Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GLAUKOMA

Disusun oleh :
1. Rena Listiani 112019030151
2. Erfina 112019030152
3. Sri Heni Handayani 112019030153
4. Merlin Anzani 112019030154
5. Siti Ikhlasul Fitriyana 112019030155
6. Annisa Putri Yulia Audina 112019030156

S1-KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan karunia
Nya kami sekelompok dapat menyelesaikan tugas Makalah ASKEP Gerontik dengan
Glaukoma dengan lancer dan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah Keperawatan
Gerontik yang telah memberikan kami tugas ini karena dengan tugas ini kami belajar
mengenai materi yang ditugaskan.
Tiada hal yang sempurna kecuali Allah SWT , maka kami menyadari bahwa
tugas yang kami buat pasti aka nada ketidak sempurnaan. Oleh karena itu , kami
meminta maaf atas ketidak sempurnaan itu dan kami siap menerima kritikan serta saran
dari dosen kami . Semoga makalah kami bisa berguna dan bermanfaat untuk kami
khususnya dan untuk teman-teman kami.

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar ………………………………………………………………… 2
Daftar Isi ………………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………. 4-5
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
BAB II Tinjaun Pustaka ………………………………………………………… 6-15
1. Pengertian
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Penatalaksanaan
9. Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
 Diagnosa Keperawatan
 Intervensi
BAB III Penutup …………………………………………………………………… 16
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi,
indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat
diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang
yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan
kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka.
Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab
kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66
juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan
penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa
disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering
berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak
menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan
yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari
mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan
oleh glaukoma tidakdapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan
penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana cara memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan glaukoma

4
3. TUJUAN
1) Menjelaskan dan memahami pengertian glaucoma
2) Menjelaskan dan memahami etiologi glaucoma
3) Menjelaskan dan memahami patofisiologi glaucoma
4) Menjelaskan dan memahami pathway galaukoma
5) Menjelaskan dan memahami klasifikasi glaucoma
6) Menjelaskan dan memahami manifestasi klinik glaucoma
7) Memahami dan melakukan pemeriksaan penunjang glaucoma
8) Memahami dan melakukan penatalaksanaan glaucoma
9) Memahami komplikasi glaucoma
10) Memahami konsep asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi) pada pasien dengan glaukoma

4. MANFAAT
1) Bagi Lansia Agar asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansia
dapat bermanfaat untuk kebutuhan lansia terpenuhi.
2) Bagi Perawat Gerontik. Dapat mengenal asuhan keperawatan lansia dan
dapat menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN
Glaukoma merupakan suatu penyakit dimana terjadinya keruskan pada
saraf mata karena tekanan yang tinggi di mata sehingga bisa menyebabkan
gangguan penglihatan bahkan buta .
Penyakit Glaukoma ini sering di derita lansia karena dipengaruhi oleh
penurunan fungsi dari system sensori .Sehingga penyakit ini masuk kedalam
penyakit di keperawatan gerontik.

2. KLASIFIKASI
 Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial
yang kuat. Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular
meshwork sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos
yang menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita
glaukoma primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos
pada sistem trabekulum dan kanalis schlemm
 Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan
predisposisi anatomis tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan
tekanan intraokuler karena sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi
trabekular meshwork oleh iris perifer.
 Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata
dan paling sering disebabkan oleh uveitis.

 Glaukoma Kongenital

6
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi
akibat gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma
kongenital seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai
adanya epifora dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan
intraokuler. Glaukoma kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer
(kelainan pada sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen
anterior, dan kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom
Sturge-Weber dan rubela kongenital).

3. ETIOLOGI
Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata
( tekanantraokular),baik akibat produksi cairan yang berada di mata yang
berlebihan,mampu mengakibatkan terhalangnya saluran pembuangan cairan
tersebut.tekanan ini dapat merusak saraf pusat retina atau jaringan saraf yang
melapisi bagian belakang mata dan saraf optik yang menghubungkan mata ke
otak .hingga saat ini masih belum jelas mengapa produksi cairan mata bisa
berlebihan atau kenapa saluran pembuangannya bisa terjadi penyumbatan.

4. PATHOFISIOLOGI
Tingginya tekanan intraoskular bergantung pada besarnya produksi
humor aqueus oleh badan siliari dan mengalirkan keluar.besarnya aliran keluar
humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga tergantug pada keadaan
kanal schlemm dan keadaan tekanan tekanan episklera.tekanan intraoskular
diangap normal apabila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan
tonometer schiotz (aplasti).jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli dari 23
mmHg ,diperlukan evaluasi lebih lanjut.secara fisiologis tekanan intrakoli yang
tinggi akan menyebabkan terhambatnya aliran darah menuju saraf pusat optik
dan keretina.iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara
bertahap ,apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular akan timbul
penggaungan dan degenerasi saraf optikus.

5. PHATWAY

7
6. Manifestasi klinis

Pada lansia biasanya memiliki tanda gejala seperti :


a. Nyeri pada sekitar mata
b. Merasakan mua dan muntah
c. Merah pada mata
d. Visus menurun
e. Adanya edema pada kornea
f. Bilik mata depan terlihat dangkal
g. Pupil terlihat menonjol
h. TIO mengalami peningkatan

7. Pemeriksaan penunjang

8
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
a. Tanometri
Biasanya tanometri diperlukan untuk mengukur tekanan pada bola
mata. Tonometri merupakan cara paling mudah tetapi kurang efisien.
Terdapat 4 cara untuk mengetahui tekanan intra ocular
1.) Dilakukan palpasi menggunakan jari telunjuk yang diletakan diatas
bola mata
2.) Dilakukan identasi menggunakan tonometer schiotz
3.) Aplansi menggunakan tonometer aplansi goldman
4.) Nonkontak penumotonometri
b. Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan bilik mata menggunakan alat
pemeriksaan lensa kontak khusus. Tujuan dari pemeriksaan gonioskopi
diperuntukkan untuk menilai kelebar sempitnya pada sudut bilik mata.
c. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi merupakan pemeriksaan pada fundus mata. Tujuannya
untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik
2. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer : pemeriksaan ini ditunjukkan pada
glukoma yang sudah lanjut
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : pemeriksaan ini menggunakan
daerah yang meliputi luas 30 derajat

9
8. Penatalaksaan glaucoma
Pengobatan dilakukan dengan cara menggunakan prinsip untuk
menurunkan TIO, membuka sudut yang tertutup pada glaukoma, melakukan
tindakan suportif untuk mengurangi adanya nyeri, mual, muntah dan
mengurangi adanya radang, mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
mencegah adanya gangguan pada mata yang baik.Upaya menurunkan TIO
dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik misalnya seperti gliserin per
oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humoraqueus ditekan
dengan cara memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide(Acetazolam,
Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).Penurunan
humor aqueus dapat juga dilakukan dengan cara memberikan agens penyekat
beta adrenergik yaitu seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau
levobunolol(Begatan).
Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan dengan cara
konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap
3-6 jam. Miotikum menyebabkan pandangan menjadi kabur setelah 1-2 jam
penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan apabila terjadi tanda-tanda
penurunan TIO.Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan
dengan cara memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah dan
mual atau kostikosteroiduntuk reaksi radang. Jika tindakan di atas tidak
berhasil, lakukan dengan cara dioperasi untuk membuka saluran schlemm
sehingga cairan dapat keluar dengan mudah.Tindakan pembedahan dapat
dilakukan dengan cara seperti trabekulektomi dan lasertrabekuloplasti. Bila
tindakan tersebut gagal, dapat dilakukan pemasangan selaput beku
(siklokrioterapi).
Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan
kesehatan terhadap penderita yang mengalami glaukoma dan keluarganya
karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil
pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam pengobatan untuk
mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan
pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan juga
mengakibatkan kebutaan.Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan

10
gambaran tentang penyakit ini serta mengetahui bagaimana penatalaksanaannya,
efek pengobatan, dan juga tujuan akhir pengobatan ini. Pendidikan kesehatan
yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan
fungsi pengelihatan, tetapi juga hanya mempertahankan fungsi pengelihatan
yang masi ada.

11
9. ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
A. Pengkajian
 Identitas Pasien

Meliputi Nama ,tempat tanggal lahir ,Alamat,jenis kelamin


Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40
tahun,Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama

Pasien biasanya mengeluh berkurangnya pandang dan mata


menjadi kabur.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan matanya kabur dan gangguan saat membaca.

c. Riwayat kesehatan dahulu


kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat ini,riwayat
penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),riwayat trauma
(terutama yang mengenai mata)dan penyakit lain yang sedang diderita
(DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi)
d. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit


glaukoma.

 Psikososial

kaji kemampuan aktivitas, mengalami gangguan membaca.

12
 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik dilakukan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaukomma akut primer
biasanya terjadi kameraan terior dangkal, akues humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
b. Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut terjadi lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
c. Pemeriksaan fisik denga cara melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasimata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang
yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan cara palpasi
untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih
keras dibanding mata yang lain.
d. Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau
openangle nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure
≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapatkan
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah
timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea atau
trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COAakan tertutup, sedang pada waktu TIO normal
sudutnya sempit.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


 Kurang Pengetahuan b.d kurangnya informasi yang didapatkan
 Gangguan Saraf Persepsi Sensori Penglihatan b.d perubahan penglihatan
perifer
 Nyeri b.d TIO yang meningkat
 Ansietas b.d krisis situsional

13
11. INTERVENSI
 Kurang Pengetahuan b.d kurangnya informasi yang didapatkan
Tujuan : agar pasien dan keluarga paham mengenai penyakit yang diderita
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
3. Berikan pemahaman tentang hal kan akan disampaikan kepada pasien
4. Berikan penyuluhan kesehatan yaitu pendidikan kesehatan meliputi
pengertian sampai penatalaksanaan dengan kalimat yang pasien pahami
5. Diskusikan mengenai hal-hal yang penting dengan pasien
6. Konfirmasi ulang dengan pasien mengenai apa yang sudah di
instruksikan
 Gangguan Saraf Persepsi Sensori Penglihatan b.d perubahan penglihatan
perifer
Tujuan : agar penglihatan pasien tidak terganggu
Intervensi :
1. Observasi status sensor pasien
2. Diskusikan kepada pasien mengenai beban sensori ( seperti pencahayaan
yang terlalu terang)
3. Berikan pemahaman kepada pasien mengenai batasan stimulus
lingkungan seperti membatasi aktivitas
4. Diskusikan dengan pasien mengenai jadwal aktivitas dan istirahat sehari-
hari pasien
5. Konfirmasi ulang mengenai hal yang sudah disampaikan kepada pasien
6. Berikan waktu pasien untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami
7. Kolaborasi dengan tim medis atau dokter mengenai terapi farmakologi
atau obat yang akan diberikan
 Nyeri b.d TIO yang meningkat
Tujuan : Agar nyeri pasien berkurang
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri dengan PQRST

14
2. Observasi seberapa tau pasien mengenai penyebab nyeri
3. Beri pemahaman mengenai penyabab nyeri
4. Ajarakan pasien teknik relaksasi nafas dalam , distraksi atau emajinasi
terbimbing
5. Anjurkan pasien untuk melakukan apa yang sudah disampaikan dan
dicontohkan
6. Konfirmasi ulang dengan pasien mengenai hal yang belum dipahami
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri
 Ansietas b.d krisis situsional
Tujuan : agar pasien tidak merasa cemas mengenai kondisinya
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan pasien
2. Diskusikan hal hal yang membuat pasien cemas
3. Berikan waktu untuk pasien menanyakan semua yang membuat cemas
4. Berikan ketenangan dan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi
secara logis sesuai pemahaman pasien

15
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Penyakit yang beberapa pada lansia mengalami yaitu salah satunya


Glaukoma yang meruapakan penyakit menyerang system penglihatan manusia ,
banyak factor yang menjadi penyebab timbulnya glaucoma apalagi pada lansia
yang sudah mengalami penurunan dalam segi fisiologi atau fungsional nya .
Maka perlu dilakukan penalataksaan medis dan keperawatan untuk mengobati
dan mengurangi keperahan dengan prinsip yang paling terpenting dengan lansia
yaitu komunikasi dan kesabaran.

2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini pasti ada beberapa materi yang kurang
lengkap atau jelas . Tetapi saran yang bisa kita sampaikan sesuai dengan literasi-
literasi yang kita baca bahwa sebaiknya perawat lebih bisa memaksimalkan diri
dalam menghadapi lansia atau bila perlu diadakan pelatihan mengenai
komunikasi dengan lansia khususnya dalam penatalaksaan glaucoma.

16
DAFTAR PUSTAKA
Rista Agus Kurdani ( 2018 ) . Askep Glaukoma . Diakses pada 26 Maret 2022
Link: https://www.academia.edu/37854485/Askep_glaukoma_docx
Nadia (2020) . Laporan Pendahuluan Glaukoma . Diakses pada 26 Maret 2022
Link : file:///C:/Users/DELL/Downloads/Documents/4%20BAB%202%20SKRIPSI
%20NADIA.I.D_2.pdf
Dewi Maharani Hapsari (2018) . Jurnal Penelitian HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PADA KLIEN
GLAUKOMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALUNG KABUPATEN
JEMBER Diakses pada 26 Maret 2022
Link : http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/84515

17

Anda mungkin juga menyukai