Anda di halaman 1dari 108

LAPORAN ILMIAH AKHIR

LITERATUR REVIEW : PENGARUH PEMBERIAN DIET

TEMPE TERHADAP FREKUENSI BAB

PADA ANAK DIARE

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

DWI YANI ADINDA, S.KEP

NIM. 1941312030

PROGRAM STUDI PROFESI

NERS FAKULTAS

KEPERAWATAN UNIVERSITAS

ANDALAS

TAHUN 2020
KARYA ILMIAH AKHIR

LITERATUR REVIEW : PENGARUH PEMBERIAN DIET


TEMPE TERHADAP FREKUENSI BAB
PADA ANAK DIARE

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

DWI YANI ADINDA, S.Kep


BP 1941312030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020
LITERATUR REVIEW : PENGARUH PEMBERIAN DIET
TEMPE TERHADAP FREKUENSI BAB
PADA ANAK DIARE

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

Untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)


Praktek Profesi Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Oleh:

DWI YANI ADINDA, S.Kep


BP 1941312030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020
Fcaml›asN g2
PENETAPAN PANITIA PENGUJI KARYA ILMIAH AKHIR

LITERATUR REVIEW : PENGARUH PEMBERIAN DIET


TEMPE TERHADAP FREKUENSI BAB
PADA ANAK DIARE

DWI YANI ADINDA, S.Kep


1941312030

Karya ilmiah ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas

Pada Tanggal, 22 Desember 2020

Panitia Penguji,

Ketua : Ns. Deswita, M.Kep, Sp.Kep.An (.....................)

Anggota : 1. Dr. Ns. Meri Neherta,S.Kep., M.Biomed (.....................)

2. Ns. Ira Mulya Sari, M. Kep,. Sp. Kep.An (.....................)

3. Ns. Yelli Herien, S. Kep., M. Kep (.....................)


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia kepada makhluk-Nya.

Shalawat serta salam dikirimkan kepada nabi Muhammmad SAW

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul

“LITERATUR REVIEW : PENGARUH PEMBERIAN DIET

TEMPE TERHADAP FREKUENSI BAB PADA ANAK

DIARE”

Karya ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ners (Ns) pada Fakultas Keperawatan Universitas

Andalas.

Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada

Dr. Ns. Meri Neherta, S.Kep,M.Biomed dan Ibu Ns. Deswita,

M.Kep,Sp.Kep. An sebagai pembimbing penulis, yang telah dengan

telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan

karya ilmiah ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, PhD selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas Padang.

2. Ibu Ns. Lili Fajria, S.Kep., M.Biomed selaku Ketua Program Studi

Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang.

3. Seluruh dosen penguji karya ilmiah yang telah memberikan arahan


dan perbaikan dalam kesempurnaan karya ilmiah ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang

telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis

selama mengikuti praktik profesi.

5. Kepada keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang,

memberikan dukungan yang maksimal, doa yang tulus kepada

penulis selama ini dan memberikan hampir seluruh waktunya untuk

suksesnya penulisan karya ilmiah ini.

6. Sahabat tercinta dan seluruh teman-teman seperjuangan yang telah

mendukung dan memberi semangat dalam pembuatan karya ilmiah

ini.

7. Semua pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran dari berbagai pihak demi lebih baiknya karya ilmiah ini.

Padang, Desember 2020

Penulis
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Karya Ilmiah, Desember 2020

Nama : Dwi Yani Adinda


No Bp : 1941312030

Literature Review : Pengaruh Pemberian Diet Tempe terhadap


Frekuensi BAB pada Anak Diare

ABSTRAK

Diare merupakan keadaan dimana frekuensi buang air besar seseorang


meningkat atau lebih dari 3x sehari dengan konsistensi cair dan berlendir hingga
berdarah. Diare sendiri sering terjadi pada anak – anak usia 3 tahun. Gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit diare adalah frekuensi buang air besar meningkat
dengan konsistensi feces cair atau encer, berlendir bahkan berdarah, sering merasa
haus, serta mudah merasa lelah. Tujuan penulisan laporan karya tulis ilmiah ini
adalah untuk mereview Literature Review pemberian tempe terhadap frekuensi
BAB pada anak diare. Metode penelitian ialah mencari beberapa artikel jurnal
yang berhubungan dengan topic yang mana nantinya jurnal tersebut akan di olah
menjadi Literature Review. Search Engine yang digunakan untuk mencari artikel
jurnal adalah Google Schoolar,Science Direct, Sage Journal, dan Pubmed yang di
publish pada tahun 2015 – 2020. Jurnal artikel yang dicari menggunakan kata
kunci yang sudah ditentukan oleh peneliti, setelahnya di ekstraksi sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi sehingga ditemukan 4 jurnal artikel yang akan di analisis.
Hasil penulisan Literature Review ini didapatkan bahwa dari 4 jurnal artikel yang
dianalisis semua peneliti menyarankan pemberian diet tempe pada anak dengan
diare untuk menurunkan frekuensi buang air besar.

Kata kunci : Tempeh, Diare pada anak, Tempe untuk diare


Daftar Pustaka: 32 (2008 - 2019)
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
Scientific Report, December 2020

Nama : Dwi Yani Adinda


No Bp : 1941312030

Literature Review : Effectiveness of Tempeh Diet for Frequency of Defecation

in Children with Diarrhea

ABSTRAK

Diarrhea is a condition where the frequency of a person's bowel


movements increases or more than 3x a day with liquid consistency and slimy to
bleed. Diarrhea itself often occurs in children aged 3 years. Symptoms caused by
diarrheal disease is increased frequency of bowel movements with the consistency
of liquid or diluted stools, slimy or even bleeding, often feeling thirsty, as well as
easily feeling tired. The purpose of writing this scientific paper report is to review
the Literature Review of tempeh administration of the frequency of bab in
children with diarrhea. The research method is to look for several journal articles
related to the topic which later the journal will be processed into Literature
Review. Search Engines used to search for journal articles are Google Schoolar,
Science Direct, Sage Journal, and Pubmed published in 2015 – 2020. Journal
articles are searched using keywords that have been determined by researchers,
afterwards in the extraction according to inclusion and exclusion criteria so that
found 4 journal articles to be analyzed. Literature Review was found that from 4
journal articles analyzed by all researchers suggested giving tempeh diet in
children with diarrhea to decrease the frequency of bowel movements.

Keyword : Tempeh, Children Diarrhea, Tempeh for


Diarrhea Bibliography : 32 (2008 - 2019)
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................


HALAMAN PRASYARAT GELAR ..............................................................
LEMBAR PERSETUJUAN KIA ....................................................................
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..............................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACT.....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................7
C. Tujuan Penelitian.........................................................................7
1. Tujuan Umun......................................................................7
2. Tujuan Khusus....................................................................7
D. Manfaat Penelitian.......................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................9


A. Diare............................................................................................9
1. Pengertian Diare....................................................................9
2. Jenis – jenis Diare..................................................................9
3. Penyebab Diare......................................................................11
4. Epidemiologi Diare...............................................................11
5. Patofisiologi Diare.................................................................12
6. Pencegahan Diare..................................................................13
7. Faktor – faktor yang mempengaruhi Diare...........................15
8. Penatalaksanaan.....................................................................18
B. Tempe.............................................................................................21
1. Pengertian.................................................................................21
2. Kandungan Gizi Tempe............................................................22
3. Manfaat Tempe.........................................................................23
C. Pengaruh Tempe untuk Menurunkan Frekuensi Diare...................27
D. Asuhan Keperawatan Teoritis.........................................................29
1. Pengkajian.................................................................................29
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................33
3. Intervensi Keperawatan............................................................34
4. Implementasi Keperawatan......................................................39
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................39

BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................41


I. Identitas Data............................................................................41
II. Keluhan Utama.........................................................................41
III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran...........................................42
IV. Riwayat Kesehatan Dahulu.......................................................42
V. Riwayat Kesehatan Sekarang...................................................43
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga....................................................44
VII. Riwayat Tumbuh Kembang…................................................46
VIII.Riwayat Sosial…....................................................................46
IX. Pemeriksaan Fisik…................................................................47
X. Pemeriksaan Tumbuh Kembang….........................................49
XI. Pemeriksaan Psikososial…......................................................51
XII. Pemeriksaan Spiritual….......................................................51
XIII.Kebutuhan Dasar Sehari – hari…..........................................51
XIV. Ringkasan Riwayat Keperawatan…....................................53
XV. Analisa Data…....................................................................54
XVI. Diagnosa Keperawatan........................................................57

BAB IV LITERATURE REVIEW...................................................................66


A. Jenis Review..................................................................................66
B. Strategi Pencarian Literature..........................................................66
C. Kriteria Pencarian Insklusi dan Ekslusi.........................................67
D. Seleksi Studi dan Ekstraksi Data...................................................68

BAB V HASIL PEMBAHASAN.....................................................................69


A. Hasil Kajian Literature...................................................................69
B. Pembahasan Studi Literature.........................................................79
1. Gambaran Pengaruh Pemberian Diet Tempe Terhadap
Frekuensi BAB Pada Anak Diare.............................................79
2. Analisa Pengaruh Pemberian Diet Tempe Terhadap Frekuensi BAB Pada
Anak..........................................................................................83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................87


A. Kesimpulan....................................................................................87
B. Saran..............................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................89
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. WOC Teori ..................................................................................


Lampiran 2. Lembar Bimbingan Pembimbing 1..............................................
Lampiran 3. Lembar Bimbingan Pembimbing 2..............................................
Lampiran 4. Curriculum Vitae .........................................................................
DAFTAR BAGAN

Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Teoritis............................................34

Tabel 4.1 Analisa Data Klien............................................................................56

Tabel 4.2 Rencana Asuhan Keperawatan Klien...............................................57

Tabel 4.3 Catatan Perkembangan.....................................................................63

Tabel 5.1 Daftar Analisa Artikel Pemberian Tempe terhadap Anak Diare......71
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations

Children’s Fund (UNICEF), terdapat 2 Miliar penyakit diare setiap

tahunnya dan 1,9 juta anak - anak lebih dari 5 tahun meninggal karena

penyakit diare setiap tahun. Hingga saat ini mencapai 18% dari seluruh

kematian anak dibawah usia 5 tahun, berarti lebih dari 5.000 anak

meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Dari semua kematian anak

akibat diare, 78% terjadi di Afrika dan Tenggara daerah Asia. Setiap anak

di bawah usia 5 tahun mengalami rata-rata 3 episode tahunan diare akut

secara global pada kelompok usia ini, diare akut merupakan penyebab

utama kedua kematian (setelah pneumonia) dan kejadian risiko kematian

penyakit diare paling banyak terjadi pada anak-anak di kelompok usia ini,

terutama selama masa bayi (Farthing et al., 2013: 1).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015,

angka kematian akibat diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak

42% dan angka kesakitan balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut

WHO, Penyakit diare adalah penyebab utama kematian kedua pada anak

di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab untuk membunuh sekitar

525.000 anak setiap tahun. Penyakit diare adalah penyebab utama

kematian anak dan morbiditas di dunia, dan sebagian besar hasil dari

makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di seluruh dunia, 780 juta

orang tidak memiliki akses


ke air minum yang lebih baik dan 2,5 miliar tidak memiliki sanitasi yang

lebih baik. Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang

(WHO, 2017). Mayoritas kematian ini 15% disebabkan oleh pneumonia

diikuti dengan diare sebanyak 9% (UNICEF, 2016). Perkiraan angka

kematian anak-anak akibat diare di Nigeria adalah sekitar 151, 700–

175.000 per tahun (Dairo dalam Omele, 2019).

Di Indonesia menurut KEMENKES RI 2018, penyakit diare

merupakan penyakit endemis dan juga merupakan penyakit yang

berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai dengan kematian. Pada

tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang tersebar di 8 provinsi, 8

kabupaten/kota dengan jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang

(CFR 4,76%). Angka kematian (CFR) diharapkan 1%), sedangkan pada

tahun 2018 CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun 2017

yaitu menjadi 4,76%.

Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014 insiden diare

pada balita yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita

sebanyak 46,4% (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Target SDGs pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita

dengan upaya mengurangi angka kematian bayi dengan 12/1000 kelahiran

hidup dan angka kematian anak bawah lima tahun 25/1000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2015).

Diare selalu masuk sebagai tiga penyebab utama kunjungan ke

Puskesmas. Pada tahun 2017 jumlah penderita diare pada semua umur

yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 penderita dan

mengalami
peningkatan pada tahun 2018 menjadi 4.504.524 penderita. Sedangkan

jumlah penderita diare pada balita yang dilayani di sarana kesehatan pada

tahun 2018 yaitu 1.637.708. Ini berarti sebanyak 40,90% kejadian diare di

sarana kesehatan terjadi pada balita. Berdasarkan Riskesdas 2018

prevalensi diare di Indonesia menurut diagnosis tenaga kesehatan untuk

seluruh kelompok umur adalah 6,8% sedangkan pada balita sebanyak

11%. Di Sumatera Barat prevalensi diare untuk seluruh kelompok umur

sebesar 7,6% sedangkan pada balita sebanyak 13%.

Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB yang

ditandai dengan buang air besar >3 kali sehari dengan konsistensi tinja

cair, dan dapat disertai dengan darah ataupun lender. (Riskesdas, 2013).

Penyakit diare adalah penyakit endemis di Negara Indonesia dan termasuk

kedalam penyakit potensial KLB yang disertai dengan kematian (D.

Kesehatan, 2017).

Diare juga dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang

sangat drastis serta dapat menyebabkan dehidrasi berat, apabila tidak

segera ditangani dengan benar dapat menyebabkan kematian. Dehidrasi

yang disebabkan oleh diare juga mengakibatkan hilangnya nutrisi penting

sehingga terjadi kekurangan mikronutrien dan kekurangan gizi yang parah

pada anak-anak. Apabila pada saat yang bersamaan anak yang kekurangan

gizi mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lemah, membuat mereka

lebih rentan terhadap diare (UNICEF, 2016).


Upaya pemerintah dalam pencegahan diare terutama pada anak

sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui

progam proyek desa tertinggal maupun progam lainnya. Pencegahan

penyakit diare bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tapi

masyarakat pun diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah

terjadinya diare pada anak. Menurut Depkes (2009) upaya pemerintah

selama ini dalam penanggulangan diare khususnya diare pada balita sudah

dilakukan melalui berbagai kegiatan misalnya perbaikan sanitasi

lingkungan dan air di enam daerah ibu kota, pembuatan tengki septik

komunal dan limbah. Tujuan yang diharapkan tersebut sampai saat ini

belum tercapai dan angka kejadian diare masih meningkat di Indonesia.

Hal tersebut tidak ditanggulangi dengan sungguh-sungguh maka

pemerintah akan banyak mengalami kerugian baik di sektor ekonomi

maupun sumber daya manusia (Setiawati, 2015: 4).

Menurut Cheung & Chung (2011), upaya lain yang dilakukan oleh

Depkes RI dan didukung oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) telah

mencanangkan panduan terbaru tata laksana diare pada anak, yaitu Lima

Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yang terdiri dari: pemberian

cairan, pemberian zink selama 10 hari berturut - turut, meneruskan

pemberian ASI dan makanan, pemberian antibiotik secara selektif dan

pemberian nasihat pada ibu/keluarga pasien (Setiawati, 2015: 4).

Pemberian bubur tempe terhadap pasien diare yang berbahan dasar

tempe dapat mempersingkat durasi diare akut serta mempercepat


pertambahan berat badan setelah menderita satu episode diare akut. Tempe

dipilih sebagai bahan dasar, karena tempe merupakan pangan tradisional

yang mudah didapat, tempe mengandung komponen fungsional probiotik

dan prebiotik, serat larut, asam lemak omega 3 polyunsaturated, konjugasi

asam linoleat, antioksidan pada tanaman, vitamin dan mineral, beberapa

protein, peptida dan asam amino seperti phospholipid. Menurut Toole dan

Cooney (2008), banyak mikroorganisme yang dipertimbangkan sebagai

prebiotik yang digunakan untuk memelihara produk pangan tradisional

dengan cara fermentasi dan keberadaan makanan ini bermacam-macam

angka mikroorganisme yang digunakan bersamaan dengan hasil akhir dari

fermentasi produk dan metabolisme lainnya (Setiawati, 2015: 5-6).

Tempe merupakan makanan tradisional yang berpotensi sebagai

makanan fungsional. Beberapa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain

memberikan pengaruh hipokolesterolemik, antidiare khususnya karena

bakteri Escherichia Coli enteropatogenik dan antioksiadan. Tempe

dihasilkan dari proses fermentasi yang mengandung komponen-komponen

nutrisi pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan

dihasilkan senyawa-senyawa sederhana (Cahyadi, 2012: 41).

Beberapa penelitian terdahulu tentang efektivitas tempe dalam

penurunan frekuensi Buang Air Besar (BAB) pada anak balita diare

didapatkan bahwa tempe dari hasil penelitian diperoleh nilai P= 0,000,

sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian diet bubur

tempe terhadap frekuensi bab pada anak diare. Nilai rata-rata sesudah

pemberian
diet bubur tempe sebesar 2,87 sedangkan nilai rata-rata sesudah pemberian

diet bubur preda sebesar 5,40, maka terjadi selisih rata-rata sebesar -2,53,

sehingga terbukti dengan pemberian diet bubur tempe lebih efektif mampu

menurunkan frekuensi BAB pada anak diare dibandingkan dengan

pemberian diet bubur preda, penelitian yang dilakukan oleh Setiawati

(2015) tentang pengaruh pemberian diet bubur tempe terhadap frekuensi

BAB pada anak diare dengan menggunakan metode eksperimen quasi,

dimana penelitian ini menunjukkan bahwa tempe mempunyai kemampuan

dalam penanggulangan diare.

Adapun penelitian lain yang menunjukan keefektifan tempe

sebagai makanan tambahan yang dapat mengurangi frekuensi buang air

besar pada anak diare adalah penelitian yang dilakukan oleh Suprapti

(2019) yang mana dari 2 kelompok intervensi, satu kelompok diberikan

oralit disertai dengan makanan tambahan tempe dan kelompok lainnya

hanya diberikan cairan oralit. Hasil dari penelitian tersebut ialah,

kelompok yang diberikan oralit dan makanan tambahan tempe lebih cepat

mengalami penurunan frekuensi buang air besar daripada kelompok yang

hanya diberikan oralit.

Dari pengkajian yang telah dilakukan pada An. T didapatkan hasil

bahwa An.T sudah mengalami diare sejak 2 hari yang lalu. Ibu klien

mengatakan An.T sering mengkonsumsi ciki serta es dan jarang minum air

putih. Ibu klien juga mengatakan salah satu penyebab An.T terkena Diare

adalah cuaca yang tidak menentu. Peneliti mengangkat masalah ini sebagai
diagnosa pertama dari asuhan keperawatan yang diberikan yaitu Diare

berhubungan dengan masuknya pathogen ke dalam saluran pencernaan.

Dari penjelasan latar belakang diatas dan juga masalah

keperawatan An.T peneliti tertarik untuk melakukan penelitian literature

review mengenai pengaruh pemberian diet tempe terhadap frekuensi BAB

pada anak diare.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

masalah karya ilmiah akhir ini adalah: “LITERATUR REVIEW :

Pengaruh Pemberian Diet Tempe Terhadap Frekuensi BAB Pada Anak

Diare.”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari karya ilmiah akhir ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pemberian tempe terhadap frekuensi BAB pada anak diare.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi metode yang digunakan dalam penelitian baik

design, teknik pengambilan sampel, jumlah sampel, hingga

perlakuan intervensi yang diberikan kepada sampel.

b. Untuk menganalisa pengaruh pemberian tempe terhadap frekuensi

BAB pada anak diare.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan pengetahuan serta salah satu sumber

pengembangan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan

keperawatan yang komprehensif dan untuk menambah pengalaman

mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai tambahan literatur dan memberi informasi dalam

mengembangkan ilmu keperawatan sehingga dapat dijadikan sumber

pembelajaran tentang penyembuhan diare pada anak dengan diberikan

tempe.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran tentang

pengaruh pemberian tempe terhadap kesembuhan diare pada anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Pengertian Diare

Menurut World Health Organization (WHO, 2017), penyakit diare

adalah suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya

frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya, yaitu 3 kali atau

lebih dalam sehari yang mungkin dapat di sertai dengan muntah atau

tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering di jumpai pada anak

balita,terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak

bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Kemenkes RI, 2014). Menurut

penelitian Barr & Smith (2014) diare adalah perubahan bentuk tinja

yang tidak seperti biasanya serta frekuensinya lebih sering

dibandingkan biasanya ibu lebih mudah mengenal diare.

2. Jenis – jenis Diare

Menurut WHO (2014) diare diklasifikasikan yaitu :

a. Diare akut,yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak

bertambah selama masa diare

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung selama 14-30

hari atau diare yang berkepanjangan. Masalah gizi pada anak-

anak
dan penyakit lainnya seperti penyakit AIDS memungkinkan

terjadinya diare persisten.

d. Diare berdarah (disentri) ditandai adanya darah di feses yang

disebabkan kerusakan usus dan kurang gizi,penyebab paling

umum adalah shigella.

Berdasarkan derajat dehidrasi,di bagi menjadi 3 klasifikasi :

1) Diare tanpa dehidrasi Diare tanpa dehidrasi bila terdapat 2

tanda di bawah ini atau lebih :

a) Keadaan umum : baik

b) Mata : Normal

c) Rasa haus : Normal, minum biasa

d) Turgor kulit : kembali cepat

2) Diare dehidrasi ringan / sedang Diare dengan dehidrasi Ringan

/ sedang bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :

a) Keadaan umum : Gelisah, rewel

b) Mata : Cekung

c) Rasa haus : Haus,ingin minum banyak

d) Turgor kulit : Kembali lambat

3) Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2

tanda di bawah ini atau lebih :

a) Keadaan umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

b) Mata : Cekung

c) Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum


d) Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 3 detik)

3. Penyebab Diare

Menurut Brandt et al (2015), penyebab diare yaitu :

a. Faktor Infeksi : Bakteri, virus, parasit

b. Gangguan penyerapan makanan dan minuman di usus seperti

penyerapan karbohidrat, lemak dan protein

c. Faktor makanan seperti: makanan basi, beracun, alergi terhadap

makanan

d. Faktor psikologis seperti : cemas, takut dan terkejut

4. Epidemiologi Diare

Berdasarkan data WHO dan UNICEF, sekitar 2 miliar kasus diare

terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya dan 1,9 juta anak di bawah 5

tahun meninggal karena diare tiap tahunnya, sebagian besar di negara

berkembang (Farthing, M., et al., 2013). Sebanyak 6 juta anak

meninggal setiap tahun akibat diare, terutama di negara berkembang

seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas tahun 2007 (dalam

Riskesdas, 2010), diare merupakan salah satu penyebab kematian

tertinggi pada bayi dan balita di Indonesia. Diare masih menjadi

penyebab utama kematian pada anak, sekitar 31% pada anak berusia

satu tahun dan 25% pada anak usia 1-4 tahun.

Dalam studi epidemiologi yang dilakukan di Taiwan oleh Cang, et

al pada tahun 2009, menjelaskan bahwa dari 1.200 anak di bawah 5

tahun terdapat 670 anak yang positif menderita diare (19 anak 35 bulan
sebanyak 32 dari 308 anak (8,4%). Dari data tersebut didapatkan angka

kejadian tertinggi diare terjadi pada anak usia 12-23 bulan dengan

persentase sebesar 18,5%. Kepentingan dilakukan studi epidemiologi

pada penyakit diare yaitu untuk melihat gambaran distribusi keadaan

masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di

masyarakat yang paling banyak terserang dan memperkirakan besarnya

masalah kesehatan pada berbagai kelompok (Pearce, N., 2012).

5. Patofisiologi Diare

Diare umumnya diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan jumlah

volume tinja. Diare yang disertai peningkatan volume tinja disebut

sebagai diare volume besar namun, apabila volume tinja tidak

meningkat maka disebut sebagai diare volume kecil. Diare volume

besar umumnya disebabkan oleh jumlah air atau/dan cairan yang

berlebihan dalam usus sedangkan diare volume kecil umumnya

disebabkan oleh peningkatan motilitas usus (McCance, K.L. et al.,

2014).

Mekanisme utama terjadinya diare dibagi menjadi tiga yaitu

osmotik, sekretorik, dan motilitik. Pada diare osmotik, zat yang tidak

dapat diserap usus akan menarik air ke dalam lumen secara osmosis,

air yang berlebihan dan zat-zat yang tidak dapat diserap usus

menyebabkan volume diare menjadi meningkat sehingga menjadi diare

volume besar. Diare sekretori adalah suatu bentuk diare dengan

volume besar yang disebabkan oleh sekresi mukosa yang berlebihan

akibat klorida atau bikarbonat kaya cairan atau inhibisi penyerapan net

sodium, sedangkan
diare motilitik dapat disebabkan oleh reseksi usus kecil (sindrom usus

pendek), operasi bypass dari daerah usus, pembentukan fistula antara

loop usus, iritasi usus, neuropati diabetes, hipertiroidisme, dan

penyalahgunaan pencahar (McCance, K.L. et al., 2014).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sekitar 40% dari kasus

penyakit diare akut pada 5 tahun pertama kehidupan disebabkan oleh

rotavirus, sehingga mekanisme sekretorik merupakan patogenesis diare

yang paling sering terjadi pada anak (Koletzko, S. & Osterrieder, S.,

2009). Diare sekretorik sering disebabkan oleh karena infeksi. Infeksi

tersebut dapat diakibatkan oleh virus (misalnya, rotavirus),

enterotoksin bakteri (misalnya Escherichia coli dan Vibrio cholerae),

atau eksotoksin dari pertumbuhan abnormal Clostridium difficile

setelah terapi antibiotik. Infeksi ini menyebabkan sekresi transmitter

dari sel enteroendokrin (misalnya, 5-HT) dan aktivasi neuron aferen

yang merangsang neuron sekretomotor submukosa dan perubahan

transport natrium dan klorida yang mengakibatkan penurunan

penyerapan air, dan mengakibatkan suatu bentuk diare dengan volume

besar (McCance,

K.L. et al., 2014).

6. Pencegahan Diare

Menurut Radlovic et al (2015) pencegahan diare adalah :

a. Mencuci tangan

Ajarkan anak untuk mencuci tangan. Saat member makan

pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti


setelah membersihkan kotoran bayi atau anak, ibu harus sering

mencuci tangan.

b. Makanan ditutup dengan tudung saji.

c. Air minum dan makanan harus dimasak dengan matang.

d. Makanan dan Air minum dijaga kebersihannya, memberikan

ASI eklusif minimal 6 bulan. Botol susu selalu dicuci bersih

dan disterilkan dengan baik.

Diantara langkah-langkah yang dapat di lakukan oleh ibu dan

Anak, yang paling penting adalah menjaga higienis perorangan

dengan baik. Ini dapat di lakukan dengan melaksanakan perilaku

sehat, yaitu mencuci tangan dengan sabun sesudah membuang tinja

anak dan setelah buang air besar dan juga sebelum menyiapkan

makanan kepada anak. Ibu- ibu juga seharusnya melatih anak sejak

awal lagi tentang perilaku cuci tangan terutama sebelum makan dan

sesudah bermain. Ini dapat mencegah terjadinya penularan kuman

yang dapat menyebabkan diare. Selain itu, ibu balita juga seharusnya

mengamalkan pemberian ASI kepada anak mereka sejak lahir

sehingga 4-6 bulan pertama kehidupan. ASI mengandung antibody

yang berguna untuk menjaga sistem kekebalan bayi agar tidak mudah

terkena infeksi. ASI juga kaya dengan zat- zat yang optimal untuk

pertumbuhan anak. Pemberian ASI sewaktu diare juga bisa

mengurangi keparahan kejadian diare (Depkes RI, 2015).


7. Faktor – faktor yang mempengaruhi Diare

Banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya diare pada

balita. Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal- oral

yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh

enteropatogen, atau kontak langsung dengan tangan penderita atau

barang- barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung

melalui lalat (melalui 4 F = finger, flies, fluid, field). Adapun faktor

resiko terjadinya diare adalah :

a. Faktor Anak

Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang paling

banyak menderita diare, kerentanan kelompok usia ini juga

banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor umur

Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(2014), dilihat dari karakteristik umur balita diketahui

kecendrungan terkena penyakit diare yang besar karena

semakin muda usia anak balita, kecuali pada kelompok usia

kurang dari enam bulan, yang disebabkan makanan bayi

masih tergantung pada ASI. Semakin rendah usia anak balita,

daya tahan tubuhnya terhadap infeksi penyakit terutama

penyakit diare semakin rendah sehingga tingginya angka

diare pada anak balita yang berusia semakin muda apalagi

jika anak
mengalami status gizi kurang dan berada dalam lingkungan

yang kurang memadai.

2. Jenis kelamin

Penelitian Polipi (2014) menjelaskan lebih banyak pasien

laki- laki yang menderita diare dari pada perempuan dengan

perbandingan 1,5 : 1 (dengan porsi pada anak laki- laki

sebesar 60% dan anak perempuan 40%).

3. Status imunisasi

Penelitian yang dilakukan oleh Ragil dan Dyah (2017)

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status

imunisasi campak dengan kejadian diare akut pada anak

balita. Imunisasi campak dapat menurunkan kejadian

penyakit diare.

4. Status gizi

Pada balita penderita gizi kurang serangan diare lebih

sering terjadi.. semakin buruk keadaan/ status gizi balita,

semakin sering dan berat diare yang dideritanya. Diduga

bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap

infeksi karena daya tahan tubuh yang kurang.

Berdasarkan penelitian Meliyanti (2016) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi

dengan kejadian diare.


b. Faktor orang tua

Peranan orang tua dalam pencegahan dan perawatan anak

dengan diare sangatlah penting. Faktor yang

mempengaruhinya yaitu umur ibu, tingkat pendidikan, tingkat

pengetahuan ibu mengenai hidup sehat dan pencegahan

terhadap penyakit. Rendahnya tingkat pendidikan ibu dan

kurangnya pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dan

perawatan anak dengan diare merupakan penyebab anak

terlambat ditangani dan terlambat mendapat pertolongan

sehingga berisiko mengalami dehidrasi.

Hasil Survey yang dilakukan SDKI (2014) terhadap

pengetahuan ibu tentang diare didapatkan data bahwa

pengetahuan ibu tentang pengetahuan pemberian paket oralit

lebih rendah pada wanita dengan kelompok umur 15 – 19

tahun dibandingkan dengan wanita yang lebih tua. Sementara

itu pendidikan ibu mempunyai hubungan yang positif dengan

pengetahuan ibu tentang pemberian paket oralit.

c. Hygiene dan kebersihan diri

Perilaku hygiene dan kebersihan ibu dan anak mempunyai

pengaruh terhadap pencegahan terjadinya diare pada bayi dan

balita, salah satu perilaku hidup bersih yang sering dilakukan

adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan pada anak

dan juga setelah buang air besar (Radlovic et al, 2015).


d. Sosial Ekonomi

Status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi

anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan

ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga,

kebutuhan gizi yang buruk memudahkan balita mengalami diare.

Menurut Wanto (2017), ada beberapa hal yang mempengaruhi

faktor sosial ekonomi yaitu jumlah balita dalam keluarga, jenis

pekerjaan, pendidikan ayah, pendapatan, jumlah anak dalam

keluarga dan faktor ekonomi.

8. Penatalaksanaan

1. Pemberian Cairan

a. Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan

diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO,

K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan

dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat

dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air

tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah

untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk

mencegah dehidrasi lebih lanjut.

b. Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan

tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang


diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat

badannya.

Jadwal pemberian cairan

1) Belum ada dehidrasi

- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar

- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

2) Dehidrasi ringan

- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik

- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

3) Dehidrasi sedang

- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik

- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

4) Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

2. Diatetik

Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien

dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal

yang perlu diperhatikan :

1) Memberikan asi.

2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

3) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)

bila anak tidak mau minum susu.


4) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai

sedang atau tidak jenuh.

3. Obat – obatan

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang

hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang

mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air

tajin, tepung beras, dll)

- Obat anti sekresi.

- Obat anti spasmolitik.

- Obat pengeras tinja.

- Obat antibiotik.

Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan

yang bersih dan sehat :

1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh

makanan.

2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi

standar di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar

mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak

berasa.

4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki,

dan muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di

sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri

saat ke sekolah.

7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat

tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.

8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.

Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan

sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak

terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air

bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan

sebagainya.

B. Tempe

1. Pengertian

Tempe merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari

fermentasi biji kedelai atau beberapa bahan lainnya. Fermentasi

menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus

oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dan beberapa jenis

kapang Rhizopus lainnya (PUSIDO,2012). Dimana pada proses

fermentasi akan terjadi hidrolisis senyawa – senyawa kompleks

menjadi sederhana, sehingga baik untuk dicerna. Tempe merupakan

makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi

( Cahyadi 2007). Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi

kebutuhan protein, juga memiliki nilai obat seperti antibiotika untuk


menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal bebas

( Sartika 2009).

Menurut Haryoko (2009) dalam (Dewi & Aziz, 2011), secara

umum tempe berwarna putih, dikarenakan pertumbuhan miselia

kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur

yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya

degradasi dari komponen-komponen kedelai itu sendiri.

2. Kandungan Gizi Tempe

Di dalam tempe kandungan Gizinya lebih baik dibandingkan

dengan kedelai dan produk turunan lainnya. Kandungan tersebut

diantaranya ialah Vitamin B2, Vitamin B12, Niasin dan juga asam

pantotenat,bahkan hasil analisi ,Gizi tempe menunjukkan kandungan

niasin sebesar 1,13 mg/100 gram berat tempe yang dimakan. Menurut

Dwinaningsih (2010) dalam (Dewi dan Aziz,2011), kelompok vitamin

yang terdapat di dalam tempe terdiri atas dua jenis yaitu yang larut di

dalam air (Vitamin B kompleks) dan larut lemak (Vitamin A, D, E dan

K).

Tempe memiliki sumber vitamin B yang potensial jenis Vitamin

tersebut ialah, Vitamin B1 (Tiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), asam

pantotenat, asam nikotinat ( Niasin), Vitamin B6 (Piridoksin), dan

Vitamin B12 (Sianokobalamin), tempe merupakan satu-satunya

sumber nabati yang memiliki kandungan B12, dimana kandungan ini

hanya dimiliki oleh produk hewani, sehingga tempe memiliki

potensial yang
lebih baik dibandingkan produk nabati lainnya , selama proses

fermentasi dalam pembuatan tempe terjadi peningkatan Vitamin B12

yang sangat mencolok,yaitu 33 kali lebih banyak dibandingkan kedelai

( Astawan, 2009).

Riboflavin (Vitamin B6) meningkat 4-14 kali lebih banyak

disbanding kedelai, Niasin meningkat 2-5 kali, biotin mengalami

peningkatan sebesar 2-3, asam folat 4-5 kali, dan asam pentatonat

hanya meningkat 2 kali lipat dibandingkan dari kandungan kedelai

sebelum difermentasi. Vitamin ini tidak dihasilkan oleh kapang

Rhizopus, melainkan dari kontaminasi Klebsiella pneumoniae, dan

Citrobacter freundii (Sarwono, 2010)

Kandungan dari Vitamin B12 di dalam tempe berkisar dari 1,5

sampai 6,3 mikrogram/ 100 gram tempe kering yang dikonsumsi,

jumlah ini sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan Vitamin B12

seseorang per hari. Dengan mengkonsumsi tempe setiap hari,

kandungan Vitamin B12 seorang vegetarian tidak perlu untuk

dikhawatirkan karena sudah terpenuhi (Hartoyo, 2000)

3. Manfaat Tempe

a. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh. Tempe mengandung

berbagai jenis bakteri baik (probiotik) dan antioksidan isoflavon.

Oleh karena itu, mengonsumsi tempe akan membantu

meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh (Astawan,

2013; Azizah, 2020).


b. Mencegah Osteoporosis. Kandungan kalsium dan vitamin K yang

cukup tinggi pada tempe bermanfaat untuk pembentukan tulang,

sehingga osteoporosis dapat dicegah ( Steinkraus, 1996;

Sudarmadji et al., 1997; Azizah, 2020).

c. Mengobati Diare. Kemampuan tempe untuk mengobati diare

disebabkan oleh zat antidiare dan protein tempe yang mudah

dicerna dan diserap (Astawan, 2013). Menurut Sudarmadji et al.

(1997), tempe mengandung zat-zat antibakteri yang mampu

mengatasi berbagai penyakit infeksi seperti diare.

d. Menjaga Kesehatan Jantung. Menurut Azizah (2020), antioksidan

dan antiinflamasi yang terkandung pada tempe mampu melindungi

pembuluh darah dari kerusakan inflamasi dan oksidatif sehingga

membuat jantung sehat.

e. Mencegah Penyakit Jantung Koroner. Penyakit jantung koroner

merupakan salah satu bentuk kelainan pembuluh darah koroner

akibat penumpukan lemak di dalam dinding pembuluh darah yaitu

suatu keadaan yang disebut aterosklerosis. Tempe dapat digunakan

untuk mencegah penyakit ini karena tempe mengandung zat-zat

yang mempunyai sifat hipokolesterolemik (menurunkan lemak

darah), yaitu: protein, asam lemak tidak jenuh majemuk, serat

pangan, niacin, vitamin E, karotenoid, isoflavon dan kalsium

(Sudarmadji et al.,1997; Astawan, 2013).


f. Mencegah Berbagai Penyakit Saluran Pencernaan. Menurut

Astawan (2013), adanya serat pangan yang cukup tinggi pada

tempe mampu mencegah penyakit saluran pencernaan, seperti

diverticulosis (borok pada usus besar), kanker, dan hernia. Selain

itu, enzim lipase, protease, dan amilase yang diproduksi oleh

Rhizopus sp (kapang tempe) yang masing-masing berguna untuk

pencernaan lemak, protein, dan karbohidrat sangat membantu

proses pencernaan makanan di dalam tubuh (Steinkraus, 1996;

Sudarmadji et al.,1997; Astawan, 2013).

g. Mencegah Kanker. Kandungan antioksidan isoflavon, seperti

daidzein, glisitein, genistein dan 6,7,4 trihidroksi isoflavon pada

tempe dapat mencegah kanker (Sudarmadji et al., 1997; Astawan,

2013). Hasil penelitian di Universitas North Carolina USA

menemukan bahwa genistein dapat mencegah kanker prostat dan

kanker payudara (Astawan, 2013).

h. Mencegah Anemia. Rendahnya kandungan haemoglobin dalam

darah merupakan indikasi penyakit anemia. Penyakit ini dapat

dicegah dengan mengonsumsi tempe karena tempe mengandung

protein, zat besi, vitamin B12, asam folat, tembaga dan seng yang

sangat dibutuhkan untuk sintesis haemoglobin (Sudarmadji et al.

1997; Astawan, 2013).

i. Mencegah Diabetes Mellitus. Penyakit ini dapat dicegah karena

tempe mengandung protein, serat pangan, dan isoflavon yang


mampu menjaga keseimbangan gula darah dan memperbaiki

resistensi insulin (Astawan,2013; Azizah, 2020).

j. Mencegah Asma. Penyakit ini dapat dicegah karena serat pangan

dan asam lemak tidak jenuh esensial (asam oleat, linoleat,

linolenat) yang terkandung pada tempe mampu mengurangi tingkat

peradangan terkait respon pernapasan dan memperkuat sel-sel

kekebalan di paru-paru (Azizah, 2020).

k. Mengurangi Resiko Parkinson. Penyakit ini ditandai oleh gangguan

neurologis atau sistem saraf pusat yang tidak normal, sehingga

tingkat dopamine menurun. Niacin pada tempe mampu untuk

memperbaiki sel-sel saraf yang terganggu sehingga dapat

mengurangi resiko penyakit parkinson (Azizah, 2020).

l. Menghambat Proses Penuaan. Aktivitas antioksidan (isoflavon)

pada tempe berhubungan dengan aktivitas potensial untuk

menghambat proses penuaan (Sudarmadji et al.. 1997).

m. Menurunkan Kadar Kolesterol Jahat (low density lipoprotein/LDL).

Isoflavon dan niacin yang terkandung pada tempe telah terbukti

sangat efektif menurukan kolesterol jahat secara alami bagi mereka

yang berada pada peningkatan risiko serangan jantung dan stroke

karena memiliki kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi

serta kadar kolesterol baik (HDL) yang rendah (Astawan, 2013;

Azizah, 2020).
n. Menurunkan Berat Badan. Bagi mereka yang mempunyai program

diet untuk menurunkan berat badan, tempe merupakan makanan

yang tepat karena mengandung probiotik untuk melancarkan

pencernaan dan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh

(Azizah, 2020).

o. Meningkatkan Kinerja Otak. Menurut Azizah (2020), mineral

mangan dan tembaga yang terkandung pada tempe berpengaruh

baik terhadap kinerja otak.

p. Mengatasi Efek Flatulensi (Perut Kembung). Perut kembung yang

dialami oleh seseorang yang mengonsumsi kedelai dapat diatasi

dengan mengonsumsi tempe, karena senyawa karbohidrat raffinosa

dan stakhiosa yang terkandung pada kedelai yang tidak tercerna

dalam sistem percernaan manusia mengalami hidrolisis oleh enzim

amilase selama fermentasi,sehingga efek flatulensinya dapat

dihilangkan (Astawan, 2013).

q. Memenuhi Kebutuhan Vitamin B12. Vitamin B12 yang terkandung

pada tempe sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia terutama para

vegan dan vegetarian untuk pembentukan sel-sel darah merah

(Astawan, 2013).

C. Pengaruh Tempe untuk menurunkan frekuensi Diare

Penyebab terjadinya diare adalah air yang tercemar dan melalui

makanan yang diolah tidak higienis. Bakteri penyebab diare adalah

Eschericia Coli, Vibrio Cholerae, Shigella Sp, dan Entamoeba Histolyca.


Pengobatan diare yang paling tepat adalah dengan mengganti cairan tubuh

yang hilang dan tidak menghentikan pemberian Air Susu Ibu (ASI)

maupun makanan lainnya. Makanan yang diberikan harus mudah dicerna

dan cepat diserap zat-zat gizinya (Nutri, 2015: 3).

Salah satu makanan yang telah diketahui mudah dicerna walaupun

oleh orang yang menderita penyakit saluran pencernaannya adalah tempe.

Kemampuan tempe dalam menyembuhkan diare disebabkan oleh dua hal,

yaitu akibat zat antidiare dan akibat sifat protein tempe yang mudah

tercerna dan diserap, walupun oleh usus yang terluka. Penelitian

eksperimental pada balita usia 6-24 bulan di RSU Jepara menunjukkan

formula tempe dapat menekan lama penyakit diare menjadi 4,2 hari

dibandingkan konsumsi Preda yang menyembuhkan diare selama 5 hari

(Nutri, 2015: 4).

Tempe juga mempunyai khasiat antara lain mempercepat

berhentinya diare akut anak, mempercepat hilangnya lekosit darah, dan

dapat meningkatkan berat badan serta status gizi. Terapi gizi

menggunakan bahan makanan campuran dari tempe diberikan selama

diare, setidak- tidaknya sampai tiga bulan pasca diare. Masyarakat yang

biasa mengkonsumsi tempe, jarang terkena penyakit saluran pencernaan

karena kandungan seratnya dietary fiber mencapai 7,2 gram per 100 gram.

Tempe termasuk bahan makan yang mengandung vitamin B kompleks, di

antaranya vitamin B-12 yang berfungsi untuk pembentukan sel darah

merah (Nutri, 2015: 4).


D. Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut (Susilaningrum,R., Nursalam, & Utami, 2013) asuhan

keperawatan pada anak diare dengan risiko ketidakseimbangan elektrolit

adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian keperawatan

a. Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,

tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,

pekerjaan orang tua, penghasilan. Untuk umur dari pasien diare

akut, sebagian besar adalah anak di bawah 2 tahun.

Insiden paling tinggi pada umur 6-11 bulan karena pada

masa ini bayi mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian

diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak

perempuan Depkes RI dalam (Susilaningrum,R., Nursalam, &

Utami, 2013).

b. Keluhan Utama

Buang air besar lebih dari 3 kali sehari. BAB kurang dari 4

kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). Buang air

besar 4-10 kali dengan konsistensi encer/cair (dehidrasi

ringan/sedang). Buang air besar lebih dari 10 kali (dehidrasi berat).

Bila diare berlangsung < 14 hari adalah diare akut. Bila

berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


1) Mula-mula anak/bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada,

kemungkinan timbul diare.

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.

Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur

empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi

dan sifatnya makin lama makin asam.

4) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,

gejala dehidrasi mulai tampak.

5) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

6) Diuresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila

terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi.

Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak

ada urin dalam waktu enam jam (dehidrasi berat).

d. Riwayat Kesehatan meliputi :

1) Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi

campak. Diare ini lebih sering terjadi dan berakibat berat bdan

pada anak-anak dengan campak atau yang menderita campak

dalam 4 minggu terakhir, yaitu akibat penurunan kekebalan

pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik)

karena faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare


menurut Axton dalam (Susilaningrum,R., Nursalam, & Utami,

2013).

3) Riwayat penyakit yang sering pada anak berumur di bawah 2

tahun biasanya batuk, panas, pilek, serta kejang yang terjadi

sebelum, selama, atau setelah terjadinya diare. Hal ini untuk

melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare,

seperti OMA, faringitis, bronko pneumonia, tonsillitis,

ensefalitis menurut Suharyono dalam (Susilaningrum,R.,

Nursalam, & Utami, 2013).

e. Riwayat nutrisi menurut Depkes dalam (Susilaningrum,R.,

Nursalam, &Utami, 2013). Riwayat pemberian makanan sebelum

sakit diare meliputi hal sebagai berikut :

1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat

mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.

2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak,

diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih

akan mudah terjadi pencemaran.

3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa

haus (minum biasa), pada dehidrasi ringan atau sedang anak

merasa haus, ingin minum banyak, sedangkan pada dehidrasi

berat anaka akan malah untuk minum atau tidak mau minum.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).

b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).

c) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).

2) Berat badan

3) Kulit

Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan

pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut

dengan kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Turgor kembali

cepat kurang dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor

kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu 2 detik dan

ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor

kembali sangat lambat bila cubitan kembali > 2 detik dan ini

termasuk diare dengan dehidrasi berat.

4) Kepala

Anak berumur di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,

ubun - ubun biasanya cekung.

5) Mata

Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata

normal. Bila dehidrasi ringan atau sedang, kelopak mata

cekung (cowong). Sedangkan dehidrasi berat, kelopak mata

sangat cekung.

6) Mulut dan lidah.

a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).


b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).

c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

7) Abdomen kemungkinan distensi, kram, bising usu meningkat.

8) Anus, adakah iritasi pada kulitnya.

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam

menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat, sehingga dapat

memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu

dilakukan pada anak diare yaitu :

1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi

dengan kultur

2) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, clinic test),

lemak, dan kultur urine.

2. Diagnosis keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan

diare menurut NANDA Internasional (2015), adalah sebagai berikut:

a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi,

inflamasi, iritasi, malabsorbsi.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif, kegagalan mekanisme regulasi.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis, faktor psikologis,


ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan

mengabsorpsi nutrien.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering

BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan

turgor, penurunan imunologis.

e. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare,

intoleransi makanan, malnutrisi.

f. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.

3. Intervensi keperawatan

Tabel 2.1 Nanda, NOC, NIC Teoritis

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Diare a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan 1. Evaluasi efek
parasit, keperawatan samping pengobatan
psikologis, diharapkan pasien terhadap
proses infeksi, dapat mengontrol gastrointestina
inflamasi, pengeluaran feses 2. Anjurkan pasien
iritasi, dari usus, dengan untuk menggunakan
malabsorbsi. Kriteria hasil: obat antidiare
1. Diare (4) 3. Evaluasi intake
2. Mengeluarkan makanan yang
feses paling dikonsumsi
tidak 3 kali per sebelumnya
hari (5) 4. Identifikasi faktor
penyebab diare
(misalnya, bakteri)
3. Minum cairan 5. Berikan makanan
secara adekuat dalam porsi kecil dan
(5) lebih sering serta
4. Mengkonsumsi tingkatkan porsi
serat secara secara bertahap
adekuat (5) 6. Monitor tanda dan
Keterangan: gejala diare
(4) : Jarang
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan b. Manajemen Saluran
Cerna
b. Fungsi Tindakan keperawatan:
Gastrointestinal a. Monitor buang air
Setelah dilakukan besar termasuk
tindakan frekuensi,
keperawatan konsistensi, bentuk,
diharapkan saluran volume, dan warna,
pencernaan pasien dengan cara yang
mampu untuk tepat.
mencerna, dan b. Monitor bising usus
menyerap nutrisi c. Instruksikan pasien
dari makanan, mengenai makanan
dengan Kriteria tinggi serat
hasil:
 Frekuensi BAB
(4)
 Konsistensi
feses (5)
 Distensi perut
(5)
 Peningkatan
peristaltik (4)
 Diare (4)
Keterangan :
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
2. Kekurangan a. Keseimbangan a. Manajemen cairan
Volume cairan cairan Tindakan keperawatan:
berhubungan Setelah dilakukan 1) Monitor status
dengan tindakan hidrasi (misalnya,
kehilangan keperawatan membran mukosa
cairan aktif, diharapkan lembab, denyut
kegagalan keseimbangan cairan nadi adekuat)
mekanisme didalam tubuh 2) Jaga intake/asupan
regulasi. pasien tidak yang akurat dan
terganggu, dengan catat output pasien
Kriteria hasil: 3) Monitor
 Tekanan darah makanan/cairan
(5) yang dikonsumsi
 Denyut nadi dan hitung asupan
perifer(5) kalori harian
 Keseimbangan 4) Kolaborasi
intake dan output pemberian cairan
dalam 24 jam(4) IV
 Berat badan 5) Monitor status
stabil(5) nutrisi
 Turgor kulit(5) 6) Timbang berat
badan setiap hari
 Kelembaban dan monitor status
membran pasien
mukosa(5) 7) Monitor tanda-
Keterangan: tanda vital
(4) : Sedikit terganggu 8) Dorong keluarga
(5) : Tidak terganggu untuk membantu
pasien makan
b. Hidrasi b. Manajemen
Setelah dilakukan Hipovolemia
tindakan Tindakan
keperawatan Keperawatan:
diharapkan 1. Monitor status
ketersediaan air cairan termasuk
didalam tubuh intake dan output
pasien tidak cairan
terganggu, dengan 2. Pelihara IV line
Kriteria hasil: 3. Monitor tingkat Hb
 Turgor kulit (5) dan hematokrit
 Membran 4. Monitor tanda-
mukosa lembab tanda vital
(5) 5. Monitor respon
 Intake cairan (5) pasien terhadap
 Mata dan ubun- penambahan cairan
ubun cekung (5) 6. Dorong pasien
 Nadi cepat dan untuk menambah
lemah (5) intake oral
Keterangan :
(5) : Tidak terganggu
3. Ketidakseimb a. Status nutrisi a. Manajemen nutrisi
a ngan nutrisi: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
kurang dari tindakan 1. Identifikasi adanya
kebutuhan keperawatan alergi atau
tubuh diharapkan nutrisi intoleransi
pasien dapat makanan
terpenuhi, dengan 2. Instruksikan pasien
Kriteria hasil: mengenai
1. Asupan kebutuhan nutrisi
makanan (4) 3. Atur diet yang
2. Asupan cairan diperlukan (yaitu,
(5) menyediakan
3. Rasio makana protein
berat/tinggi tinggi, menambah
badan (5) atau mengurangi
4. Energi (4) kalori, menambah
5. Hidrasi (4) atau menurangi
Keterangan: vitamin, mineral)
(4) : Sedikit 4. Tentukan jumlah
menyimpang dari kalori dan jenis
rentang normal nutrisi yang
(5) : Tidak menyimpang dibutuhkan untuk
dari rentang normal memenuhi
persyaratan gizi
4. Kerusakan Integritas jaringan: Manajemen elektrolit/
integritas kulit Kulit & membran cairan
mukosa Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan 1. Monitor kehilangan
tindakan keperawatan cairan (misalnya,
diharapkan keutuhan muntah, diare)
dan fungsi kulit pasien 2. Tingkatkan intake
tidak terganggu, dengan asupan cairan per oral
Kriteria hasil :
1) Integritas kulit (5) 3. Pastikan bahwa larutan
2) Suhu kulit (5) intravena yang
3) Elastisitas (5) mengandung elektrolit
4) Hidrasi (4) diberikan dengan aliran
5) Perfusi jaringan (5) yang konstan dan
Keterangan : sesuai
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu

4. Implementasi Keperawatan

Menurut (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, & Chairani, 2013)

Implementasi dalam proses keperawatan terdiri rangkaian aktivitas

keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan

didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan pengawasan

terhadap efektifitas tindakan/intervensi yang dilakukan, bersamaan pula

dengan menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau

hasil yang diharapkan. Bagian dari pengumpulan data ini memprakarsai

tahap evaluasi proses keperawatan. Implementasi dicatat di flow sheet

atau CP 4 yang spesifik.

5. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap evaluasi yang dimana evaluasi keperawatan ini dicatat

dan disesuaikan dengan setiap diagnosis keperawatan. Evaluasi untuk

setiap diagnosis keperawatan meliputi data subjektif (S) dan objektif

(O), Analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta

perencanaan ulang (P)berdasarkan hasil Analisa data diatas. Evaluasi

keperawatan ini
disebut juga evaluasi proses. Semua dicatat pada formulir catatan

perkembangan (Dinarti, Aryani, & Heni Chairani,2013).


BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Dwi Yani Adinda Tanggal Pengkajian : 16-09-2020

No. BP : 1941312030 Tanggal Masuk RS : -

Tempat Praktek : - No. RM : -

I. IDENTITAS DATA

Nama Anak : An.T Nama Ibu : Ny. S

BB/TB : 11 Kg / 80 cm Pekerjaan : Wiraswata

Tanggal Lahir/Usia : 13.06.2017 / 3 Th Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jambak

Pendidikan Anak : Belum sekolah Diagnosa Medis : Diare

Anak ke :1

II. KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan anak sering BAB namun konsistensinya cair (mencret)

sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa anaknya jarang minum air

putih (2-3 gelas sehari) dan anak lebih sering mengkonsumsi susu. Anak

sering jajan makanan ciki yang kering serta ice cream. Pada saat dilakukan

pengecekan tanda vital, suhu anak 36.60C dan nadinya 95x/menit.


III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

a. Prenatal :

Selama hamil, ibu klien memeriksa kehamilan di klinik bidan atau

rumah sakit, Klien dilahirkan secara SC. Ibu tidak memiliki riwayat

penyakit tertentu.

b. Intranatal :

An.T lahir dengan umur kehamilan cukup bulan, lahir SC di

Rumah Sakit Lubuk Sikaping, BBL : 3400 gr dengan kondisi yang sehat.

c. Postnatal :

Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan oleh dokter, kondisi

klien saat itu sehat. Setelah melahirkan, ibu klien mengalami pendarahan

yang cukup parah sehingga harus dirawat selama 7 hari di rumah sakit.

ASI diberikan secara eksklusif oleh ibu klien sejak usia 0 bulan – 2 tahun.

IV. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

a. Penyakit yang diderita sebelumnya

Ibu klien mengatakan anaknya sudah beberapa kali terkena diare. Ibu klien

mengatakan faktor yang menyebabkan diare pada anaknya adalah kurang

minum air putih serta cuaca yang berubah – ubah.

b. Pernah dirawat di RS

Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah dirawat di Rumah Sakit.

Apabila anak demam dan pilek, ibu langsung mengantarkan berobat ke

dokter spesialis.

c. Obat – obatan yang pernah digunakan


An. T pernah mengkonsumsi paracetamol pada saat demam. Ny. S

mengatakan An. T tidak pernah mengkonsumsi obat rutin.

d. Alergi

An. T memiliki alergi makanan yaitu kuning telur. Apabila An. T memakan

kuning telur berlebihan maka akan muncul bintitan di matanya. Untuk obat

– obatan An. T tidak memiliki alergi.

e. Kecelakaan

An. T tidak pernah jatuh atau mengalami cidera yang mengharuskannya

dirawat di Rumah Sakit.

f. Riwayat Imunisasi:

Klien mendapatkan imunisasi saat baru lahir

BCG 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan


DPT 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan
Polio 9 bulan
Campak 1 bulan
Hepatitis B 0 bulan, 2 bulan, 6 bulan

V. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pada saat pengkajian, An. T tampak gelisah serta merengek kepada

ibunya. Ny. S mengatakan bahwa BAB anaknya encer dan berlendir.

Ketika di cek tanda vitalnya, suhu An. T berada dalam batas normal yaitu

36,60 C. Ny. S mengatakan penyebab anaknya diare adalah karena cuaca

yang tidak menentu serta makanan anaknya yang tidak teratur. An. T

senang
mengkonsumsi makanan cepat saji seperti ciki – ciki dan minuman

berwarna.

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ny. S mengatakan ia dan keluarga pernah mengalami diare

sebelumnya, namun dapat diatasi dengan meminum obat yang sudah

diberikan oleh dokter serta sering mengkonsumsi air putih. Namun pada

kondisi An. T, Ny. S mengatakan kesulitan untuk mengatasi diarenya

karena An.T jarang meminum air putih serta tidak mau meminum obat

karena rasanya yang pahit.


Genogram

Keterangan :

= Laki – Laki = Klien

= Perempuan = Serumah
VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

a. Kemandirian dan Bergaul :

Keluarga klien mengatakan An.T dapat berteman dan bermain bersama

dengan tetangga di lingkungan sekitar rumahnya. An. T juga tidak segan

untuk mengajak mengajak bermain lebih dahulu.

b. Kognitif dan Bahasa :

Keluarga mengatakan An. T mulai lancar berbicara beberapa bulan ini. An.

T juga bisa menyampaikan maksud dan keinginannya kepada orang

terdekatnya. An. T belum bisa membaca, namun sudah mengetahui nama –

nama warna serta nama binatang. Ny. S sebagai ibu juga mengatakan

bahwa An. T bisa menyebutkan warna dan nama hewan dalam bahasa

inggris. An. T juga bisa mengingat arah rumahnya apabila diajak jalan –

jalan di sore hari.

c. Psikososial :

Keluarga klien mengatakan an. T akan bermain diluar rumah bersama

temannya apabila ada yang mengawasi. Apabila tidak ada, An. T akan

bermain di dalam rumah.

VIII. RIWAYAT SOSIAL

a. Yang mengasuh Klien:

Anak T diasuh oleh kedua orang tuanya, apabila kedua orang tuanya

bekerja Anak T diasuh oleh neneknya dan saudara ibunya.

b. Hubungan dengan Anggota Keluarga:

Keluarga mengatakan anak memiliki hubungan yang dekat dengan anggota

keluarga
c. Hubungan dengan Teman Sebaya:

Keluarga mengatakan An.T memiliki hubungan yang baik dengan teman

sebaya nya

d. Pembawaan secara Umum:

Keluarga mengatakan pembawaan An.T secara umum aktif

e. Lingkungan Rumah :

Keluarga klien tinggal di lingkungan pedesaan, dikelilingi oleh sawah dan

sungai.

IX. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : baik

HR : 95 x/i

RR : 20 x/i

T : 36,60C

2. BB : 11 Kg

TB : 80 cm

3. Kepala

Lingkar Kepala: simetris

Rambut: bersih, rambut pendek, warna hitam bersih, Distribusi rambut

merata

4. Mata

Mata kiri dan kanan simetris, Konjungtiva tidak anemis, tidak ada

pembengkakan pada mata, reflek terhadap cahaya pupil isokhor.


5. Hidung

Tidak ada sumbatan, tidak ada cuping hidung, tidak ada sekret, tidak

terpasang O2 dan tidak terpasang NGT.

6. Mulut dan gigi

Bibir tidak sianosis, lidah bersih, gigi bersih dan tidak ada bolong

7. Telinga

Telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada

sumbatan, fungsi pendengaran baik

8. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada

pembesaran vena jugularis

9. Paru-paru :

Inspeksi :pola napas teratur, dinding dada simetris kiri dan kanan,

pergerakan dada kiri dan kanan simetris, tidak ada penggunaan otot bantu

pernapasan.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dinding dada, fremitus dada kiri dan

kanan sama

Perkusi : resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing

10. Jantung

Inspeksi : dinding dada simetris, Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : tidak ada nyeri pada dinding dada, Ictus Cordis tidak teraba,

Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler tidak ada bising jantung

11. Abdomen

Inspeksi : perut tidak ada buncit, tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus hipoaktiv

12. Ekstremitas Bentuk normal, jari lengkap. Akral hangat, CRT <2 detik

X. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG

a.Pengkajian DDST II

Tanggal lahir Anak : 13 – 06 – 2017

Tanggal pengkajian : 16 – 09 – 2020

Usia Anak : 3 Tahun 3 Bulan 3 Hari

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

No. Tugas Perkembangan Nilai Interpretasi

1. Berdiri 1 kaki 1 detik Pass Normal

2. Lompat jauh Pass Normal

Interpretasi Hasil Perkembangan Motorik Kasar : Normal

PERKEMBANGAN BAHASA

1. Mengerti kata sifat Pass Normal

2. Mengetahui 2 kegiatan Pass Normal

3. Menyebut 4 gambar Pass Normal


4. Separuh bicaranya dimengerti Pass Normal

Interpretasi Hasil Perkembangan Bahasa : Normal

PERKEMBANGAN ADAPTIF – MOTORIK HALUS

1. Menggoyangkan ibu jari Pass Normal

2. Membuat menara dan kubus Pass Normal

3. Meniru membuat garis tegak Pass Normal

Interpretasi Hasil Perkembangan Adaptif : Normal

PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL

1. Memakai T-shirt Pass Normal

2. Menyebutkan nama teman Pass Normal

3. Mencuci dan mengeringkan tangan Pass Normal

Interpretasi Hasil Perkembangan Personal Sosial : Normal


51

XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL

Saat dilakukan pengkajian, An. T berada dalam tahap inisiatif yang mana

kemampuan bahasa serta motorik mulai matang. An. T tampak lebih

agresif dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan seperti bermain

bersama temannya ataupun melakukan aktivitas seperti berlari, melompat

dan melempar sesuatu.

XII. PEMERIKSAAN SPIRITUAL

Ny. S mengatakan sudah mengajarkan An. T tentang hurf – huruf hijaiyah

serta do’a – do’a singkat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari –

hari seperti do’a sebelum dan sesudah makan, do’a sebelum tidur serta

do’a sebelum bepergian. An. T terkadang mengikuti gerakan Ny. S ketika

sholat.

XIII. KEBUTUHAN DASAR SEHARI – HARI

No Jenis Kebutuhan Sebelum Sakit Saat Sakit

Makan An. T mampu makan mandiri sebanyak 3 An. T masih mampu

x sehari. makan secara mandiri,

Jenis makanan : nasi + lauk namun makanannya sering

Klien tidak mengalami penurunan nafsu tidak habis sehingga Ny.S


1
makan membantu untuk

menyuapkan makanannya.

Frekuensi makannya 3x

sehari.
Jenis makanan : nasi + lauk

Minum Klien minum ± 4 gelas air putih ditambah Klien minum ± 3 gelas air

2 ± 6 gelas kecil susu putih ditambah ± 4 gelas

kecil susu

Tidur Klien tidur pukul 20.30 – 06.00, diantara Waktu tidur klien sama

jam tidur malamnya klien sesekali saat sebelum sakit, namun

3 terbangun untuk meminta susu kepada frekuensi klien terbangun

Ny. S untuk BAB lebih sering.

Jam tidur siang : 12.00 dan 16.00

Mandi Klien mandi 2x sehari dibantu oleh Klien mandi 2x sehari


4
ibunya dibantu oleh ibunya.
.
Eliminasi Klien BAB 2x sehari Klien BAB 7x sehari

Warna : khas (tidak ada Warna : khas (tidak ada

darah) darah)

Bau : khas Bau : khas

Konsistensi : padat Konsistensi : encer


5

BAK 4- 5 kali sehari BAK 4- 5 kali sehari

Warna : kuning (tidak ada Warna : kuning (tidak ada

darah) darah)

Bau : khas Bau : khas


Volume : 450-500 cc/hari Volume : 450-500 cc/hari

Bermain Klien sering bermain dengan tetangganya Klien lebih sering bermain

yang memiliki umur yang sama sendiri serta bermain

dengannya. Klien juga sering bermain gadget.


6
gadget milik ibunya untuk menonton

video edukasi yang sudah dicarikan oleh

ibunya.

XIV. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

Ny. S mengatakan BAB klien encer dan berlendir sejak 2 hari yang

lalu. Klien tampak gelisah serta sering merengek kepada ibunya. Klien

tidak demam dan tidak mengeluh mual dan muntah. Ny. S mengatakan

klien terkena diare dikarenakan cuaca yang berubah – ubah, pola makan

yang tidak teratur serta kurangnya mengkonsumsi air putih. Pada saat

pengkajian, klien BAB sebanyak 1x dan konsentrasi BAB nya masih cair

atau encer. Ny. S mengatakan sudah berobat ke dokter, namun klien tidak

mau meminum obatnya karena terasa pahit. Nafsu makan klien tidak

berkurang, TTV saat pengkajian yaitu Suhu klien : 36,6 0C, Nadi :

95x/menit serta pernafasan 19x/menit.


XV. ANALISA DATA

No Data Etiologi Diagnosa Keperawatan

1. DO: Makanan Diare berhubungan

a. Defekasi lebih dari tiga kali dengan masuknya

dalam 24 jam Toksik tidak dapat diserap pathogen ke dalam saluran

b. Feses lembek atau encer pencernaan

c. Frekuensi peristaltik Hiperperistaltik

meningkat

d. Bising usus hiperaktif Penyerapan makanan

DS : diusus menurun

a. Ibu klien mengatakan, klien

sudah BAB sebanyak 4x Diare

dari pagi dengan konsistensi

encer dan berlendir serta

berbau busuk.

b. Ibu klien mengatakan

penyebab diare pada

anaknya adalah karena An.

T suka mengkonsumsi ciki

dan jajanan warung lainnya.


2. DO : Kerusakan mukosa usus Kekurangan volume

a. Bibir pecah – pecah cairan berhubungan

b. Klien tampak gelisah Gangguan absorbs cairan dengan kehilangan cairan

DS : dan elektrolit melalui feces

a. Ibu klien mengatakan klien

sering makan ciki dan Peningkatan tekanan

jajanan warung osmotic

b. Ibu klien mengatakan klien

kurang minum air putih Hiperperistaltik

Diare

Kehilangan Cairan

Kekurangan Volume

Cairan

3. DO : Masuknya Kerusakan integritas kulit

a. Frekuensi BAB klien >4x mikroorganisme berhubungan dengan

sehari dalam saluran iritasi lapisan rektum

b. Klien tampak menggaruk pencernaan akibat peningkatan

disekitar bagian anus defekasi.

Pertahanan tubuh
DS : memproduksi HCL

a. Ibu klien mengatakan

tampak kemerahan disekitar Peningkatan HCL dalam

area anus klien. saluran cerna

Feces bersifat asam

Pengeluaran feces secara

berlebihan

Kemerahan pada area

anus

Kerusakan Integritas

Kulit
XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diare berhubungan dengan masuknya pathogen ke dalam saluran

pencernaan.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui

feces

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lapisan rektum akibat

peningkatan defekasi.
Tabel 4.1 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Diare a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan 2. Evaluasi efek
masuknya keperawatan samping pengobatan
pathogen ke diharapkan pasien terhadap
dalam saluran dapat mengontrol gastrointestina
pencernaan pengeluaran feses 3. Anjurkan pasien
dari usus, dengan untuk menggunakan
Kriteria hasil: obat antidiare
 Diare (4) 4. Evaluasi intake
 Mengeluarkan makanan yang
feses paling dikonsumsi
tidak 3 kali per sebelumnya
hari (5) 5. Identifikasi faktor
 Minum cairan penyebab diare
secara adekuat (misalnya, bakteri)
(5) 6. Berikan makanan
 Mengkonsumsi dalam porsi kecil dan
serat secara lebih sering serta
adekuat (5) tingkatkan porsi
Keterangan: secara bertahap
(4) : Jarang 7. Monitor tanda dan
menunjukkan gejala diare
(5) : Secara konsisten
menunjukkan
b. Fungsi b. Manajemen Saluran
Gastrointestinal Cerna
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan a. Monitor buang air
keperawatan besar termasuk
diharapkan saluran frekuensi, konsistensi,
pencernaan pasien bentuk, volume, dan
mampu untuk warna, dengan cara
mencerna, dan yang tepat.
menyerap nutrisi b. Monitor bising usus
dari makanan, c. Instruksikan pasien
dengan Kriteria mengenai makanan
hasil: tinggi serat
 Frekuensi BAB
(4)
 Konsistensi
feses (5)
 Distensi perut
(5)
 Peningkatan
peristaltik (4)
 Diare (4)
Keterangan :
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
2. Kekurangan a. Keseimbangan a. Manajemen cairan
volume cairan cairan Tindakan keperawatan:
berhubungan
dengan Setelah dilakukan 1) Monitor status hidrasi
kehilangan tindakan (misalnya, membran
cairan melalui keperawatan mukosa lembab,
feces diharapkan denyut nadi adekuat)
keseimbangan cairan 2) Jaga intake/asupan
didalam tubuh yang akurat dan catat
pasien tidak output pasien
terganggu, dengan 3) Monitor
Kriteria hasil: makanan/cairan yang
 Tekanan darah dikonsumsi dan hitung
(5) asupan kalori harian
 Denyut nadi 4) Kolaborasi pemberian
perifer(5) cairan IV
 Keseimbangan 5) Monitor status nutrisi
intake dan output 6) Timbang berat badan
dalam 24 jam(4) setiap hari dan monitor
 Berat badan status pasien
stabil(5) 7) Monitor tanda-tanda
 Turgor kulit(5) vital
 Kelembaban 8) Dorong keluarga untuk
membran membantu pasien
mukosa(5) makan
Keterangan: b. Manajemen
(4) : Sedikit terganggu Hipovolemia
(5) : Tidak terganggu Tindakan
Keperawatan:
b. Hidrasi i. Monitor status
cairan termasuk
Setelah dilakukan intake dan output
tindakan cairan
keperawatan ii. Pelihara IV line
diharapkan iii. Monitor tingkat Hb
ketersediaan air dan hematokrit
didalam tubuh iv. Monitor tanda-
pasien tidak tanda vital
terganggu, dengan v. Monitor respon
Kriteria hasil: pasien terhadap
 Turgor kulit (5) penambahan cairan
 Membran vi. Dorong pasien
mukosa lembab untuk menambah
(5) intake oral
 Intake cairan (5)
 Mata dan ubun-
ubun cekung (5)
 Nadi cepat dan
lemah (5)
Keterangan :
(5) : Tidak terganggu
3. Kerusakan Integritas jaringan: Manajemen elektrolit/
integritas kulit Kulit & membran cairan
berhubungan mukosa Tindakan keperawatan:
dengan iritasi Setelah dilakukan 1. Monitor kehilangan
lapisan rektum tindakan keperawatan cairan (misalnya,
akibat diharapkan keutuhan muntah, diare)
peningkatan dan fungsi kulit pasien 2. Tingkatkan intake
defekasi. asupan cairan per oral
tidak terganggu, dengan 3. Pastikan bahwa larutan
Kriteria hasil : intravena yang
6) Integritas kulit (5) mengandung elektrolit
7) Suhu kulit (5) diberikan dengan aliran
8) Elastisitas (5) yang konstan dan
9) Hidrasi (4) sesuai
10) Perfusi jaringan (5)
Keterangan :
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
63

Tabel 4.2

Catatan Perkembangan An.T

No Hari / Tanggal Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi Paraf


1. Selasa / 17 – 09 Diare 08.00 a. mengkaji feces mengenai S : Ibu pasien mengatakan Dina
– 2020 berhubungan frekuensi, warna, anaknya BAB 2x sejak
dengan konsistensi feces bangun tidur.
masuknya O : Frekuensi BAB 2x,
pathogen ke 08.50 b. mengkaji tanda-tanda berwarna kuning, lunak
dalam saluran dehidrasi seperti berampas, sedikit berlendir,
pencernaan kesadaran , pernafasan, tidak ada darah
nadi, turgor kulit, mukosa A : Masalah teratasi
mulut. P : Intervensi dihentikan
2. Selasa / 17 – 09 Kekurangan 08.00 a. Mengkaji vital sign. S : menurut Ny. S anaknya Dina
- 2020 volume cairan 08.05 b. Mempertahankan intake tidak merasa haus terus
berhubungan dan output. menerus.
dengan 08.45 c. Memantau pendarahan O : mata cekung berkurang,
kehilangan pada feces dan daerah mukosa bibir lembab
cairan melalui anus. A : masalah teratasi
Feces 09.00 sebagian
d. Menimbang berat badan P : intervensi dihentikan
anak. (pasien pulang)

3. Kamis / 19 – 09 Kerusakan 10.00 1. mengkaji tanda-tanda S : ibu pasien mengatakan Dina


- 2020 integritas kulit kerusakan integritas kulit tidak terdapat kemerahan di
berhubungan meliputi kulit yang bagian lapisan kulit anus
dengan iritasi kering, ruam dan lecet, anaknya.
lapisan warna kemerahan, O : kemerahan di daerah
rektum akibat kekeringan yang anus hilang
peningkatan berlebihan sehari sekali. A : masalah teratasi
defekasi. 11.15 2. Dibantu Ny. S P:intervensi dihentikan
membersihkan kulit saat
terkena kotoran.
11.30 3. memberikan lotion
pelembab kulit untuk anak
di kulit yang kering.
66

BAB IV

LITERATURE REVIEW

A. Jenis Review

Desain penelitian ini adalah review literatur (literature review) yang

merupakan metode untuk mensintesis berbagai temuan penelitian dalam

rangka membangun tingkat pemahaman konsep tertentu yang berbasis bukti

serta mengungkap area penelitian terkait, sehingga dapat dirumuskan

kerangka kerja teoritis dan model konseptual (Snyder, 2019). Jenis penelitian

ini adalah penelitian kepustakaan (literature research), yaitu penelitian

kualitatif yang dilakukan berdasarkan sebuah karya tertulis tertentu, termasuk

hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan (Lin,

2009). Jenis review yang digunakan adalah tradisional review yang mana

tinjauan pustaka dilakukan oleh peneliti itu sendiri.

B. Strategi Pencarian Literature

Dalam melengkapi karya tulis ilmiah, penulis melakukan strategi

pencarian literature dengan mengakses 4 database yaitu Google Scholar,

Science Direct, Pubmed, dan SAGE. Peneliti menuliskan kata kunci yang

sesuai dengan meSH (Medical Suject Heading) yang akan mempermudah

peneliti dalam mencari data di database yang diinginkan. Kata kunci yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Bubur Tempe (Soybean Porridge),

Diare anak (Diarrhea in Children), serta Frekuensi BAB (Frequency of

defecate).
Pengumpulan jurnal artikel dilakukan sejak bulan November hingga Desember

2020.

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel jurnal pada penelitian LITERATUR REVIEW ini adalah

menggunakan artikel atau jurnal terkait intervensi mual dan muntah pada

pasien anak dengan leukemia saat menjalankan kemoterapi, adapun kriteria

inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu :

1. Kriteria inklusi

a. Artikel yang berkaitan dengan pengaruh bubur tempe terhadap

frekuensi BAB pada anak Diare

b. Tahun terbit dari jurnal atau artikel 2015-2020.

c. Jurnal artikel dengan sampel anak yang memiliki keluhan diare.

d. Jurnal artikel menggunakan metode Quasi Eksperiment

e. Jurnal artikel yang dapat diakses secara penuh (fulltext).

2. Kriteria Eksklusi

a. Jurnal artikel menggunakan metode Deskriptif.

b. Jurnal artikel yang tidak bisa diakses secara penuh (Fulltext)

c. Jurnal artikel yang berbayar dan tidak bisa diakses dengan mudah
D. Seleksi Studi dan Ekstraksi Data

Data diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan

oleh peneliti sebelumnya. Adapun alur dalam ekstraksi data dari penelitian

LITERATUR REVIEW yaitu :

a. Melakukan pencarian jurnal, artikel, dengan memasukkan kata kunci yang

telah ditetapkan.

b. Melakukan seleksi jurnal atau artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan

ekslusi yang ditetapkan.

c. Menganalisa jurnal untuk mendapatkan gambaran dari peneltian yang ada

pada jurnal yang didapat.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literature

keyword melalui electronic data Base Scient direct (n=214),, Google Scholar (n=2.210), Pubmed (n=97), SAGE = 19, N = 2540

B. Pdirect (n=86), SAGE (n= 4), Google Scholar (n=725), Pubmed (n=17) N = 832
urnal 5 tahun terakhir Scient

C. P

eksi judul dan duplikat Scient direct (n= 11), SAGE (n= 2), Google Scholar (n=56), Pubmed (n=5) N = 74

Exclude (N = 63 )
Tidak sesuai topik (N=50)
LITERATUR REVIEW (N=10)
Book Chapter,
Identifikasi Abstrak skripsi (N=3)
N = 11

Exclude (N = 7)
Penelitian non-
eksperimen / non
Artikel akhir yang bisa dianalisa sesuai dengan rumusan masalah danintervensi
tujuan (N=4)
N=4 Tujuan tidak
sesuai (N=3)
Peneliti sudah melakukan pencarian dengan memasukkan kata kunci

“Tempeh For Diarrhea Childrens”. Melalui database elektronik ditemukan sebanyak

2.540 artikel jurnal diantaranya Science Direct 214 artikel, Pubmed 97 artikel,

Google Scholar 2.210 artikel, dan SAGE 19 artikel. Setelah dilakukan seleksi artikel

jurnal dalam rentang 5 tahun terakhir terekslusi sebanyak 1.378 artikel dan sisa

sebanyak 832 artikel jurnal. Selanjutnya penulis melakukan seleksi lebih lanjut

terhadap jurnal dan duplikat jurnal sehingga didapatkan jurnal sebanyak 74 artikel

jurnal. Dari 74 artikel jurnal didapatkan sebanyak 11 artikel yang layak dilakukan

identifikasi abstrak dan 63 artikel jurnal lainya diekslusi karena tidak sesuai dengan

topik sebanyak 50 artikel jurnal, literature review sebanyak 10 artikel jurnal, serta

Book chapter sebanyak 3 artikel jurnal. Kemudian 7 dari 11 artikel jurnal dikeluarkan

dengan alas an penelitian non-eksperimen / non-intervensi sebanyak 4 artikel jurnal

dan 3 jurnal artikel tidak memiliki tujuan yang sama. Sehingga didapatkan 4 artikel

jurnal yang bisa dianalisis lebih lanjut.


71

Tabel 5.1

Daftar Analisa Artikel Pemberian Tempe terhadap anak Diare

No Peneliti, Tahun Metode Usia, Sampel, Instrumen Intervensi Hasil


Terbit, Judul Penelitian dan Jenis Penelitian
Kelamin
1. Nurwahidah Quasie Populasi dalam Penelitian ini Sampel dibagi Hasil penelitian
and Experiment penelitian ini menggunakan menjadi 2 ini
Arbianingsih, Design With ialah anak dengan Reduced kelompok menunjukkan
yaitu bahwa biskuit
(2019) Two Groups Pre rentang usia 2 – 4 Questionnaire :
kelompok tempe dan
And Post-Test tahun berjenis frekuensi diare yang diberikan madu
Effectiveness of kelamin laki – kembali dalam biskuit tempe efektif dalam
Tempe Biscuits laki dan batas normal dan satu mengurangi
and Honey to perempuan yang (post test < pre kelompok frekuensi tinja
Decrease mengalami diare test). lainnya pada anak diare
Frequency of dan dirawat di Data dianalisa diberikan (p = 0,001 dan
madu. Biskuit p<0,001).
Stools in ruangan anak menggunakan
tempe dan Meskipun
Children Rumah Sakit Haji Wilocon Test. madu penurunan
Diarrhea Makassar. Dari diberikan frekuensi buang
populasi tersebut, sebanyak 3 air besar dalam
penulis memilih kali sehari kelompok
sebanyak 30 selama 2 hari dengan madu
orang berturut – lebih besar dari
turut. kelompok
menggunakan
dengan biskuit
teknik Accidental tempe, hasil
Sampling. Jumlah
sample kemudian penelitian ini
dibagi menjadi 2 menunjukkan
kelompok, 15 bahwa tidak
ada perbedaan
diantaranya
signifikan
diberikan biskuit antara kedua
tempe dan 15 intervensi untuk
lainnya diberikan mengurangi
madu. frekuensi tinja
(p = 0,385).
Oleh karena itu,
dalam
mengurangi
frekuensi buang
air besar,
biskuit tempe
dan madu
dapat
digunakan
sebagai
suplemen
makanan yang
baik untuk
anak-anak
diare.
2. Suprapti (2019) Quasi Populasi Tehnik Intervensi Hasil
Eksperimental penelitian ini pengumpulan diberikan menunjukan
adalah semua data dengan kepada 2 sig 0,000 dan
menggunakan kelompok
penderita diare Beda
The Use Tempe yang berusia 3-5 lembar sampel. penurunan
Flour In tahun di RS Nyai observasi. Kelompok A frekuensi
Making Biscuit Ageng Pinatih. (kelompok BAB
eksperimen)
Sampel diambil kelompok
To pasien yang
secara accidental menderita eksperimen
Reduce The dari Bulan Juni- dan kontrol
diare
Occurance Of Juli 2019. Jumlah mendapatkan adalah 1,97.
Diarrhea On pasien yang intervensi : Sehingga
Toodler terkumpul adalah pemberian dapat
30 pasien dibagi oralit sebagai disimpulkan
pengganti
menjadi 2 bahwa
cairan tubuh,
kelompok yaitu beserta pemberian
Kelompok makanan biskuit
Eksperimen dan tambahan tepung tempe
kelompok kontrol. biskuit dari dapat
tepung formula menurunkan
tempe (13 – 15 frekuensi
gram perhari)
BAB pada
dan kurang
dari 13 gram pasien anak
per hari, diare.
sementara
kelompok B
(Kelompok
Kontrol) hanya
diberi oralit
sebagai
pengganti
cairan.
3. Darmita and Quasi Cara penarikan Teknik Sampel dibagi Hasil penelitian
Nurdin, Andi Experiment sampel dilakukan pengumpulan 2 kelompok. ini
(2017) dengan dengan cara data 17 orang menunjukkan
rancangan kelompok
Accidental menggunakan ada pengaruh
intervensi
two groups pre Sampling dengan kuesioner dan diberikan pemberian MP-
The Effect of and post tests jumlah sampel 34 lembar Formula tempe ASI formula
Breast-Feeding anak. Sampel observasi. sebagai tempe terhadap
Companion dibagi 2 makanan frekuensi BAB
(MP-BREAST kelompok. 17 pendamping, pada anak diare
MILK) orang kelompok dan 17 orang usia 6-24 bulan
kelompok
intervensi dan 17 di RSUD Syekh
Tempeh kontrol
orang kelompok mendapatkan Yusuf Kab.
Formula
kontrol formula Gowa dengan p
Against Bowel
makanan value = 0,000.
Frequency In
standar dari Penurunan
Diarrhea instalasi gizi frekuensi BAB
Children RS. Pada dengan
kedua
Age 6-24 pemberian
kelompok
Months In formula tempe
masing-
Sheikh Yusuf masing diawali sangat
Hospital dengan berpengaruh
mengobservasi karena pada
frekuensi diare kelompok
dihari pertama, intervensi
selanjutnya penurunan
pada kelompok frekuensi BAB
intervensi pada pada anak
hari kedua dan
dengan diare
ketiga
diberikan sangat jauh
formula tempe, penurunannya
sedangkan dengan selisih
pada kelompok penurunan
kontrol pada sebesar 3, 17
hari kedua dan kali sedangkan
ketiga tidak
pada kelompok
diberikan
formula tempe, kontrol hanya
hanya 1,94 kali. Hal
mengobservasi tersebut
frekuensi menunjukkan
BABnya. bahwa
Analisis yang kelompok
digunakan
intervensi
adalah
Wilcoxon memiliki
Test. peluang besar
untuk sembuh
dengan
pemberian
tambahan
makanan
formula tempe.
4. Setyawati, Heni Penelitian Populasi dalam Tehnik Intervensi Sebagian besar
and Zulaicha, Menggunakan penelitian ini pengumpulan diberikan frekuensi BAB
Endang (2015) Eksperimen adalah seluruh data dengan kepada 2 sebelum
Quasi kelompok
pasien di Ruang menggunakan diberikan diet
sampel.
Mina RS. PKU lembar bubur tempe
The Effect Kelompok A
Muhammadiyah observasi (kelompok antara 5- 10
Giving Diet
Surakarta yang eksperimen) x/hari yaitu
Soybean
berjumlah 188 pasien yang sebesar 7 anak
Porridge To
anak dengan usia menderita (46,67%),
Frequency diare
Defecate Of 3 – 5 tahun dalam setelah
mendapatkan
Children satu bulan. diberikan diet
intervensi :
Diarrhea In Sampel yang pemberian bubur tempe
Room Mina digunakan dalam bubur tempe mayoritas
Hospital Pku penelitian ini sementara frekuensi diare
Muhammadiyah adalah sebanyak kelompok B menjadi 1-4
Of Surakarta 30 orang yang (Kelompok x/hari yaitu
terbagi dalam 2 Kontrol) sebesar 14 anak
diberikan
kelompok, yaitu (93,33%).
bubur preda.
15 orang untuk Mayoritas
kelompok pasien frekuensi BAB
yang diberi bubur sebelum
tempe (kelompok diberikan diet
eksperimen) dan bubur preda
15 orang untuk antara 5-10
kelompok pasien x/hari yaitu
yang diberi bubur sebesar 9 anak
preda (kelompok (60%), setelah
kontrol). Teknik diberikan diet
pengambilan bubur preda
sampel dilakukan masih terdapat
dengan cara 6 anak (40)
accidental yang frekuensi
sampling. diare antara 1-4
x/hari. Terdapat
perbedaan rata-
rata frekuensi
BAB sebelum
diberikan diet
bubur tempe
dengan sesudah
diberikan diet
bubur tempe
dengan nilai 
= 0,000.
Terdapat
perbedaan rata-
rata frekuensi
BAB sebelum
diberikan diet
bubur preda
dengan sesudah
diberikan diet
bubur preda
dengan nilai 
=
0,000.
79

B. Pembahasan Studi Literature

1. Gambaran Pengaruh Pemberian Diet Tempe Terhadap Frekuensi

BAB Pada Anak Diare

Pengelompokan dari 4 sampel penelitian Nurwahidah et al (2019),

Suprapti (2019), Darmita et al (2017), dan Setyawati et al (2015) dibagi

kedalam 2 kelompok intervensi yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Dengan jumlah sampel sebanyak 30 anak pada penelitian

Nurwahidah et al (2019), Suprapti (2019), Setyawati et al (2015) dan 34

anak pada penelitian Darmita et al (2017).

Kelebihan dari penelitian dengan eksperimen adalah peneliti dapat

membuktikan atau mencoba sebuah intervensi untuk mendapatkan

kesimpulan yang lebih tepat, efektif serta efisien. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Nurwahidah et al (2019), Suprapti (2019), Darnita et al

(2017), dan Setyawati et al (2015) yang mana mereka melakukan

intervensi untuk membuktikan keefektifan pengaruh tempe untuk

mengurangi frekuensi BAB pada anak diare. Adapun kelebihan yang

dipaparkan oleh penelitian Suprapti (2019) tentang tempe sebagai

alternatif makanan pendamping ketika anak diare adalah biaya yang relatif

kecil untuk mendapatkan tempe serta waktunya yang cukup cepat dalam

menangani diare ringan.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini pada umumnya dilakukan

pada anak dengan penyakit diare dan berada dalam rentang umur 0 – 5

tahun. Pemilihan sampel pada penelitian yang dilakukan oleh Nurwahidah


et al (2019), Suprapti (2019), Darnita et al (2017), dan Setyawati et

al (2015) menggunakan teknik random sampling dimana jumlah sampel

yang paling sedikit adalah n = 30 dan jumlah sampel terbanyak yaitu oleh

Setyawati et al (2015) dengan n = 188. Berdasarkan dari design dan

sampel yang digunakan dari 4 artikel jurnal, peneliti mengelompokan

sample menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Peneliti dari keempat jurnal artikel memiliki kesamaan dalam

menentukan kriteria inklusi yaitu pasien anak yang dirawat dengan

keluhan atau penyakit diare, memiliki rentang umur antara 2 – 4 tahun

(Nurwahidah et al, 2019) serta 3 – 5 tahun (Suprapti, 2019) dan

(Setyawati et al, 2015).

Adapun kesamaan inklusi dari 4 peneliti artikel jurnal diatas ialah orang

tua anak yang bersedia menandatangani informed consent.

Pada penelitian Nurwahidah et al (2019), intervensi dilakukan pada

30 sampel yang dipilih menggunakan cara Accidental sampling. Sampel

yang telah didabatkan tersebut kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

kelompok eksperiment dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen

sampel diberikan biskuit tempe dengan frekuensi 3x dalam sehari selama 2

hari berturut – turut, sementara kelompok kontrol diberikan madu

sebanyak 1 sendok dengan frekuensi 3x dalam sehari selama 2 hari

berturut – turut. Hasil yang didapatkan dari 2 kelompok intervensi adalah

penurunan frekuensi buang air besar pada kelompok kontrol (yang

diberikan madu) lebih cepat daripada kelompok eksperiment (yang

diberikan biskuit tempe) namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan

sehingga peneliti
menyimpulkan biskuit tempe dan madu dapat digunakan sebagai suplemen

makanan yang baik untuk anak-anak diare.

Kemudian pada penelitian Suprapti (2019), intervensi dilakukan

kepada 30 sampel yang diambil menggunakan cara Accidental sampling

dengan kriteria inklusi pasien anak dengan keluhan diare, rentang usia 3 –

5 tahun, dan dirawat dalam rentang bulan juni – juli 2019. Sampel yang

telah diambil kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok

eksperimental dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen,

intervensi yang diberikan kepada anak ialah oralit sebagai pengganti cairan

tubuh dan tempe sebagai makanan tambahan sebanyak 13 – 15 gram/hari.

Sementara pada kelompok kontrol hanya diberikan oralit sebagai

pengganti cairan tubuh tanpa makanan tambahan. Hasil yang didapatkan

dari 2 kelompok intervensi yaitu penurunan frekuensi buang air besar lebih

cepat pada kelompok eksperiment daripada kelompok kontrol.

Selanjutnya pada penelitian Darmita et al (2017), intervensi

diberikan kepada 34 sampel yang mana dipilih menggunakan cara

accidental sampling dengan kriteria inklusi pasien anak dengan penyakit

diare, berusia 6 – 24 bulan dan berada dalam perawatan hari pertama.

Sampel yang telah dipilih, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok intervensi dan kelompok kontrol, pada hari pertama kedua

kelompok masing-masing diawali dengan mengobservasi frekuensi diare,

selanjutnya pada kelompok intervensi pada hari kedua dan ketiga

diberikan formula tempe, sedangkan pada kelompok kontrol pada hari

kedua dan
ketiga tidak diberikan formula tempe. Hasil yang didapatkan dari kedua

kelompok adalah penurunan frekuensi BAB dengan pemberian formula

tempe sangat berpengaruh karena pada kelompok intervensi. Penurunan

frekuensi BAB pada anak dengan diare sangat jauh penurunannya dengan

selisih penurunan sebesar 3,17 kali sedangkan pada kelompok kontrol

hanya 1,94 kali.

Jurnal artikel yang terakhir yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Setyawati et al (2015) dengan jumlah sampel 30 anak dipilih

menggunakan cara Accidental sampling dengan kriteria inklusi pasien

anak yang dirawat dengan penyakit diare, berada dalam rentang umur 3 –

5 tahun, serta telah mendapatkan izin atau informed consent dari orang tua.

Sampel kemudian di bagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang

diberikan diet bubur tempe (kelompok eksperimen) dan kelompok yang

diberikan bubur preda (kelompok kontrol). Hasil yang didapatkan dari

kedua kelompok yaitu frekuensi buang air besar pada anak yang diberikan

diet bubur tempe turun menjadi 1 – 4x dalam sehari.

Dari beberapa penelitian diatas, didapatkan tujuan penelitian yaitu

menggambarkan pengaruh pemberian tempe terhadap frekuensi BAB pada

anak diare.
2. Analisa Pengaruh Pemberian Diet Tempe Terhadap Frekuensi BAB

Pada Anak Diare

Berdasarkan hasil penelitian dari Nurwahidah et al (2019), Tempe

biskuit dan madu adalah pilihan yang efektif untuk mengurangi frekuensi

buang air besar pada anak yang menderita diare (p = 0.001 dan p < 0,001).

Walaupun penurunan frekuensi buang air besar anak di kelompok kontrol

lebih cepat daripada kelompok eksperiment namun dalam hasil penelitian

menunjukan tidak terlihat perbedaan yang signifikan diantara kedua

kelompok intervensi (p = 0.385).

Dalam penelitian Nurwahidah et al (2019), ditunjukkan bahwa

distribusi responden berdasarkan pengamatan frekuensi buang air besar

pada hari pertama sebelum pemberian tempe dengan biskuit madu di anak

diare (pra-tes) menunjukkan bahwa frekuensi diare 1-3 kali sehari kedua

intervensi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing

sebanyak 1 orang (6,7%). Sementara frekuensi diare > 3 kali sehari dalam

kelompok intervensi eksperimen dan kelompok kontrol adalah 14 orang

(93,3%). Pada hari ke empat setelah pemberian biskuit tempe dan madu

pada anak-anak diare (post - test) menunjukkan bahwa dalam kelompok

eksperimen sampel memiliki frekuensi buang air besar 1-3 kali sehari

sebanyak 14 orang (93,3%) dan frekuensi buang air besar > 3 kali sehari

yaitu sebanyak 1 orang (6,7%), sementara dalam kelompok kontrol

didapatkan hasil frekuensi buang air besar 1-3 kali sehari, sebanyak 15

orang (100%), walaupun ada penurunan yang lebih besar pada kelompok
kontrol (yang diberikan madu) namun peneliti tetap merekomendasikan

biskuit tempe dan madu sebagai makanan yang diberikan kepada anak saat

diare karena perbedaan yang didapatkan tidak signifikan.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian Suprapti (2019) didapatkan

bahwa nilai p = 0,000, yang berarti bahwa terdapat perbedaan frekuensi

sebelum dan sesudah diberikan biskuit tepung tempe. Nilai rata rata

sebelum sebesar 6,67 dan sesudah pemberian biskuit tepung tempe

menjadi 4,13. Penurunan nilai rata rata sebelum dan sesudah pemberian

biskuit tepung tempe (13-15 gram/hari) adalah 2,54. Adapun penurunan

nilai rata – rata sebelum dan sesudah pemberian biskuit tepung tempe pada

anak yang mengkonsumsi < 13 gram/hari adalah 1,71. Berdasarkan hal

diatas, terbukti bahwa semakin banyak memberikan biskuit tepung tempe

maka lebih efektif mampu menurunkan frekuensi BAB pada anak diare.

Menurut Suprapti (2019) Konsumsi biskuit tepung tempe dalam jumlah

yang sedikit disebabkan oleh kurangnya pemberian motivasi oleh orang

tua dan rasa biskuit dari tepung tempe yang manis menyebabkan pasien

anak-anak menjadi cepat bosan.

Penelitian yang dilakukan oleh Darmita et al (2017) dimulai

dengan melakukan observasi frekuensi buang air besar sampel pada hari

pertama sebelum pemberian formula tempe pada anak diare (pre -test)

didapatkan hasil frekuensi diare 1 - 3 kali dalam sehari baik kelompok

intervensi maupun kelompok kontrol masing-masing sebanyak 1 orang

(5.9%) dan frekuensi diare > 3 kali sehari baik kelompok intervensi

maupun kelompok
kontrol masing-masing 16 orang (94.4%). Kemudian pada hari keempat

setelah pemberian formula tempe pada anak diare (post-test) menunjukkan

bahwa pada kelompok intervensi dengan frekuensi BAB 1-3 kali sehari

yaitu sebanyak 17 orang (100.%), sedangkan pada kelompok kontrol

mendapatkan formula makanan standar RS dengan frekuensi BAB 1-3 kali

sehari yaitu sebanyak 14 orang (82.3%), dan frekuensi BAB >3 kali sehari

yaitu sebanyak 3 orang (17.7%). Juga dapat dilihat bahwa setelah

pemberian intervensi formula tempe pada kelompok intervensi mengalami

penurunan frekuensi diare lebih besar dibanding dengan kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat dari perbedaan rerata kelompok

intervensi dan kelompok kontrol yang menunjukkan rerata post-test

kelompok intervensi 1,65 yang diuji menggunakan Uji Wiloxon Test dan

kelompok kontrol 2, 94 dengan p value = 0,000. Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok setelah diberikan perlakuan rerata frekuensi buang air

besar berbeda secara bermakna (p<0,05).

Menurut hasil penelitian Setyawati et al (2015) diketahui bahwa

jumlah pasien diare berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi adalah

pasien dengan umur 3 tahun yaitu 18 pasien (60%). Hal ini dikarenakan

anak yang berumur 3 tahun daya imunitasnya kurang baik jika

dibandingkan dengan umur yang lebih tua. Pada anak usia 3 tahun, pada

umumnya sudah tidak lagi minum air susu ibu, walaupun masih ada,

tentunya air susu ibu yang dikonsumsi sudah mulai berkurang, sedangkan

makanan sapih kurang memenuhi gizinya. Selain itu anak yang berumur 3

tahun cenderung belum


memiliki penalaran yang tinggi sehingga belum bisa membedakan antara

makanan yang bersih dan makanan yang tidak bersih.

Berdasarkan hasil penelitian Setyawati (2015) diperoleh nilai p =

0,000, sehingga dapat disimpulkan Terdapat perbedaan rata-rata sebelum

dengan sesudah pemberian diet bubur tempe terhadap frekuensi buang air

besar pada anak diare di ruang Mina RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

Nilai rata-rata sebelum sebesar 8,47 nilai rata-rata sesudah sebesar 2,87,

maka terjadi penurunan rata-rata sebesar 5,60, sehingga dengan pemberian

diet bubur tempe terbukti menurunkan frekuensi buang air besar pada anak

diare.

Dari beberapa penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pemberian diet tempe terhadap frekuensi BAB pada anak diare sangat

efektif. Selain harga yang murah, serta cara mendapatkan yang relatif

mudah, tempe juga bisa diolah menjadi bentuk makanan jadi seperti

biskuit tempe, bubur tempe serta olahan tempe lainnya supaya anak tidak

mudah bosan (Setyawati, 2015).


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Literature Review mengenai pengaruh diet tempe

terhadap frekuensi BAB pada anak diare, dapat disimpulkan :

1. Karakteristik sampel yang dipilih dalam penelitian diatas ialah anak

dengan penyakit diare, memiliki rentang umur 0 – 5 tahun, berada

dalam rawatan ketika penelitian sedang dijalankan serta telah

mendapatkan izin dari orang tua. Dari beberapa penelitian yang telah

dipaparkan, terdapat perbedaan dalam jumlah tempe yang diberikan

namun semua peneliti setuju bahwa semakin banyak tempe yang

dikonsumsi maka hasilnya juga akan lebih baik namun harus sesuai

dengan jumlah maksimal konsumsi tempe per harinya.

2. Ditemukan pada semua Literature Review bahwasanya Diet tempe

memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap frekuensi BAB

pada anak yang mengalami diare. Para peneliti juga menyarankan

pemberian tempe kepada anak yang mengalami diare untuk

mengurangi frekuensi buang air besarnya.

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Dengan adanya literature review ini, diharapkan dapat memberikan

tambahan informasi bagi ilmu keperawatan mengenai adanya pengaruh

pemberian diet tempe terhadap frekuensi BAB pada anak Diare


2. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan

Diharapkan dengan adanya Literature Review ini dapat digunakan

sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian sebagai salah satu

pengobatan alternatif yang dapat diberikan kepada anak yang

mengalami diare.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dengan Literature Review ini, peneliti selanjutnya

dapat menggunakan metode serta materi sesuai dengan penelitian yang

sedang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Brandt, K. G. de Castro Antunes, M. M. & da Silva, G. A. P. (2015). Diarreia

aguda: manejo baseado em evidencias. Journal de pediatria, 91(6), S36-S43

Cahyadi W. Analisis & aspek kesehatan bahan tambahan makanan. Edisi ke-2.

Bandung: Bumi Aksara; 2009

Cahyadi. Soybean Benefits and Technology. Jakarta: Bumi Aksara. 2012

Cholid, S., Santosa, B., & Suhartono. Effects of Honey on Acute Diarrhea.

Pediatric Spokes, 12 (5), 289–295. Retrieved from

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-5-

1.pdf. 2011

Darmita. Effect of Provision of Complementary Food ASI (MP-ASI) Tempe

Formula Against CHAPTER Frequency in Children Diarrhea Ages 6-24 Months

in Syekh Yusuf District Hospital. Gowa. Thesis of Makassar Alauddin State

University. 2017

Farthing, M., G. Lindberg, P.Dite, et al. 2008. "Acute diarrhea." World

Gastroenterology Organisation practice guideline.

http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines

Hartiningrum, S. Y. Effect of Giving Preda and Tempe Formulas on the Duration

of Acute Diarrhea in Children Aged 6-24 Months. Thesis. Diponegoro University

Semarang. 2010
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI; 2015

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:

Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-

kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Koletzko S. and Osterrieder S., 2009, Acute Infectious Diarrhea in Children,

Deutsches Ärzteblatt International, 106 (33), 539–548.

Laksmi, Ni Putu Anggun, IGA Trisna Windiani, I Nyoman Budi Hartawan.

(2015). Hubungan Perilaku Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati I Periode Bulan November Tahun

2013.Jurnal Medika Udayana.4(7):1-9.

MAKARA KESEHATAN. 14(1): 46-50 Soebagyo. (2008). Diare Akut pada

Anak, Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.

Marcdante KJ, Kliegman RM (2015). Nelson essentials of pediatric. 7th Edition.

USA: Elsevier.

McCance, Kathryn L.; Sue E. Huether; Valentina L. Brashes; Neal S. Rote. 2010.

Pathophysiology : The Biologic Basis for Disease in Adults and Children 6

th Ed. Philadelphia : Mosby Elsevier


Nadhilla, N. F. (2014). The Activity Of Antibacterial Agent Of Honey Against

Staphylococcus aureus at the University of Waikato in New Zealand. Review

Articles, 3, 94–101. 2014

Nugraheni, D. (2012). Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal

Hygiene dengan Kejadian Diare di Kecamatan Semarang Utara, Jurnal

FKM, Semarang.

Nurazizah. Effectiveness of Giving Honey on the Frequency of Defecation

(Chapter) and BodyWeight in Acute Gastroenteritis (Gea) Patients in the Baji

Minasa Room of Rsud Labuang Baji Makassar in 2015, Thesis of Alauddin

Makassar Islamic University. 1–83. 2015

Paramitha, Galih Wuly, Mutiara Soprima2, Budi Haryanto.(2011). Perilaku Ibu

Pengguna Botol Susu dengan Kejadian Diare pada Balita.

Puspitayani, D., & Fatimah, L. Effect of Giving Honey on Decreasing the

Frequency of Diarrhea in Toddlers in Ngumpul Village, Jogoroto, Jombang.

Eduhealth Journal, 4 (2), 2–7. 2014

Radlovic N, Lekovic Z, Vuletic B, Radloovic R, Simic D (2015). Acute diarrhea

in children. Canadian Journal of Gastroenterology,15(10):669 – 683

RI Ministry of Health. Basic Health Research (RISKESDAS) 2013. 2013 National

Report, 1–384. https://doi.org/1 December 2013. 2013


Setiawati, H. 2015. Pengaruh Pemberian Diet Bubur Tempe terhadap Frekuensi

BAB pada Anak Diare di Ruang Mina Rumah Sakit PKU Surakarta. Skripsi

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Setiawati, H. Effect of Giving Tempe Porridge Diet on CHAPTER Frequency in

Diarrhea Children in the Mina Room of PKU Muhammadiyah Hospital in

Surakarta. Scientific Publication Script. 2015

Toole, P.W.O dan Cooney. J.C. 2008. Probiotics Bacteria Influence the

Composition and Function of the Intestinal Microbiota. Review Article.

Ireland

Toole, P.W.O, dan Cooney, J.C. (2008). Probiotics Bacteria Influence The

Composition and Function of The Intestinal Microbiota. Review Article.

Ireland

UNICEF (2018). Undernutrition contributes to nearly half of all deaths in children

under 5 and is widespread in Asia and Africa.

https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/

Vivaldi, A. 2011. Studi Pengaruh Intervensi Tempe untuk Mempercepat

Penyembuhan Diare pada Anak Balita. Skripsi. Departemen Gizi

Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Intitut Pertanian Bogor,

https://adoc.tips/queue/studi-pengaruh-intervensi-tempe-untuk mempercep

at-penyembuha.html
Wahyudi, Ali.(2014). Hubungan Perilaku Mencuci Tangan Pengasuh dengan

Kejadian Diare pada Balita di Desa Talaga Kecamatan Ganding Kabupaten

Sumenep. Journal Ilmu Kesehatan.1(2):1-5.

Wahyuni, Winda.(2016). Hubungan Perilaku Pengasuhan Balita Terhadap

Terjadinya Diare Akut pada Balita di Kecamatan Delitua Tahun

2014.Skripsi:Universitas Sumatra Utara.

World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World Health

Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/
WOC TEORITIS

Anda mungkin juga menyukai