GLUKOMA
Oleh:
(201913002)
SARJANA KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH KENDAL
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Askep Glukoma ini tepat pada
waktunya. adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bpk. Ns.
Zaki Mubarak.,S.Kep.,M.Kep pada mata kuliah KMB 2 Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang glukoma bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ns. Zaki mubarak,. S.Kep., M.Kep Selaku
dosen KMB 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………1
B. Tujuan………………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi………………………………………………………………………………………2
2. Etiologi………………………………………………………………………………………2
3. Manifestasi klinis……………...…………………………………………………………….2
4 Patofisiologi…………………………………………………………………………………5
5. Patways……………………………………………………………………………………...8
6. Penatalaksanaan……………………………………………………………………………..8
8. ASKEP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..13
B. Saran………………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan karakteristik
hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat
kelemahan fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi
berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma dapat disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar atau
karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil (Ilyas dan Yulianti, 2014).
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup) (Riordan-Eva dan Witcher, 2008).
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi
papil saraf optik, dan menciutnya lapangan pandang (Ilyas dan Yulianti, 2014).
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan tekanan dalam bola
mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang
dapat mencapai 50-60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat
kerusakan saraf yang terjadi (Kemenkes RI, 2015).
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi glukoma
2. Mengetahui penyebab glikoma
3. Mengetahui tanda dan gejala glukoma
4. Mengetahui patofisiologi glukoma
5. Mengetahui patways glukoma
6. Mengetahui pengobatan glukoma
7. Mengetahui nutrisi dan diit glukoma
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifactorial/peradangan pada saraf mata
yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan karakteristik hilangnya serabut saraf optic/
ketajaman penglihatan (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat
kelemahan fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang, peningkatan tekanan
intraocular (TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan kerusakan anatomi
berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma dapat disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar atau
karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil (Ilyas dan Yulianti, 2014)
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup) (Riordan-Eva dan Witcher, 2008).
Pada dasarnya, mata memiliki sistem aliran cairan mata (aqueous humour) ke
dalam pembuluh darah. Aqueous humour itu sendiri adalah cairan alami yang berfungsi
menjaga bentuk mata, memasok nutrisi, dan membersihkan kotoran pada mata. Ketika
terjadi gangguan pada sistem aliran cairan ini akan menyebabkan penimbunan cairan
aqueous humour dan meningkatkan tekanan pada bola mata. Meningkatnya tekanan pada
bola mata kemudian dapat merusak saraf optik.
Berdasarkan gangguan yang terjadi pada sistem aliran cairan mata, glaukoma
terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu;
a. Glaukoma primer sudut terbuka.
Pada glaukoma sudut terbuka, saluran pengalir cairan aqueous humour hanya
terhambat sebagian karena trabecular meshwork mengalami gangguan. Trabecular
meshwork adalah organ berupa jaring yang terletak di saluran pengalir cairan aqueous
humour.
2. Etiologi
Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan
intraokular), baik akibat produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat
terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut. Tekanan ini dapat merusak serabut
saraf retina, yaitu jaringan saraf yang melapisi bagian belakang mata, dan saraf optik
yang menghubungkan mata ke otak.
3. Manisfestasi klinis
sakit kepala berat, nyeri mata, mual dan muntah, penglihatan kabur, melihat
lingkaran pelangi di sekitar cahaya, mata merah, tunnel vision yang berupa penglihatan
mengerucut ke depan seperti terowongan atau melihat titik kehitaman yang melayang
mengikuti gerakan bola mata.
faktor risiko yang mengarah pada kerusakan glaukoma adalah
a. Fenomena autoimun
b. Degenerasi primer sel ganglion
c. Usia diatas 45 tahun
d. Keluarga yang memiliki riwayat glaucoma
e. Hipermetropia untuk menjadi glaukoma sudut tertutup atau sempit
f. Pascabedah dengan hifema atau infeksi
4. Patofisiologi
Pada glaukoma akan terdapat karakteristik seperti melemahnya fungsi mata
dengan terjadinya cacat/pengecilan lapang pandang, peningkatan tekanan intraokular
(TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan kerusakan anatomi berupa
ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan
kebutaan. Pada umumnya indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan
glaukoma adalah pemeriksaan TIO, tajam penglihatan dan perimetri. Kebutaan pada
penderita glaukoma terjadi akibat kerusakan saraf optik yang terjadi melalui mekanisme
mekanis akibat tekanan intraokuler yang tinggi dan/atau adanya iskemia sel akson saraf
akibat TIO maupun insufisiensi vaskular yang selanjutnya mempengaruhi progresifitas
penyakit (Lalita et al., 2016).
Ada dua teori mekanisme kerusakan saraf optik yang diakibatkan tekanan
intraokuler meliputi kerusakan mekanik pada akson saraf optik dan penurunan aliran
darah pada papil saraf optic sehingga terjadi iskemia akson saraf. Pencegahan atau
pengendalian faktor risiko, terutama peningkatan tekanan intraokuler ialah tujuan utama
manajemen glaukoma (Lalita et al., 2016).
5. Patways
6. Penatalaksanaan
a. Obat analog prostaglandin
Glaukoma disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata karena penumpukan
cairan. Penumpukan ini bisa saja terjadi karena saluran drainase yang seharusnya
mengeluarkan cairan mata tersumbat. Obat analog prostaglandin ini bekerja dengan
cara meningkatkan pembuangan cairan dari dalam bola mata. Dengan demikian,
tekanan pada bola mata pun dapat berkurang. Anda biasanya akan diberi dosis
pemakaian obat sebanyak 1 kali sehari. Obat yang termasuk analog prostaglandin
adalah; tafluprost, bimatoprost, latanoprostene, travaprost, latanoprost.
Umumnya, analog prostaglandin jarang menimbulkan efek samping. Namun,
dalam beberapa kasus, pasien mungkin akan mengalami perubahan pada warna iris
mata setelah memakai obat tetes ini. Efek-efek samping lainnya yang dilaporkan
meliputi perubahan warna kelopak mata, pertumbuhan bulu mata, mata merah, serta
terasa gatal.
b. Obat beta blocker
Selain digunakan untuk hipertensi, beta blocker juga sering diresepkan oleh
dokter sebagai obat tetes mata untuk penyakit glaukoma. Obat ini bekerja dengan cara
mengurangi produksi cairan dalam bola mata. Dokter biasanya akan meresepkan obat
ini untuk digunakan 1-2 kali sehari, tergantung pada kondisi. obat yang termasuk
dalam golongan beta blocker adalah: timolol, levobunolol, metipranolol, betaxolol.
Efek samping yang kemungkinan dapat terjadi akibat obat beta blocker adalah
tekanan darah rendah, denyut nadi meningkat, serta kelelahan. Pada orang yang
menderita asma atau gangguan pernapasan lainnya, obat ini juga berpotensi
menyebabkan sesak napas.
c. Obat penghambat alfa adrenergic
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi produksi cairan mata, serta
mempercepat proses pembuangannya. Beberapa contoh obat alfa adrenergic adalah;
apraclonidine dan bimonidine.
Penghambat alfa adrenergik menimbulkan efek samping seperti; detak jantung
tidak beraturan, mata bengkak dan gatal, tekanan darah tinggi, kelelahan, serta mulut
terasa kering. Obat penghambat alfa adrenergik akan diberikan dengan dosis 2-3 kali
sehari. pemberian dosis tergantung pada kondisi kesehatan pasien.
d. Obat penghambat karbonik anhidrase
Obat penghambat karbonik anhydrase akan mengurangi produksi cairan serta
mengurangi tekanan pada bola mata. Obat penghambat karbonik anhidrase adalah
dorzolamide dan brinzolamide.
Efek sampingnya yaitu; muncul rasa logam di mulut, buang air kecil lebih sering,
serta rasa geli di jari kaki dan tangan. Obat penghambat karbonik anhidrase yang
berbentuk oral adalah acetazolamide dan methazolamide. Obat ini digunakan
sebanyak 2 kali sehari. Namun, terkadang dosis obat akan ditingkatkan menjadi 3 kali
sehari, tergantung pada perkembangan penyakit glaucoma.
e. Obat-obatan kombinasi
Dokter akan meresepkan kombinasi dari berbagai macam obat-obatan. Jadi,
bisa saja menggunakan 2 jenis obat tetes mata yang berbeda dalam waktu
bersamaan. Efek samping yang timbul biasanya tergantung pada jenis obat apa
yang ada dalam kombinasi tersebut. contoh obat-obatan tetes mata yang bisa
dikombinasikan untuk penyakit glaukoma adalah: timolol dan dorzolamide,
brimonidine dan timolol, brimonidine dan brinzolamide
f. Obat kolinergik
Obat kolinergik atau miotik akan membantu meningkatkan pembuangan cairan
dari bola mata. Contoh obat tetes mata kolinergik adalah pilocarpine. Efek samping
yang biasa terjadi adalah sakit kepala, sakit mata, pupil mengecil, penglihatan buram,
dan rabun jauh.
Tapi obat kolinergik sudah jarang diresepkan untuk pengobatan penyakit
glaukoma. Hal ini disebabkan oleh tingginya potensi efek samping yang ditimbulkan,
pasien juga harus menggunakan obat ini sebanyak 4 kali sehari.
Selain menggunakan obat tetes, masih perlu menjalani pemeriksaan mata secara rutin,
mengatur pola makan yang bergizi. Apabila obat-obatan tetes mata tidak efektif
mengatasi penyakit ini, dokter akan menyarankan tindakan medis lainnya, seperti laser
atau operasi glaukoma.
8. ASKEP glukoma