Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena
kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan.
Keruskan fungsi saraf akan mengganggu fungsinya dalam meneruskan bayangan
yang dilihat dari mata ke otak dan digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk
benda (vision). Gangguan tersebut berupa rasa sakit (pusing) pada kepala secara
terus-menerus, pandangan kabur dan bergoyang, terutama pada tempat yang luas.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak,
biasanya terjadi pada usia lanjut. Penduduk yang berusia diatas 40 tahun di
beberapa negara, 2% diantaranya menderita Glaukoma. Di Indonesia, glaukoma
merupakan kebutaan yang tidak dapat dipulihkan.
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan
atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO)
dengan segala akibatnya.Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi
jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus,
mentebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat
timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa
timbulnya tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba
dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang
mampu menyebabkan kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat
menoleransi tekanan yang mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep dasar penyakit dari Glaukoma ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Glaukoma ?

1.3 Tujuan
1. Agar Mahasiswa mampu memahami dan mengerti dari konsep dasar penyakit
Glaukoma.
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti dari Asuhan keperawatan
pada Glaukoma.

1 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi Glaukoma
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Glaukoma, yaitu :
1) Long Barbara (1996)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intra okuler.
2) Chandler & Grant (1977)
Glaukoma adalah suatu keadaan pada mata, dimana ditemukan kenaikan
tekanan bola
mata yang sudah menyebabkan kerusakan/kelainan pada diskus optikus dan
lapang pandangan.
3) Arif (1999)
Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup
besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang
pandang.
4) Sidarta Ilyas (2000)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata.

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau


kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Glaukoma adalah suatu penyakit di mana gambaran klinik yang
lengkap ditandai oleh peninggian tekanan intraokuler, penggaungan dan
degenerasi papil saraf optik serta defek lapang pandang yang khas.
Peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan glaukoma. Glaukoma
merupakan salah satu penyebab kebutaan paling umum. Tekanan
intraokuler normal kurang lebih 15mmHg, dengan rentangan 12
20mmHg (Guyton, 1991). Glaukoma muncul ketika tekanan intraokuler
mencapai tingkat patologi yaitu 60 70mmHg. Tingkat tekanan sebesar 20

2 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


30mmHg dalam waktu yang lama bisa mengakibatkan hilangnya
penglihatan. Pada glaukoma akut, tekanan yang ekstrem bisa
mengakibatkan kebutaan dalam beberapa jam.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi
aqueous humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran
keluar aqueous humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada
keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan traberkulum, keadaan
kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler
dianggap normal bila kurang daripada 20mmHg pada pemeriksaan dengan
tonometer aplanasi.
Semua pemeriksaan terhadap mata harus mencakup pengukuran
tekanan intraokuler. Karena hilangnya penglihatan bisa muncul tanpa
gejala, maka diagnosa dan penanganan glaukoma sejak dini sangatlah
penting. Semua orang yang berusia diatas 40 tahun harus mengukur
tekanan intraokuler setiap tahun.
Ada dua cara pengukuran tekanan intraokuler :
1. Tonometry adalah pengukuran tidak langsung tekanan intraokuler. Segera
sesudah tetes mata anestetik lokal diberikan, maka footplate tonometer
ditempatkan pada kornea untuk mengukur tekanan.
2. Gonioscopy memperkirakan sudut ruang mata depan dan mengukur
kedalaman. Gonioscopy membedakan antara glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup.

2.1.2 Etiologi
Penyebab glaukoma antara lain :
1. Primer terdiri dari :
a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : Dapat disebabkan oleh keturunan keluarga.
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, perubahan lensa, kelainan
uvea, pembedahan, pemakai steroid secara rutin misalnya : pemakai obat
tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat
inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai
obat yang memakai steroid secara rutin lainnya.

3 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


3. Faktor Resiko
a. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka
ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita
glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena
glaukoma.Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan
orang tua dan anak-anak.
c. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena
glaukoma.Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang
lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.Untuk mengukur tekanan
bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis
mata.
d. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata
yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler
untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai
obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui
bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan
memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian
glaukoma.

2.1.3 Macam Macam Glaukoma


1. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaukoma
dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol.
Dapat disertai keadaan seperti :
a. Infeksi siliar
b. Edema kornea
c. Bilik mata depan yang dangkal
d. Pupil lebar

4 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


e. Iris lebar
f. Iris ektropion
g. Penggaungan dan atrofi papil saraf optic yang total

Keadaan ini dapat disertai rasa sakit pada mata yang mula mula hilang
timbul tetapi akhirnya dapat terus menerus. Tekanan bola mata sangat
tinggi sehingga bola mata menjadi keras bagaikan batu.
Pengobatan :
1) Pengobatan ditujukan terutama pada rasa sakitnya dengan jalan :
a) Suntikan alcohol retrobulber 90% sebanyak 0,5ml.
b) Penyinaran yang ditujukan pada badan siliar, diberikan 100
150 Rad dalam 4 5 kali penyinaran.
2) Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan operasi intraokuler
lainnya sebab dapat menimbulkan oftalmia simpatika.

2. Glaukoma Afakia
Glaukoma afakia adalah glaukoma sekunder yang terjadi sesudah operasi
pengeluaran lensa yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengeluaran
aqueous melalui trabekulum. Terdapat dua mekanisme penutupan sudut,
yaitu yang dimulai dengan hambatan pupil (papillary block) dan penutupan
langsung sudut bilik mata depan (angle block).
Hambatan pupil juga akan menghasilkan penutupan sudut bila iridektomi
tak berfungsi. Seperti diketahui sesudah suatu operasi katarak dapat terjadi
peradangan berupa uveitis/iridosiklitis yang menyebabkan terjadinya
perlekatan antara pupil dengan membrane hialoid sehingga terjadi hambatan
pupil yang dapat menyebabkan terjadinya kolaps bilik mata depan dan suatu
goniosinekia. Kolaps bilik mata depan bisa juga terjadi akibat bocornya
jahitan atau terlambatnya pembentukan bilik mata depan karena
terlambatnya penutupan luka. Hal hal ini dapat menyebabkan terjadinya
penutupan sudut bilik mata depan atau goniosinekia. Penutupan sudut bilik
mata depan sebesar 2/3 bagian (2400) dapat menyebabkan glaukoma.

5 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


3. Glaukoma Berpigmen
Glaukoma berpigmen adalah glaukoma sudut terbuka dimana pada
pemeriksaan gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada
jalinan trabekulum.
Keadaan ini juga disertai depigmentasi iris dan terdapat suatu gambaran
khas pada endotel kornea yang disebut Kruckenberg spindle. Dapat juga
ditemukan endapan pigmen iris dan lensa, zonula dan retina perifer. Daerah
depigmentasi terjadi dipangkalan iris bertepatan dengan muskulus dilatator
iris sehingga pada pemeriksaan trnasiluminasi iris yang lebih tembus pandang
di perifer.
Kelainan ini terdapat pada orang dewasa muda dan myopia merupakan
predileksi untuk kelinan ini. Pada pria kelainan ini lebih banyak ditemukan
daripada wanita. Pada stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler
yang tinggi dan adanya halo karena edema kornea. Sesudah stadium ini dapat
diatasi biasanya tekanan intraokuler terkontrol.
Tes kortikosteroid yang positif menunjukkan adanya hubungan genetik
yang sama seperti pada glaukoma sudut terbuka primer. Tetapi pada
pemeriksaan transformasi sel limfosit ternyata hasilnya berbeda sehingga
dianggap penyebab glaukoma berpigmen ini berbeda dengan glaukoma sudut
terbuka primer.
Pengobatan :
Sedapat mungkin dengan obat obatan. Bila dengan obat obatan tak
dapat di atasi, baru dilakukan tindakan pembedahan.

4. Glaukoma Bertekanan Rendah


Glaukoma bertekanan rendah adalah suatu keadaan dimana ditemukan
penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandangan yang khas
glaukoma tetapi disertai tekanan bola mata yang tidak tinggi.
Keadaan ini dihubungkan dengan terdapatnya gangguan pendarahan
(perfusion pressure) papil saraf optik walaupun tekanan bola mata tidak
tinggi.
Sebetulnya samapai sekarang belum jelas perbedaan antara low tension
glaucoma dan ischaemic optic neuropathy. Akan tetapi nampaknya
perdebatan ini telah mencapai kesimpulan yang menjurus bahwa pada

6 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


glaukoma dengan tekanan bola mata rendah terdapat outflow facility yang
menurun, sedangkan pada keadaan dengan outflow facility yang normal maka
keadaan ini disebut ischaemic optic neuropathy.
Pengobatan :
Pengobatan loe tension glaucoma ditujukan pada menurunkan tekanan
bola mata ke titik yang lebih rendah. Miotika dan obat obatan
simpatomimetik dapat dicoba.

5. Glaukoma Hipersekresi
Glaukoma hiperekskresi adalah suatu jenis glaukoma sudut terbuka
dengan outflow facility yang normal. Hipersekresi biasanya terjadi hilang
timbul dengan produksi aqueous humor yang meninggi. Pada waktu terjadi
sekresi yang berlebihan, tekanan bola mata meninggi dan berkisar antara 20
30 mmHg, kemudian terjadi kerusakan pada papil saraf optic dan
gangguan lapang pandangan yang khas glaukoma. Kalau tidak terjadi sekresi
yang meninggi, maka semua keadaan ditemukan normal, kecuali kelainan
papil saraf optik dan kampus yang sudah terjadi. Pada setiap keadaan ini
outflow facility tetap normal. Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita
berumur antara 40 60 tahun dengan hipertensi sistemik yang neurogen.
Pengobatan :
Biasanya berhasil baik dan sebagai obat pilihan ialah epinefrin topical
(hati hati dengan hipertensi) dan penghambat karbonik anhidrase.

6. Glaukoma Maligna (Cilliary Block Glaukoma)


Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peninggian tekanan intraokuler
oleh karena terdapatnya hambatan siliar (cilliary block). Hambatan siliar ini
terjadi karena penempelan lensa dengan badan siliar atau badan kaca dengan
siliar (pada afakia). Hal ini menyebabkan terjadinya penimbunan cairan
(aqueous humor) hasil produksi badan siliar di bagian belakang yang
mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya
pendangkalan bilik mata depan.
Pada masa lalu hal ini biasanya dianggap terjadi sesudah operasi
glaukoma sudut tertutup. Namun pengalaman berbagai ahli menunjukkan

7 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


bahwa keadaan ini dapat terjadi juga sesudah operasi katarak, pemberian
miotika pada pengobatan glaukoma, inflamasi dan lain lain.
Pengobatan :
Bila pengobatan medikamentosa dengan midriatika yang kuat seperti
sulfas atropine 4% dan 10% tidak berhasil, maka harus dilakukan operasi
berupa penghisapan aqueous humor dan badan kaca melalui sklera disertai
pembentukan kembali bilik mata dengan memasukkan udara.

7. Glaukoma Neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh
bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler baru (neovaskuler) di permukaan iris.
Neovaskuler ini menuju ke sudut bilik mata depan dan berakhir pada
trabekulum. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti
kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit
pembuluh darah sistemik dan penyakit tumor mata. Pada pemeriksaan
tonografi dan gonioskopi ditemukan kelainan yang progresif.

Pengobatan :
Obat obatan biasanya tidak menolong. Sebaliknya dilakukan
siklodiatermi atau siklokrioterapi. Pada keadaan akut dapat diberikan
kortikosteroid dan atropine. Cara pengobatan lain yang diajukan ialah
pankoagulasi retina.

8. Glaukoma Primer Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)


Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya
tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Diduga glaukoma ini diturunkan secara dominan atau resesif pada kira kira
50% penderita. Secara genetik penderitanya adalah homozigot. Pada
umumnya terdapat pada orang orang berusia di atas 40 tahun, tetapi dapat
juga ditemukan pada usia muda (glaukoma juvenil). Pada 99% penderita
glaukoma primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran aqueous
pada sistem jalinan trabekulum dan kanal Schlemm. Namun dapat juga
outflow nya normal dan dalam hal ini disebut glaukoma hipersekresi.

8 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


Glaukoma simpleks adalah penyakit menahun yang berkembang terus
dengan lambat. Mulai timbulnya penyakit sangat lambat, kadang kadang
berkembang tanpa disadari penderita sehingga sampai mencapai tingkat
lanjut. Penelitian yang lebih cermat pada stadium awal memperlihatkan
adanya remisi dan eksaserbasi daripada gangguan outflow dan peninggian
tekanan intraokuler. Ada penulis yang menganggap remisi atau penurunan
tekanan intraokuler ini terjadi karena diimbangi oleh penurunan produksi
aqueous sehingga kita melihatnya sebagai tekanan intraokuler yang
menurun. Glaukoma simpleks dapat berakhir sebagai glaukoma absolut
dimana pada keadaan ini terdapat insiden oklusi pembuluh darah yang
tinggi. Dapat berkomplikasi dengan neovaskularisasi iris dan sudut bilik
mata depan dan berakhir sebagai glaukoma haemorrhagica. Tes yang khusus
dilakukan untuk membantu diagnosis adalah tes minum air, tes pilokarpin
dan tes provokasi steroid.
Pengobatan :
Pada dasarnya konservatif dengan obat obatan dan bertujuan
memperbaiki outflow facility dengan pemberian pilokarpin (0,5 4%) atau
menekan produksi cairan aqueous dengan asetazomalid. Pada orang muda
lebih baik diberikan epinefrin tetes agar tidak mengganggu daya akomodasi.
Jika akan dilakukan operasi maka pada keadaan seperti tekanan intraokuler
tetap diatas 30mmHg, kerusakan papil saraf optik yang progresif dan
kerusakan lapang pandangan yang progresif.

9. Glaukoma Primer Sudut Tertutup


Glaukoma primer sudut tertutup adalah glaukoma primer yang ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan herediter.
Pada keadaan ini penutupan sudut dapat terjadi tanpa hambatan papil
(papillary block) atau dengan hambatan pupil.

10. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Dengan Hambatan Pupil


Glaukoma primer sudut tertutup dengan hambatan pupil adalah suatu
glaukoma dimana ditemukan keadaan sudut bilik mata depan yang tertutup
disertai hambatan pupil.

9 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


Penderita dengan hambatan pupil yang potensial mempunyai mata yang
normal kecuali bilik mata depan yang dangkal dan jalan masuk aqueous ke
bilik mata depan yang sempit. Dikemukakan bahwa konfigurasi sudut
diturunkan dari orang tuanya. Penyakit ini pada orang kulit putih ditemukan
pada pria 3 kali lebih banyak daripada wanita, sedangkan pada orang kulit
hitam penderita pria sama dengan wanita.
Bila usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung sehingga
bilik mata depan akan bertambah dangkal. Posisi lensa yang ke depan akan
mendorong iris ke depan, oleh karena itu diperlukan tekanan yang lebih
tinggi untuk mendorong aqueous melalui celah iris lensa ini. Tekanan
dibelakang iris yang lebih tinggi ini akan menyebabkan akar iris melengkung
ke depan mendekati dinding trabekulum. Dikatakan bahwa luasnya gerakan
ke depan iris tersebut tergantung kelenturan akar iris. Pada orang kulit putih
ditemukan bahwa glaukoma primer sudut terbuka, 4 kali lebih banyak
daripada glaukoma primer sudut tertutup, sedangkan pada orang Indonesia
glaukoma primer sudut tertutup lebih banyak daripada glaukoma sudut
terbuka. Sebelum terjadi serangan semua keadaan yaitu tekanan intraokuler,
papil dan kampus dalam batas batas normal. Orang orang dengan sudut
bilik mata depan yang tertutup biasanya pernah mengalami serangan
serangan kecil.

11. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Tanpa Hambatan Pupil


Glaukoma primer sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah suatu
glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup,
bersifat bilateral dan herediter. Pada umumnya sudut bilik mata depan ini
sudah sempit sejak semula, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran
cairan bilik mata depan ke trabekula. Penurunan aliran aqueous ke luar ini
dapat terjadi karena penutupan sudut bilik mata depan yang dapat terjadi
sedikit demi sedikit sampai tertutup sama sekali atau mendadak tertutup
sama sekali. Masing masing keadaan ini memberi gambaran klinik yang
berbeda beda antara lain :
a. Penutupan sudut terjadi mendadak (acute angle closure) :

10 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


Penutupan sudut terjadi mendadak (tiba tiba) sehingga aliran
aqueous dari bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali.
Gejala Klinik : pada mata tampak gejala bendungan akut bola
mata, penglihatan kabur, rasa sakit di daerah yang dipersyarafi oleh
saraf trigeminus, dan kadang kadang disertai muntah, tekanan
intraokuler yang sangat tinggi, mata merah, edema palpebra, edema
kornea, bilik mata depan dangkal, midriasis, papiledema.
Faktor pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu
gembira, sesudah menonton film di bioskop, berada dalam ruangan
gelap atau minum terlalu banyak, adanya tekanan relatif tinggi pada
bilik mata belakang akibat penempelan iris yang luas pada
permukaan lensa sehingga menimbulkan hambatan pupil yang realtif
(relative pupillary block). Adanya tekanan yang lebih tinggi di bilik
mata belakang ini menimbulkan sinekia anterior pada sudut bilik
mata depan dan yang dapat menyebabkan penutupan sudut bilik mata
depan.
b. Penutupan sudut intermiten (intermittent angle closure) :
Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah sempit sejak
semula dan dapat menyebabkan gangguan aliran aqueous ke
trabekulum.
Perjalanan penyakit biasanya berupa serangan serangan yang
singkat dan hilang timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik
mata depan terbuka kembali, akan tetapi biasanya bila serangan
sudah berhenti sudut bilik mata depan tidak terbuka kembali seperti
semula.
Biasanya ditemukan suatu gambaran sisa sisa sinekia pada
sudut bilik mata depan, atrofi iris serta penyebaran pigmen di sudut
bilik mata depan dan kapsula lensa bagian depan.
c. Penutupan sudut menahun (chronic angle closure) :
Dapat terjadi karena penutupan sudut yang perlahan lahan
atau merupakan kelanjutan serangan intermiten yang sudah
menimbulkan sinekia yang luas. Dapat juga terjadi karena serangan
mendadak yang timbul diatasi dengan baik.

11 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


12. Glaukoma Sekunder yang Dibangkitkan Lensa (Lens Induced Glaucoma)
Glaukoma yang dibangkitkan lensa adalah glaukoma sekunder yang
disebabkan karena kelainan-kelainan lensa. Kelainan ini dapat berupa yaitu
kelainan mekanik (letak lensa) dan kelainan kimiawi (fakolitik atau
fakotoksik).
a. Glaukoma pada subluksasi ke depan
Subluksasi lensa ke depan dapat menyebabkan glaukoma karena
terjadinya hambatan pupil sehingga aliran aqueous dari bilik mata
belakang ke bilik mata depan sehingga menyebabkan penutupan
sudut bilik mata depan. Subluksasi lensa ke depan juga dapat
mendorong akar iris ke depan sehingga menyebabkan penutupan
sudut bilik mata depan dan perlengketan di sudut tersebut yang kedua
duanya dapat menyebabkan glaukoma.
b. Glaukoma pada subluksasi ke belakang
Pada subluksasi ke belakang dapat terjadi rangsangan yang
menahun pada badan siliar akibat tarikan tarikan zonula Zin atau
geseran lensa pada badan siliar. Rangsangan ini menyebabkan
produksi aqueous yang berlebihan yang dapat menimbulkan
glaukoma.
c. Glaukoma pada luksasi ke depan
Pada luksasi ke depan lensa terletak langsung dalam bilik mata
depan dan ini menutup jalan keluar aqueous sehingga terjadi
glaukoma.
d. Glaukoma pada luksasi ke belakang
Dalam keadaan ini lensa dapat terletak diatas permukaan badan
siliar yang menyebabkan rangsangan pada badan siliar yang akan
berproduksi berlebihan. Kelainan kimiawi dapat terjadi pada katarak
hipermatur dalam hal mana protein lensa dan makrofag menutup
sudut bilik mata depan, hal ini disebut glaukoma fakolitik. Protein
lensa yang terlepas dari kapsulnya dapat menyebabkan iridosiklitis,
hal ini disebut glaukoma fakotoksik.
Pengobatan :
a. Dapat diberikan obat-obatan anti glaukoma.

12 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


b. Bila tidak berhasil atau bila terdapat iris bombe dapat dilakukan
iridektomi perifer atau iridenkleisis.
c. Operasi pengeluaran lensa merupakan cara untuk menghilangkan
penyebab utamanya dan hal ini merupakan pengobatan yang
paling berhasil.

13. Glaukoma Sekunder dengan Hambatan Pupil (Secondary Glaucoma with


Pupillary Block)
Glaukoma sekunder dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder
yang timbul akibat terhalangnya pengaliran aqueous humor dari bilik mata
belakang ke bilik mata depan. Hambatan ini dapat bersifat total ataupun
relatif :
a. Pada hambatan yang total, glaukoma terjadi akibat penutupan pupil
yang menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut bilik mata
depan. Hambatan ini dapat timbul sebagai akibat perlekatan iris
dengan lensa ataupun iris dengan badan kaca pada penderita dengan
afakia. Hal ini biasanya terjadi sesudah suatu peradangan.
b. Pada hambatan yang relatif, terjadi aposisi yang cukup luas antara
dataran belakang iris dengan bagian depan lensa. Akibatnya terjadi
tekanan yang lebih tinggi di bilik mata belakang dibandingkan
dengan bilik mata depan. Hal ini menyebabkan iris dan pangkal iris
terdorong ke depan menutup sudut bilik mata depan.
Pengobatan :
Pengobatan biasanya ditujukan untuk memperlancar hubungan antara
bilik mata belakang dengan bilik mata depan, baik dengan iridektomi perifer
maupun dengan pemberian midriatika.

14. Sindrom Posner Schlossman (Glaucomatocylitic Crisis)


Sindrom posner schlosman adalah glaukoma sekunder yang biasanya
mengenai satu mata dan dianggap terjadi sebagai akibat peradangan segmen
depan bola mata (uvea atau trabekula).
Penyakit ini berjalan menahun dengan sering berulang ulang, dapat
sembuh sendiri tanpa diobati. Pada keadaan ini sudut bilik mata depan
biasanya tetap terbuka. Biasanya terdapat pada orang dewasa muda dan usia

13 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


pertengahan. Penyakit ini diduga merupakan suatu jenis lain glaukoma sudut
terbuka.
Gambaran Klinik : gejala peradangan biasanya sangat sedikit, ditandai
dengan flare yang positif, keratik presipitat yang positif dan biasanya tidak
menimbulkan perlengketan iris lensa (sinekia posterior). Serangan biasanya
berlangsung antara beberapa jam sampai 2 minggu. Diantara 2 serangan
dapat berlangsung antara beberapa minggu sampai 1 tahun.
Pengobatan :
Pengobatan dapat diberikan dengan memberikan penghambat karbonik
anhidrase, kortikosteroid sistemik atau topikal, midriatika berdaya kerja
singkat menurut kebutuhan.

15. Sindrom Pseudoeksfolisasi (Glaucoma Kapsuler)


Sindrom pseudoeksfolisasi adalah suatu bentuk glaukoma sekunder sudut
terbuka, dimana terdapat bahan bahan abnormal yang menempel pada
permukaan lensa, iris dan sudut bilik mata depan.
Gambaran klinik : ditemukan pada orang tua dengan glaukoma sudut
terbuka dan deposit pigmen yang luas pada sudut bilik mata depan. Pada
pemeriksaan transiluminasi terdapat daerah depigmentasi di sfringter iris.
Biasanya unilateral, terdapat juga lateral. Gejala yang khas ialah terdapatnya
deposit kelabu pada permukaan lensa tepat dibawah batas pupil.
Terdapat 3 daerah di lensa, yaitu : daerah sentral yang keruh,
intermidiate zone yang jernih, dan daerah perifer tepat di bawah batas pupil
berupa bercak keabu abuan.
Pengobatan : sesuai dengan pengobatan glaukoma sudut terbuka.

2.1.4 Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala dari glaukoma adalah sebagai berikut :
1. Tekanan intraokuler (TIO) meningkat
Normal TIO berkisar antara 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). TIO
dapat menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung pada nilai TIO,
tahapan glaukoma secara umum (tahap awal atau lanjut). TIO dalam
rentang 20-30 mmHg biasanya menyebabkan kerusakan dalam hitungan

14 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


tahun. TIO 40-50 mmHg dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang
cepat dan mencetuskan oklusi pembuluh darah retina.
2. Defek lapang pandang yang khas
3. Pembesaran mata
Terlihat jelas pada anak-anak, yakni buftalmus.
4. Penggaungan patologis papil saraf optik.
a. Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka
1) Kerusakan visus yang serius
2) Lapang pandang mengecil
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf
optik menimbulkan kerusakan dari saraf retina yang biasanya
menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma).
1) Perjalanan penyakit progresif lambat
Glaukoma sudut tertutup
a. Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
b. Timbulnya halo disekitar cahaya
Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian
cairan oleh sel-sel endotel. jika tekanan meningkat dengan cepat
(glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan
halo di sekitar cahaya.
c. Pandangan kabur
d. Sakit kepala
e. Mual, muntah
f. Kedinginan
Glaukoma sekunder
g. Pembesaran bola mata
h. Gangguan lapang pandang
i. Nyeri didalam mata
b. Glaukoma kongenital
Gangguan penglihatan

15 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


2.1.5 Klasifikasi
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka menahun

Glaukoma sudut terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum
dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada
riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang
perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.Seringkali tidak
ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan
terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting
untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma sudut terbuka primer biasanya
membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam
mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
b. Glaukoma sudut tertutup akut

Pada glaukoma ini ditandai dengan serangan akut meningginya tekanan


intraokuler selama beberapa jam.Tekanan ini biasanya bisa berlipat tiga, 4
kali dari tekanan normal. Bila bola mata ditekan akan terasa empuk, tetapi
pada saat terjadi serangan maka bola mata teraba keras seperti batu dan aliran
cairan mata terhambat sama sekali. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih
sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu.Gejalanya adalah
sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling
16 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma
cahaya.Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.Glaukoma Sudut-
Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan
kebutaan dalam waktu yang singkat.

2. Glaukoma sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak,
diabetes,trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata
atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada
mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang
menggunakan obat-obatan tersebut. Glaukoma yang terjadi akibat penyakit
mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan
dari dalam mata dapat diakibatkan oleh : perubahan lensa , Kelainan, uvea ,
Trauma bedah. Naiknya tekanan intraokular pada glaukoma ini karena
terhambatnya aliran cairan air mata yang melewati pupil atau ditempat
keluarnya melalui kanal schlem.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular.Glaukoma ini dapat dilihat dalam masa
pertumbuhan bola mata anak menjadi semakin besar karena tingginya tekanan
intraokular.Dan terjadi pada tahun pertama setelah lahir.Diturunkan secara
autosomal resesif.Penyakit ini timbul akbat dari salah tumbuh struktur sudut
dan saluran keluar air mata.Pemisahan iris perifer dari dinding korneosklera
tidak sempurna.

2.1.6 Patofisiologi
Patofisiologi glaukoma dapat dijelaskan berdasarkan klasifikasi di bawah ini :
A. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Glaukoma
sudut terbuka terjadi karena pembendungan terhadap aliran keluar aqueous
humor, sehingga menyebabkan penimbunan. Hal ini dapat memicu proses
degenerasi trabecular meshwork, termasuk pengendapan materi ekstrasel di
dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm (Salmon, 2009).
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan
hubungannya dengan tingginya tekanan intraokular masih belum begitu jelas.

17 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


Teori utama memperkirakan bahwa adanya perubahan-perubahan elemen
penunjang struktural akibat tingginya tekanan intraokular di saraf optikus,
setinggi dengan lamina kribrosa atau pembuluh darah di ujung saraf optikus
(Friedman dan Kaiser, 2007). Teori lainnya memperkirakan terjadi iskemia pada
mikrovaskular diskus optikus (Kanski, 2007). Kelainan kromosom 1q-GLC1A
(mengekspresikan myocilin) juga menjadi faktor predisposisi (Kwon et al,
2009).
B. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila terbentuk sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran aqueous humor dan tekanan
intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan
penglihatan yang kabur. Serangan akut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupil,
yang terjadi spontan di malam hari, saat pencahayaan kurang (Salmon, 2009).
C. Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan bola mata
dengan tiba-tiba akibat penutupan pengaliran keluar aqueous humor secara
mendadak. Ini menyebabkan rasa sakit hebat, mata merah, kornea keruh dan
edematus, penglihatan kabur disertai halo (pelangi disekitar lampu). Glaukoma
sudut tertutup akut merupakan suatu keadaan darurat (Salmon, 2009).
D. Glaukoma Sudut Tertutup Kronis.
Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar
tanpa gejala yang nyata, akibat terbentuknya jaringan parut antara iris dan jalur
keluar aqueous humor. Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat herediter dan
lebih sering pada hipermetropia. Pada pemeriksaan didapatkan bilik mata depan
dangkal dan pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea (Salmon,
2009).
E. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang ditemukan.
Glaukoma ini disebabkan oleh kelainan perkembangan struktur anatomi mata
yang menghalangi aliran keluar aqueous humor. Kelainan tersebut antara lain
anomali perkembangan segmen anterior dan aniridia (iris yang tidak
berkembang). Anomali perkembangan segmen anterior dapat berupa sindrom
Rieger / disgenesis iridotrabekula, anomali Peters/ trabekulodisgenesis
iridokornea, dan sindrom Axenfeld (Salmon, 2009).

18 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


F. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya
penyakit mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara
lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi lensa,
fakolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan
peningkatan tekanan episklera (Salmon, 2009).
G. Glaukoma Tekanan-Normal
Beberapa pasien dapat mengalami glaukoma tanpa mengalami peningkatan
tekanan intraokuli, atau tetap dibawah 21 mmHg. Patogenesis yang mungkin
adalah kepekaan yang abnormal terhadap tekanan intraokular karena kelainan
vaskular atau mekanis di kaput nervus optikus, atau bisa juga murni karena
penyakit vaskular. Glaukoma jenis ini sering terjadi di Jepang. Secara genetik,
keluarga yang memiliki glaukoma tekanan-normal memiliki kelainan pada gen
optineurin kromosom 10. Sering pula dijumpai adanya perdarahan diskus, yang
menandakan progresivitas penurunan lapangan pandang (Salmon, 2009).

19 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


2.1.7 Pathway

Penyakit Mata lain Kelainan anatomis, kegagalan


(Trauma, Uveitis) perkembangan organ mata Glaukoma sudut terbuka
(obstruksialiran aqueus humor)
& glaukoma sudut tertutup
Penyempitan sudut
(drainase aqueus humor
mata/obstruksi aliran Gangguan aliran drainase
terganggu)
drainase aqueus humor

Nyeri mata dikepala Bola mata terlihat Peningkatan tekanan


menonjol intraokular(TIO)

Tekanan pada saraf vagus Tekanan pembuluh darah Tekanan Pada sel ganglion
di retina dan saraf optik

Mual muntah Suplai o2 ke mata Kerusakan retina


menurun gangguan fungsi
penglihatan

Ketidakseimbangan Iskemik
nutrisi kurang dari Penurunan fungsi
kebutuhan tubuh penglihatan lapang
pandang, fotofobia
Resiko retinopati
(kebutaan)
Nyeri
Kebutaan Interprestasi
salah
Ansietas

Gangguan Citra Defisiensi


Tubuh Pengetahuan

20 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi :
1. Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan
obat sistemik (obat yang mempengaruhi seluruh tubuh)
2. Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut.Terapi awal
yang diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan
depriverin).Untuk mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis
terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu sering.Miotikum
(pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik
tidak boleh digunakan karena efek sampingnya.
a. obat sistemik
1) Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena
(acetazolamide 500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum
lepas lambat 250mg 2x sehari.
2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau
ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
3) Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.

b. obat tetes mata lokal


1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari,
berguna untuk menurunkan TIO.
2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi
sistemik.
3) Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x dengan
jarak 15 menit kemudian diberikan 4x sehari.Pilokarpin 1% bisa
digunakan sebagai pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari
sampai sebelum iridektomi.

21 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


3. Terapi Bedah
a. Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata
belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam
pengaliran aqueus humor. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut
yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup
lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
c. Trabekulektomi (bedah filtrasi). merupakan prosedur pembedahan
untuk mengobati glaukoma dengan menurunkan tekanan mata (TIO).
Dalam prosedur ini, sepotong kecil dari dinding mata yang mungkin
termasuk trabecular meshwork (drainase alami) akan dihapus.
pembedahan ini akan membuka saluran baru dan menciptakan
bypass ke trabecular meshwork untuk mengurangi TIO.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan glaukoma
adalah:
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit
syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
3. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
4. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,
discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
5. Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga
memberikan pandangan oblikkedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
a. pengukuran tekanan okuler dengan tonometer :
Nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan

22 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


dianggap patologi bila melebihi 25 mmHg (normal 11-21
mmHg). Pada glaukoma sudut terbuka kronis, TIO biasanya
sebesar 22-40 mmHg.pada glaukoma sudut tertutup TIO
meningkat hingga di atas 60 mmHg (Sidharta Ilyas, 2004).
b. Pemeriksaan sudut iridkornea dengan lensa gonioskopi untuk
mengkonfirmasi adanya sudut terbuka.
c. Pemeriksaan lempeng optik dan menentukan apakah mengalami
cupping patologis. Lempeng dinilai dengan memperkirakan cup
to ratio. pada mata normal. rasio ini biasanya tidak lebih besar
dari 0,4. pada glaukoma kronis, akson yang memasuki papil saraf
mati.
6. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yangkhas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang
pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
7. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
9. Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.
10. Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dalai gelombang suara
yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

23 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Data demografi :
a. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur kurang lebih 40
tahun
b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan paling sedikit 5 kali dibandingkan
kulit putih
c. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
2. Aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
3. Makanan/cairan
Mual, muntah (glaukoma akut)
4. Nyeri/kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-
tiba/berat, menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut)
5. Neurosensori
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut)
6. Riwayat keluarga
Apakah terdapat keluarga yang juga mengalami glaukoma atau diabetes
mellitus
7. Riwayat pasien
Mengalami trauma atau pembedahan mata atau pernah mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang. Apakah ada riwayat pengguanaan obat,
misalkan antidepresan trisiklik, antihistamin, (menyebabkan dilatasi pupil
yang akhirnya dapat mengakibatkan glaukoma sudut tertutup primer),
fenotiasin, inhibitor monoamine oksidase (MAO), antikolinergik,
antispasmotik dan antiparkinson.
8. Pemeriksaan fisik dan penunjang
a. Pemeriksaan dengan oftalmoskop : mengkaji kerusakan saraf optikus,
untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. diskus optikus
menjadi lebih luas dan dalam pada glaukoma akut primer, karena anterior

24 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


dangkal, aqueus humor keruh dan pembuluh darah dan menjalar keluar
dari iris.
b. Pemeriksaan lapang pandang perifer
Pada kedaan akut, lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan
kedaan kronik akan menurun secara bertahap.
c. Pemeriksaan melalui inspeksi
Untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh, dilatasi pupil dan gagal bereaksi terhadap cahaya.
d. Pengukuran tonografi
Mengkaji TIO, normal11-21 mmHg
e. Pengukuran genioskopi
Membantu membedakan glaukoma sudut tertutup atau terbuka.
f. Tes provokatif
Digunakan alam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
g. Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya diabetes mellitus (Suddarth, 2001).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai
dengan mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a. pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
b. pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
c. ekspresi wajah rileks
Intervensi :
a. Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
R/ untuk mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri di rasakan, faktor
pencetus dari rasa nyeri.
b. Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
R/ untuk mengetahui tingkat skala nyeri dan tepat dalam pemberian obat
c. Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang dan nyaman
R/ jika stres timbul akan meningkatkan TIO sehingga menyebabkan nyeri
d. Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.

25 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


R/ Tekanan akan meningkat jika tubuh dalam keadaan datar
e. Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat
mata yang diresepkan.
f. R/mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
g. Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaucoma dan beritahu dokter
jika terjadi hipotensi, haluaran urine < 24 ml/jam, nyeri pada mata tidak
hilang dalam waktu 30 menit setelah terapi obat, tajam penglihatan turun
terus menerus
R/agens osmotic intravena akan menurunkan TIO dengan cepat. Agens
osmotic bersifat hiperosmolar dan dapat menyebabkan dehidrasi, manitol
dapat mencetuskan hiperglikemis pada kliean DM, tetes mata miotik
memperlancar drainase aqueos humor dan menurunkan produksinya.
Pengontrolan TIO adalah esensial untuk memperbaiki penglihatan.
h. Berikan analgestic yang diresepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan
evaluasi keefektifannya.
R/mengontrol nyeri. Nyeri berat akan mencetuskan maneuver Valsalva
dan meningkatkan TIO.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi behubungan dengan mual,


muntah sekunder akibat peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan : melaporkan mual dan muntah berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau peningkatan berat
badan individu yang tepat

Intervensi :
a. Perkirakan/hitung pemasukan kalori.
R/ mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi klien.
b. Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang
menyebabkan distress, dan jadwal makan yang disukai
R/ melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki
rasa control dan mendorong untuk makan.

26 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


c. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan
berbau.
R/ untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual
d. Berikan kebersihan oral sebelum makan
R/ mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
e. Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran
R/ dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. Catatan : mungkin
dikontraindikasikan bila menyebabkan pembentukan gas/ketidaknyamanan
gaster
f. Kolaborasi : konsul dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi
R/ berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang
paling tepat.

3. Gangguan Citra tubuh : penglihatan b.d gangguan


penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan
lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
a. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
b. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
a. Pastikan tipe/derajat kehilangan penglihatan
R/ memperngaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi
b. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan
R/ sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi
kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan penglihatan
sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tak
dapat diperbaiki 9meskipun dg pengobatan), kehilangan lanjut dapat
dicegah.
c. Tunjukan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis.
R/ mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut

27 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


d. Bantu pasien dalam menangani keterbatasan penglihatan
R/ menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang
pandang
e. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi pilokarpin hidroklorida
(IsotoCarpine, OcusertPilo, Pilopine HS Gel)
R/ obat miotik topical ini menyebabkan konstriksi pupil, memudahkan
keluarnya aqueos humor
f. Berikan analgesic sesuai kebutuhan
R/ serangan akut glaukoma sehubungan dengan nyeri tiba-tiba, yang
dapat mencetuskan ansietas, selanjutnya meningkatkan TIO. Catatan :
manajemen medic memerlukan 4-6 jam sebelum TIO menurun atau nyeri
berkurang.

4. Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,


kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat
dapat diatasi.
b. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
c. Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi
a. Kaji tingkat ansietas,derajat pengalaman nyeri atau timbulnya gejala tiba
tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
R/Faktor ini mempengaruhi persepsi klien terhadap ancaman
diri,potensial siklus,dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk
mengontrol TIO.
b. Berikan infirmasi yang akurat dan jujur.Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan pengelihatan
tambahan.

28 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


R/Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan atau harapan
yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk melihat pilihan
informasi tentang pengobatan.
c. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
R/Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi
nyata,mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
d. Identifikasi sumber atau orang yang menolong.
R/Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.

5. Defisiensi Pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,


dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan
salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang
dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
a. pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
b. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
c. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
a. Tunjukan tehnik yang benar untuk pemberian tetes mata.Izinkan pasien
mengulang tindakan.
R/Meningkatkan keefektifan pengobatan.Memberikan kesempatan untuk
pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan.
b. Kaji pentingnya memepertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari.
R/Penyakit ini dapat dikontrol,bukan diobati,dan mempertahankan
konsistensi program obat adalah kontrol vital.Beberapa obat
menyebabkan dilatasi pupil,dan potensial kehilangan pengelihatan
tambahan,
c. Identifikasi efek samping atau reaksi merugikan dari pengobatan,contoh
penurunan selera makan,mual muntah.

29 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


R/Efek samping obat merugikan,mempengaruhi rentang dari tak nyaman
sampai ancaman kesehatan berat.
d. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
R/Pola hidup tenang menurunkan respons emosi terhadap stres,mencegah
perubahan okuler yang dapat yang mendorong iris kedepan yang dapat
mencegah serangan akut.
e. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat,mendorong.
R/Dapat meningkatkan TIO mencetuskan serangan akut.
f. Tekankan pentingnya pemeriksaan rutin.
R/Penting untuk mengawasi kemajuan atau pemeliharaan penyakit untuk
memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan pengelihatan
lanjut.
g. Nasehatkan pasien untuk melaporkan dengan cepat nyeri mata
hebat,inflamasi,peningkatan fotopobia. perubahan lapang pandang,
pengelihatan kabur.
R/Upaya tindakan perlu untuk mencegah kehilangan pengelihatan lanjut
atau komplikasi lain seperti robek retina.
h. Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.
R/Kecendrungan herediter dangkalnya bilik anterior. menempatkan
anggota keluarga berisiko pada kondisi ini.

2.2.3 Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang telah di buat.

2.2.4 Evaluasi
Diagnosa 1 : Nyeri hilang atau berkurang
Diagnosa 2 : Mual muntah sudah berkurang atau hilang
Diagnosa 3 : Penggunaan penglihatan yang optimal
Diagnosa 4 : Cemas hilang atau berkurang
Diagnosa 5 : Klien mampu memahami kondisi dan cara pengobatannya.

30 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata seseorang demikian
tinggi atau tidak normal sehingga mengakibatkan kerusakan saraf optik dan
mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang atau buta.
Glaukoma akan terjadi bila cairan mata didalam bola mata pengalirannya
terganggu. Dari data di atas ada 2 klafikasi glaukoma yaitu : glaukoma primer dan
glaukoma sekunder.

3.2 Saran
Menurut kelompok, hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma, secara
cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani. Dan kami
kelompok mengharapkan dari pembaca kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga asuhan keperawatan pada glaukoma ini, dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca.

31 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma


DAFTAR PUSTAKA

Kanski, J. J. (2007). Glaucoma : Primary open-angle glaucoma (6 ed). Philadelphia :


Saunders
Kwon, et al. (2009). Mechanisms of disesase, promary open-angle glaucoma. N Eng J
Med 360 : 1113-1124
Long, B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (3 ed.). Jakarta: EGC.
M. Ester, Ed., M. Sumarwati, D. Widiarti, & E. Tiar, Trans. NANDA International.
(2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 - 2014. Jakarta:
EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2 ed.). Yogyakarta: Med Action
Publishing.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit (6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta :
EGC.
Salmon, J. R. (2009). Galukoma. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury (17 ed). Jakarta
: EGC
Suddarth, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 3). Jakarta:
EGC.

32 Asuhan Keperawatan pada Penyakit Glaukoma

Anda mungkin juga menyukai