Disusun Oleh:
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaucoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya
lapang pandang.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat
sejumalah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada
0,60% penduduk prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%,
pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma
0,40%, retinopati 0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah
lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua 0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%,
kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%.
(Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang
menderita glaucoma. Diantaranya mereka hamper setenganya mengalami gangguan
penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang
buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan
glaukoma (Suzanne C. smeltzer.2001).
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang
glaukoma dan mampu melaksanakan asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar dari glaukoma,
b. Mampu menjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya,
c. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien glaucoma,
d. Mampu menganalisis data pada pasien dengan penyakit glaucoma,
e. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan glaucoma,
f. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan glaukoma.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan
(Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra
okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah
sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.
( Long Barbara, 1996)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma
merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler
(TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik
sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata
meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)
Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata
sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif :
2001). Jadi menurut kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana
meningkatnya tekanan intra okuler baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan.
1. Klasifikasi glaukoma
a. Glaukoma akut
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak
sangat tinggi.
b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
B. Etiologi
C. Manifestasi klinik
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius
Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian
kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu
dirasakan oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan, parimetri
genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
2. Glaukoma Kronik
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri menunjukkan
peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 – 25 mmHg dan
dianggap patologik bila berada diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding
cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian
nasal, tangga rone, atau stroma busur.
Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan pada
kasus-kasus yang meragukan.
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola
mata dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat
perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal
Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya
cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata
sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan
secara terus menerus dan teratur.
6. Pemasangan keran Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran
buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya,
yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali
menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl
methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada
bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka
klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga
tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila
tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
E. Penatalaksanaan Medis
F. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/
bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous
humor diproduksi secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian
posterior irisdan mengalir melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous
humordisalurkan melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian sudut
camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea dalam keadaan
normal terjadi keseimbangan antara produksi dan penyerapanaqueous humor, akan
menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative konstan. TIO berkisar 10-
20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan naik sampai
5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat menimbulkan
kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan abstruksi/sumbatan
dari penyerapan aqueous humor.
G. Pathway
Usia > 40 th
DM (Diabetes Militus)
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksi jaringan peningkatan tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan
Cairan humor aqueous
Nyeri
TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat
Gangguan saraf optik tindakan operasi
Perubahan penglihatan perifer
Trabekulectomy
Nyeri
Resikocedera
resiko infeksi
angguan persepsi sensori penglihatan
Anxietas
interpretasi salah
Kurangnya Resiko cedera
pengetahuan
H. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan
kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa
medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di
kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat di
kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horisontal memiliki penyakit yang serupa.
4. Pola – pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang
diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam
pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola nutrisi
dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa
banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji
konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri / sakit
hebat menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami
penurunan.
f. Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap
penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada
kongnitif tidak mengalami gangguan.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan
air mata.
h. Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya.
i. Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya
serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata
merah, edema kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang
pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh
karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.
C. Analisa Data
Masalah
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi
keperawatan
Ds :
Obtruksi jaringan
Mengatakan mata
trabekuler
tegang. Nyeri hebat,
↓
lebih sakit untuk Gangguan rasa
1 Hambatan pengaliran
melihat. nyaman nyeri
aqueus humor
Do : berhubungan dengan
↓
Meringis, menangis meningkatan TIO
TIO meningkat
menahan nyeri.
↓
Sering memegangi
Nyeri
mata.
2 Ds: TIO meningkat Penurunan persepsi
sensori
Menyatakan ↓
visual/penglihatan
penglihatan kabur,
tidak jelas, penurunan
Gangguan saraf optik
area penglihatan.
↓
Do: berhubungan dengan
Perubahan penglihatan
Pemeriksaan lapang serabut saraf oleh
perifer
pandang menurun. karena peningkatan
↓
Penurunan TIO
Gangguan persepsi
kemampuan
sensori penglihatan
identifikasi lingkungan
(benda, orang, tempat
Ds:
Mengatakan takut
dioperasi
TIO meningkat
Sering menanyakan
3 ↓ Cemas berhubungan
tentang operasi
Gangguan saraf optik dengan penurunan
Do:
↓ penglihatan/ kurang
Perubahan tanda vital
Perubahan penglihatan pengetahuan tentang
peningkatan nadi,
perifer prosedur
tekanan darah,
↓ pembedahan
frekuensi pernapasan
Cemas
Tampak gelisah, wajah
murung, sering
melamun
Peningkatan tekanan
vitreus
↓
Ds:
Pergerakan iris kedepan
Mengatakan Gangguan rasa
↓
nyeri/tegang. nyaman (nyeri)
TIO meningkat
4 Do: Gelisah, berhubungan dengan
↓
kecenderungan post tuberkulectomi
Tindakan operasi
memegang daerah iriodektomi.
↓
mata.
trabekulectomy
↓
Nyeri
D. Intervensi
Diagnosa Tujuan Dan
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Kaji tingkat
nyeri.
Tujuan :
Pantau derajat
Nyeri hilang atau Memudahkan
nyeri mata
berkurang dalam tingkat nyeri untuk
setiap
waktu 1x24 jam. intervensi
30 mentit
Kriteria hasil: selanjutnya.
selama
Klien dapat Untuk
masa akut.
Gangguan rasa mengidentifikasi Siapkan pasien
mengidentifikasi
nyaman penyebab nyeri. kemajuan atau
untuk
(nyeri) Klien penyimpanan dari
pembedahan
berhubungan menyebutkan hasil yang
sesuai peranan.
dengan faktor-faktor yang diharapkan.
Pertahankan
1 peningkatan dapat Setelah TIO pada
tirai
TIO meningkatkan glaukoma sudut
baring ketat
nyeri. terbuka,
pada
Klien mampu pembedahan harus
posisi semi
melakukan segera dilakukan
tindakan untuk
fowler.
secara permanent
Berikan
mengurangi nyeri. menghilangkan
lingkungan
a. blok pupil.
gelap
b. Pada tekanan mata
dan terang.
c. sudut ditingkatkan
a.
d. bila sudut datar.
b.
e.
c.
d.
b. Anjurkan c. Meningkatkan
untuk e. kolaborasi ,
melaporkan memberikan rasa
perkembangan aman untuk
nyeri setiap hari peningkatan
atau segera saat dukungan
terjadi psikologis.
peningkatan Beberapa kegiatan
nyeri klien dapat
mendadak. meningkatkan nyeri
Anjurkan pada seperti gerakan
klien untuk tiba-tiba,
tidak membungkuk,
melakukan mengucek mata,
gerakan tiba batuk, dan
tiba yang dapat mengejan.
memicu nyeri. Mengurangi
d. Ajarkan ketegangan,
teknik mengurangi nyeri.
distraksi dan Mengurangi nyeri
relaksasi. dengan
Lakukan meningkatan
tindakan ambang nyeri.
kolaboratif
dalam
pemberian
analgesik
topikal/
sistemik.
b.
c.
d.
e.
a. Diskusikan
tentang rasa
Tujuan :
Resiko infeksi sakit, Meningkatkan
Tidak terjadi
berhubungan pembatasan kerjasama dan
5 cedera mata
dengan luka aktifitas dan pembatasan yang
pascaoperasi
insisi operasi pembalutan diperlukan.
Kriteria Hasil :
mata.
a.
Dilakukan
setiap 6 jam
asca operasi
atau seperlunya.