Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

DISUSUN OLEH :

1. Saras Sukma Prabandari (010116A073)


2. Septi Widya Wardani (010116A074)
3. Tri Aidatul Khasanah (010116A075)
4. Tri Alan Mugi Rahayu (010116A076)
5. Tri Marheni (010116A077)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang asuhan keperawatan Glaukoma.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang makalah tentang asuhan
keperawatan Glaukoma. ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Ungaran, 23 Mei 2018

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma adalah suatu neuropati optic multifaktorial dengan
karakteristik hilangnya serat saraf optic (Olver dan Cassidy, 2005). Glaukoma
dapat disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliat atau
karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau
dicelah pupil (Ilyas dan Yulianti, 2014). Glaukoma merupakan penyebab
kebutaan kedua di seluruh dunia, dengan morbiditas yang tidak proporsional
di antara wanita dan orang Asia (Stamper et al., 2009). Berbeda dengan
katarak, kebutaan yang diakibatkan glaucoma bersifat permanen atau tidak
dapat diperbaiki (irreversible) (Kemenkes, 2015). Jumlah penyakit glaucoma
di dunia oleh World Health Organization (WHO) diperkirakan ±60,7 juta
orang di tahun 2010, akan menjadi 79,4 juta di tahun 2020 (Artini, 2011).
Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola
mata, atrofi papil saraf optic, dan menciutnya lapangan pandang (Ilyas dan
Yulianti, 2014). Kerusakan saraf pada glaucoma memiliki tekanan
kisarantekanan antara 10-20 mmHg sedangkan penderita glaucoma memiliki
tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat mencapai 50-60
mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan
kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan
saraf yang terjadi (Kemenkes RI, 2015).
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian Glaukoma.
2. Mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi Glaukoma.
3. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam Glaukoma.
4. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi dari Glaukoma.
5. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan dari Glaukoma.
6. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan Glaukoma.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma.
Glaukoma adalah suatu penyakit di mana gambaran klinik yang lengkap
ditandai oleh peningkatan intraokuler, penggunaan dan degenerasi papil saraf
optic serta defek lapang pandang yang khas. Glaukoma merupakan salah satu
penyebab kebutaan paling umum. Tekanan intraokuler normal kurang lebih 15
mmHg, dengan rentangan 12-20mmHg (Guyton, 1991). Glaukoma muncul
ketika tekanan intraokuler mencapai tingkat patologi yaitu 60-70 mmHg.
Tingkat tekanan sebesar 20-30mmHg dalam waktu yang lama bisa
mengakibatkan hilangnya penglihatan. Pada glaucoma akut, tekanan yang
ekstrem mengakibatkan kebutaan dalam beberapa jam. Tingginya tekanan
intraokuler tergantung pada besarnya produksi aqueous humor oleh badan
siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aqueous humor
melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata
depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan vena episklera.
Semua pemeriksaan terhadap mata harus mencakup pengukuran tekanan
intraokuler. Karena hilangnya penglihatan bisa muncul tanpa gejala, maka
diagnose dan penanganan glaucoma sejak dini sangatlah penting. Semua
orang yang berusia diatas 40 tahun harus mengukur tekanan intraokuler setiap
tahun.
B. Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma primer
Glaukoma primer biasa ditemukan pada pasien berusia diatas 60 tahun.
Hal ini merupakan penyakit bawaan pada bayi dan anak-anak. Ada dua
bentuk glaucoma primer :
a. Glaucoma sudut terbuka
Jenis glaucoma kronik sederhana yang paling sering terjadi. Pada
glaucoma jenis ini, aliran melalui kanal Schlemm mengecil. Namun
sesuai dengan namanya, sudut antara iris dan kornea tempat dimana
cairan aqueous humor mengalir tetap terbuka. Glaucoma sudut terbuka
biasanya terjadi di kedua mata.
Tanda dan gejala meliputi hilangnya penglihatan perifer, sakit kepala
ringan dan kesulitan dalam beradaptasi dengan cahaya. Penyakit ini
berkembang secara bertahap. Pasien seringkali tetap tidak merasakan
gejalanya, bahkan sesudah terjadi kehilangan penglihatannya.
b. Glaucoma sudut tertutup
Terjadi ketika sudut aliran antara iris dan kornea menyempit atau
menutup. Tekanan intraokuler meningkat dengan cepat sehingga
hilangnya penglihatan secara permanen. Hal ini biasanya terjadi pada
satu mata. Ketika sudut bilik mata depan menyempit dan iris menonjol
ke dalam bilik mata depan maka aliran cairan ke arah kanal Schlemm
menjadi terbatas/
Tanda dan gejala glaucoma sudut tertutup meliputi nyeri mata,
menurunnya ketajaman penglihatan, mual dan muntah, konjungtiva
merah dan kornea berkabut.
2. Glaucoma sekunder
Glaucoma sekunder akibat infeksi, katarak, tumor atau pendarahan.
Selanjutnya perdarahan atau infeksi intraokuler menghasilkan debris.
Debris tersebut berakumulasi pada aqueous humor kemudian terjebak
dalam trabekula yang menghadap ke kanal Schlemm. Sehingga akumulasi
darah atau infeksi meningkatkan tekanan akibat dari pemenuhan ruang dan
mampetnya trabekula.
C. Macam-macam Glaukoma
1. Glaucoma Absolut
Glaukoma absolute adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaucoma
dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol. Dapat disertai keadaan
seperti :
a. Infeksi siliar
b. Edema kornea
c. Bilik mata depan yang dangkal
d. Pupil lebar
e. Iris lebar
f. Iris ektropion
g. Penggaungan dan atrofi papil saraf optic yang total

Keadaan ini dapat disertai rasa sakit pada mata yang mula-mula hilang
timbul tetapi akhirnya dapat terus menerus. Tekanan bola mata sangat
tinggi sehingga bola mata menjadi keras bagaikan batu.

2. Glaucoma Afakia
Glaucoma afakia adalah glaucoma sekunder yang terjadi sesudah operasi
pengeluaran lensa yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengeluaran
aqueous melalui trabekulum. Terdapat dua mekanisame penutupan sudut,
yaitu yang dimulau dengan hambatan pupil (papillary block) dan
penutupan langsung sudut bilik mata depan (angel block).
3. Glaucoma Berpigmen
Glaukoma berpigmen adalah glaucoma sudut terbuka dimana pada
pemeriksaan gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada
jalinan intraokuler.
4. Glaucoma Bertekanan Rendah
Glaucoma bertekanan rendah adalah suatu keadaan dimana ditemukan
pengaungan papil saraf optic dan kelainan lapang pendang yang khas
glaucoma tetapi disertai tekanan bola mata yang tidak tinggi.
5. Glaucoma Hipersekresi
Glaucoma hipersekresi adalah suatu jenis glaucoma sudut terbuka dengan
outflow facility yang normal. Hipersekresi biasanya terjadi hilang timbul
dengan produksi aqueous humor yang meninggi.
6. Glaucoma Maligna (Cilliary Block Glaukoma)
Glaucoma maligna adalah suatu keadaan peninggian tekanan intraokuler
oleh karena terdapatnya hambatan siliar (cilliary block). Hal ini
menyebabkan terjadinya penimbunan cairan hasil produksi badan siliar di
bagian belakang yang mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan
menyebabkan pendangkalan bilik mata depan.
7. Glaukoma Neovaskuler
Glaucoma neovaskuler adalah glaucoma sekunder yang disebabkan oleh
bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler baru (neovaskuler) di permukaan
iris. Neovaskuler ini menuju ke sudut bilik mata depan dan berakhir pada
trabekulum. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti
kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit
pembuluh darah sistemik dan penyakit tumor mata.
8. Glaucoma Primer Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaucoma primer sudut terbuka adalah glaucoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Glaucoma simpleks adalah penyakit menahun yang berkembang terus
dengan lambat. Glaucoma simpleks dapat berakhir sebagai glaucoma
absolute dimana pada keadaan ini terdapat inisiden oklusi pembuluh darah
yang tinggi. Dapat berkomplikasi dengan neovaskularisasi iris sudut bilik
mata depan dan berakhir sebagai glaukoma haemorrhagica.
9. Glaukoma Primer Sudut Tertutup
Glaukoma primer sudut tertutup adalah glaukoma primer yang ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan
herediter. Pada keadaan ini penutupan sudut dapat terjadi tanpa hambatan
papil (papillary block) atau dengan hambatan pupil.
10. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Dengan Hambatan Pupil
Glaukoma primer sudut tertutup dengan hambatan pupil adalah suatu
glaukoma dimana ditemukan keadaan sudut bilik mata depan yang
tertutup disertai hambatan pupil.
11. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Tanpa Hambatan Pupil
Glaukoma primer sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah suatu
glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata depan yang
tertutup, bersifat bilateral dan herediter.
12. Glaukoma Sekunder yang Dibangkitkan Lensa (Lens Induced Glaukoma)
Glaukoma yang dibangkitkan lensa adalah glaukoma sekunder yang
disebabkan karena kelainan-kelainan lensa. Kelainan ini dapat berupa
yaitu kelainan mekanik (letak lensa) dan kelainan kimiawi (fakolitik atau
fakotoksik).
13. Glaukoma sekunder dengan hambatan pupil (secondary glaukoma with
papillary block)
Glaukoma sekunder dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder
yang timbul akibat terhalangnya pengaliran aqueous humor dari bilik mata
belakang ke bilik mata depan.
14. Sindrom Posner Schlossman (Glaucomatocylitic Crisis)
Glaukoma sekunder yang biasanya mengenai satu mata dan dianggap
terjadi sebagai akibat peradangan segmen depan bola mata (uvea atau
trabekula).
15. Sindrom Pseudeoksfolisasi (Glaukoma Kapsuler)
Suatu bentuk glaukoma sekunder sudut terbuka dimana terdapat bahan-
bahan abnormal yang menempel pada permukaan lensa, iris dan sudut
bilik mata depan.
D. Patofisiologi Glaukoma
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan
inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus
menjadi atrofi disertai pembesaran cawan optic. Kerusakan saraf dapat
dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan
intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola mata. Pada bola mata
normal tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22mmHg.
Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-80
mmHg, sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang
disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus optikus.
E. Penatalaksanaan Glaukoma
1. Manajemen Bedah
Jika terapi obat tidak berhasil mengatur tekanan intraokuler atau dalam
kasus glaukoma akut, maka diperlukan tindakan operatif untuk membuka
ruang trabekula atau menciptakan saluran pembuangan cairan. Prosedru
bedah glaukoma umum meliputi hal-hal berikut :
a. Laser trabeculoplasty adalah bedah rawat jalan dengan menggunakan
laser untuk membuka ruangan sempit jarring trabekula.
b. Treabekulectomy merupakan prosedur yang dikerjakan dengan general
anestesi/anestesi umum untuk membuat fistula permanen agar aqueous
humor dapat mengalir dari bilik mata depan.
c. Photocoagulation (laser heat) dan cyclocryotherapy (jaringan yang
dibekukan) dilakukan untuk mengurangi produksi aqueous humoer
oleh badan siliaris.
d. Laser iriditomy merupakan tindakan laser untuk melubangi iris agar
terjadi peningkatan drainase.
e. Iridectomy merupakan prosedur dimana sebagian kecil dari iris
diangkat untuk meningkatkan aliran.
2. Manajemen Farmakologi
Obat-obat farmakologi dan antiglaukoma sangat penting dalam
manajemen glaukoma. Pasien yang mengidap penyakit ini memerlukan
manajemen farmakologi seumur hidup. Sekali pasien didiagnosa
mengidap glaukoma, maka penting bagi perawat untuk mengutamakan
pengobatan harian dan pemeriksaan mata setiap tahun.
Perawat harus mengintruksikan pada pasien untuk menghindari setiap
bentuk obat flu dan obat tidur. Pasien yang menderita glaukoma sudut
sempit atau glaukoma sudut tertutup harus menghindari atropine dan
anticholinergic lain misalnya obat-obat midriatikum yang berefek
melebarkan pupil. Obat-obatan yang sering dipakai untuk glaukoma
meliputi :
a. Miotik
Sesudah memberikan tetes mata miotik, perawat harus menekan sakus
lakrimal selama 1-2 menit untuk mencegah tetes tersebut memasuki
sirkulasi sistemik sehingga dapat menambah efek loka. Obat-obat
cholinergic membatasi pupil untuk membantu aliran aqueous humor.
Absorbs cairan ke dalam kanal Schlemn dapat menurunkan tekanan
intraokuler. Miotik semacam acetylcholine, carbachol dan pilocarpine
(Ocusert-pilo) digunakan dalam glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup.
b. Mydriatic
Mydriatic seperti epinephrine merupakan sympathomimetic yang
melebarkan pupil dan mengurangi produksi serta meningkatkan
absorbs aqueous humor. Obat adrenergic ini harus dihentikan jika
memberikan gejala-gejala sistem saraf central (CNS), seperti tremor
pada otot dan saraf. Jika penggunaan mydriatic, maka pasien harus
menghindari obat flu atau obat-obat sinus.
c. Beta-adrenergic receptor blocker
Seperti betaxolol (betaoptik), levobunolol (betagan) dan timolol
(timoptik) dapat menurunkan tekanan intraokuler dengan jalan
memperlambat produksi aqueous humor. Dosis dotetapkan dua kali
sehari sehingga obat tersebut memiliki durasi yang panjang.
d. Carbonic anhydrase inhibitor
Penghambat anhidrase karbon semacam dichlorphenamide (daranide)
dan acetazolamide (diamox) dapat mengurangi produksi humor
aqueous sehingga tekanan intraokuler menjadi lebih rendah. Obat-obat
ini diberikan per oral sebagai terapi tambahan. Pada pasien dengan
glaukoma sudut terbuka, penghambat anhidrase karbon ini diberikan
secara intavena sebelum pembedahan untuk menurunkan tekanan
intraokuler. Perawat harus memberikan obat ini dipagi hari karena
adanya efek diuretic. Obat ini diberikan bersama makanan guna
mencegah mual.
F. Asuhan Keperawatan Glaukoma
1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya factor-faktor resiko :
1) Riwayat keluarga positif (diyakini berhubungan dengan glaukoma
sudut terbuka primer)
2) Tumor mata
3) Hemoragi intraocular
4) Inflamasi intraocular (uveitis)
b. Pemeriksaan fisik berdasarkna pengkajian umum pada mata (Apendiks
H) menunjukkan :
1) Untuk sudut terbuka primer :
a) Melaporkan kehilangan penglihatan perifer lambat
(penglihatan terowongan).
2) Untuk sudut tertutup primer :
a) Nyeri berat pada mata sering disertai dengan sakit kepala, mual
dan muntah.
b) Penglihatan kabur, dan penurunan persepsi sinar.
c) Sclera kemerahan karena radang dan kornea tampak berawan.
c. Pemeriksaan diagnostic
1) Tonometri digunakan untuk mengukur TIO. Glaukoma dicurigai
bila TIO lebih besar dari 22 mmHg.
2) Gonioskopi memungkinkan halo oftamologi melihat secara
langsung ruang anterior untuk membedakan antara glaukoma sudut
tertutup dan glaukoma sudut terbuka.
3) Oftamoskopi memungkinkan pemeriksa melihat secara langsung
diskus optic dan struktur mata internal.
d. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan respon emosional terhadap
kondisi dan rencana tindakan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
b. Risiko jatuh berhubungan dengan factor fisiologis.
3. Rencana Keperawatan

NANDA NOC NIC


(00132) Nyeri Akut (2102) Tingkat Nyeri (5820) Pengurangan
Definisi : pengalaman Definisi : keparahan dari Kecemasan
sensori dan emosional nyeri yang diamati atau Definisi : mengurangi
tidak menyenangkan yang dilaporkan. tekanan, firasat, maupun
muncul akibat kerusakan Setelah dilakukan ketidaknyamanan terkait
jaringan actual atau perawatan selama 3x24 dengan sumber-sumber
potensial atau yang jam pasien dapat bahaya yang tidak
digambarkan sebagai mengatasi tingkat nyeri teridentifikasi.
kerusakan (International dengan kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
Association for the Study 1. Nyeri yang 1. Gunakan
of Pain), awitan yang tiba- dilaporkan pendekatan yang
tiba atau lambat dari (ditingkatkan dari tenang dan
intensitas ringan hingga skala 3 ke skala 5) meyakinkan.
berat dengan akhir yang 2. Menggosok area 2. Berikan informasi
dapat diantisipasi atau yang terkena factual terkait
diprediksi. dampak diagnosis,
(ditingkatkan dari perawatan dan
skala 3 ke skala 5) prognosis.
3. Ketegangan otot 3. Dorong keluarga
(ditingkatkan dari untuk
skala 3 ke skala 5) mendampingi klien
4. Tidak bisa istirahat dengan cara yang
(ditingkatkan dari tepat.
skala 3 ke skala 5) 4. Dengarkan klien
5. Focus menyempit 5. Intruksikan klien
(ditingkatkan dari untuk
skala 3 ke skala 5) menggunakan
(1211) Tingkat teknik relaksasi.
Kecemasan 6. Kaji untuk tanda
Definisi : keparahan dari verbal dan non
tanda-tanda ketakutan, verbal kecemasan.
ketegangan, atau
kegelisahan yang berasal
dari sumber yang tidak
dapat diidentifikasi.
Setelah dilakukan
perawatan 3x24 jam
pasien dapat mengatasi
tingkat kecemasan dengan
criteria hasil :
1. Serangan panic
(ditingkatkan dari
skala 3 ke skala 5)
2. Rasa takut yang
disampaikan secara
lisan (ditingkatkan
dari skala 3 ke
skala 5)
3. Rasa cemas yang
disampaikan secara
lisan (ditingkatkan
dari skala 2 ke
skala 4)
4. Peningkatan
tekanan darah
(ditingkatkan dari
skala 3 ke skala 5)
5. Berkeringat dingin
(ditingkatkan dari
skala 3 ke skala 5)
6. Pusing
(ditingkatkan dari
skala 2 ke skala 4)
(00155) Risiko Jatuh (2404) Fungsi Sensori : (4978) Peningkatan
Definisi : Rentan terhadap Penglihatan Komunikasi : Kurang
peningkatan resiko jatuh Definisi : kemampuan Penglihatan
yang dapat menyebabkan untuk mengindera dengan Definisi : gunakan strategi
bahaya fisik dan gangguan tepat gambaran (secara) meningkatkan kemampuan
kesehatan. visual. berkomunikasi untuk
Setelah dilakukan orang yang kurang dalam
perawatan 3x24 jam penglihatannya.
pasien dapat melihat Aktivitas-aktivitas :
gambaran dengan tepat 1. Lakukan atau atur
dan focus dengan criteria pengkajian dan
hasil : skrining
1. Ketajaman penglihatan secara
pandangan di garis rutin
tengah (kanan dan 2. Monitor implikasi
kiri) (ditingkatkan terhadap
dari skala 3 ke fungsional pasien
skala 5) dengan penglihatan
2. Lapangan pandang yang berkurang.
pusat (kanan dan 3. Sediakan
kiri) (ditingkatkan perangkat-
dari skala 3 ke perangkat
skala 5) pembesar.
3. Penglihatan 4. Berikan rujukan
terganggu bagi pasien yang
(ditingkatkan dari membutuhkan
skala 2 ke skala 4) pembedahan atau
4. Perubahan warna pengobatan medis
penglihatan lainnya.
(ditingkatkan dari 5. Sediakan rujukan
skala 2 ke skala 4) pada layanan
5. Kebutaan pada pendukung
siang dan malam (misalnya social,
(ditingkatkan dari okupasional, dan
skala 1 ke skala 3) psikologis).
6. Sakit kepala
(ditingkatkan dari
skala 3 ke skala 5)
7. Pusing
(ditingkatkan dari
skala 3 ke skala 5)
8. Tekanan pada mata
(ditingkatkan dari
skala 1 ke skala 3)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Glaukoma dapat disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh
badan siliat atau karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah
sudut bilik mata atau dicelah pupil (Ilyas dan Yulianti, 2014). Glaukoma
merupakan penyebab kebutaan kedua di seluruh dunia, dengan morbiditas
yang tidak proporsional di antara wanita dan orang Asia (Stamper et al.,
2009). Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis
sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan
lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus.
Glaukoma muncul ketika tekanan intraokuler mencapai tingkat patologi yaitu
60-70 mmHg. Tingkat tekanan sebesar 20-30mmHg dalam waktu yang lama
bisa mengakibatkan hilangnya penglihatan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan dan perawat dapat lebih
mengetahui dan mempelajari mengenai glaukoma agar pada saat mendapatkan
pasien dengan menderita glaukoma perawat dapat menanganinya dengan
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Sidarta I. 2007. Glaukoma. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Ilyas, Sidharta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : CV Sagung Seto

Tamsuri, Anas. 2011. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai