PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya yang
harus dilakukan secara merata di seluruh wilayah tanah air dengan tujuan
korupsi.
1
2
Korupsi mengatakan korupsi itu tidak pernah membawa akibat positif (Gunnar
berada pada posisi ke-107 dalam hal CPI (Corruption Perception Index) tahun
1
Andi Hamzah, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara ,Jakarta,
Sinar Grafika, 2008, hlm. 5.
3
tersangkut kasus korupsi.7 Hal ini membuktikan bahwa korupsi tumbuh subur
Hal ini tentunya akan membawa dampak negatif bagi negara. Salah
korupsi mencapai Rp. 2,1 triliun.9 Oleh sebab itu, untuk menekan potensi
8
Andi Hamzah, Op.Cit.,hlm. 13-21.
9
Riani Atika Nanda Lubis, Agus Sunaryanto kepala divisi investigasi ICW sebagaimana
dikutip oleh Riani Atika Nanda Lubi, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011, hlm. 17.
4
jajarannya.
terutama dalam usaha mengembalikan keuangan negara. Hal ini tidak terlepas
dari fungsi yang dimiliki oleh Jaksa yang terbilang kompleks. Salah satu
fungsi tersebut adalah Jaksa sebagai eksekutor yang diatur pada Pasal 1 ayat 1
bidang perdata, pidana, dan TUN (Tata Usaha Negara). Melalui jajaran Pidana
133.637.262.558 (seratus tiga puluh tiga miliar, enam ratus tiga puluh tujuh
juta, dua ratus enam puluh dua ribu, lima ratus lima puluh delapan rupiah),
sementara uang negara yang diselamatkan di bidang perdata dan Tata Usaha
5
Negara sebesar Rp. 1.285.578.588.336 (satu triliun, dua ratus delapan puluh
lima miliar, lima ratus tujuh puluh delapan juta, lima ratus delapan puluh
delapan ribu, tiga ratus tiga puluh enam rupiah). Jika ditambahkan dengan
putusan hakim yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van
untuk membayar sejumlah uang kepada negara berupa hukuman denda dan
Namun dalam karya ilmiah ini sedikit membatasi kajian yang dilakukan.
Karya ilmiah ini hanya memfokuskan kepada upaya Jaksa sebagai eksekutor
tambahan uang pengganti yang dilakukan oleh Jaksa Eksekutor dalam usaha
cepat pertumbuhannya. Pada tahun 2017-2018 ini saja ada sekitar 79 perkara
tindak pidana korupsi yang sedang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera
penganti sebesar Rp. 167.231.000.- (seratus enam puluh tujuh juta dua ratus
tiga puluh satu ribu rupiah), dengan ketentuan jika Terdakwa tidak membayar
uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan setelah putusan
disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam
hal Terdakwa tidak mempunyai harta yang mencukupi untuk membayar uang
tahun12. Kasus tersebut merupakan contoh kasus tindak pidana korupsi yang
diambil dari sekian banyak kasus tindak pidana korupsi yang terjadi pada
Salah satu fungsi tersebut adalah Jaksa sebagai eksekutor yang diatur
12
http://kejati-sumbar.go.id/blog/2019/03/19/pembayaran-uang-pengganti-denda-dan-
uang-perkara-tindak-pidana-korupsi-maria-fironika/. Diakses pada tanggal 20 September 2019.
7
Pasal 18
3) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah:
a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang
tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau
yang
diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik
terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari
barang yang mengantikan barang-barang tersebut; b. pembayaran uang
pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. c. Penutupan Seluruh
atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;
d Pencabutan Seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan
Seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat
diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.
4) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk
menutupi uang pengganti tersebut.
5) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi
untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak
melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut
sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.
Pasal 19
1) Putusan pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukan
kepunyaan terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihak ketiga
yang beritikad baik akan dirugikan.
2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
termasuk juga barang pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, maka
pihak ketiga tersebut dapat mengajukan surat keberatan kepada
pengadilan yang bersangkutan, dalam waktu paling lambat 2 (dua)
bulan setelah putusan pengadilan diucapkan di sidang terbuka untuk
umum.
3) Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
untuk menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan
pengadilan.
4) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakim meminta
keterangan penuntut umum dan pihak yang berkepentingan.
5) Penetapan hakim atas surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung oleh pemohon
atau penuntut umum.
8
sebanding antara jumlah uang yang harus dibayarkan (diputuskan oleh hakim)
dengan uang yang dibayarkan oleh terpidana. Bahkan sebagian kasus lebih
pengganti. Oleh karena itu, harus ada upaya lebih dari Jaksa untuk dapat
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
9
Barat.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
eksekutor dengan upaya yang dilakukan oleh Jaksa tersebut sesuai dengan
2. Kegunaan Praktis
masukan, dan bahan bacaan atau referensi bagi aparat penegak hukum,
1. Kerangka Teoritis
13
Satjipto Rahardjo, llmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 254.
14
Ibid., hlm. 253
11
a. Teori Kewenangan
berbentuk hubungan dalam arti bahwa “ada satu pihak yang memerintah dan
hukum oleh Henc van Maarseven disebut sebagai “blote match”,17 sedangkan
kekuasaan yang berkaitan dengan hukum oleh Max Weber disebut sebagai
sistem hukum ini dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah yang telah diakui
serta dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan yang diperkuat oleh Negara.18
.
16
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1998, hlm. 35-36
12
formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial dari suatu Negara dalam proses
dalam keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga Negara itu dapat
lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan
jabatan (een ambten complex) di mana jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah
20
Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, Makalah, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, 1998, hlm. 37-38
13
yaitu aspek politik dan aspek hukum, sedangkan kewenangan hanya beraspek
hukum semata. Artinya, kekuasaan itu dapat bersumber dari konstitusi, juga
maupun dalam hukum privat. Dalam konsep hukum kita istilah kewenangan
23
Phillipus M. Hadjon, Op Cit, hlm. 20
24
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie
Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1994, hlm. 65
25
Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan
Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, 2004, hlm. 4
14
pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam
arti pemberian wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat bertindak atas
nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi mandat
mandat).
Negara oleh suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini adalah
asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya. Badan
26
J.G. Brouwer dan Schilder, A Survey of Dutch Administrative Law, Ars Aeguilibri,
Nijmegen, 1998, hlm. 16-17
15
tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum akan tetapi mempunyai unsur-
28
Chaerudin, Strategi Pencegahan Dan
Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Editama, Bandung, 2008. hlm. 87
16
”tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku gangguan tersebut terjadi apabila
dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah
hukum yang dilakukan sampai saat ini sangat bertolak belakang dengan
ditindas.
member rasa aman, adil dan kepastian perlu dicermati dengan hati-hati. Dari
30
Ibid.
17
31
Chaerudin,, Op.Cit, hlm. 55
18
netral sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor
adalah:33
adalah untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan dan tujuan hukum
2. Kerangka Konseptual
a. Upaya Jaksa
33
Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 7-8.
34
Chaerudin, . Op.Cit, hlm. 88
19
Demikian Upaya Jaksa yang penulis maksud dalam tesis ini adalah
suatu usaha untuk mencapai suatu maksud dan tujuan, yang diberi
sepenuhnya.
36
Diakses dari http://kbbi.web.id, pada tanggal 24 April 2019.
20
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
negara yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu yang menjadi
milik negara yang ada kaitannya tindak pidana korupsi yang dilakukan
oleh terpidana.
hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak disengaja oleh
yang dapat menimbulkan kerugian bagi negara baik itu moril maupun
37
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Rineka Cipta. Jakarta , 2010, hlm, 24.
21
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaaan atau
teori baru.38 Adapun ciri dari metode penelitian deskriptif ini adalah mencoba
yang sebenarnya mengenai objek penelitian, dalam hal ini tentang Upaya
2. Metode Pendekatan
dalam pasal-pasalnya, dengan kata lain metode penelitian ini dimulai dari
Padang. Penelitian ini juga didukung oleh pendekatan yurisdis empiris, yaitu
research).
3. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Dalam
penelitian ini data yang diperoleh bersumber dari data sekunder dan data
primer.
a. Data Sekunder
hukum yang mengikat. Dalam hal ini bahan hukum primer terdiri dari :
Pidana (KUHP):
Keuangan Negara;
buku atau karya ilmiah yang ditulis oleh para sarjana. Bahan hukum
a) Hukum Pidana;
b) Keuangan Negara;
c) Korupsi, dan;
d) Tindak Pidana.
24
b. Data Primer
ada 2 (dua) yaitu Wawancara (interview) dan Studi dokumen atau bahan
pustaka.
a. Wawancara (interview)
b. Penelitian Kepustakaan
Data yang diperoleh baik dari studi lapangan (field research) maupun
cara pengolahan data dengan menyusun data yang bersifat khusus yang
6. Lokasi Penelitian
Sumatera Barat.
G. Orisinilitas Penelitian
Universitas Ekasakti sejauh ini tidak terdapat kesamaan pada judul tesis dan
penelitian ini tidak lah sama dengan yang ada pada penelitian penulis karna
26
adalah asli, serta dapat dipertanggung jawabkan Ilmiah dan sesuai dengan