MAKALAH
SISTEM PERSEPSI SENSORIS
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis Glaukoma
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Bila glaukoma di diagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar, kebutaan hampir
selalu dapat dicegah. Namun kebanyakan kasus glauma tidak bergejala sampai sudah
terjadi kerusakan ekstensif dan ireversibel. Maka pemeriksaan rutin dan skrining
mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua
yang memiliki faktor resiko menderita glaukoma dan yang berusia diatas 35 tahun
menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang
pandang, dan kaput nervi optisi.
Glaukoma mengenai semua usia namun lebih banyak sesuai bertambahnya usia,
mengenai sekitar 2% orang berusia di atas 35 tahun. Resiko lainya adalah diabetes,
orang Amerika keturunan Afrika, yang mempunyai riwayat keluarga menderita
glaukoma, dan mereka yang pernah mengalami trauma atau pembedahan mata, atau
yang pernah mendapat terapi kortikostreroid jangka panjang.
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat..
kadang diperlukan pembedahan laser atau konvensional (insisional). Tujuan
penanganan adalah untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan agar
dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan
dengan menurunkan TIO.
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penulisan
KONSEP TEORI
A. Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-
20mmHg).
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal
tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg).
(Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382)
Glaukoma adalah kelainan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan didalam bola mata
sehingga lapang pandangan dan visus mengalami ganggauan secara progresif.
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO,
penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas.
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga
bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati.
B. Klasifikasi
1. GLAUKOMA PRIMER
2. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan :
a. Kelainan lensa
- Luksasi
- Pembengkakan (intumesen)
- Fakoltik
b. Kelainan uvea
- Uveitis
- Tumor
c. Trauma
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
3. GLAUKOMA KONGENITAL
4. GLAUKOMA ABSOLUT
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata
nyeri.
C. Etiologi
a. Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan
terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block) hambatan ini dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum.akibatnya akuos humor
tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di salurkan
keluar.terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena mendasari
alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
b. Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan
mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah
sempit akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang
menyebabkan hal tersebut.
c. Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan
yang asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung
jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti
sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai
sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola
mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami degenerasi hingga
mengelupas (keratopati bulosa).
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit
penyakit intraokular.
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir
saluran outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena kecelakaan
menyebabkan iris terjepit dalam luka dan karenanya bilik mata depan
dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat mencapai jaringan
trabekulum untuk jaringan keluar. Pada pembedahan katarak kadang –
kadang bilik mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang cukup lama, ini
mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos
humoer terhambat.
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh
pembentukan pembuluh darah di iris.
f. Glaukoma Kongesif
g. Glaukoma Absolut
D. Manifestasi Klinis
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
E. Patofisiologi
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.
3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.
F. Penatalaksanaan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tonometri
o Nonkontak pneumotonometri
Cara ini adalah yand aling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab
cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari
telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat
kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan
tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang
kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras.
Dilakukan dengann palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan
secara bergantian.
N : normal
N + 1 : agak tinggi
2. GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan
untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
3. OFTALMOSKOPI
TERAPI FARMAKOLOGI
Dipivefrin (Propine)
Acetazolamide (Diamox)
Ethoxzolamide (Cardrase)
Dichlorhenamide (Daramide)
Methazolamide (Neptazane) Meningkatkan osmolaritas plasma
darah, meningkatkan aliran cairan dari
humor aqueous ke plasma
Agen Osmotik :
Mannitol (Osmitrol)
1. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat Okular
b. Riwayat Kesehatan
c. Psikososial
d. Pengkajian umum
- Usia
e. Pengkajian Khusus
- Mata
Subyektif :
Objektif :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Kaji ketajaman penglihatan klien. Mengidentifikasi kemampuan visual klien
Subyektif :
Klien mengatakan takut tidak akan dapa melihat lagi setelah dilakukan
tindakan operasi.
Obyektif :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan Umumnya faktor yang menyebabkan kecema
kecemasan, tingkat pengetahuan, dan ketakutan klien akan kurangnya pengetahuan dan ancaman aktual te
penyakit. Pada klien glaukoma, rasa nyeri dan penuru
pandang menimbulkan ketakutan utama.
Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dengan maupun mengorientasikan bagaimana kondi
penyakitnya. yang sama menimpa klien yang lain.
Subyektif :
Objektif :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin, jika Nyeri glaukoma umumnya sangat parah t
diperlukan. glaukoma sudut tertutup.
Terangkan penyebab nyeri dan faktor/ tindakan yang dapat Penyebab munculnya nyeri adalah pening
memicu nyeri. intraokular, yang dapat meningkat akibat dip
- Batuk
- Hubungan seks
Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat Analgetik berfungsi untuk meningkatkan
memprovokasi nyeri. Biasanya analgetik yang diberikan ada
narkotik/ sedatif.
Subyektif :
Objektif :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pasca operasi. Meningkatkan pemahaman tentang g
Manfaat operasi, dan sikap yang harus dilakukan klien untuk menurunkan ansietas.
selama masa operasi.
Subyektif :
Obyektif :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan Meningkatkan kerjasama dan pembatasan
pembalutan mata.
Bantu aktifitas selama fase istirahat. Ambulasi dilakukan Mencegah/ menurunkan risiko komplikasi
dengan hati-hati.
Tindakan yang dapat meningkatkan TIO da
kerusakan struktur mata pasca operasi ant
Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat
menyebabkan cedera. - Mengejan ( valsalva maneuver)
- Batuk
Subyektif :
Mengatakan nyeri/tegang.
Objektif :
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri setiap hari. Normalnya, nyeri terjadi dalam waktu ku
setelah operasi dan berangsur menghila
meningkat sebab peningkatan TIO 2-3 ha
Nyeri mendadak menunjukan peningkatan
Subyektif :
Objektif :
Tujuan:
Kriteria hasil ;
Intervensi Rasional
Terangkan pentingnya perawatan diri dan Klien dianjurkan untuk istiraht ditempat
pembatasan aktivitas selama fase tidur pada 2-3 jam peratama pascaoperasi
pascaoperasi atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase
ini, bantuan total diperlukn bagi klien.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus
Tn. S, 68 th, mengeluh bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang lateral
OD menurun, TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg, visus OD 1/60, OS : 20/60,
Tekanan darah 160/90 mmHg, N : 92x/menit, rr : 24x/menit, S : 37 C, Rencana
pemeriksaan penunjang uji midriatikum dan uji kamar gelap. Terapi : Golongan beta
blocker, lasik, diet rendah garam.
B. Terminologi
e) Uji medriatikum
Tekanan mata dengan pupil normal dibandingkan dengan pupil saat dilatasi
(midriasis). Pada mata yang mempunyai predisposisi untuk glaukoma, tekanan
nadi akan meningkat diatas batas normal, dapat digunakan suatu midriatikum
yang lemah sehingga efek kenaikan tekanan dapat dikembalikan (diturunkan)
dengan mudah. Apabila uji ini dilakukan pada pasien rawat jalan, pasien baru
boleh pulang setelah miosis dicapai,
(http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-
mata.html)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata Klien
a. Data Demografi
Nama : Tn. S
Umur : 48 tahun
Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri
2. Data Objektif
- TD 160/90 mmHg
- N : 92x/menit
- rr : 24x/menit
- S : 37 C
Analisa Data
1. DS :
DO :
- TD 160/90 mmHg
P : Nyeri
2. DS :
DO :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN
Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Dekati klien dari sisi yang sehat. Memberikan rangsang sensori, men
isolasi/terasing.
Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber Memberi keakuratan penglihatan dan peraw
rangsangan.
Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
D. MEDICAL MANAGEMENT
- Tidak mempunyai
riwayat auto imun.
- Mempunyai ukuran
kacamata yang stabil.
- Gangguan penglihatan
anda dapt dikoreksi
dengan kacamata atau
lensa kontak.
- Apabila klien
menggunakan lensa
kontak, minimal klien
telah melepas lensa
kontak 14 hari berturut-
turut untuk soft contact
lensa dan selama 30
hari untuk hard contact
lens.
(http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-mata.html)
b. Diet
(http://ktiskripsi.blogspot.com/2011/03/materi-kesehatan-diet-rendah-garam.html)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga
bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati.
B. Saran
Ilyas, Ramatjandra, Sidarta Ilyas, 1991, Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit Mata, 1991, Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.
Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Ilyas, Sidarta, 2004, Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Long, Barbara C. , 2000, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran
Oka, P.N, 1993, Buku Penuntun – Ilmu Perawatan Mata, Surabaya : Airlangga University Press.
Smeltzer, Suzzane C. , 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8, Jakarta
: EGC.
Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC.
Unknown di 07.52
Berbagi
1 komentar:
Balas
‹
Beranda