang pandang sampai dengan menghilang7.Glaukoma
adalah kondisi mata dengan tekanan intraokular tinggi disertai gangguan integritas
struktur dan fungsi akibat tekanan intraokular yang tinggi 6. dapat di klasifikasikan
menjadi beberapa sub klasifikasi diantaranya glaucoma primer diklasifikasikan
menjadi sudut terbuka, dan tertutup, kemudian ada glaucoma congenital,
glaucoma sekunder dan glaucoma absolute19
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang paling sering di dunia,
Beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya glaukoma adalah blok
62
pupil, ,myopia, hipermetropi, tekanan darah yang tinggi, diabetes melitus, ras kulit
hitam,riwayat keluarga dengan glaucoma, pertambahan usia dan pasca bedah,
riwayat trauma ocular, penggunaan kortikosteroid topical jangka panjang21.
Gejala dapat dibagi menjadi gejala prodormal dan gejala glaucoma akut,
Diagnosis glaucoma berdasarkan dengan anamnesis dan diagnosis fisik yang
sesuai dengan klasifikasinya, dimana pemeriksaan fisik harus didapatkan adanya
pencekungan atau penggaungan diskus optic, dan penyempitan lapangan pandang
bahkan sampai menghilang15
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan visus, pupil,
tonometri, funduscopi, gonioskopi, pemeriksaan lapang pandang, pachymetri dan
uji profokasi.
Pada glaukoma harus rutin dalam pengobatan agar tidak meluas dan dapat
menyebabkan kebutaan. Medikamentosa yang diberikan prinsipnya adalah menurunkan
produksi aqueous humor dan melancarkan pengaliran keluar aqueous humor melaui
trabekular atau uveoskleral. Deteksi lebih dini pada glaucoma akan membawa prognosis
yang baik pada glaucoma terutama untuk mempertahankan lapang pandang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asbury, Vaughan. 2010. Oftalmologi Umum Edisi 17: Glaukoma. Jakarta:
ECG. Hal 212-228.
2. Coplin N.T., Lundy D.C. 2007. Atlas of Glaucoma 2nd Edition. Informa. UK.
3. Cibis G.H. 2007. Trabecular Meshwork. Dalam: Tanaka, S., ed. Fundamentals
and Principles of Opthalmology. Singapore: American Academy of
Opthalmology.
4. Depkes RI. 2003. PERDAMI: Strategi nasional Penanggulangan Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) untuk Mencapai Vision 2020. Jakarta.
5. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
6. Diktat Kuliah Ilmu Penyakit mata. FK UNAIR. Hal 114-142.
7. Ilyas, Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima: Glaukoma. Jakarta:
FKUI. Hal 222-229.
63
Eyesight.
64
65