NIM. 1941312030
NERS FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
ANDALAS
TAHUN 2020
KARYA ILMIAH AKHIR
Oleh:
Karya ilmiah ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas
Panitia Penguji,
DIARE”
Andalas.
kepada :
2. Ibu Ns. Lili Fajria, S.Kep., M.Biomed selaku Ketua Program Studi
ini.
karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak demi lebih baiknya karya ilmiah ini.
Penulis
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Karya Ilmiah, Desember 2020
ABSTRAK
ABSTRAK
HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................89
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 5.1 Daftar Analisa Artikel Pemberian Tempe terhadap Anak Diare......71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tahunnya dan 1,9 juta anak - anak lebih dari 5 tahun meninggal karena
penyakit diare setiap tahun. Hingga saat ini mencapai 18% dari seluruh
kematian anak dibawah usia 5 tahun, berarti lebih dari 5.000 anak
meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Dari semua kematian anak
akibat diare, 78% terjadi di Afrika dan Tenggara daerah Asia. Setiap anak
secara global pada kelompok usia ini, diare akut merupakan penyebab
penyakit diare paling banyak terjadi pada anak-anak di kelompok usia ini,
angka kematian akibat diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak
42% dan angka kesakitan balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut
WHO, Penyakit diare adalah penyebab utama kematian kedua pada anak
kematian anak dan morbiditas di dunia, dan sebagian besar hasil dari
makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di seluruh dunia, 780 juta
lebih baik. Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang
pada balita yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita
Target SDGs pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita
hidup dan angka kematian anak bawah lima tahun 25/1000 kelahiran hidup
Puskesmas. Pada tahun 2017 jumlah penderita diare pada semua umur
mengalami
peningkatan pada tahun 2018 menjadi 4.504.524 penderita. Sedangkan
jumlah penderita diare pada balita yang dilayani di sarana kesehatan pada
tahun 2018 yaitu 1.637.708. Ini berarti sebanyak 40,90% kejadian diare di
ditandai dengan buang air besar >3 kali sehari dengan konsistensi tinja
cair, dan dapat disertai dengan darah ataupun lender. (Riskesdas, 2013).
Kesehatan, 2017).
pada anak-anak. Apabila pada saat yang bersamaan anak yang kekurangan
selama ini dalam penanggulangan diare khususnya diare pada balita sudah
lingkungan dan air di enam daerah ibu kota, pembuatan tengki septik
komunal dan limbah. Tujuan yang diharapkan tersebut sampai saat ini
Menurut Cheung & Chung (2011), upaya lain yang dilakukan oleh
mencanangkan panduan terbaru tata laksana diare pada anak, yaitu Lima
protein, peptida dan asam amino seperti phospholipid. Menurut Toole dan
nutrisi pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan
penurunan frekuensi Buang Air Besar (BAB) pada anak balita diare
tempe terhadap frekuensi bab pada anak diare. Nilai rata-rata sesudah
pemberian
diet bubur tempe sebesar 2,87 sedangkan nilai rata-rata sesudah pemberian
diet bubur preda sebesar 5,40, maka terjadi selisih rata-rata sebesar -2,53,
sehingga terbukti dengan pemberian diet bubur tempe lebih efektif mampu
besar pada anak diare adalah penelitian yang dilakukan oleh Suprapti
kelompok yang diberikan oralit dan makanan tambahan tempe lebih cepat
bahwa An.T sudah mengalami diare sejak 2 hari yang lalu. Ibu klien
mengatakan An.T sering mengkonsumsi ciki serta es dan jarang minum air
putih. Ibu klien juga mengatakan salah satu penyebab An.T terkena Diare
adalah cuaca yang tidak menentu. Peneliti mengangkat masalah ini sebagai
diagnosa pertama dari asuhan keperawatan yang diberikan yaitu Diare
B. Rumusan Masalah
Diare.”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Mahasiswa
tempe.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian Diare
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari yang mungkin dapat di sertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering di jumpai pada anak
bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Kemenkes RI, 2014). Menurut
penelitian Barr & Smith (2014) diare adalah perubahan bentuk tinja
anak
dan penyakit lainnya seperti penyakit AIDS memungkinkan
b) Mata : Normal
b) Mata : Cekung
b) Mata : Cekung
3. Penyebab Diare
makanan
4. Epidemiologi Diare
terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya dan 1,9 juta anak di bawah 5
penyebab utama kematian pada anak, sekitar 31% pada anak berusia
tahun terdapat 670 anak yang positif menderita diare (19 anak 35 bulan
sebanyak 32 dari 308 anak (8,4%). Dari data tersebut didapatkan angka
kejadian tertinggi diare terjadi pada anak usia 12-23 bulan dengan
5. Patofisiologi Diare
2014).
osmotik, sekretorik, dan motilitik. Pada diare osmotik, zat yang tidak
dapat diserap usus akan menarik air ke dalam lumen secara osmosis,
air yang berlebihan dan zat-zat yang tidak dapat diserap usus
akibat klorida atau bikarbonat kaya cairan atau inhibisi penyerapan net
sodium, sedangkan
diare motilitik dapat disebabkan oleh reseksi usus kecil (sindrom usus
yang paling sering terjadi pada anak (Koletzko, S. & Osterrieder, S.,
besar (McCance,
6. Pencegahan Diare
a. Mencuci tangan
mencuci tangan.
anak dan setelah buang air besar dan juga sebelum menyiapkan
makanan kepada anak. Ibu- ibu juga seharusnya melatih anak sejak
awal lagi tentang perilaku cuci tangan terutama sebelum makan dan
yang dapat menyebabkan diare. Selain itu, ibu balita juga seharusnya
yang berguna untuk menjaga sistem kekebalan bayi agar tidak mudah
terkena infeksi. ASI juga kaya dengan zat- zat yang optimal untuk
balita. Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal- oral
barang- barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
a. Faktor Anak
1. Faktor umur
jika anak
mengalami status gizi kurang dan berada dalam lingkungan
2. Jenis kelamin
3. Status imunisasi
penyakit diare.
4. Status gizi
8. Penatalaksanaan
1. Pemberian Cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO,
tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah
b. Cairan parenteral.
badannya.
2) Dehidrasi ringan
3) Dehidrasi sedang
4) Dehidrasi berat
2. Diatetik
1) Memberikan asi.
3. Obat – obatan
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
- Obat antibiotik.
makanan.
berasa.
dan muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
saat ke sekolah.
sebagainya.
B. Tempe
1. Pengertian
makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi
( Sartika 2009).
diantaranya ialah Vitamin B2, Vitamin B12, Niasin dan juga asam
niasin sebesar 1,13 mg/100 gram berat tempe yang dimakan. Menurut
yang terdapat di dalam tempe terdiri atas dua jenis yaitu yang larut di
K).
potensial yang
lebih baik dibandingkan produk nabati lainnya , selama proses
( Astawan, 2009).
peningkatan sebesar 2-3, asam folat 4-5 kali, dan asam pentatonat
jumlah ini sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan Vitamin B12
3. Manfaat Tempe
protein, zat besi, vitamin B12, asam folat, tembaga dan seng yang
Azizah, 2020).
n. Menurunkan Berat Badan. Bagi mereka yang mempunyai program
(Azizah, 2020).
(Astawan, 2013).
yang hilang dan tidak menghentikan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
yaitu akibat zat antidiare dan akibat sifat protein tempe yang mudah
formula tempe dapat menekan lama penyakit diare menjadi 4,2 hari
diare, setidak- tidaknya sampai tiga bulan pasca diare. Masyarakat yang
karena kandungan seratnya dietary fiber mencapai 7,2 gram per 100 gram.
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
Utami, 2013).
b. Keluhan Utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari. BAB kurang dari 4
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
empedu.
campak. Diare ini lebih sering terjadi dan berakibat berat bdan
pada pasien.
2013).
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih
berat anaka akan malah untuk minum atau tidak mau minum.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
2) Berat badan
3) Kulit
kembali sangat lambat bila cubitan kembali > 2 detik dan ini
4) Kepala
5) Mata
sangat cekung.
g. Pemeriksaan Penunjang
dengan kultur
2. Diagnosis keperawatan
mengabsorpsi nutrien.
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Diare a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan 1. Evaluasi efek
parasit, keperawatan samping pengobatan
psikologis, diharapkan pasien terhadap
proses infeksi, dapat mengontrol gastrointestina
inflamasi, pengeluaran feses 2. Anjurkan pasien
iritasi, dari usus, dengan untuk menggunakan
malabsorbsi. Kriteria hasil: obat antidiare
1. Diare (4) 3. Evaluasi intake
2. Mengeluarkan makanan yang
feses paling dikonsumsi
tidak 3 kali per sebelumnya
hari (5) 4. Identifikasi faktor
penyebab diare
(misalnya, bakteri)
3. Minum cairan 5. Berikan makanan
secara adekuat dalam porsi kecil dan
(5) lebih sering serta
4. Mengkonsumsi tingkatkan porsi
serat secara secara bertahap
adekuat (5) 6. Monitor tanda dan
Keterangan: gejala diare
(4) : Jarang
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan b. Manajemen Saluran
Cerna
b. Fungsi Tindakan keperawatan:
Gastrointestinal a. Monitor buang air
Setelah dilakukan besar termasuk
tindakan frekuensi,
keperawatan konsistensi, bentuk,
diharapkan saluran volume, dan warna,
pencernaan pasien dengan cara yang
mampu untuk tepat.
mencerna, dan b. Monitor bising usus
menyerap nutrisi c. Instruksikan pasien
dari makanan, mengenai makanan
dengan Kriteria tinggi serat
hasil:
Frekuensi BAB
(4)
Konsistensi
feses (5)
Distensi perut
(5)
Peningkatan
peristaltik (4)
Diare (4)
Keterangan :
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
2. Kekurangan a. Keseimbangan a. Manajemen cairan
Volume cairan cairan Tindakan keperawatan:
berhubungan Setelah dilakukan 1) Monitor status
dengan tindakan hidrasi (misalnya,
kehilangan keperawatan membran mukosa
cairan aktif, diharapkan lembab, denyut
kegagalan keseimbangan cairan nadi adekuat)
mekanisme didalam tubuh 2) Jaga intake/asupan
regulasi. pasien tidak yang akurat dan
terganggu, dengan catat output pasien
Kriteria hasil: 3) Monitor
Tekanan darah makanan/cairan
(5) yang dikonsumsi
Denyut nadi dan hitung asupan
perifer(5) kalori harian
Keseimbangan 4) Kolaborasi
intake dan output pemberian cairan
dalam 24 jam(4) IV
Berat badan 5) Monitor status
stabil(5) nutrisi
Turgor kulit(5) 6) Timbang berat
badan setiap hari
Kelembaban dan monitor status
membran pasien
mukosa(5) 7) Monitor tanda-
Keterangan: tanda vital
(4) : Sedikit terganggu 8) Dorong keluarga
(5) : Tidak terganggu untuk membantu
pasien makan
b. Hidrasi b. Manajemen
Setelah dilakukan Hipovolemia
tindakan Tindakan
keperawatan Keperawatan:
diharapkan 1. Monitor status
ketersediaan air cairan termasuk
didalam tubuh intake dan output
pasien tidak cairan
terganggu, dengan 2. Pelihara IV line
Kriteria hasil: 3. Monitor tingkat Hb
Turgor kulit (5) dan hematokrit
Membran 4. Monitor tanda-
mukosa lembab tanda vital
(5) 5. Monitor respon
Intake cairan (5) pasien terhadap
Mata dan ubun- penambahan cairan
ubun cekung (5) 6. Dorong pasien
Nadi cepat dan untuk menambah
lemah (5) intake oral
Keterangan :
(5) : Tidak terganggu
3. Ketidakseimb a. Status nutrisi a. Manajemen nutrisi
a ngan nutrisi: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
kurang dari tindakan 1. Identifikasi adanya
kebutuhan keperawatan alergi atau
tubuh diharapkan nutrisi intoleransi
pasien dapat makanan
terpenuhi, dengan 2. Instruksikan pasien
Kriteria hasil: mengenai
1. Asupan kebutuhan nutrisi
makanan (4) 3. Atur diet yang
2. Asupan cairan diperlukan (yaitu,
(5) menyediakan
3. Rasio makana protein
berat/tinggi tinggi, menambah
badan (5) atau mengurangi
4. Energi (4) kalori, menambah
5. Hidrasi (4) atau menurangi
Keterangan: vitamin, mineral)
(4) : Sedikit 4. Tentukan jumlah
menyimpang dari kalori dan jenis
rentang normal nutrisi yang
(5) : Tidak menyimpang dibutuhkan untuk
dari rentang normal memenuhi
persyaratan gizi
4. Kerusakan Integritas jaringan: Manajemen elektrolit/
integritas kulit Kulit & membran cairan
mukosa Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan 1. Monitor kehilangan
tindakan keperawatan cairan (misalnya,
diharapkan keutuhan muntah, diare)
dan fungsi kulit pasien 2. Tingkatkan intake
tidak terganggu, dengan asupan cairan per oral
Kriteria hasil :
1) Integritas kulit (5) 3. Pastikan bahwa larutan
2) Suhu kulit (5) intravena yang
3) Elastisitas (5) mengandung elektrolit
4) Hidrasi (4) diberikan dengan aliran
5) Perfusi jaringan (5) yang konstan dan
Keterangan : sesuai
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
keperawatan ini
disebut juga evaluasi proses. Semua dicatat pada formulir catatan
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS DATA
Anak ke :1
sejak 2 hari yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa anaknya jarang minum air
putih (2-3 gelas sehari) dan anak lebih sering mengkonsumsi susu. Anak
sering jajan makanan ciki yang kering serta ice cream. Pada saat dilakukan
a. Prenatal :
rumah sakit, Klien dilahirkan secara SC. Ibu tidak memiliki riwayat
penyakit tertentu.
b. Intranatal :
Rumah Sakit Lubuk Sikaping, BBL : 3400 gr dengan kondisi yang sehat.
c. Postnatal :
klien saat itu sehat. Setelah melahirkan, ibu klien mengalami pendarahan
yang cukup parah sehingga harus dirawat selama 7 hari di rumah sakit.
ASI diberikan secara eksklusif oleh ibu klien sejak usia 0 bulan – 2 tahun.
Ibu klien mengatakan anaknya sudah beberapa kali terkena diare. Ibu klien
b. Pernah dirawat di RS
dokter spesialis.
d. Alergi
An. T memiliki alergi makanan yaitu kuning telur. Apabila An. T memakan
kuning telur berlebihan maka akan muncul bintitan di matanya. Untuk obat
e. Kecelakaan
f. Riwayat Imunisasi:
Ketika di cek tanda vitalnya, suhu An. T berada dalam batas normal yaitu
yang tidak menentu serta makanan anaknya yang tidak teratur. An. T
senang
mengkonsumsi makanan cepat saji seperti ciki – ciki dan minuman
berwarna.
diberikan oleh dokter serta sering mengkonsumsi air putih. Namun pada
karena An.T jarang meminum air putih serta tidak mau meminum obat
Keterangan :
= Perempuan = Serumah
VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Keluarga mengatakan An. T mulai lancar berbicara beberapa bulan ini. An.
nama warna serta nama binatang. Ny. S sebagai ibu juga mengatakan
bahwa An. T bisa menyebutkan warna dan nama hewan dalam bahasa
inggris. An. T juga bisa mengingat arah rumahnya apabila diajak jalan –
c. Psikososial :
temannya apabila ada yang mengawasi. Apabila tidak ada, An. T akan
Anak T diasuh oleh kedua orang tuanya, apabila kedua orang tuanya
keluarga
c. Hubungan dengan Teman Sebaya:
sebaya nya
e. Lingkungan Rumah :
sungai.
HR : 95 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,60C
2. BB : 11 Kg
TB : 80 cm
3. Kepala
merata
4. Mata
Mata kiri dan kanan simetris, Konjungtiva tidak anemis, tidak ada
Tidak ada sumbatan, tidak ada cuping hidung, tidak ada sekret, tidak
Bibir tidak sianosis, lidah bersih, gigi bersih dan tidak ada bolong
7. Telinga
Telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada
8. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada
9. Paru-paru :
Inspeksi :pola napas teratur, dinding dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada kiri dan kanan simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dinding dada, fremitus dada kiri dan
kanan sama
10. Jantung
Palpasi : tidak ada nyeri pada dinding dada, Ictus Cordis tidak teraba,
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler tidak ada bising jantung
11. Abdomen
Perkusi : timpani
12. Ekstremitas Bentuk normal, jari lengkap. Akral hangat, CRT <2 detik
a.Pengkajian DDST II
PERKEMBANGAN BAHASA
Saat dilakukan pengkajian, An. T berada dalam tahap inisiatif yang mana
serta do’a – do’a singkat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari –
hari seperti do’a sebelum dan sesudah makan, do’a sebelum tidur serta
sholat.
menyuapkan makanannya.
Frekuensi makannya 3x
sehari.
Jenis makanan : nasi + lauk
Minum Klien minum ± 4 gelas air putih ditambah Klien minum ± 3 gelas air
kecil susu
Tidur Klien tidur pukul 20.30 – 06.00, diantara Waktu tidur klien sama
darah) darah)
darah) darah)
Bermain Klien sering bermain dengan tetangganya Klien lebih sering bermain
ibunya.
Ny. S mengatakan BAB klien encer dan berlendir sejak 2 hari yang
lalu. Klien tampak gelisah serta sering merengek kepada ibunya. Klien
tidak demam dan tidak mengeluh mual dan muntah. Ny. S mengatakan
klien terkena diare dikarenakan cuaca yang berubah – ubah, pola makan
yang tidak teratur serta kurangnya mengkonsumsi air putih. Pada saat
pengkajian, klien BAB sebanyak 1x dan konsentrasi BAB nya masih cair
atau encer. Ny. S mengatakan sudah berobat ke dokter, namun klien tidak
mau meminum obatnya karena terasa pahit. Nafsu makan klien tidak
berkurang, TTV saat pengkajian yaitu Suhu klien : 36,6 0C, Nadi :
meningkat
DS : diusus menurun
berbau busuk.
Diare
Kehilangan Cairan
Kekurangan Volume
Cairan
Pertahanan tubuh
DS : memproduksi HCL
berlebihan
anus
Kerusakan Integritas
Kulit
XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pencernaan.
feces
peningkatan defekasi.
Tabel 4.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Diare a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan 2. Evaluasi efek
masuknya keperawatan samping pengobatan
pathogen ke diharapkan pasien terhadap
dalam saluran dapat mengontrol gastrointestina
pencernaan pengeluaran feses 3. Anjurkan pasien
dari usus, dengan untuk menggunakan
Kriteria hasil: obat antidiare
Diare (4) 4. Evaluasi intake
Mengeluarkan makanan yang
feses paling dikonsumsi
tidak 3 kali per sebelumnya
hari (5) 5. Identifikasi faktor
Minum cairan penyebab diare
secara adekuat (misalnya, bakteri)
(5) 6. Berikan makanan
Mengkonsumsi dalam porsi kecil dan
serat secara lebih sering serta
adekuat (5) tingkatkan porsi
Keterangan: secara bertahap
(4) : Jarang 7. Monitor tanda dan
menunjukkan gejala diare
(5) : Secara konsisten
menunjukkan
b. Fungsi b. Manajemen Saluran
Gastrointestinal Cerna
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan a. Monitor buang air
keperawatan besar termasuk
diharapkan saluran frekuensi, konsistensi,
pencernaan pasien bentuk, volume, dan
mampu untuk warna, dengan cara
mencerna, dan yang tepat.
menyerap nutrisi b. Monitor bising usus
dari makanan, c. Instruksikan pasien
dengan Kriteria mengenai makanan
hasil: tinggi serat
Frekuensi BAB
(4)
Konsistensi
feses (5)
Distensi perut
(5)
Peningkatan
peristaltik (4)
Diare (4)
Keterangan :
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
2. Kekurangan a. Keseimbangan a. Manajemen cairan
volume cairan cairan Tindakan keperawatan:
berhubungan
dengan Setelah dilakukan 1) Monitor status hidrasi
kehilangan tindakan (misalnya, membran
cairan melalui keperawatan mukosa lembab,
feces diharapkan denyut nadi adekuat)
keseimbangan cairan 2) Jaga intake/asupan
didalam tubuh yang akurat dan catat
pasien tidak output pasien
terganggu, dengan 3) Monitor
Kriteria hasil: makanan/cairan yang
Tekanan darah dikonsumsi dan hitung
(5) asupan kalori harian
Denyut nadi 4) Kolaborasi pemberian
perifer(5) cairan IV
Keseimbangan 5) Monitor status nutrisi
intake dan output 6) Timbang berat badan
dalam 24 jam(4) setiap hari dan monitor
Berat badan status pasien
stabil(5) 7) Monitor tanda-tanda
Turgor kulit(5) vital
Kelembaban 8) Dorong keluarga untuk
membran membantu pasien
mukosa(5) makan
Keterangan: b. Manajemen
(4) : Sedikit terganggu Hipovolemia
(5) : Tidak terganggu Tindakan
Keperawatan:
b. Hidrasi i. Monitor status
cairan termasuk
Setelah dilakukan intake dan output
tindakan cairan
keperawatan ii. Pelihara IV line
diharapkan iii. Monitor tingkat Hb
ketersediaan air dan hematokrit
didalam tubuh iv. Monitor tanda-
pasien tidak tanda vital
terganggu, dengan v. Monitor respon
Kriteria hasil: pasien terhadap
Turgor kulit (5) penambahan cairan
Membran vi. Dorong pasien
mukosa lembab untuk menambah
(5) intake oral
Intake cairan (5)
Mata dan ubun-
ubun cekung (5)
Nadi cepat dan
lemah (5)
Keterangan :
(5) : Tidak terganggu
3. Kerusakan Integritas jaringan: Manajemen elektrolit/
integritas kulit Kulit & membran cairan
berhubungan mukosa Tindakan keperawatan:
dengan iritasi Setelah dilakukan 1. Monitor kehilangan
lapisan rektum tindakan keperawatan cairan (misalnya,
akibat diharapkan keutuhan muntah, diare)
peningkatan dan fungsi kulit pasien 2. Tingkatkan intake
defekasi. asupan cairan per oral
tidak terganggu, dengan 3. Pastikan bahwa larutan
Kriteria hasil : intravena yang
6) Integritas kulit (5) mengandung elektrolit
7) Suhu kulit (5) diberikan dengan aliran
8) Elastisitas (5) yang konstan dan
9) Hidrasi (4) sesuai
10) Perfusi jaringan (5)
Keterangan :
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
63
Tabel 4.2
BAB IV
LITERATURE REVIEW
A. Jenis Review
kerangka kerja teoritis dan model konseptual (Snyder, 2019). Jenis penelitian
hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan (Lin,
2009). Jenis review yang digunakan adalah tradisional review yang mana
Science Direct, Pubmed, dan SAGE. Peneliti menuliskan kata kunci yang
peneliti dalam mencari data di database yang diinginkan. Kata kunci yang
defecate).
Pengumpulan jurnal artikel dilakukan sejak bulan November hingga Desember
2020.
menggunakan artikel atau jurnal terkait intervensi mual dan muntah pada
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria Eksklusi
c. Jurnal artikel yang berbayar dan tidak bisa diakses dengan mudah
D. Seleksi Studi dan Ekstraksi Data
Data diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan
oleh peneliti sebelumnya. Adapun alur dalam ekstraksi data dari penelitian
telah ditetapkan.
b. Melakukan seleksi jurnal atau artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan
keyword melalui electronic data Base Scient direct (n=214),, Google Scholar (n=2.210), Pubmed (n=97), SAGE = 19, N = 2540
B. Pdirect (n=86), SAGE (n= 4), Google Scholar (n=725), Pubmed (n=17) N = 832
urnal 5 tahun terakhir Scient
C. P
eksi judul dan duplikat Scient direct (n= 11), SAGE (n= 2), Google Scholar (n=56), Pubmed (n=5) N = 74
Exclude (N = 63 )
Tidak sesuai topik (N=50)
LITERATUR REVIEW (N=10)
Book Chapter,
Identifikasi Abstrak skripsi (N=3)
N = 11
Exclude (N = 7)
Penelitian non-
eksperimen / non
Artikel akhir yang bisa dianalisa sesuai dengan rumusan masalah danintervensi
tujuan (N=4)
N=4 Tujuan tidak
sesuai (N=3)
Peneliti sudah melakukan pencarian dengan memasukkan kata kunci
2.540 artikel jurnal diantaranya Science Direct 214 artikel, Pubmed 97 artikel,
Google Scholar 2.210 artikel, dan SAGE 19 artikel. Setelah dilakukan seleksi artikel
jurnal dalam rentang 5 tahun terakhir terekslusi sebanyak 1.378 artikel dan sisa
sebanyak 832 artikel jurnal. Selanjutnya penulis melakukan seleksi lebih lanjut
terhadap jurnal dan duplikat jurnal sehingga didapatkan jurnal sebanyak 74 artikel
jurnal. Dari 74 artikel jurnal didapatkan sebanyak 11 artikel yang layak dilakukan
identifikasi abstrak dan 63 artikel jurnal lainya diekslusi karena tidak sesuai dengan
topik sebanyak 50 artikel jurnal, literature review sebanyak 10 artikel jurnal, serta
Book chapter sebanyak 3 artikel jurnal. Kemudian 7 dari 11 artikel jurnal dikeluarkan
dan 3 jurnal artikel tidak memiliki tujuan yang sama. Sehingga didapatkan 4 artikel
Tabel 5.1
kesimpulan yang lebih tepat, efektif serta efisien. Seperti penelitian yang
alternatif makanan pendamping ketika anak diare adalah biaya yang relatif
kecil untuk mendapatkan tempe serta waktunya yang cukup cepat dalam
pada anak dengan penyakit diare dan berada dalam rentang umur 0 – 5
yang paling sedikit adalah n = 30 dan jumlah sampel terbanyak yaitu oleh
Adapun kesamaan inklusi dari 4 peneliti artikel jurnal diatas ialah orang
sehingga peneliti
menyimpulkan biskuit tempe dan madu dapat digunakan sebagai suplemen
dengan kriteria inklusi pasien anak dengan keluhan diare, rentang usia 3 –
5 tahun, dan dirawat dalam rentang bulan juni – juli 2019. Sampel yang
intervensi yang diberikan kepada anak ialah oralit sebagai pengganti cairan
dari 2 kelompok intervensi yaitu penurunan frekuensi buang air besar lebih
kedua dan
ketiga tidak diberikan formula tempe. Hasil yang didapatkan dari kedua
frekuensi BAB pada anak dengan diare sangat jauh penurunannya dengan
anak yang dirawat dengan penyakit diare, berada dalam rentang umur 3 –
5 tahun, serta telah mendapatkan izin atau informed consent dari orang tua.
kedua kelompok yaitu frekuensi buang air besar pada anak yang diberikan
anak diare.
2. Analisa Pengaruh Pemberian Diet Tempe Terhadap Frekuensi BAB
biskuit dan madu adalah pilihan yang efektif untuk mengurangi frekuensi
buang air besar pada anak yang menderita diare (p = 0.001 dan p < 0,001).
pada hari pertama sebelum pemberian tempe dengan biskuit madu di anak
diare (pra-tes) menunjukkan bahwa frekuensi diare 1-3 kali sehari kedua
sebanyak 1 orang (6,7%). Sementara frekuensi diare > 3 kali sehari dalam
(93,3%). Pada hari ke empat setelah pemberian biskuit tempe dan madu
eksperimen sampel memiliki frekuensi buang air besar 1-3 kali sehari
sebanyak 14 orang (93,3%) dan frekuensi buang air besar > 3 kali sehari
didapatkan hasil frekuensi buang air besar 1-3 kali sehari, sebanyak 15
orang (100%), walaupun ada penurunan yang lebih besar pada kelompok
kontrol (yang diberikan madu) namun peneliti tetap merekomendasikan
biskuit tempe dan madu sebagai makanan yang diberikan kepada anak saat
sebelum dan sesudah diberikan biskuit tepung tempe. Nilai rata rata
menjadi 4,13. Penurunan nilai rata rata sebelum dan sesudah pemberian
nilai rata – rata sebelum dan sesudah pemberian biskuit tepung tempe pada
maka lebih efektif mampu menurunkan frekuensi BAB pada anak diare.
tua dan rasa biskuit dari tepung tempe yang manis menyebabkan pasien
dengan melakukan observasi frekuensi buang air besar sampel pada hari
pertama sebelum pemberian formula tempe pada anak diare (pre -test)
(5.9%) dan frekuensi diare > 3 kali sehari baik kelompok intervensi
maupun kelompok
kontrol masing-masing 16 orang (94.4%). Kemudian pada hari keempat
bahwa pada kelompok intervensi dengan frekuensi BAB 1-3 kali sehari
sehari yaitu sebanyak 14 orang (82.3%), dan frekuensi BAB >3 kali sehari
kelompok intervensi 1,65 yang diuji menggunakan Uji Wiloxon Test dan
jumlah pasien diare berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi adalah
pasien dengan umur 3 tahun yaitu 18 pasien (60%). Hal ini dikarenakan
dibandingkan dengan umur yang lebih tua. Pada anak usia 3 tahun, pada
umumnya sudah tidak lagi minum air susu ibu, walaupun masih ada,
tentunya air susu ibu yang dikonsumsi sudah mulai berkurang, sedangkan
makanan sapih kurang memenuhi gizinya. Selain itu anak yang berumur 3
dengan sesudah pemberian diet bubur tempe terhadap frekuensi buang air
Nilai rata-rata sebelum sebesar 8,47 nilai rata-rata sesudah sebesar 2,87,
diet bubur tempe terbukti menurunkan frekuensi buang air besar pada anak
diare.
pemberian diet tempe terhadap frekuensi BAB pada anak diare sangat
efektif. Selain harga yang murah, serta cara mendapatkan yang relatif
mudah, tempe juga bisa diolah menjadi bentuk makanan jadi seperti
biskuit tempe, bubur tempe serta olahan tempe lainnya supaya anak tidak
A. Kesimpulan
mendapatkan izin dari orang tua. Dari beberapa penelitian yang telah
dikonsumsi maka hasilnya juga akan lebih baik namun harus sesuai
B. Saran
sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian sebagai salah satu
mengalami diare.
sedang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi W. Analisis & aspek kesehatan bahan tambahan makanan. Edisi ke-2.
Cholid, S., Santosa, B., & Suhartono. Effects of Honey on Acute Diarrhea.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-5-
1.pdf. 2011
University. 2017
http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines
Semarang. 2010
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
USA: Elsevier.
McCance, Kathryn L.; Sue E. Huether; Valentina L. Brashes; Neal S. Rote. 2010.
FKM, Semarang.
BAB pada Anak Diare di Ruang Mina Rumah Sakit PKU Surakarta. Skripsi
Toole, P.W.O dan Cooney. J.C. 2008. Probiotics Bacteria Influence the
Ireland
Toole, P.W.O, dan Cooney, J.C. (2008). Probiotics Bacteria Influence The
Ireland
https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/
https://adoc.tips/queue/studi-pengaruh-intervensi-tempe-untuk mempercep
at-penyembuha.html
Wahyudi, Ali.(2014). Hubungan Perilaku Mencuci Tangan Pengasuh dengan
World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World Health
Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/
WOC TEORITIS