Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II

GLAUKOMA
2023

Di Susun oleh:
INDAH KARLINA ( 2201095 ) LENARIA
TOGATOROF ( 2201099 )
MEGAWATI NAENGGOLAN ( 2201100 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEKANBARU MEDICAL CENTER
GLAUKOMA
Glaukoma merupakan penyakit kerusakan pada saraf mata yang
menyebabkan menyempitnya lapangan pandang dan hilangnya fungsi
penglihatan. Faktor risiko utama yang menyebabkan glaukoma adalah
peningkatan pada bola mata.
Di dalam bola mata terdapat cairan (aquos humor) yang berfungsi
untuk memberikan nutrisi pada organ dalam bola mata. Cairan ini
diproduksi dan dikeluarkan kembali dalam siklus yang seimbang
sehingga tekanan pada bola mata tetap terjaga normal. Pada mata
penderita glaukoma, siklus cairan ini tidak seimbang dimana cairan
diproduksi tetapi terdapat masala dalam saluran pengeluaran. Hal ini
menyebabkan tekanan pada bola mata meningkat sehingga terjadi
penekanan pada papil saraf optik. Jika hal ini terus menerus terjadi,
kerusakan saraf mata tidak dapat dihindari.

Studi oleh Qugley dan Broman (2006) menunjukkan bahwa


21 juta orang akan mengalami glaukoma sudut tertutup (kronis
JENIS-JENIS GLAUKOMA

Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer


dan sekunder. Glaukoma primer adalah penyakit glaukoma
yang tidak berhubungan dengan kelainan mata lainnya tau
sistemik sedangkan glaukoma sekunder berhubungan
dengan kelainan atau penyakit pada mata tau sistemik lain.
Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui
penyebabya dan merupakan jenis glaukoma terbanyak
secara global. Glaukoma primer terbagi menjadi glaukoma
primer sudut terbuka (GPSta) dan glaukoma primer sudut
tertutup (GPSTp).

GPSta memiliki ciri sudut bilik mata dean terbuka atau tampak normal,
tetapi terdapat penyumbatan pada aliran keluar cairan bola mata.
Penyumbatan ini terjadi secara perlahan dan mengakibatkan peningkatan
tekanan pada bola mata.
Glaukoma jenis in bersifat kronis dengan progresivitas lambat dan tapa
gejala sehingga penderita tidak akan menyadari sampai terjadinya
penyempitan lapangan pandangan dan penglihatan yang menurn tajam.
Pada fase ini glaukoma sudah memasuki tahap lanjut dengan kerusakan
saraf pusat yang progresif. Glaukoma jenis in yang sering disebut dengan
silent blinding disease atau sneak thief of sight (pencuri penglihatan).

Jenis kelainan pada sudut tertutup primer terbagi menjadi Primary


Angle Closure Suspect (PACS), Primary Angle Closure (PAC),
glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp), dan Acute Angle Closure
Glaucoma (AACG). GPST memiliki ciri sudut bilik mata depan yang
sempit sehingga menghambat cairan keluar dari bola mata.
Glaukoma jenis ini dapat bersifat akut dengan gejala nyeri pada daerah
mata, sakit kepala, mata merah, peningkatan tekanan bola mata secara tiba-
tiba, penurunan penglihatan secara tajam, dan terkadang disertai mual
muntah.
PATOFISIOLOGI
peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi oleh
adanya keseimbangan antara sekresi aquos
humor oleh badan siliar dan drainase melalui
trabekular meshwork dan uveoskleral. Oleh
karena itu dibagi menjadi 2 mekanisme yaitu pada
glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut
terbuka. Pada pasien dengan glaukoma sudut
terbuka, ada peningkatan hambatan pada aliran
aquos humor pada jalur trabekula meshwork.
Sementara hambatan terdapat pada jalur menuju
drainase tersebut disebut sebagai glaukoma
sudut tertutup.
Mekanisme utama penurunan fungsi penglihatan pada glaukoma
adalah apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan terjadinya
penipisan pada lapisan serat saraf dan lapisan ini retina. Hal ini
juga menyebabkan berkurangnya akson pada nervus optikus dan
diskus optikus menjadi atrofik, serta pembesaran pada cawan
optik. Secara umum, hingga sekarang dikenal 2 teori yang
mendasari mekanisme penurunan fungsi penglihatan yaitu teori
mekanis (peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan
kerusakan papil nervus optikus) dan teori vaskuler (penurunan
aliran/perfusi darah menyebabkan terjadinya kerusakan papil
nervus optikus). Pada teori mekanis , peningkatan tekanan
intraokuler menyebabkan tekanan pada serabut saraf terutama
pada bagian Elschnig’s ring dan lamina kribosa. Lalu terjadi
putusnya jalur axoplasmic transport baik secara anterograde
maupun retrograde.
GENJALA DAN
KOMPLIKASI

Nyeri, merupakan tanda khas pada serangan


akut yang terjadi secara mendadak dan sangat
nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi
cabang nervus Kranialis V.
Mual, muntah dan lemas, hal ini sering
berhubungan dengan nyeri.
Penurunan visus secara cepat dan progresif,
hiperemis, fotopobia.
Riwayat penyakit sebelumnya.

FAKTOR RESIKO
semua orang beresiko untuk menderita glaukoma tetapi ada beberapa
golongan dengan resiko lebih tinggi untuk menderita glaukoma,
diantaranya:
orang dengan riwayat keluarga menderita glaukoma memiliki resiko 6
kali lebih besar untuk menderita glaukoma
pengunaan obat-obatan steroid
ras afrika dan asia
orang dengan bilik mata depan yang dangkal
penderita rabun jauh atau rabun dekat dengan ukuran lensa yang tinggi
kelompok usia di atas 40 tahun
penderita cedera mata
penderita penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi,
hipotensi dan kelainan kardiovaskuler
penderita migran
vasospasme ( penyempitan pembuluh darah)
PENCEGAHAN
GLAUKOMA

Pemeriksaan skrining setiap 2-4


tahun pada kelompok usia dibawah 40 tahun

Pemeriksaan skrining setiap 2 tahun pada

pemeriksaan skrining setiap 1 tahun pada kelompok d


Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah glaukoma
adalah dengan deteksi dini melalui skrining. Pemeriksaan
skrining biasanya dilakukan setiap 2-4 tahun pada kelompok
usia di bawah 40 tahun, setiap 2 tahun pada kelompok usia di
atas 40 tahun, dan setiap 1 tahun pada kelompok dengan
riwayat keluarga menderita glaukoma.
Selain itu gaya hidup sehat perlu diterapkan untuk
mencegah terjadinya glaukoma.
Diet gizi seimbang, istirahat yang cukup, dan pengelolaan
stress yang baik adalah beberapa cara untuk menghindari
glaukoma.
Untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
glaukoma, penting dilakukan edukasi. Setiap tahun diadakan
pekan peringatan glaukoma tau World Glaucoma Week pada
pekan kedua bulan Maret. Pada tahun 2019, World Glaucoma
Week diadakan pada 10-16 Mart 2019. Kegiatan yang dilakukan
dalam pekan tersebut adalah seminar, webinar, poster, dan
edukasi melalui media sosial. Kegiatan World Glaucoma Week
didukung ole World Glaucoma Association, World Glaucoma
Patient Association, organisasi kesehatan dunia, organisasi
profesi dokter spesialis mata (Persatuan Dokter Spesialis Mata
Indonesia atau Perdami di Indonesia), dan komunitas yang
peduli terhada glaukoma lainnya.
DIAGNOSIS GLAUKOMA
1. Pemeriksaan tekanan bola mata dengan tes tonometri
Pemeriksaan dilakukan setelah pasien diberi obat tetes anastesi van
membuat mata menjadi mati rasa. Proses pemeriksaan ini adalah dengan
menyentuh sebagian kecil bola mata atau dengan semburan udara.

2. Evaluasi struktur mata


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan obat tetes midriasil untuk
melebarkan pupil sehingga detail saraf mata dapat terlihat dengan jelas.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidakya tanda-tanda
glaukoma dan untuk mengevaluasi progresivitas penyakit.

3. Pemeriksaan luas lapangan pandang dengan tes perimetri


Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat luas penglihatan berupa pemetaan
daerah yang bisa dilihat ole pasien. Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam
kondisi tenang dan penuh konsentrasi.

4. Pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan tes gonioskopi


Seperti tes tonometri, pemeriksaan ini diawali dengan pemberian obat tetes
anestesi pada pasien. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan lensa
kontak gonioskopi yang ditempelkan pada bola mata.

5. Pemeriksaan ketebalan kornea mata dengan tes pakimetri


Pakimetri bertujuan untuk mengukur ketebalan kornea yaitu jaringan bening
yang berada paling depan dari bola mata. Pemeriksaan in penting dilakukan
paling tidak satu kali, karena ketebalan kornea dapat mempengaruhi
penghitungan tekanan bola mata.
PERAWATAN GLAUKOMA
1. Terapi medikamentosa
Karbonik anhidrase inhibitor
Beta bloker
Miotik kuat
Agen osmotik
Steroid topikal

2. Laser Peripheral Iridotomi (LPI)


Iridotomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup
dengan blok pupil, iridotomi juga diindikasikan untuk mencegah
terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko, yang ditetapkan
melalui evaluasi gonioskopi. LPI tidak dapat dilakukan pada mata
dengan rubeosis iridis, karena dapat mengakibatkan perdarahan.
Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang menggunakan
anti-koagulan sistemik, seperti aspirin. Argon laser dan Nd:YAG
laser sama-sama dapat digunakan untuk iridektomi. Komplikasi
yang dapat terjadi pasca tindakan laser adalah corneal burn,
kapsul anterior lensa robek, perdarahan (biasanya tidak lama),
tekanan intraokular meningkat pasca tindakan dan inflamasi.

3. Bedah Iridektomi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan
tindakan laser iridotomi. Seperti;
Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema
kornea, hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang
berlangsung 4 – 8 minggu.
Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang
luas.
Pasien yang tidak kooperatif.
Tidak tersedianya peralatan laser
4. Ekstraksi lensa
Terdapat beberapa studi yang membuktikan
efektivitas ekstraksi lensa dalam menurunkan
dan mengontrol tekanan intraokular pasien
dengan Primary Angle Closure Glaucoma
(PACG). Ekstraksi lensa sebaiknya
dipertimbangkan pada kasus PACG terutama
yang disertai dengan hyperopia atau kondisi
lensa yang cembung di anterior (anteriorly
vaulted lens).
DAFTAR
PUSTAKA

Ratna Suryaningrum, I Gusti Ayu. Penatalaksanaan Glaukoma Akut. Internet


[Cited 28/8/2021]. Availabole from:
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/22893/1/08ebe93020bfa58e031336852a308d
3c.pdf

Glaukoma. Internet [Cited 28/8/2021]. Availabole from:


http://eprints.undip.ac.id/72082/3/LAPORAN_KTI_JOHANES_JETHRO_NUG
ROHO_S._22010115130125_BAB_II.pdf

https://www.kalbemed.com/diseases/55

https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodati
n/infoDatin_glaukoma_2019.pdf

http://eprints.undip.ac.id/63545/3/BAB_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai