Anda di halaman 1dari 36

Lina Ayu Pramatasari

Jumat, 04 Mei 2012

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa


Medis Glaukoma

MAKALAH
SISTEM PERSEPSI SENSORIS
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis Glaukoma

Dosen Pembimbing : Susri Utami, S.Kep., Ns.

Disusun Oleh :

Lina Ayu Pramatasari ( 10.0542.S )

STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2011/2012


Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis Glaukoma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan dimasyarakat berat. Diperkirakan di


Amerika Serikat ada 2 juta orang menderita glaukoma. Di antara mereka, hampir
setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hampir 70.000 benar – benar
buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun.

Bila glaukoma di diagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar, kebutaan hampir
selalu dapat dicegah. Namun kebanyakan kasus glauma tidak bergejala sampai sudah
terjadi kerusakan ekstensif dan ireversibel. Maka pemeriksaan rutin dan skrining
mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua
yang memiliki faktor resiko menderita glaukoma dan yang berusia diatas 35 tahun
menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang
pandang, dan kaput nervi optisi.

Glaukoma mengenai semua usia namun lebih banyak sesuai bertambahnya usia,
mengenai sekitar 2% orang berusia di atas 35 tahun. Resiko lainya adalah diabetes,
orang Amerika keturunan Afrika, yang mempunyai riwayat keluarga menderita
glaukoma, dan mereka yang pernah mengalami trauma atau pembedahan mata, atau
yang pernah mendapat terapi kortikostreroid jangka panjang.

Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat..
kadang diperlukan pembedahan laser atau konvensional (insisional). Tujuan
penanganan adalah untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan agar
dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan
dengan menurunkan TIO.

(Suzanne C. Smeltzer, 2001 : 2004-2005)


B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma


adalah supaya perawat dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan pasien glaukoma.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa memahami apa itu glaukoma.

b. Mahasiswa mengetahui penyebab glaukoma.

c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala glaukoma.

d. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma.

e. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien


glaukoma.

C. Manfaat Penulisan

1. Mampu memberikan pengetahuan tentang penyakit glaukoma kepada


masyarakat.

2. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien penderita


glaukoma.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi

Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan


tekanan intraokular.

( Barbara C Long, 2000 : 262 )

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati optik)


yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf
optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika
lapang pandang sentral terkena.

(Bruce James. et al , 2006 : 95)

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati


saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan
oleh tekanan bola mata yang tidak normal.

(Sidarta Ilyas, 2002 : 239)

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-
20mmHg).

(Sidarta Ilyas, 2004 : 135)

Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal
tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg).
(Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382)

Glaukoma adalah kelainan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan didalam bola mata
sehingga lapang pandangan dan visus mengalami ganggauan secara progresif.

(Vera H . Darling, 1996 : 88 )

Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO,
penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas.

( Anas Tamsuri, 2010 : 72 )

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga
bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati.

B. Klasifikasi

Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.

1. GLAUKOMA PRIMER

Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :

a. Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive


glaukoma).

b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma).

2. GLAUKOMA SEKUNDER

Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan :

a. Kelainan lensa
- Luksasi

- Pembengkakan (intumesen)

- Fakoltik

b. Kelainan uvea

- Uveitis

- Tumor

c. Trauma

- Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).

- Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.

d. Pembedahan

Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.

e. Penyebab glaukoma sekunder lainnya

- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)

- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan

3. GLAUKOMA KONGENITAL

Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos, hidroftalmos).

Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.

4. GLAUKOMA ABSOLUT

Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata
nyeri.

(Sidarta Ilyas, 2002 : 240-241)

C. Etiologi

1. GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP


Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang
sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang
memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.

a. Faktor Pre-Disposisi

Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan
terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block) hambatan ini dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.

Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum.akibatnya akuos humor
tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di salurkan
keluar.terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.

Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena mendasari
alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.

Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini


ditemukan pada mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik
trus membesar karena usia,iris yang tebal pun di anggap merupakan faktor
untukmempersempit sudut bilik depan.

b. Faktor pencetus

Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan
mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah
sempit akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang
menyebabkan hal tersebut.

c. Dilatasi pupil

Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan
yang asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup.

(Sidarta Ilyas, 2002 :249-250)

2. GLAUKOMA KONGESIF AKUT


Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan
seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang
lain atau di papah. Penderita sendiri memegang kepala nya karena sakit, kadang-
kadang pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya
seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.

Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari


penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri
dirasakan di dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur sekali dan dilihatnya
warna pelangi di sekitar lampu.

Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,konjungtiva bulbi yang


sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata
depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari
samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg
hampir total.

Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung
jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti
sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.

Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai
sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola
mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami degenerasi hingga
mengelupas (keratopati bulosa).

(Sidarta Ilyas, 2002 : 252)

3. GLAUKOMA SUDUT TERBUKA

Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum


sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi
sampai di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang sempit, hingga akuos
humor tidk dapat keluar dari bola mata dengan bebas.

( Sidarta Ilyas, 2002 : 257 )


4. GLAUKOMA SEKUNDER

Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit
penyakit intraokular.

a. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata

Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa


yang membengkak karena katarak atau karena trauma, protein lensa yang
menimbulkan uveitis yang kemudian mengakibatkan tekanan bola mata
naik.

b. Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea

Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris


bagian perifer ( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah – celah
trabekulum hingga outflow akuos humor terhambat. Tumor yang berasal
dari uvea karena ukuranya dapat menyempitkan rongga bola mata atau
mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik mata depan.

c. Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan

Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir
saluran outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena kecelakaan
menyebabkan iris terjepit dalam luka dan karenanya bilik mata depan
dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat mencapai jaringan
trabekulum untuk jaringan keluar. Pada pembedahan katarak kadang –
kadang bilik mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang cukup lama, ini
mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos
humoer terhambat.

d. Glaukoma Karena Rubeosis Iris

Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh
pembentukan pembuluh darah di iris.

Di bagian iris perifer pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan –


perlekatan sehingga sudut bilik mata depan menutup.

Glaukoma yang ditimbulkan biasnya nyeri dan sulit diobati.

e. Galukoma Karena Kortikosteroid


Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata,
muncul pula kasus glaukoma pada penderita yang memang sudah ada bakat
untuk glaukoma. Glaukoma yang ditimbulkan menyerupai glaukoma sudut
terbuka. Mereka yang harus diobati dengan kortikosteroid jangka lama,
perlu diawasi tekanan bola matanya secara berkala.

f. Glaukoma Kongesif

Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil.

Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum


sehingga menghambat penyaluran keluar akuos humor.

Akibatnya kornea membesar sehingga disebut Buftalmos atau “mata sapi”.

g. Glaukoma Absolut

Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma


disertai kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat
dilakukan cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Setingkali enukleasi
merupakan tidakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola
mata dibiarkan.

( Sidarta Ilyas, 2002 : 259-261 )

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

3. Mual, muntah, berkeringat.

4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

5. Visus menurun.

6. Edema kornea.

7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).

8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.


9. TIO meningkat.

( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

E. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus


oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran
darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :

1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut


saraf pada papil saraf optik.

2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.

3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.

( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )

F. Penatalaksanaan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN


Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk
glaukoma.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat


cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

o Palpasi atau digital dengan jari telunjuk

o Indentasi dengan tonometer schiotz

o Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

o Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yand aling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab
cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari
telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat
kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan
tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang
kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras.
Dilakukan dengann palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan
secara bergantian.

Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :

N : normal

N + 1 : agak tinggi

N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi

N – 1 : lebih rendah dari normal

N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

2. GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan
untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

3. OFTALMOSKOPI

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil


saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf
optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah
suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya
tetap atau terus melebar.

4. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah


lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan
ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.

(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)

TERAPI FARMAKOLOGI

Obat Efek Terhadap Glaukoma

Agen Kolinergik (Miotik) :

Pilocarpine Merangsang reseptor kolinergik,


mengkontraksikan otot-otot iris untuk
Carbachol ( Carbacel )
mengecilkan pupil dan menurunkan
tahanan terhadap aliran humor
aqueous, juga mengkontraksikan otot-
otot ciliary untuk meningkatkan
akomodasi.
Menghambat pepenghancuran
Asetylchloline yang berefek sebagai
Kolinesterase Inhibitors (Miotik) :
kolinergik.
Physostigmine (Eserine)
JANGAN MENGGUNAKAN OBAT
Demecarlum bromide (Humorsol) KOLINESTERASE PADA GLAUKOMA
SUDUT TERTUTUP (Meningkatkan
Isoflurophate (Floropryl)
tahanan pupil)
Echotiophate Iodide (Phospoline Iodide)

Memblok – impuls adrenergik (


Sympathetik ) yang secara normal

Edrenergic Beta Bloker : menyebabkan mydriasis, mekanisme


yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas
Timolol meleate (Timoptic)

Betaxolol hydrochloride (Betaoptic)

Levobunolol hydrochloride (Betagan)


Menurunkan produksi humor aqueous
dan meningkatkan aliran aqueous.

JANGAN MENGGUNAKAN UNTUK


Agen adrenergik : GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP

Epinephryl borate (Eppy)

Epinephrine hydrochloride (glaucom,


Epifrin)

Epinephrine bitatrate (Epitrate, Menghambat produksi humor aqueous


Mucocoll)

Dipivefrin (Propine)

Carbonic anhydrase inhibitors :

Acetazolamide (Diamox)

Ethoxzolamide (Cardrase)

Dichlorhenamide (Daramide)
Methazolamide (Neptazane) Meningkatkan osmolaritas plasma
darah, meningkatkan aliran cairan dari
humor aqueous ke plasma
Agen Osmotik :

Glycerine (Glycerol, Osmoglyn)

Mannitol (Osmitrol)

Urea (Ureaphil, Urevert)

( Barbara C. Long, 2000 : 267 )

G. Asuhan Keperawatan Fokus

1. Pengkajian

1. Riwayat

a. Riwayat Okular

- Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah, pandangan


kabur

- Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan

b. Riwayat Kesehatan

- Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular,


cerebrovaskular, gangguan tiroid

- Keluarga menderita glaukoma

- Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal atau sistemik

- Penggunaan antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin

c. Psikososial

- Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,


berkendaraan

d. Pengkajian umum

- Usia

- Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi, gangguan


kardiovaskular , hipertiroid
- Gejala gastrointestinal : mual muntah

e. Pengkajian Khusus

- Mata

- Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)

- Nyeri tumpul orbital

- Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang

- Kemerahan (hiperemia mata)

- Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan


penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.

Subyektif :

Menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas, penurunan area penglihatan.

Objektif :

- Pemeriksaan lapang pandang menurun.

- Penurunan kemampuan identifikasi lingkungan (benda, orang, tempat)

Tujuan :

Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan


dan mengomunikasikan perubahan visual.

Kriteria Hasil :

- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi


penglihatan.

- Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk


meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan

Intervensi Rasional
Kaji ketajaman penglihatan klien. Mengidentifikasi kemampuan visual klien

Dekati klien dari sisi yang sehat. Memberikan rangsang sensori, m


isolasi/terasing.

Memberi keakuratan penglihatan dan pe


Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber
rangsangan.

Meningkatkan kemampuan persepsi sens

Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruang rawat.

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien


atau pada sisi mata yang lebih sehat.

- Berikan pencahayaan cukup.

- Letakkan alat ditempat yang tetap.

- Hindari cahaya menyilaukan.

Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang


dapat diterima : auditorik, taktil.

Meningkatkan kemampuan respons t


lingkungan.

2. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit


dan prognosis.

Subyektif :

Klien mengatakan takut tidak akan dapa melihat lagi setelah dilakukan
tindakan operasi.

Obyektif :

- Klien terlihat kebingungan dan selalu bertanya perihal tindakan operasi.

- Tingkat konsentrasi klien berkurang.


- Terdapat perubahan pada tanda vital, tekanan darah meningkat.

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan.

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.

- Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.

Intervensi Rasional

Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan Umumnya faktor yang menyebabkan kecema
kecemasan, tingkat pengetahuan, dan ketakutan klien akan kurangnya pengetahuan dan ancaman aktual te
penyakit. Pada klien glaukoma, rasa nyeri dan penuru
pandang menimbulkan ketakutan utama.

Meningkatkan pemahaman klien akan penya


memberikan keamanan palsu seperti m
Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, penglihatan akan pulih atau nyeri akan seg
prognosis, dan tahapan perawatan yang akan dijalani klien. Gambarkan secara objektif tahap pengobata
proses pengobatan, dan orientasi pengob
berikutnya.

Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klie

Dukungan psikologis dapat berupa penguat


kondisi klien, peran serta aktif klien dalam

Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dengan maupun mengorientasikan bagaimana kondi
penyakitnya. yang sama menimpa klien yang lain.

Berikan dukungan psikologis.


Mengurangi rasa ketidaktahuan dan kecem
terjadi.
Memberi kesempatan klien untuk berbagi pe
pendapat dan menurunkan ketegangan pikiran.
Terangkan setiap prosedur yang dilakukan dan jelaskan
tahap perawatan yang akan dijalani, seperti riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, foto toraks, EKG, diet, sedasi
Mengorientasikan pada penyakit dan kemungki
operasi dll.
sebagai konsekuensi penyakit dan menunjukan

Bantu klien mengekspresikan kecemasan dan ketakutan


dengan mendengar aktif.

Beri informasi tentang penyakit yang dialami oleh klien


yang berhubungan dengan kebutaan.

3. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.

Subyektif :

Mengatakan mata tegang. Nyeri hebat, lebih sakit untuk melihat.

Objektif :

- Meringis, menangis menahan nyeri.

- Sering memegangi mata.

Tujuan :

Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.

Kriteria Hasil :

- Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri.

- Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.

- Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.


Intervensi Rasional

Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin, jika Nyeri glaukoma umumnya sangat parah t
diperlukan. glaukoma sudut tertutup.

Terangkan penyebab nyeri dan faktor/ tindakan yang dapat Penyebab munculnya nyeri adalah pening
memicu nyeri. intraokular, yang dapat meningkat akibat dip

- Mengejan (valsalva maneuver)

- Batuk

- Mengangkat benda berat

- Penggunaan kafein (rokok, kopi, teh)

- Gerakan kepala tiba-tiba

- Menunduk/ kepala lebih rendah dari pinggan

- Tidur pada sisi yang sakit

- Hubungan seks

- Penggunaan obat kortikosteroid.

Untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanju

Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat Analgetik berfungsi untuk meningkatkan
memprovokasi nyeri. Biasanya analgetik yang diberikan ada
narkotik/ sedatif.

Untuk menurunkan sensasi nyeri dan mem


Secara kolaboratif, berikan obat analgetik.
nyeri menuju otak. Teknik ini umumnya efe
tidak sangat mengganggu klien.
Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien.

4. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi.

Subyektif :

- Mengatakan takut dioperasi

- Sering menanyakan tentang operasi

Objektif :

- Perubahan tanda vital peningkatan nadi, tekanan darah, frekuensi


pernapasan

- Tampak gelisah, wajah murung, sering melamun

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang.

- Klien berpartisipasi dalam kegiatan persiapan operasi

Intervensi Rasional

Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pasca operasi. Meningkatkan pemahaman tentang g
Manfaat operasi, dan sikap yang harus dilakukan klien untuk menurunkan ansietas.
selama masa operasi.

Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan. Berikan


Meningkatkan kepercayaan dan ker
waktu untuk mengekspresikan perasaan. Informasikan
perasaan membantu menurunkan kete
bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung,
tentang perbaikan penglihatan bertahap
tetapi bertahap sesuai penurunan bengkak pada mata dan
antisipasi depresi atau kekecewaan setela
memberikan harapan akan hasil operasi.
perbaikan kornea. Perbaikan penglihatan memerlukan
waktu 6 bulan atau lebih.

Diagnosis Keperawatan Pascaoperasi

5. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan,


kehilangan vitreus.

Subyektif :

- Keinginan untuk memegang mata

- Menyatakan nyeri sangat

Obyektif :

- Perilaku tidak terkontrol

- Kecenderungan memegang darah operasi

Tujuan :

Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi

Kriteria Hasil :

- Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera

- Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera

Intervensi Rasional

Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan Meningkatkan kerjasama dan pembatasan
pembalutan mata.

Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam pasca


Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan
anjurkan untuk membatasi pergerakan mendadak/ tiba-
tiba serta menggerakkan kepala berlebih.

Bantu aktifitas selama fase istirahat. Ambulasi dilakukan Mencegah/ menurunkan risiko komplikasi
dengan hati-hati.
Tindakan yang dapat meningkatkan TIO da
kerusakan struktur mata pasca operasi ant
Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat
menyebabkan cedera. - Mengejan ( valsalva maneuver)

- Menggerakan kepala mendadak

- Membungkuk terlalu lama

- Batuk

Berbagai kondisi seperti luka menonjol, b


menonjol, nyeri mendadak, hiperemia,
mungkan menunjukan cedera mata pasca o
Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan
menonjol, nyeri mendadak, nyeri yang tidak berkurang
dengan pengobatan, mual dan muntah. Dilakukan setiap 6
jam asca operasi atau seperlunya.

6. Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi

Subyektif :

Mengatakan nyeri/tegang.

Objektif :

Gelisah, kecenderungan memegang daerah mata.

Tujuan :

Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.

Kriteria hasil :

- Klien mendemonstrasikan teknik penurunan nyeri

- Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi Rasional

Kaji derajat nyeri setiap hari. Normalnya, nyeri terjadi dalam waktu ku
setelah operasi dan berangsur menghila
meningkat sebab peningkatan TIO 2-3 ha
Nyeri mendadak menunjukan peningkatan

Meningkatkan kolaborasi , memberikan r


peningkatan dukungan psikologis.

Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap


Beberapa kegiatan klien dapat meningkatk
hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak.
gerakan tiba-tiba, membungkuk, menguc
dan mengejan.

Anjurkan pada klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-


tiba yang dapat memicu nyeri.
Mengurangi ketegangan, mengurangi nyer

Mengurangi nyeri dengan meningkatan am

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Lakukan tindakan kolaboratif dalam pemberian analgesik


topikal/ sistemik.

7. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan,


pembatasan aktivitas pascaoperasi.

Subyektif :

Mengatakan takut melaukan aktivitas tertentu.

Objektif :

- Tubuh tidak terawat, kotor.

- Pergerakan terbatas, hanya ditempat tidur.

Tujuan:

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil ;

- Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pememnuhan kebutuhan diri.


- Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap

Intervensi Rasional

Terangkan pentingnya perawatan diri dan Klien dianjurkan untuk istiraht ditempat
pembatasan aktivitas selama fase tidur pada 2-3 jam peratama pascaoperasi
pascaoperasi atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase
ini, bantuan total diperlukn bagi klien.

Memenuhi kebutuhan perawatan diri

Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan


perawatan diri Pelibatan klien dalam aktivitas perawatan
dirinya dilakukan bertahap dengan
Secara bertahap, libatkan klien dalam
berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas
memenuhi kebutuhan diri
tersebut tidak memprovokasi peningkatan
TIO dan menyebabkan cedera mata, kontrol
klinis dilakukan dengan menggunakan
indikator nyeri mata pada saat melakukan
aktivitas

( Anas Tamsuri, 2010 : 77-86 )

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus

Tn. S, 68 th, mengeluh bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang lateral
OD menurun, TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg, visus OD 1/60, OS : 20/60,
Tekanan darah 160/90 mmHg, N : 92x/menit, rr : 24x/menit, S : 37 C, Rencana
pemeriksaan penunjang uji midriatikum dan uji kamar gelap. Terapi : Golongan beta
blocker, lasik, diet rendah garam.

B. Terminologi

a) Blured vision : Pandangan kabur

b) TIO : Tekanan Intraokular


c) OD : Oculus Dexter ( Mata kanan)

d) OS : Oculus Sinister (Mata kiri)

(Poppy Kumala, et al, 1998 )

e) Uji medriatikum

Tekanan mata dengan pupil normal dibandingkan dengan pupil saat dilatasi
(midriasis). Pada mata yang mempunyai predisposisi untuk glaukoma, tekanan
nadi akan meningkat diatas batas normal, dapat digunakan suatu midriatikum
yang lemah sehingga efek kenaikan tekanan dapat dikembalikan (diturunkan)
dengan mudah. Apabila uji ini dilakukan pada pasien rawat jalan, pasien baru
boleh pulang setelah miosis dicapai,

(Darling Vera, 1996 : 98)

f) Uji Kamar Gelap

Dilatasi (pelebaran) pupil secara normal pada keadaan gelap akan


menyebabkan hambatan sudut drainase. Keadaan ini terutama benar pada
glaukoma sudut tertutup. Tekanan intraokular direkam sebelum dan satu jam
setelah berada didalam kamar gelap. Pasien jangan diganggu, tetapi tidak
diperkenankan tidur, karena saat tidur akan terjadi relaksasi yang akan
memberikan hasil pembacaan palsu. Hal ini harus diterangkan kepada pasien
agar diperoleh kerjasama yang baik. Radio transistor akan membantu pasien
melewatkan waktu tadi selama berada didalam kamar gelap. Suatu kenaikan
tekanan sebesar 5 mmHg atau lebih dianggap bermakna (positip).

(Darling Vera, 1996 : 97)

g) LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis)

suatu prosedur/tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada


mata sehingga setelah dilakukan tindakan ini, penderita kelainan refraksi
diharapkan dapat terbebas dari kacamata/lensa kontak.

(http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-
mata.html)

h) Golongan Beta Blocker

Memblok – impuls adrenergik ( Sympathetik ) yang secara normal


menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa menurunkan IOP
( Barbara C. Long, 2000 : 267)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata Klien

a. Data Demografi

Nama : Tn. S

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Dx. Medis : Glaukoma

Pengelompokan Data

1. Data Subjektif
- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri

- Klien mengeluh pandangan kabur (blured vision)

2. Data Objektif

- TD 160/90 mmHg

- N : 92x/menit

- rr : 24x/menit

- S : 37 C

- lapang pandang lateral OD menurun

- TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg

- visus OD 1/60, OS : 20/60

Analisa Data

1. DS :

- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri

DO :

- TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg

- TD 160/90 mmHg

E : Peningkatan tekanan intraokular

P : Nyeri

Dx.Kep : Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular

2. DS :

- Klien mengeluh pandangan kabur (blured vision)

DO :

- Lapang pandang lateral OD menurun

- visus OD 1/60, OS : 20/60

E : Penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan

P : Penurunan persepsi sensori : Penglihatan


Dx.Kep : Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan dan kejelasan penglihatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular

2. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam


penglihatan dan kejelasan penglihatan

C. PERENCANAAN

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam


penglihatan dan kejelasan penglihatan.

Tujuan :

Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.

Kriteria Hasil :

- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.

- Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan


penerimaan rangsang penglihatan

Intervensi Rasional

Kaji ketajaman penglihatan klien. Mengidentifikasi kemampuan visual klien.

Dekati klien dari sisi yang sehat. Memberikan rangsang sensori, men
isolasi/terasing.
Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber Memberi keakuratan penglihatan dan peraw
rangsangan.

Meningkatkan kemampuan persepsi sensori


Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruang rawat.

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau


pada sisi mata yang lebih sehat.

- Berikan pencahayaan cukup.

- Letakkan alat ditempat yang tetap.

- Hindari cahaya menyilaukan.

Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang


dapat diterima : auditorik, taktil.

Meningkatkan kemampuan respons terh


lingkungan.

2. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam


penglihatan dan kejelasan penglihatan.

Tujuan :

Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.

Kriteria Hasil :

- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.

- Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan


penerimaan rangsang penglihatan

Intervensi Rasional

Kaji ketajaman penglihatan klien. Mengidentifikasi kemampuan visual klien.


Dekati klien dari sisi yang sehat. Memberikan rangsang sensori, mengurangi
rasa isolasi/terasing.

Memberi keakuratan penglihatan dan


Identifikasi alternatif untuk optimalisasi
perawatannya.
sumber rangsangan.

Meningkatkan kemampuan persepsi sensori.


Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi
penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruang


rawat.

- Letakkan alat yang sering digunakan di


dekat klien atau pada sisi mata yang
lebih sehat.

- Berikan pencahayaan cukup.

- Letakkan alat ditempat yang tetap.

- Hindari cahaya menyilaukan.

Anjurkan penggunaan alternatif rangsang Meningkatkan kemampuan respons terhadap


lingkungan yang dapat diterima : auditorik, stimulus lingkungan.
taktil.

D. MEDICAL MANAGEMENT

a. LASIK (laser assisted in-situ keratomileusis)

Terapi Penjelasan Umum Indikasi & Tujuan

LASIK (laser assisted in-situ suatu prosedur/tindakan Tujuan :


keratomileusis) dengan tujuan
memperbaiki kelainan
refraksi pada mata sehingga Memperbaiki kelainan
setelah dilakukan tindakan refraksi pada mata sehingga
ini, penderita kelainan penderita dapat terbebas
refraksi diharapkan dapat dari kacamata maupun
terbebas dari lensa kontak.
kacamata/lensa kontak.
Indikasi :

- Apabila sudah berumur


18 tahun.

- Tidak sedang hamil atau


menyusui.

- Tidak mempunyai
riwayat auto imun.

- Mempunyai ukuran
kacamata yang stabil.

- Gangguan penglihatan
anda dapt dikoreksi
dengan kacamata atau
lensa kontak.

- Kelainan refraksi anda


berkisar +_ 4.00 s/d 14
Dioptri.

- Apabila klien
menggunakan lensa
kontak, minimal klien
telah melepas lensa
kontak 14 hari berturut-
turut untuk soft contact
lensa dan selama 30
hari untuk hard contact
lens.

(http://blogyusron.blogspot.com/2010/01/memperbaiki-kerusakan-mata.html)
b. Diet

Jenis diet Penjelasan Umum Indikasi & tujuan Makanan spesifik

Diet rendah Diet rendah garam adalah Membantu • Beras, kentan,


garam makanan dengan cara menghilangkan macaroni, mie
membatasi atau retensi garam atau air tawar, roti
menghindari garam dalam jaringan tubuh
Lauk hewani segar
natrium. • Menurunkan
• Lauk nabati,
tekanan darah pada
dimasak tanpa
pasien hipertensi
garam
• Sayura segar
• Buah buahan
segar
• Minyak margarine,
mentega (tanpa
garam)
• Bumbu segar atau
kering yang tidak
mengandung garam
• Kecap khusus diet
• Susu segar rendah
lemak
• Selai khusus diet

(http://ktiskripsi.blogspot.com/2011/03/materi-kesehatan-diet-rendah-garam.html)

c. Obat-obatan Beta Blocker

Obat Efek terhadap Glaukoma


Edrenergic Beta Bloker :

Timolol meleate (Timoptic) Memblok – impuls adrenergik ( Sympathetik ) y


menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa
Betaxolol hydrochloride (Betaoptic)
tidak jelas
Levobunolol hydrochloride (Betagan

(Barbara C. Long, 2000 : 267 )

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga
bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati.

B. Saran

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit


serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu.
Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan
untuk mengembalikan fungsi penglihatan , tetapi hanya mempertahankan fungsi
penglihatan yang masih ada.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Arsculapiks.

Corwin, Elizabeth J. , Buku saku Patofisiologi, Ed. 3, 2009, Jakarta : EGC.

Darling, Vera H, 1996, Perawatan Mata, Yogyakarta : Yayasan Esentia Medika.

Ilyas, Ramatjandra, Sidarta Ilyas, 1991, Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit Mata, 1991, Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.

Ilyas, Sidarta, 2004, Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.

James, Bruce, 2006, Lecture Notes : Oftalmologi, Jakarta : Erlangga.

Long, Barbara C. , 2000, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran

Oka, P.N, 1993, Buku Penuntun – Ilmu Perawatan Mata, Surabaya : Airlangga University Press.

Smeltzer, Suzzane C. , 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8, Jakarta
: EGC.

Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC.

Unknown di 07.52
Berbagi

1 komentar:

Unknown26 Agustus 2016 20.22

Cari TiketPesawat Online Super Cepat dan murah??


http://selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memilikipotensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di http://agenselltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI HUBUNGI:


No handphone :085365566333
PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!

Balas


Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai