HEMOROID
A. KONSEP PENYAKIT
1.Definisi
Hemoroid/wasir adalah pelebaran pembuluh darah vena di dalam anus atau rektum
bawah. bisaterjadi secara internal (terjadi diatas sfingter internal) atau eksternal (terjadi
diluar sfingter eksternal). Gejala termasuk perdarahan rectum, pruritus, prolaps, dan
nyeri pada orang yang terkena dampak, wasir muncul secara berkala, tergantung pada
jumlah tekanan anorektal. (Lewis, 2011)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat
umum terjadi pada umur 25-50an, 50% individu mengalami beberapa tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengalami atau
memperberat adanya hemoroid. Hemoroid diklasafikasikan menjadi 2 tipe. Hemoroid
internal, yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul diluar
sfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth, 2013)
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroidalis.
Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering
menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan
intervensi. (Muttaqin, 2011)
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid
eksterna dan hemoroid interna. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di
bawah kulit (sub kutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah
pelebaran vena yang berada dibawah mukosa(submukosa) di atas atau dibawah linea
dentate (NANDA NIC NOC 2013)
2. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon
sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan
huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan
rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter
eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
gambar 1.1 : usus besar-rectum
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan
suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian
kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum, dan
arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon
transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah
tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis
inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan
inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang
mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke
vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara
vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal
dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal
dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; (2)
peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik
setelah makan pertama masuk pada hari itu.
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000)
faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah
mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol
ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan,
sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi atau
mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada
usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang
melebar, mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk
terlalu lama dan konstipasi).
4. Klasifikasi
a. Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1) Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.
3) Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.
b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik
yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan
oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran
darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices)
yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang
melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut.
Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid
interna kareana varicer terjepitoleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah
dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah
hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan
dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah
beku(trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :
Ø Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Ø Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Ø Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Ø Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Ø Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
H. Pathways hemoroid
I. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I
dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi
dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi
serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang merangsang dan daging,
menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila
terdapat nyeri yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi,
dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di
atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol.
Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap.
Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan bagian
proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil
diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.
d. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan
melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan
rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000
selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
J. Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah
ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lubang.
K. Fokus Intervensi
a. Pre Operasi
1) Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain
itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000
cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang
penyakit sirorcis hepatis.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah
klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang
makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji. Kebiasaan minum air putih kurang
dari 2.000 cc/hari.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi,
duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus.
Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan
hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah. Prolap varices pada anus
gatal atau tidak.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau
berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang
berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau
gatal pada anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola
tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat persalinan
dan kehamilan.
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah.
b. Post Operasi
1) Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian
mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai
pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan
pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b) Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan
klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c) Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan.
Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat mengejan
setelah operasi, juga kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas
klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami
klien.
e) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami
klien akibat nyeri.
f) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien
bila timbul nyeri.
g) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami
klien setelah operasi.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur
nyeri.
c) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
d) Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.
e) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
f) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
3) Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d. adanya luka operasi.
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan skala
nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
(5) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
(6) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan
ketidaknyamanan.
(7) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya
2-3 liter cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
(2) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan
perasaan marah, frustasi dan depresi yang dapat dimanifestasikan sebagai keengganan
untuk ikut serta dalam aktivitas.
(3) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL
sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha memenuhi
kebutuhan ADL.
(4) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan memberi motivasi
klien.
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima
Medika.
NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.
NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.
|
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.”S”
1. Pengkajian
A. Identitas klien dan Penanggung jawab
1) Identitas klien
Nama : Tn.”S”
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS Kesdam
Pendidikan : D III
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Sukomoro
Tanggal MRS : 22 November 2014
Tanggal Pengkajian : 23 November 2014
Tanggal Operasi : 23 November 2014
No.Med Rec : 179970
Dx.Medis : Haemoroid
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien MRS dengan keluhan BAB berdarah disertai benjolan di anus.
C. Aktivitas Sehari-hari
b. Kepala
Bentuk : Simetris
Warna Rambut : Hitam, Tidak ada uban
Kebersihan : Tampak Kusam
c. Mata
BentuK : Simetris
Konjungtiva : An- anemis
Sklera : An- Ikhterik
Pupil : Isokor
Penglihatan : Baik, dapat melihat tanpa bantuan alat bantu
d. Hidung
Bentuk : Simetris
Penciuman : Baik(dapatmelihat tanpa bantuan alat bantu)
Penyumbatan :Tidak Ada
Pendarahan : Tidak ada
Kebersihan : Cukup
f. Dada
Bentuk : Simetris
Pernafasan : Teratur
Frekuensi : 90*/menit
Nyeri : Tidak ada
g. Abdomen
Bentuk : Datar
Hepar : Tidak ada pembesaran
Nyeri : Tidak ada
h. Genetalia
Kelainan : Ada benjolan di sekeliling anus sebesar kacang tanah
Kebersihan : Cukup
i. Ekstremitas
Atas : Terpasang IVPD pada tangan kanan
Bawah : Dapat Bergerak normal
E. Data Penunjang
Laboratorium
HB : 13 gr %
LED : 11 mm/jam
Leukosit : 11.700 mm
Trombosit : 213.000
F. Penatalaksanaan
Operasi
G. Theraphy
LVFD RL gtt 20*/menit
Cefotoxime 2 * 1gr
Diet ML
H. ANALISA DATA
Robek Perianal
Anus
Pendarahan
Nyeri
2. DS : Klien mengatakan sudah Gangguan
BAB Bendungan Eliminasi BAB
Do : - KLIEN Tampak lemah bantalan anus
- BAB keras
Proses Mengedan
Meningkat
Defekasi tidak
lancar
Kebiasaan BAB
yang tidak lancar
Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyama : nyeri b/d bendungan dan hipertropi bantalan anus
2. Ansietas pola eliminasi : BAB b/d Konstipasi
3. Ansietas b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit yang di deritanya,
prosedur tindakan operasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN
- Ciptakan - Diharapkan
Lingkungan klien nyaman
Trapeutik dan tidak
terlalu
khawatir
mengenai
keadaan yang
di alaminya
- Anjurkan - Diharapkan
klien untuk dengannafas
nafas dalam dalam, nyeri
ketika nyeri yang di
rasakanklien
berkurang
- Kolaborasi - Diharapkan
dengan tim klien dapat
medis dan mengerti dan
gizi memenuhi
kebutuhan
nutrisi.
- Beri - Diharapkan
Dorongan klien dapat
kepada BAB dengn
klien lancar.
3. 22 nov 2014 Ansietas b/d - Tupan - Jelaskan - Diharapkan
Pukul : Kurangny Klien mengenai klien mengerti
16:00 pengetahuan tidak penyakit kondisi dan
klien tentang cemas yang cemasny
penyakit prosedur lagi/ce diderita berkurang
tindakan operasi. mas klien
hilang prosedur
DS: tindakan
Klien elalu - Tupen operasi
menanyakan Klien
tentang penyakit. menger - Anjurkan - Diharapkan
ti cara klien dapat
DO : tantang mengatur BAB dengan
- Klien penyaki kebiasaan teratur posisi
tampak tny BAB jangan
lemah jongkok dan
- Klien mengedan.-
tampak
binggung - Motivasi - Diharapkan
klien Klien merasa
diperhatikan
dan
mengurangi
cemas
- Ciptakan - Diharapkan
lingkungan klien merasa
therapeutik nyaman dan
cemas
berkurang
- Beri - Diharapkan
aktivitas cemas klien
hiburan berkurang
CATATAN PERKEMBANGAN
- Novalgin /amp
2. DP II TGL : 23 NOV 2014 Tgl 23 NOV
PUKUL : 09:30 3014
PUKUL 18 :00
- Mengkaji pola eliminasi BAB WIB
- Memmantau masukan dan S : Klien
pengeluaran nutrisi mengatakan pada
- Monitor TTV eliminasi ad
- Memberikan cairan RL gangguan
- Kolaborasi dengan tim medis
- Berikan diit lunak, tinggi serat,
sedikit tapi sering O : -Keadaan
- Beri minum banyak klien lemah
- BAB
klien
kurang
lebih
2*/sehari
-
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan post-
ops