Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Glaukoma merupakan kumpulan penyakit berupa opticneupati (kelainan
saraf optik pada glaukoma) dengan disertai hilangnya lapang pandang dimana
tekana bola mata diduga merupakan faktor resiko utama. Gangguan pada saraf
optik ini belum jelas mekanismenya dan telah disepakati bahwa gangguan ini tidak
seluruhnya berkolerasi dengan tekanan bola mata.

B. Tujuan Penulisan

1.Tujuan Umum

Untuk memberikan wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada penyakit


Glaukoma.

2.Tujuan Khusus

Agar dapat mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada


penyakit Glaukoma.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Adapun ruang lingkup makalah ini adalah pembahasan tentang asuhan
keperawatan pada penyakit Glaukoma.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini menggunakan study kepustakaan dan
buku berhubungan dengan judul tersebut yang kiranya dapat dijadikan panduan
dalam penyusunan makalah ini.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami membaginya menjadi 3 BAB, yaitu BAB I
PENDAHULUAN (Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan,
Metode Penulisan, Sistematika Penulisan), BAB II KONSEP DASAR (Pengertian
Glaukoma, Klasifikasi Glaukoma, Macam-macam Glaukoma, dan Pengobatan), BAB
III (Penatalaksanaan Medis Umum, Pengkajian Data Dasar dan Diagnosa
Keperawatan) dan BAB IV PENUTUP (Kesimpulsn dan Saran).
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian Glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap
ditandai oleh peninggian tekanan intraokuler, penggaungan dan degenerasi
papil saraf optik serta defek lapangan pandang yang khas.
Penekanan tekanan intraokuler menyebabkan glaukoma. Glaukoma
merupakan salah satu penyebab kebutaan paling umum. Tekanan Intraokuler
normal kurang lebih 15 mmhg, dengan rentangan 12-20 mmhg (Guyton 1991).
Glaukoma muncul ketika tekanan intraokuler mencapai tingkat patologi yaitu
60-70 mmhg. Tingkat tekanan 20-30 mmhg dalam waktu yang lama bisa
mengakibatkan hilangnya penglihatan. Pada glaukoma akut, tekana yang
ekstrem bisa mengakibatkan kebutaan dalam beberapa jam.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya aqueous humor
oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aqueous
melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata
depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan vena episklera. Tekanan Intraokuler dianggap normal bila kurang dari
pada 20 mmhg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi
Semua pemeriksaan mata harus mencakup pengukuran tekanan
intraokuler. Karena hilangnya penglihatan bisa muncul tanpa gejala, maka
diagnosa dan penanganan glaukoma sejak dini sangatlah penting. Semua orang
yang berusia diatas 40 tahun harus mengukur tekanan intraokuler setiap
tahun.
Ada dua cara pengukuran intraokuler :
1. Tonometry adalah pengukuran tidak langsung tekanan intraokuler.
Segera sesudah tetes mata anestetik lokal diberikan, maka footplate
tonometer ditempatkan pada kornea untuk mengukur tekanan.
2. Gonioscopy memperkirakan sudut ruang mata depan dan mengukur
kedalam. Gonioscopy membedakan antara glaukoma sudut terbuka
dan glaukoma sudut tertutup.

B. Klasifikasi Glaukoma

1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer biasanya ditemukan pada pasien berusia diatas usia 60
tahun. Hal ini merupakan penyakit bawaan pada bayi dan anak-anak.
Ada dua bentuk glaukoma primer :
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan jenis glaukoma kronik sederhana yang paling sering
terjadi. Pada glaukoma jenis ini, aliran melalui kanal Schlemm mengecil. Namun
sesuai dengan namanya, sudut antara iris dan kornea tempat dimana cairan
aqueous mengalir tetap terbuka. Glaukoma sudut terbuka biasanya terjadi di
kedua mata.
Tanda dan gejala meliputi hilangnya penglihatan perifer, sakit kepala ringan
dan kesulitan dalam beradaptasi dengan cahaya. Penyakit ini berkembang secara
bertahap. Pasien sering kali tetap tidak merasakan gejalanya, bahkan sesudah
terjadi kehilangan penglihatan.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Terjadi ketika sudut aliran antara iris dan kornea menyempit dan
menutup. Tekanan Intraokuler meningkat dengan cepat sehingga hilangnya
penglihatan secara permanen. Hal ini biasanya hanya terjadi pada satu mata.
Ketika sudut bilik mata depan menyempit dan iris menonjol kedalam bilik
mata depan maka aliran cairan kearah kanal Schlemm menjadi terbatas.
Tanda dan gejala glaukoma susdut tertutup meliputi nyeri mata,
menurunnya ketajaman penglihatan, mual dan muntah-muntah, konjungtiva
merah dan kornea berkabut. Glaukoma sudut tertutup ditangani secara
farmakologi dan bedah. Topikal miotik atau beta bloker pun diberikan. Laser
Iridotomi dilakukan untuk mengalir kembali cairan intraokuler.

2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder akibat dari infeksi, katarak, tumor atau perdarahan.
Selanjutnya perdarahan atau infeksi intraokuler menghasilkan debris. Debris
tersebut berakumulasi pada aqueous humor kemudian terjebak dalam
trabekula yang menghadap ke kanal Schlemm. Sehingga akumulasi darah atau
infeksi meningkatkan tekanan akibat dari pemenuhan ruang dan mampetnya
trabekula.
C. Macam-macam Glaukoma

1. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut adalah suatu keadaan akhir semua jenis
glaukoma dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol.
Dapat keadaan disertai seperti :
a. Infeksi siliar
b. Edema kornea
c. Bilik mata depan yang dangkal
d. Pupil lebar
e. Iris lebar
f. Iris ektropion
g. Penggaungan dan atrofi papil saraf optik yang total
Keadaan ini dapat disertai rasa sakit pada mata yang mula-mula hilang
timbul tetapi akhirnya dapat terus menerus. Tekanan bola mata sangat tinggi
sehingga bola mata menjadi keras bagaikan batu.
Pengobatan :
1) Pengobatan ditujukan terutama pada rasa sakitnya dengan jalan :
a. Suntikan alcohol Retrobulber 90% sebanyak 0,5 ml.
b. Penyinaran yang ditujukan pada badan silisr, diberikan 100-150
Rad dalam 4-5 kali penyinaran.
2) Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan operasi intraokuler lainnya
sebab dapat menimbulkan oftalmia simpatika.

2. Galukoma Afakia
Glaukoma Afakia adalah glaukoma sekunder yang terjadi sedudah
operasi pengeluaran lensa yang mengakibatkan terjadinya gangguan
pengeluaran aqueous melalui trabekulum. Terdapat dua mekanisme
penutupan sudut, yaitu yang dimulai dengan hambatan pupil (Papillary block)
dan penutupan langsung sudut bilik mata depan (angle block).
Hambatan pupil juga akan menghasilkan penutupan sudut bila
iridektomi tak berfungsi. Seperti diketahui sesudah suatu operasi katarak
dapat terjadi peradangan berupa uveitis/iridosiklitis yang menyebabkan
terjadinya perleketan antara pupil dengan membrane hialoid sehingga terjadi
hambatan pupil yang dapat menyebabkan terjadinya kolaps bilik mata depan
dan suatu goniosinekia. Kolaps bilik mata depan bisa juga terjadi akibat
bocornya jahitan atau terlambatnya pembentukan bilik mata karena
terlambatnya penutupan luka. Hal-hal ini dapat menyebabkan terjadinya
penutupan sudut bilik mata atau goniosinekia. Penutupan sudut bilik mata
depan sebesar 2/3 bagian (240 derjat) dapat menyebabkan glaukoma.
3. Galukoma Berpigmen
Glaukoma berpigmen adalah Glaukoma sudut terbuka dimana pada
pemeriksaan gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada
jalinan trabekulum.
Keadaan ini juga disertai depigmentasi dan terdapat suatu gambaran
khas pada endotel kornea yang disebut kruckenberg spindle. Dapat juga
ditemukan endapan pigmen iris dan lensa, zonula dan retina perifer. Daerah
depigmentasi terjadi dipangkalan iris bertepatan dengan muskulus dilatator
iris sehingga pada pemeriksaan transimulasi iris yang lebih tembus pandang di
perifer.
Kelainan ini terdapat pada orang dewasa muda dan myopia merupkan
predileksi untuk kelainan ini. Pada pria kelainan ini lebih banyak ditemukan
dari pada wanita. Pada stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler
yang tinggi dan adanya halo karena edem kornea. Sesudah stadium ini dapat
diatasi biasanya tekanan intraokuler terkontrol.
Tes kortikosteroid yang positif menunjukkan adanya hubungan genetik
yang sama seperti pada glaukoma sudut terbuka primer. Tetapi pada
pemeriksaan transformasi sel limfosit ternyata hasilnya ternyata berbeda
sehingga dianggap penyebab glaukoma berpigmen ini berbeda dengan
glaukoma sudut terbuka primer.
Pengobatan :
Sedapat mungkin dengan obat-obatan. Bila dengan obat-obatan tak dapat
diatasi, baru dilakukan pembedahan.

4. Glaukoma Bertekanan Rendah


Glaukoma bertekanan rendah adalah suatu keadaan dimana ditemukan
penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandang yang khas
glaukoma tetapi disertai tekanan bola mata yang tidak tinggi.
Keadaan ini dihubungkan dengan terdapatnya gangguan perdarahan
(perfusion pressure) papil saraf optik walupun tekanan bola mata tidak tinggi.
Sebetulnya sampai sekarang belum jelas perbedaan antara low tension
glaukoma dan ischaemic optic neuropathy. Akan tetapi nampaknya
perdebatan telah mencapai kesimpulan yang menjurus bahwa pada glaukoma
dengan tekanan bola mata rendah outflow facility yang menurun, sedangkan
pada keadaan dengan outflow facility yang normal maka keadaan ini disebut
ischaemic optic neuropathy.
Pengobatan :
Pengobatan low tension glaukoma ditujukan pada menurunkan tekanan
bola mata ketitik yang lebih rendah. Miotika dan obat-obatan simpatomimetik
dapat dicoba.
5. Glaukoma Hipersekresi
Glaukoma hipersekresi adalah suatu jenis glaukoma sudut terbuka
dengan outflow facility yang normal. Hipersekresi biasanya terjadi hilang
timbul dengan produksi aqeuous humor yang meninggi. Pada waktu terjadi
sekresi yang berlebihan, tekanan bola mata meninggi dan berkisar antara 20-
30 mmhg, kemudian terjadi kerusakkan pada papil saraf optik dan gangguann
lapang pandang yang khas glaukoma. Kalau tidak terjadi sekresi yang
meninggi, maka semua keadaan ditemukan normal, kecuali kelainan papil
saraf optik dan kampus yang sudah terjadi. Pada setiap keadan ini outflow
facility yang tetap normal. Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita
berumur antara 40-60 tahun dengan hiperensi sistemik yang neurogen.
Pengobatan :
Biasanya berhasil baik dan sebagai obat pilihan ialah epinefrin topikal
(hati-hati dengan hipertensi) dan penghambat karbonik anhidrase.

6. Glaukoma Maligna (Cilliary Block Glaukoma).


Glaukoma Maligna adalah suatu keadaan peninggian tekanan intraokuler
oleh karena terdapatnya hambatan siliar (Cilliary Block). Hambatan siliar ini
terjadi karena penempelan lensa badan siliar atau badan kaca dengan siliar
(pada afakia). Hal ini menyebabkan terjadinya penimbunan cairan (aqueous
humor) hasil produksi badan siliar di bagian belakang yang mendesak ke
segalah arah. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya pendangkalan bilik
mata depan.
Pada masa lalu hal ini biasanya dianggap terjadi sesudah operasi glaukoma
sudut tertutup. Namun pengalaman berbagai ahli menunjukkan bahwa keadaan ini
dapat terjadi juga sesudah operasi katarak, pemberian miotika pada pengobatan,
inflamasi dan lain-lain.

Pengobatan :
Bila pengobatan medikamentosa dengan midriatika yang kuat seperti sulfas
atropine 4% dan 10% tidak berhasil. Maka harus dilakukan operasi berupa
pengisapan aqueous humor dan badan kaca melalui sklera disertai pembentukan
kembali bilik mata dengan memasukan udara.

7. Glaukoma Neuvaskuler
Glaukoma neuvaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh
bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler baru (neuvaskuker) di permukaan iris.
Neuvaskuler ini menuju sudut bilik mata depan dan berakgir pada trabekulum.
Keadaan ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti kelainan pembuluh darah,
penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit pembuluh darah sistemik dan
penyakit tumor mata. Pada pemeriksaan tonografi dan gonioskopi ditemukan
kelainan yang progresif.

Pengobatan :
Obat-obatan biasanya tidak menolong sebaliknya dilakukan siklodiatermi
siklokrioterapi. Pada keadaan akut dapat diberikan kortikosteroid dan atropin.
Cara pengobatan lain yang diajukan ialah pankoagulasi retina.

8. Glaukoma Primer Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)


Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang peyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Diduga
glaukoma ini diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira 50%
penderita. Secara genetik penderitanya adalah homozigot. Pada umumnya
terdapat pada orang-orang berusia diatas 40 tahun, tetapi dapat juga ditemukan
pada usia muda (glaukoma juvenil). Pada 99% penderita glaukoma primer sudut
terbuka terdapat hambatan pengeluaran aqueous pada sistem jalinan trabekulum
dan kanal schlemm. Namun dapat juga outflow-nya normal dan dalam hal ini
disebut glaukoma hipersekresi.

Glaukoma simpleks adalah penyakit menahun yang berkembang terus


dengan lambat. Mulai timbulnya penyakit sangat lambat, kadang-kadang
berkembang tanpa disadari penderita sehingga mencapai sampai tingkat
lanjut. Penelitian yang lebih cermat pada stadium awal memperlihatkan
adanya remisi dan eksaserbasi dari pada gangguan outflow dan peninggian
tekanan intraokuler. Ada penulis yang menganggap remisi atau penurunan
tekanan intraokuler ini terjadi karena diimbangi oleh penurunan produksi
aqueous sehingga kita melihatnya sebagai tekanan okuler yang menurun.
Glaukoma simpleks dapat berakhir sebagai glaukoma absolut dimana pada
keadaan ini terdapat insiden oklusi pembuluh darah yang tinggi. Dapat
berkomplikasi dengan neovaskularisasi iris dan sudut bilik mata depan dan
berakhir sebagai glaukoma haemorrhagica. Tes yangkhusus melakukan untuk
membantu diagnosis adalah tes minum air, tes pilokarpin dan tes provokasi
steroid.

Pengobatan :
Pada dasarnya konservatif dengan obat-obatan dan bertujuan
memperbaiki outflow facility dengan pembeian pilokarpin (0,5-4%) atau
menekan produksi cairan aqueous dengan asetazolamid. Pada orang muda
lebih baik diberikan epinefrin tetes agar tidak mengganggu daya akomodasi.
Jika dilakukan operasi maka pada keadaan seperti tekanan intraokuler tetap
diatas 30 mmhg, kerusakan papil saraf optik yang progresif dan kerusakan
lapang pandang yang progresif.

9. Glaukoma Primer Sudut Tertutup


Glaukoma primer sudut tetutup adalah glaukoma primer yang ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan herediter.
Pada keadaan ini penutupan sudut dapat terjadi pada hambatan papil
(papillary block) atau dengan hambatan pupil.

10. Glaukoma primer sudut tertutup dengan hambatan pupil.


Glaukoma primer sudut tertutup dengan hambatan papil adalah suatu
glaukoma dimana ditemukan keadaan sudut bilik mata depan yang tertutup
disertai hambatan pupil.
Penderita dengan hambatan pupil yang potensial mempunyai mata yang
normal kecuali bilik mata depan yang dangkal dan jalan masuk aqueous ke
bilik mata depan yang sempit. Dikemukan bahwa konfigurasi sudut diturunkan
dari orang tuanya. Penyakit ini pada orang kulit putih ditemukan pada pria 3
kali lebih banyak dari pada wanita, sedangkan pada orang kulit hitam
penderita pria sama dengan wanita.

Bila usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung sehingga
bilik mata depan akan bertambah dangkal. Posisis lensa yang ke depan akan
mendorong iris kedepan, oleh karena itu diperlukan tekan yang lebih tinggi
untuk mendorong aqueous melalui celah iris lensa ini. Tekanan dibelakang iris
yang lebih tinggi ini akan menyebabkan akar iris melengkung kedepan mendekati
dinding trabekulum. Dikatakan bahwa luasnya gerakan kedepan iris tersebut
tergantung kelenturan akar iris. Pada orang kulit putih ditemukan bahwa glaukoma
primer sudut terbuka, 4 kalai lebih banyak dari pada glaukoma primer sudut
tertutup sedangkan pada orang Indonesia glaukoma primer sudut tertutup lebih
banyak daripada glaukoma primer sudut terbuka. Sebelum terjadi serangan semua
keadaan yaitu tekanan intraokuler, papil dan kampus dalam batas-batas normal.
Orang-orang dengan sudut bilik mata depan yang tertutup biasanya pernah
mengalami serangan-serangan kecil.

11. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Tanpa Hambatan Pupil


Glaukoma primer sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah suatu
glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup,
Bersifat bilateral dan herediter. Pada umumnya sudut bilik mata depan ini sudah
sempit sejak semula, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran cairan bilik mata
depan ke trabekula. Penurun aliran aqueous ke luar ini dapat terjadi karena
penutupan sudut bilik mata depan yang dapat terjadi sedikit demi sedikit sampai
tertutup sama sekali atau mendadak tertutup sama sekali. Masing-masing keadaan
ini memberi gambaran klinik yang berbeda-beda antara lain :

a. Penutupan sudut terjadi mendadak (acute angle closure) :


Penutupan sudut terjadi mendadak (tiba-tiba) sehingga aliran aqueous dari
bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali.
Gejala klinik : Pada mata tampak gejala bendungan akut bola mata,
penglihatan kabur, rasa sakit di daerah dipersyarafi oleh syaraf trigeminus, dan
kadang-kadang disertai muntah, tekanan intraokuler yang sangat tinggi, mata
merah, edema palpebra, edema kornea, bilik mata depan dangkal, midriasis,
papiledema.
Faktor pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu gembira,
sesudah menonton film di bioskop, berada dalam ruangan gelap atau minum
terlalu banyak, adanya tekana relatif tinggi pada bilik mata belakang akibat
penempelan iris yang luas pada permukaan lensa sehingga menimbulkan
hambatan pupil yang relatif (relative pupillary block). Adanya tekanan yang
lebih tinggi di bilik mata belakang ini menimbulkan sinekia anterior pada sudut
bilik mata depan.

b. Penutupan sudut intermiten (intermitten angle closure) :


Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah sempit sejak semula dan
dapat menyebakan gangguan aliran aqueous ke trabekulum.
Perjalan penyakit biasanya berupa serangan-serangan yang singkat dan
hilang timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata terbuka kembali,
akan tetapi biasanya bila serangan sudah terhenti bilik mata depan tidak terbuka
kembali seperti semula.
Biasanya ditemukan suatu gambaran sisa-sisa sinekia pada sudut bilik
mata depan, atropi iris serta penyebaran pigmen di sudut bilik mata depan dan
kapsula lensa bagian depan.

c. Penutupan sudut menahun (chronic angle closure) :


Dapat terjadi karena penutupan sudut yang perlahan-lahan atau
merupakan kelanjutan serangan intermiten yang sudah menimbulkan sinekia
yang luas. Dapat juga terjadi karena serangan mendadak yang timbul yang
diatasi dengan baik.

12. Glaukoma Sekunder yang Dibangkitkan Lensa (Lens Induced Glaukoma).


Glaukoma yang dibangkitkan lensa adalah : glaukoma sekunder yang
disebabkan karena kelainan-kelainan lensa. Kelainan ini dapat berupa yaitu kelainan
mekanik (letak lensa) dan kelainan kimiawi (fakolitik atau fakotoksik).
a. Glaukoma pada subluksasi ke depan
Subluksasi lensa ke depan dapat menyebabkan glaukoma karena
terjadinya hambatan pupil sehingga aliran aqueous dari bilik mata belakang ke
bilik mata depan sehingga menyebabkan penutupan sudut bilik mata depan.
Subluksasi lensa ke depan juga dapat mendorong akar iris ke depan sehingga
menyebabkan penutupan sudut bilik mata depan dan perlengketan di sudut
tersebut yang kedua-duanya dapat menyebabkan glaukoma.

b. Glaukoma pada Subluksasi ke Belakang


Pada subluksasi ke belakang dapat terjadi rangsa
n g a n y a n g menahun pada badan siliar akibat tarikan-tarikan
Z o n u l a Z i n a t a u geseran lensa pada badan siliar. Rangsangan ini
menyebabkan produksi aqueous yang berlebihan yang dapat menimbulkan
glaukoma.

c. Glaukoma pada luksasi ke depan


Pada luksasi ke depan lensa terletak langsung dalam
b i l i k m a t a depan dan ini menutup jalan keluar aqueous sehingga terjadi
glaukoma.

d. Glaukoma pada luksasi ke belakang


Dalam keadaan ini lensa dapat terletak diatas permukaa
n badansiliar yang menyebabkan rangsangan pada badan silia
r y a n g a k a n berproduksi berlebihan.
Kelainan kimiawi dapat terjadi pada katarak hipermatur dalam hal mana protein
lensa dan makrofag menutup sudut bilik mata depan hal ini disebut glaukoma
.fakolitik. Protein lensa yang terlepas dari kapsulnya dapat menyebabkan
iridosiklitis, hal ini disebut glaukoma fakotoksik.

Pengobatan :
a. Dapat diberikan obat-obatan anti glaukoma.
b. Bila tidak berhasil atau bila terdapat iris bombe dapat dilakukan iridektomi
perifer atau iridenkleisis.
c. Operasi pengeluaran lensa merupakan cara untuk menghilangkan penyebab
utamanya dan hal ini merupakan pengobatab yang paling berhasil.

13. Glaukoma Sekunder dengan Hambatan Pupil (Secondary Glauc


o m a w i t h Pupillary Block)
Glaukoma sekunder dengan hambatan pupil adalah glauk
o m a s e k u n d e r yang timbul akibat terhalangnya pengaliran aqueous
humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Hambatan ini dapat
bersifat total ataupun relatif:

a. P a d a h a m b a t a n y a n g t o t a l , g l a u k o m a t e r j a d i a k i b a t
penutupan pupil yang menyebabkan iris bombe dan
penutupan sudut bilik mata depan. Hambatan ini dapat timbul
sebagai akibat perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan
badan kaca pada penderita dengan afakia. Hal ini biasanya terjadi
sesudah suatu peradangan.

b. Pada hambatan yang relatif, terjadi aposisi yang cukup luas antara
dataran belakang iris dengan bagian depan lensa. Akibatny
a t e r j a d i tekanan yang lebih tinggi di bilik mata belakang
dibandingkan dengan bilik mata depan. Hal ini menyebabkan iris
dan pangkal iris terdorong ke depan menutup sudut bilik mata depan.

Pengobatan :
Pengobatan biasanya ditujukan untuk memperlancar hubungan antara bilik
mata belakang dengan bilik mata depan, baik denga
n i r i d e k t o m i p e r i f e r maupun dengan pemberian midriatika.

14. Sindrom Posner Schlossman (Glaucomatocylitic Crisis).


Sindrom posner schlosman adalah glaukoma sekunder ya
n g b i a s a n y a mengenai satu mata dan dianggap terjadi sebagai akibat
peradangan segmen depan bola mata (uvea atau trabekula).
Penyakit ini berjalan menahun dengan sering berulang-
u l a n g , d a p a t sembuh sendiri tanpa diobati. Pada keadaan ini sudut bilik mata
depanbiasanyat e t a p t e r b u k a . B i a s a n y a t e r d a p a t p a d a
o r a n g d e w a s a m u d a d a n u s i a pertengahan.
Penyakit ini diduga merupakan suatu jenis lain glaukoma sudut terbuka.

Anda mungkin juga menyukai