PENDAHULUAN
rata-rata
terjadi
pada
orang-orang
berusia
40
tahun
ke
(insisional).
atau
Tujuan
penanganannya
memperlambat
perkembangan
adalah
untuk
agar
dapat
glukoma.
Tujuan khusus
1) Menjelaskan
definisi
glaukoma,
klasifikasi,
etiologi,
dengan
glaukoma.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa
perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan intra
okular (TIO) dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar
daripada toleransi jaringan, kerusakan pada sel gangglion retina, merusak
diskus optikus, menyebabkan atropi saraf optik dan hilangnya pandangan
perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan
hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang nyata
atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam
beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan
kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat meneloransi tekanan
yang mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan. (Indriana N.
Istiqomah, 2004)
Istilah glaukoma merujuk pada kelompok penyakit yang berbeda
dalam patofisiologi, persentasi klinis dan penangananya. Biasanya ditandai
dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus.
Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO, yang terlalu tinggi untuk
berfungsinya saraf optikus secara normal. Semakin tinggi tekanannya,
semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut berlangsung. Peningkatan
TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat peredaran
normal humor aqueus. (Brunner & Suddarth, 2001)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
pengelihatan dan kebutaan.
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala kenaikan
tekanan intra okuker, dimana dapat mengakibatkan pencekungan papil
syaraf optic sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang
pandang.
2.2 Klasifikasi
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongnital.
Tipe primer terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka, dan glaukoma
sudut tertutup.
2.2.1
Glaukoma Primer
Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat
penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau
peningkatan volume cairan didalam mata.Kondisi ini secara tidak
langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi akueos humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
pascaekstraksi
katarak
yang
menyebababkan
perlengketan iris.
Glukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri
autosom. Resesif dan biasanya bilateral. (Indriana N. Istiqomah,
2004).
2.3 Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi
pada umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang
bisa meningkatkan tekanan intra okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
1.
2.
3.
4.
Umur
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Tekanan bola mata /kelainan lensa
Obat-obatan
Glaukoma penutupan-sudut primer adalah akibat defek anatomis
2.6 Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada
kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi
dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu
dan
dengan
rasa
sakit.
Mata
dengan
kebutaan
mengakibatkan
memberikan
gangguan
lapang
yang
konsisten
dengan
mempertahankan
penglihatan.
1. Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penangan
glaukoma sudut-terbuka primer. Meskipun program ini dapat diganti,
terapi diteruskan seumur hidup. Bila terapi ini gagal menurunkan TIO
dengan adekuat, pilihan berikutnya pada kebanyakan pasien adalah
trabekuloplasti laser dengan pemberian obat tetap dilanjutkan. Beberapa
pasien memerlukan trabekulotomi. Namun pembedahan laser atau
insisional biasanya merupakan ajuvan bagi terapi obat bukannya
menggantikannnya.
Obat sistemik dapat menyebabkan rasa kesemutan pada jari tangan
dan jari kaki, pusing, kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, dan
kadang batu ginjal. Pasien harus diberi tahu mengenai kemungkinan efek
samping. Namun mereka yang sudah menderita penyakit agak lanjut
biasanya mampu menghadapi hal ini.
Antagonis beta-adrenergik. Antagonis beta-adrenergik topikal kini
merupakan bahan hifotensif yang paling banyak digunakan karna
efektifitasnya pada berbagai macam glaukoma dan tidak menyebabkan
efek samping yang biasanya disebabkan oleh obat lain.
Bahan kolinergik. Obat kolinergik topikal
(mis,pilokarpin
anhidrase
karbonat.
Inhibitoranhidraseinhibitor,
10
TIO),
seperti
mengejan,
mengangkat
beban,
dan
11
1. Riwayat
a. Riwayat Okular
- Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah,
-
pandangan kabur
Pernah mengalami
infeksi
uveitis,
trauma,
pembedahan
b. Riwayat Kesehatan
- Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, cerebrovaskular, gangguan tiroid
- Keluarga menderita glaukoma
- Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal
atau sistemik
- antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin
c. Psikososial
- Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,
berkendaraan
d. Pengkajian umum
- Usia
- Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan kardiovaskular , hipertiroid
- Gejala gastrointestinal : mual muntah
e. Pengkajian Khusus
- Mata
- Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)
- Nyeri tumpul orbital
- Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang
- Kemerahan (hiperemia mata)
- Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau
terbuka
2.9.2
penurunan
tajam
penglihatan
dan
kejelasan
penglihatan.
Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses
rangsang penglihatan dan mengomunikasikan perubahan
visual.
12
Kriteria Hasil :
- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
fungsi penglihatan.
- Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola
alternatif
untuk
meningkatkan
penerimaan
rangsang
penglihatan
Intervensi
Rasional
rangsang
sensori,
Sesuaikan
lingkungan
optimalisasi penglihatan :
penggunaan
lingkungan
dapat
13
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan.
Kriteria Hasil :
- Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.
- Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.
Intervensi
Rasional
kecemasan,
tingkat kecemasan
adalah
kurangnya
menimbulkan
ketakutan
utama.
Orientasikan tentang penyakit yang Meningkatkan
pemahaman
klien
segera
hilang.
Gambarkan
pengobatan
masa
berikutnya.
Berikan kesempatan pada klien untuk Menimbulkan
rasa
aman
dan
serta
aktif
klien
dalam
14
setiap
prosedur
pemeriksaan
fisik,
foto
klien
dan
mendengar aktif.
konsekuensi
realistik
penyakit
sebagai
dan
menunjukan realitas.
3. Nyeri
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
intraokular.
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri.
- Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan
nyeri.
- Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Intervensi
Rasional
15
Kaji derajat nyeri setiap hari atau Nyeri glaukoma umumnya sangat
sesering mungkin, jika diperlukan.
Analgetik
untuk
Secara
berfungsi
kolaboratif,
berikan
obat
yang
diberikan
adalah
analgetik.
Untuk menurunkan sensasi nyeri dan
memblokir sensasi nyeri menuju otak.
Teknik ini umumnya efektif saat nyeri
Ajarkan
tindakan
distraksi
dan
16
tentang
Rasional
rasa
sakit, Meningkatkan
kerjasama
dan
pergerakan
mendadak/
klien
untuk
menurunkan
risiko
komplikasi cedera.
kondisi
seperti
luka
Amati kondisi mata : luka menonjol, menonjol, bilik mata depan menonjol,
17
mendadak,
hiperemia,
serta
Rasional
Anjurkan
untuk
melaporkan Meningkatkan
kolaborasi
rasa
aman
,
untuk
kegiatan
klien
dapat
tiba-tiba,
membungkuk,
mengucek
18
nyeri
dengan
Rasional
aktivitas
selama
fase ditempat
pascaoperasi
tidur
pada
2-3
jam
klien.
Memenuhi kebutuhan perawatan
diri
Pelibatan klien dalam aktivitas
perawatan
dirinya
dilakukan
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler. Penyakit yang di tandai peninggian
tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.
3.2 Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini, makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya dan dapat di gunakan sebagai
pedoman pembelajaran.
20
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Mata.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: EGC.
www.google.com/ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glaukoma. Di akses
10 mei 2015 pukul 11.23
21