Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GLAUKOMA

OLEH :
NI NYOMAN YUNITA DEWI
(213221269)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA

I. Konsep Dasar Glaukoma

A. Pengertian

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Ilyas, 2010).

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan

(cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang; biasanya disertai peningkatan

tekanan intraokular (Vaughan dan Asbury, 2018). Glaukoma merupakan penyakit

kerusakan saraf mata yang menyebabkan menyempitnya lapangan pandang dan

hilangnya fungsi penglihatan dengan faktor utama yang menyebabkan glaukoma yaitu

peningkatan tekanan pada bola mata (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2019).

B. Klasifikasi Glaukoma

Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut :

1.      Glaukoma Primer

Glaukoma primer adalah penyakit glaukoma yang tidak berhubungan dengan

kelainan mata lainnya atau sistemik sedangkan glaukoma sekunder berhubungan

dengan kelainan atau penyakit pada mata atau sistemik lain. Glaukoma primer

merupakan glaukoma yang tidak diketahui penyebab dan merupakan jenis glaukoma

terbanyak secara global, dibagi menjadi glaukoma primer sudut terbuka (GPSta) dan

glaukoma primer sudut tertutup (GPStp) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2019).
2. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain

seperti pada penderita peradangan mata yang berulang, komplikasi dari penyakit

katarak, dan trauma atau benturan benda tumpul pada mata. Glaukoma sekunder juga

terjadi akibat komplikasi pada penderita diabetes dan hipertensi atau akibat penggunaan

obat golongan kortikosteroid dalam jangka panjang tanpa pengawasan dokter

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

3. Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat

terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik

biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.

4. Glaukoma Absolut

Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana

sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi

lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi

dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata

dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan

penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali

akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan

memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan

pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

5.   Glaukoma akut

Glaukoma akut merupakan penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra

okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.


6. Glaukoma kronik

Glaukoma kronik merupakan penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan

bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

C. Etiologi

Bagian dalam bola mata terdapat cairan (aquos humor) yang berfungsi untuk

memberikan nutrisi pada organ dalam bola mata. Cairan ini diproduksi dan dikeluarkan

kembali dalam siklus yang seimbang sehingga tekanan pada bola mata tetap terjaga

normal. Pada mata penderita glaukoma, siklus cairan ini tidak seimbang. Cairan dapat

diproduksi tetapi terdapat masalah dalam saluran pengeluaran. Hal ini menyebabkan

tekanan pada bola mata meningkat sehingga terjadi penekanan pada papil saraf optik.

jika hal ini terus menerus terjadi maka kerusakan saraf mata tidak dapat dihindari.

Sumber gambar : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,Infodatin Glaukoma,2019,p.4

Peningkatan tekanan pada bola mata umumnya berlangsung perlahan sehingga

tidak menimbulkan gejala yang berarti. Kerusakan saraf mata pusat baru akan terjadi

dalam jangka waktu yang lama dan semakin lama akan semakin berat. Kerusakan saraf

ini menyebabkan penyempitan lapangan pandang yang bermula dari sisi tepi sehingga

penderita tidak mengalami keluhan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

Penyempitan terjadi secara pertahap hingga akhirnya penderita hanya seperti melihat

lubang kunci. Pada tahap selanjutnya glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.


Sumber gambar : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,Infodatin Glaukoma,2019,p.4

Semua orang berisiko untuk menderita glaukoma, tetapi ada beberapa golongan

dengan risiko lebih tinggi untuk menderita glaukoma, diantaranya :

1) Orang dengan riwayat keluarga menderita glaukoma memiliki risiko enam kali lebih

besar untuk menderita glaukoma. Risiko terbesar pada kakak beradik kemudian

hubungan orang tua dan anak

2) Orang dengan bilik mata depan yang dangkal

3) Penderita rabun jauh atau rabun dekat dengan ukuran lensa yang tinggi

4) Ras Afrika dan Asia

5) Kelompok usia diatas 40 tahun

6) Penderita penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, hipotensi, dan

kelainan kardiovaskuler

7) Penderita migrain

8) Vasospasme atau penyempitan pembuluh darah

9) Penderita cedera mata

10) Pengguna obat-obatan steroid (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

D. Patofisiologi

Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/

bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous

humor diproduksi secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian

posterior irisdan mengalir melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous


humordisalurkan melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian sudut

camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea dalam keadaan

normal terjadi keseimbangan antara produksi dan penyerapanaqueous humor, akan

menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative konstan. TIO berkisar 10-

20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan naik sampai

5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat menimbulkan

kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan abstruksi/sumbatan

dari penyerapan aqueous humor.

Gambaran patologi utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah adanya

proses degeneratif anyaman trabekular, termasuk pengendapan materi ekstrasel di

dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel karena schlemm.  hal ini berbeda dari

proses penuaan normal.  Akibatnya adalah penurunan drainase aquos humor yang

menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular

mendahului kelainan diskus optikus dan lapangan pandang selama berbulan-bulan

hingga bertahun-tahun.

Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis

tanpa disertai kelainan lain. Peningkatan intra okular terjadi karena sumbatan aliran

keluar aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini

dapat bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan optamologi atau tetap tanpa gejala

sampai timbul penurunan penglihatan. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya

digunakan bila penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus

dan kehilangan lapang pandang (Vaughan dan Asbury, 2018).


Sumber gambar : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,Infodatin Glaukoma,2019,p.5
Gambar Perbedaan Glaukoma Sudut Tertutup dan Sudut Terbuka

E. Manifestasi klinik

Glaukoma akut ditandai oleh nyeri mata hebat dan kekaburan pengelihatan

mendadak. Pupil tetap berdilatasi dan tidak responsif terhadap cahaya. Rasa sakit hebat

yang menjalar ke kepala di sertai mual dan muntah, mata merah dan bengkak, tajam

penglihatan sangat menurun dan melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi.

Glaukoma kronik ditandai oleh penurunan ssecara lambat ketajaman penglihatan

dan kekaburan, yang dimulai dipenglihatan perifer. Dapat timbul nyeri kepala dan nyeri

mata seiring dengan perburukan keadaan. Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan

tekanan bola mata. Peyakit ini berkembang secara lambat namun pasti. Pada stadium

lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan lebih gelap, lebih

kabur, lapang pandang menjadi sempit, hingga kebutaan permanen.

Menurut Nurarif (2015) menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari glaukoma

yaitu :

1. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik sampai

onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk konstriksi jarak

pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik buta, penurunan

sesnitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan perubahan penglihatan warna.


2. Glaukoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal

intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar cahaya dan biasanya sakit

kepala). Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan ,

edematous, nyeri pada ocular, mual, muntah, dan nyeri abdominal dan diaphoresis

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Vaughan dan Asbury (2018) penilaian glaukoma secara klinis dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1 Pemeriksaan tonometri

2 Pemeriksaan gonioskopi

3 Penilaian diskus optikus

4 Pemeriksaan lapang pandang

G. Penatalaksanaan Medis

Saat ini belum ada terapi yang dapat mengobati glaukoma secara total. Terapi

yang dilakukan hanya untuk mempertahankan fungsi penglihatan yang tersisa saat

pemeriksaa dan meningkatkan kualitas hidup. Cara yang dilakukan adalah dengan

menurunkan tekanan bola mata yang merupakan faktor risiko utama (Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Terapi pada peningkatan tekanan intra okular

menurut Vaughan dan Asbury (2018) dibagi menjadi terapi medis dan terapi bedah

laser. Terapi medis yaitu dengan memberikan obat-obatan yang akan membantu supresi

pembentukan aqueous humor, memfasilitasi aliran keluar aqueous humor, menurunkan

volume vitreus, serta memberi efek miotik, midriatik, dan sikloplegik. Terapi bedah dan

laser yaitu dengan iridoplasti, iridektomi, dan iridektomi perifer, trabekulektomi laser,

bedah drainase glaukoma, serta tindakan siklodestruktif.

Bedah drainase glaukoma merupakan perangkat drainase glaukoma yang

dirancang untuk mengalihkan aqueous humor dari ruang anterior ke reservoir eksternal,
di mana kapsul fibrosa terbentuk sekitar 4-6 minggu setelah operasi dan mengatur

alirannya. Perangkat ini telah menunjukkan keberhasilan dalam mengontrol tekanan

intraokular (TIO) pada mata dengan trabekulektomi yang sebelumnya gagal dan pada

mata dengan konjungtiva yang tidak memadai karena jaringan parut dari prosedur

pembedahan atau cedera sebelumnya. Pemasangan alat drainase glaukoma ini telah

menunjukkan keberhasilan dalam glaukoma yang rumit, seperti glaukoma uveitic,

glaukoma neovaskular, dan glaukoma pediatrik. Indikasi tambahan termasuk glaukoma

traumatis, glaukoma aphakic dan pseudophakic, glaukoma pasca keratoplasti, dan

glaukoma sekunder lainnya serta sebagai prosedur bedah utama untuk glaukoma sudut

terbuka primer yang tidak terkontrol.

Pemeriksaan dan perencanaan pra operasi yang cermat sangat penting untuk

hasil bedah yang sukses. Dokter harus menilai mobilitas konjungtiva untuk menentukan

kuadran terbaik untuk pemasangan implan drainase. Iris harus diperiksa di bawah

pembesaran tinggi untuk mendeteksi neovaskularisasi untuk mempertimbangkan

penggunaan sebelum operasi agen faktor pertumbuhan endotel anti-vaskular (VEGF)

untuk meminimalkan perdarahan intraoperatif dan pasca operasi. Kedalaman ruang

anterior harus dinilai untuk menentukan apakah pemasangan tabung di ruang anterior

akan aman tanpa menyentuh iris atau kornea. Gonioskopi harus dilakukan sebelum

operasi untuk menentukan lokasi sinekia anterior perifer yang dapat mengganggu

pemasangan selang ke ruang anterior selama operasi. Status lentikular mata harus

diperhatikan. Tabung dapat ditempatkan di sulkus di mata pseudofak atau pars plana di

mata vitrektomi aphakic. Pada mata dengan katarak, operasi gabungan dapat

dipertimbangkan. Pemilihan implant alat drainase glaukoma juga sangat penting.

Terdapat banyak pilihan implant alat drainase seperti silicone dan Polypropylene.

Ukuran implant dipilih berdasarkan untuk menentukan pengaruhnya pada tekanan bola
mata akhir pasien. Pilihan anestesi untuk memasukkan perangkat drainase glaukoma

tergantung pada keberadaan komorbiditas medis lainnya, tingkat kerjasama pasien, dan

kenyamanan ahli bedah. Anestesi yang paling umum digunakan adalah blok peribulbar

atau retrobulbar yang menyediakan akinesia dan anestesi. Injeksi sub-Tenon juga

merupakan alternatif yang baik. Anestesi topikal atau intracameral biasanya tidak cukup

karena manipulasi otot ekstraokuler dengan beberapa implan. Anestesi umum dapat

disediakan untuk pasien dengan keadaan khusus, seperti klaustrofobia atau perubahan

status mental.

Implantasi perangkat drainase glaukoma memerlukan perhatian yang cermat

terhadap detail di setiap langkah prosedur untuk meningkatkan hasil dan meminimalkan

komplikasi pasca operasi. Awalnya, insisi konjungtiva berbasis forniks atau limbus

dibuat untuk memungkinkan eksposur yang memadai untuk insersi plate. Jahitan kornea

atau skleral dapat dipasang untuk meningkatkan eksposur di kuadran kerja. Implan

dipasang di antara dua otot rektus dengan tepi anterior kira-kira 8 sampai 10 mm di

posterior limbus. Implan yang lebih besar (Baerveldt) dimasukkan dengan sumbu

panjang diarahkan ke puncak orbit dan kemudian diputar horizontal sehingga tabung

mengarah langsung ke ruang anterior dan sayap implan berada di bawah otot rektus.

Jika implan dua pelat digunakan, satu pelat diposisikan di masing-masing dua kuadran.

Tabung yang menghubungkan kedua pelat dapat dilewatkan di bawah atau di atas otot

rektus yang mengintervensi. Dengan semua implan katup, sebelum jangkar pelat,

tabung harus dilapisi dengan larutan garam seimbang dengan kanula ukuran 30 untuk

memastikan bahwa selebaran katup tidak menyatu setelah teknik sterilisasi. Tabung

implan nonvalved harus diairi juga untuk memastikan kepatenannya. Setelah implan

ditempatkan dengan benar, pelat diamankan ke bola mata dengan dua jahitan yang tidak

dapat diserap (jahitan nilon 8-0 atau 9-0 pada jarum spatulasi). Simpul jahitan harus
diputar ke lubang tali fiksasi untuk mencegah erosi melalui konjungtiva. Penempelan

yang aman pada sklera yang mendasari sangat penting untuk mencegah migrasi

anterior, posterior, atau lateral implan selama periode pasca operasi. Setelah pelat

dipasang ke bola mata, tabung diletakkan melintasi kornea dan dipotong dengan

gunting tajam untuk membuat tepi miring dengan bukaan ke arah kornea. Tabung harus

memanjang sekitar 2,5 sampai 3 mm ke dalam ruang anterior untuk meminimalkan

risiko sentuhan atau retraksi kornea tabung keluar dari ruang anterior. Jarum ukuran 23

digunakan untuk membuat jalur di mana tabung dimasukkan ke dalam ruang anterior

tepat di anterior dan sejajar dengan iris. Tabung dapat diikat ke sklera beberapa

milimeter di depan pelat dengan jahitan Vicryl 7- 0 atau 8-0. Jahitan ini membantu

menstabilkan tabung dan tidak boleh kencang; jika tidak, ini akan membatasi aliran di

perangkat katup. Tabung sering ditutup untuk mencegah erosi melalui konjungtiva.

Bahan cangkok tempel termasuk olahan perikardium, sklera, fasia lata, dura, atau

kornea. Tambalan cangkok harus diamankan ke globe dengan jahitan terputus di sudut

anterior dengan menggunakan jahitan Vicryl 8-0 atau nilon. Sebagai pengganti cangkok

tempel, flap skleral ketebalan parsial dapat dibuat. Jalur jarum dan pemasukan tabung

dilakukan di bawah flap ini. Flap kemudian dijahit dengan jahitan nilon 10-0. Baru-baru

ini, sayatan terowongan telah digunakan sebagai alternatif cangkok dan flap. Setelah

cangkok tempel dipasang, konjungtiva dan lapisan Tenon ditarik ke atas pelat, tabung,

dan cangkok tempel dan diamankan ke tempatnya dengan jahitan Vicryl 8-0. Dalam

beberapa kasus, jahitan monofilamen 9-0 Vicryl lebih disukai karena kekuatan tariknya

yang lebih tinggi dan jarum vaskular yang lebih halus untuk mencegah lubang kancing

saat menangani konjungtiva yang tipis. Di akhir operasi, mata harus diperiksa untuk

memastikan bahwa pelat implan, cangkok tempel, dan bagian intraokular dari tabung

berada dalam posisi yang baik. Tetes atau strip fluoresens dapat digunakan untuk
memeriksa kebocoran pada konjungtiva. Setiap lubang kancing yang ditemukan di

konjungtiva harus ditutup dengan jahitan Vicryl 9-0. Pada akhir prosedur, injeksi

antibiotik dan steroid subkonjungtiva diberikan.

Gambar alat implant drainase glaukoma

H.   Komplikasi

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola

mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea

terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)

glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa

neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan

kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk

menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola

mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
I. Pathway
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian

1.      Identifikasi Klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl

MRS,  diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.

2.      Keluhan Utama

Pada pasien dengan glaukoma akut :

a. Nyeri mata hebat & kekaburan penglihatan mendadak

b. Pupil tetap berdilatasi dan tidak responsif terhadap cahaya

c. Rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala di sertai mual dan muntah, mata

merah dan bengkak, ketajaman penglihatan sangat menurun dan melihat

lingkaran-lingkaran seperti pelangi.

Pada pasien dengan glaukoma kronik

a. Ketajaman penglihatan menurun secara lambat

b. Nyeri kepala & nyeri mata dapat seiiring timbul

dengan perburukan keadaan

c. Pada stadium lanjut keluhannya berupa sering

menabrak karena pandangan gelap dan kabur.

3.      Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang


Aspek penting riwayat okuler meliputi gejala meningkatnya TIO, uveitis,
trauma pembedahan, penggunaan kortikosteroid sistemik maupun topikal jangka
lama.
b. Riwayat Penyakit terdahulu
Adanya penyakit yang memperberat seperti DM, hipertensi sistemik,
penyakit kardiovaskuler, thyroid dan lain-lain
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada salah satu anggota yang menderita penyakit yang sama.

4.      Pola – pola Fungsi Kesehatan

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan : pemeliharaan yang dilakukan


dengan memeriksakan diri ke faskes terdekat untuk mengetahui kondisi
penyakitnya
b. Pola nutrisi / metabolik : adanya gejala mual/muntah (glaukoma akut)
c. Pola eliminasi : tidak adanya gangguan dalam eliminasi BAB/BAK
d. Pola aktivitas dan latihan : terdapat perubahan aktivitas sehubungan dengan
gangguan penglihatan, adanya ketidakmampuan dalam merawat diri (mandi,
pemeliharaan mulut dan gigi, berpakaian, pemeliharaan rambut, pemeliharaan
kuku) berhubungan dengan gangguan penglihatan
e. Pola tidur dan istirahat : terdapat perubahan aktivitas sehubungan dengan
gangguan penglihatan
f. Pola kognitif-perseptual : adanya ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma
kronis), nyeri tiba-tiba berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit
kepala (glaukoma akut), pasien mengelukan nyeri pada luka post operasi (pada
pasien glaukoma dengan postoperasi). pasien terkadang mengatakan belum
paham mengenai penyakitnya dan prosedur pengobatan yang harus dijalani.
g. Pola persepsi diri/ konsep diri : biasanya mengalami gangguan citra diri, pasien
cenderung malu dengan keadaan dirinya disebabkan oleh kebutaan yang dialami
h. Pola seksual dan reproduksi : biasanya tidak terdapat masalah pada seksual-
reproduksi.
i. Pola peran-hubungan : tidak terdapat gangguan dalam berkomunikasi baik verbal
maupun non verbal, mengerti dengan pembicaraan orang, dan mampu menjawab
pertanyaan dengan baik
j. Pola manajemen koping stress : adanya perasaan cemas pada pasien, karena rasa
nyeri yang dirasakan pada matanya
k. Pola keyakinan-nilai : tidak terdapat permasalahan yang berarti dalam melakukan
persembahyangan/ibadah.
5.      Pemeriksaan Fisik

a.    Keadaan Umum


Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta

pemeriksaan TTV.

b.    Pemeriksaan Kepala dan Leher

Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada

kepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur, pupil tetap berdilatasi dan

tidak responsif terhadap cahaya, mata merah dan bengkak, ketajaman penglihatan

sangat menurun dan melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi.

c.    Pemeriksaan Integumen

Meliputi warna kulit, turgor kulit.

d.   Pemeriksaan Sistem Respirasi

Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.

e.    Pemeriksaan Kardiovaskular

Meliputi irama dan suara jantung.

f.     Pemeriksaan Sistem  Gastrointestinal

Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.

g.    Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal

Meliputi pergerakan ekstermitas.

h.    Pemeriksaan Sistem Endokrin

Kaji Riwayat penyakit pasien seperti diabetes, tiroid, serta penyakit endokrin

lainnya.

i.    Pemeriksaan Genitouria

Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.

j.     Pemeriksaan Sistem Pernafasan

Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya

lapang pandang.
6.      Pemeriksaan Diagnostik

a. Kartu mata snellen : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,


lensa, akurus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf
atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV,
massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intraokuler (TIO) (normal
12-25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dan
sudut tertutup glaukoma
e. Tes provokatif : Digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma
bila TIO normal atau hanya meningkat ringan
f. Pemeriksaan Oftalmoskop : Mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, pailedema, perdarahan retina dan
mikroaneurisme.
g. Darah lengkap, laju sidementasi : menunjukkan anemia sistemik/infeksi
h. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis
i. Tes toleransi glukosa : menentukan adanya / kontrol diabetes
Dibawah ini beberapa pemeriksaan yang bisa digunakan untuk menegakan
diagnosa pada glaukoma menurut Syamsuri (2000) :
1. Fisiologi tes:
a. Dark room, provocative test
b. Prone Provacative test
c. Prone Dark room provocarive test
2. Farmakologi test
a. Midriacyl test
3. Goniskopi
4. Melihat anatomi sudut
Mata yang potensial untuk terjadi glaukoma primer sudut tertutup adalah:
a. Riwayat penutupan sudut dengan adanya halo’s
b. Test provokatif (+)
c. Gonioskopi untuk melihat anatomi sudut sempit
d. Mata sebelahnya dengan penutupan sudut

B.       Diagnosa Keperawatan

Terdapat beberapa diagnosa yang mungkin muncul diantaranya adalah :

Pre Operasi

1. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (peningkatan

TIO)

2. (D.0085) Gangguan persepsi sensori berhubungn dengan gangguan pengelihatan

3. (D.0080) Ansietas berhungan dengan perubahan status kesehatan (penurunan

fungsi pengelihatan, resiko retinopati, tindakan pembedahan)

4. (D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

5. (D.0032) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

6. (D.0136) Risiko cedera berhubungan dengan gangguan penglihatan

Post operasi

1. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (post tuberkulectomi,

iriodektomi)

2. (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

3. (D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai

persiapan perawatan mandiri di rumah

C.       Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

(D.0077) Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Intervensi : I.08238


1
berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x
agens cedera fisiologis … jam diharapkan managemen nyeri
(peningkatan TIO),
Tingkat Nyeri L.08066 Tindakan
agens cedera fisik (post
tuberkulectomi Observasi
iriodektomi)
Ekspektasi : Menurun -Identifikasi
Katagori : psikologis lokasi,karakteristik,durasi,fre
Kriteria hasil: keluhan kuensi,kwalitas,intensitas
Subkatagori : nyeri dan
kenyamanan nyeri berkurang nyeri
-Identifikasi skala nyeri
Definisi :pengalaman
sensorik atau emosional -Identifikasi respon nheri non
yang berkaitan dengan
verbal
kerusakan jaringan
actual atau -Identifikasi factor yang
fungsional,dengan onset
memperberat dan
mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan memperingan nyeri
hingga berat yang
-Identifikasi pengetahuan dan
berlangsung kurang dari
3 bulan keyakinan tentang nyeri
-Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nhyeri
-Identifikasi pengaruh nyeri
pada kwalitas hidup
-Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
-Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Therapeutic
-Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri(mis.
Suhu ruangan,pencahayaan.
Kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.

(D.0085) Gangguan Setelah diberikan asuhan Intervensi : I.13494


2
persepsi sensori
keperawatan selama 1 x Promosi
berhubungan dengan
gangguan penglihatan … jam diharapkan Komunikasi :Defisit Visual
Psikologis Tindakan :
Persepsi sensori: Observasi
Sub katagori :
L.09083
Integrasi Ego -Periksa kemampuan
penglihatan
Definisi : Perubahan
persepsi terhadap -Monitor dampak gangguan
stimulus baik unternal Ekspektasi : membaik penglihatan (mis. Resiko
maupun eksternal yang
disertai dengan respon cedera,depresi, kegelisahan,
yang berkurang, Kriteria hasil : kemampuan melakukan
berlebihan atau
Orientasi visual mebaik
terdistorsi aktivitas sehari-hari)
Therapeutik
-Fasilitasi peningkatan
stimulus indra lainnya(mis.
Aroma,rasa, tekstur makanan)
-Pastikan kaca mata atau
lensa kontak berfungsi
dengan baik
-Sediakan pencahayaan
cukup
-Berikan bacaan dengan huruf
besar
-Hindari penataan letak
lingkungan tanpa
memberitahu
-Sedikan alat bantu (mis.
Jam,telepon)
-fasilitasi membaca surat,
surat kabar atau media
informasi lainnya
- gunakan warna terang dan
kontras di lingkungan
-Sedikan kaca pembesar,jika
perlu
Edukasi
-Jelaskan lingkungan pada
pasien
-Ajarkan keluarga cara
membantu pasien
berkomunikasi
Kolaborasi
-Rujuk pasien pada
terapis,jika perlu

(D.0080) Setelah diberikan asuhan .Intervensi : I.09314


3
Ansietas berhungan
keperawatan selama 1 x Reduksi Ansietas
dengan krisis situasional
… jam diharapkan Tindakan:
Katagori : Psikologis
Tingkat Ansietas : Observasi
Subkatagori : Integritas L.09093 -Identifikasi saat tingkat
Ego
ansietas berubah (mis.
Definisi : Kondisi emosi Ekspektasi : menurun Kondisi,waktu, stressor)
dan pengalaman
-Identifikasi kemampuan
subyektif individu
terhadap obyek yang Kriteria hasil : mengambil keputusan
tidak jelas dan spesifik
-Vebalisasi khawatir -Monitor tanda-tanda ansietas
akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan akibat kondisi yang (verbal dan non verbal)
individu melakukan
dihadapi Therapeutik
tindakan untuk
menghadapi ancaman -Perilaku tegang -Ciptakan suasana therapeutik
menurun untuk menumbuhkan
-Anoreksia menurun kepercayaan
-Konsentrasi membaik -temani pasien untuk
-Orientasi membaik mengurangi kecemasan , jika
-Perilaku gelisah memungkinkan
menurun -Pahami situasi yang
-keluhan pusing membuat ansietas
menurun - Dengarkan dengan penuh
-Tekanan darah perhatian
membaik -Gunakan pendekatan yang
Tremor berkurang tenang dan meyakinkan
-Pucat berkurang -Tempatkan barang pribadi
-Frekuensi pernapasan yang memberikan
membaik kenyamanan
-Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
-Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan dating
Edukasi
-Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialamai
-Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
-Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,jika
perlu
-Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif,sesuai kebutuhan
-Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
-Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
-Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
-Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
ansietas,jika perlu
(D.0111) Defisit Setelah diberikan asuhan Intervensi : I.12383
4
pengetahuan
keperawatan selama 1 x Tindakan
berhubungan dengan
kurang terpapar … jam diharapkan Observasi
informasi
Tingkat Pengetahuan : -Identifikasi kesiapan dan
Katagori : Perilaku L.12111 kemampuan menerima
informasi
Sub Katagori :
Penyuluhan dan Ekspektasi : membaik -identifikasi factor-faktor
pembelajaran
yang dapat meningkatkan dan
Definisi : Ketiadaan Kriteria hasil : menurunkan motivasi
atau kurangnya
-perilaku sesuai anjuran perilaku hidup bersih dan
informasi kognitif yang
berkaitan dengan topic -Verbalisasi minat dalam sehat
tertentu
belajar Therapeutik
-Kemampuan -Sediakan materi dan media
menjelaskan suatu topic pendidikan kesehatan
-Kemampuan -Jadwalkan pendidikan
menggambarkan kesehatan sesuai kesepakatan.
pengalaman yang sesuai Berikan kesempatan untuk
dengan topic bertanya.
-Perilaku sesuai dengan Edukasi
pengetahuan -Jelaskan factor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
-Ajarkan prilaku hidup bersih
dan sehat
-Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan prilaku hidup
bersih dan sehat
5. (D.0032) Resiko Setelah diberikan asuhan Intervensi : I.12395
5
defisit nutrisi
keperawatan selama 1 x Tindakan
berhubungan dengan
faktor psikologis … jam diharapkan : Observasi :
Status Nutrisi : -Periksa status gizi, status
Kategori :
Fisiologis L.03030 alergi, program diit,
Ekspektasi : Membaik kebutuhan dan kemampuan
Subkategori : Kreteria Hasil : pemenuhan kebutuhan gizi
Nutrisi dan cairan
-Porsi makanan yang -Identifikasi kemampuan dan
Definisi dihabiskan cukup waktu yang tepat menerima
Berisiko mengalami
-Verbalisasi keinginan informasi
asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi untuk meningkatkan
kebutuhan metabolisme
nutrisi Terapeutik :
-Pengetahuan tentang -Persiapkan materi dan media
pilihan makanan yang seperti jenis – jenis nutrisi,
sehat table makanan penukar, cara
-Pengetahuan tentang mengelola, cara mnakar
minuman yang sehat makanan
-Pengetahuan tentang -Jadwalkan pendidikan
standar asuhan yang kesehatan sesuai kesepakatan
tepat -Berikan kesempatan untuk
-Penyiapan dari bertanya
penyimpanan makanan
yang aman Edukasi :
-Penyiapan dan -Jelaskan pada pasien dan
penyimpanan minuman keluarga alergi makanan,
yang aman makanan yang harus
-Sikap terhadap dihindari, kebutuhan jumlah
makanan / minuman kalori, jenis makanan yang
sesuai dengan tujuan dibutuhkan pasien
kesehatan -Ajarkan melaksanakan diit
-Anoreksia berkurang sesuai program (mis :
-Muntah berkurang makanan tinggi protein,
-Nafsu makan meningkat rendah garam, rendah kalori)
-Jelaskan hal-hal yang
dilakukan sebelum
memberikan makan
(missal.penggunaan gigi
palsu, obat – obat yang
diberikan sebelum makan
-Ajarkan pasien dan keluarga
memantau memantau kondisi
kekurangan nutrisi
( D0136 ) Risiko cedera Setelah diberikan asuhan Intervensi : I.12385
6
berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x Tindakan
Gangguan penglihatan
… jam diharapkan : Observasi :
Kategori
Keamanan lingkungan -Identifikasi kesiapan dan
Lingkungan
rumah : L.14126 kemampuan menerima
Subkategori
informasi
Keamanan dan proteksi
Ekspektasi : Meningkat
Defisnisi
Terapeutik :
Berisiko mengalami
Kreteria Hasil : -Sediakan materi dan media
bahaya atau kerusakan
-Pencahayaan eksterior kesehatan
fisik yang menyebabkan
dan inferior baik
seseorang tidak lagi
-Ketersediaan akses Edukasi :
sehat atau dalam kondisi
telephone -Informasikan pentingnya
baik
-Kemudahan akses penerangan yang cukup di
kamar mandi dalam dan diluar rumah
Keamanan penympanan -Anjurkan barang pada area
obat yang mudah terjangkau
-Anjurkan memastikan alat –
alat rumah tangga dalam
keadaan membaik
-Anjurkan memastikan kabel
– kabel terpasang dengan
baik di dinding
-Anjurkan pemasangan alat –
alat detector kebakaran
-Anjurkan memastikan
barang mudah terbakar jauh
dari kompor atau pemanas
-Anjurkan memastikan lantai
kamar mandi tidak licin
-Anjurkan memastikan keset
dan karpet lantai rapi dan
bebas barang berserakan
-ajarkan cara perletakan
barang – barang dirumah agar
memudahkan dalam bergerak

7 (D0142) Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan Intervensi : I.12147


berhubungan dengan keperawatan selama 1 Tindakan
Observasi : identifikasi
efek prosedur invasive x .. jam diharapkan
Tingkat infeksi : kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Kategori : lingkungan L14137

Terapeutik :
Subkategori : Ekspektasi : menurun
-Sediakan dan media
keamanan dan proteksi
pendidikan kesehatan
Kreteria hasil :
-kebersihan tangan, -berikan kesempatan untuk
badan, nafsu makan bertanya
meningkat
-nyeri, bengkak tidak Edukasi ;
-ajarkan monitor kemerahan,
ada
eksudat, atau ulserasi
-anjurkan tidak menyentuh
mata
-ajarkan cara memonitor
reflek kornea
-anjurkan melepas lensa
kontak sesuai kebutuhan
-ajarkan cara menggunakan
penutup mata
-ajarkan cara penggunaan
tetes mata lubrikasi
-ajarkan cara penggunaan
salep lubrikasi
-ajarkan cara memasang
plester untuk menutup
kelopak mata
-ajarkan cara penggunaan
pelembab mata

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan

yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Jenis tindakan pada implmentasi ini

terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi dan tindakan

rujukan/ketergantugan. Implementasi tindakan keperawatan disesuikan dengan

rencana tindakan keperawatan.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah

tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi

suatu masalah (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah

tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Infodatin: Situasi dan Analisis
Glaukoma. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Infodatin: Situasi Glaukoma di


Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


4 buku II. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-


Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Syamsuri,Kurdi. 2000. Majalah Kedokteran Sriwijaya. Fakultas Kedokteran


Universitas Sriwijaya: Palembang

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi I.Cetakan III. Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Cetakan II Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1 Cetakan II Jakarta

Vaughan dan Asbury. 2018. General Ophtalmology. United State: Mc Graw Hill
Education

Anda mungkin juga menyukai