Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. X DENGAN GLAUKOMA

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Heri Setiawan NIM C1120006


Juang Adit M.F NIM C1120009
M. Izzul Mutho Mahfudz NIM C1120012
Nur Kholifah NIM C1120015
Restu Wicaksono NIM C1120019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN


NERS (PROGRAM TRANSFER)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI
MANDAL HUSADA
SLAWI , 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Glaukoma, yaitu :
1. Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neoropati
optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada
papil saraf optik. Jika lapang pandang sentral terkena, maka akan terjadi
kerusakan lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan. (James
dkk.,2006).
2. Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO
(Tekanan Intra Okuler), penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek
lapang pandang yang khas. (Anas Tamsuri, 2010 : 72).
3. Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh
ketidak-seimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam
jaringan saraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. (Sidarta Ilyas,
2010).
4. Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek
lapang pandangan mata.( Sidarta Ilyas,2000).
5. Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup besar
untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang
pandang.( Arif, 1999 ).
6. Glaukoma adalah suatu keadaan pada mata, dimana ditemukan kenaikan
tekanan bola mata yang sudah menyebabkan kerusakan/kelainan pada diskus
optikus dan lapang pandangan.( Chandler & Grant (1977).
7. Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intra okuler. (Long Barbara, 1996).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya Glaukoma itu adalah :
1. Pada Glaukoma primer terdiri dari ::
a. Akut
Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
Diabetes mellitus
Hipertensi
Arterisklerosis
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
Miopia tinggi dan progresif.

2. Glaukoma Primer
Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang sempit.
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
Katarak
Perubahan lensa g
Kelainan uvea
Pembedahan

C. Faktor Resiko
1. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari
populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan
bertambahnya usia.
2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai
resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-
beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
3. Tekanan bola mata Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena
glaucoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah
sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat
dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.
4. Obat-obatan. Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita
asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid
secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid
secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata
untuk pendeteksian glaukoma

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang ditimbulkan Glaukoma adalah:
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius Lapang pandang mengecil dengan macam –
macam skotoma yang khas.
Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo (lingkaran berwana/terang disekitar cahaya)
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan

2. Glaukoma Primer
Cemas bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat
sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia
dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
a. Pembesaran bola mata
b. Gangguan lapang pandang
c. Nyeri di dalam mata
3. Glaukoma kongenital
a. Gangguan penglihatan
4. Glaukoma absolut
Akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol akan terjadi glaukoma
absolut.
a. ciri-ciri mata teraba keras
b. tajam penglihatan nol
c. dan seringkali disertai dengan nyeri mata hebat.
d. Keadaan ini dapat terjadi pada bentuk Glaukoma sudut terbuka maupun
glaukoma sudut tertutup.
Menurut Sidarta Ilyas(2004),glaukoma akan memperlihatkan gejala :
1. Tekanan bola mata yang tidak normal
2. Rusakanya selaput jalan
3. Menciutnya lapang pengelihatan akibat rusaknya selaput jala
4. Berakhir dengan kebutaan

E. Klasifikasi
1. Primary
a. Open Angle Glaucoma (Glaukoma Sudut-Terbuka Primer).
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer : tipe yang paling umum dijumpai. Terjadi
karena humor aqueus mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular
kelainannya terkesan lambat
 bersifat turunan (sehingga resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga)
 pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun.
 tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan
penglihatan terpengaruh secara permanen.
Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini.
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur
hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih
lanjut.
b. Acute Angle-Closure Glaucoma (Glaukoma Sudut-Tertutup Akut)
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang
mengganggu. Terjadi karena ruang anterior menyempit, sehingga iris terdorong
ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqoeus
mengalir ke saluran schlemm.

2. Glaukoma Primer
 Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-
warna di sekeliling cahaya.
 Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat
mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat.

2. Secondary Glaukoma (Glaukoma Sekunder)


terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan
sudut/peningkatan volume cairan dari dalam mata, Glaukoma Sekunder disebabkan
oleh kondisi lain seperti :
a. Katarak
b. Diabetes
c. Trauma
d. arthritis
e. maupun operasi mata sebelumnya.
f. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan
tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila
sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
3. Congenital Glaukoma (Glaukoma Kongenital)
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran.
Biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan
peka terhadap cahaya.
4. Glaukoma absolut merupakan stadium akhir, sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.

F. PATOFISIOLOGI ATAU PERJALANAN PENYAKIT GLAUKOMA


TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos
humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi
didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera
occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia
menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan
biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen.
Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan
ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang

2. Glaukoma Primer
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tekanan bola mata (Tonometri)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur tekanan bola mata, obat-obatan anastesi
biasanya digunakan untuk membuat mata baal, pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan applanasi Goldman (menyentuh sebaian kecil bola mata) atau dengan
semburan udara, kisaran tekanan bola mata normal adalah antara 10-21 mmHg
2. Evaluasi struktur syaraf mata
Terkait evaluasi saraf mata, dilakukan secara manual maupun dengan alat
pemeriksaan minimal 1-2 tahun. Prosedur pemeriksaan ini bertujuan untuk evaluasi
saraf mata untuk melihat ada tidaknya tanda-tanda glaucoma atau sebagai evaluasi
progresivitas penyakit. Kadang pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan obat
tetes midriasil untuk melebarkan pupil, sehingga detail saraf mata dapat terlihat
dengan jelas. Penggunaan obat ini dapat berakibat buram atau silau sementara dan
efeknya akan pulih setelah beberapa jam setelah diteteskan.
3. Pemeriksaa luas lapang pandang (Perimetri)
Perimetri merupakan pemriksaan luas penglihatan berupa pemetaan daerah yang bisa
dilihat dilihat oleh pasien, pemeriksaan ini sangat penting membantu dokter mata
dalam menilai tingkat keparahan glaucoma dan untuk evaluasi terapi. Pmeriksaan ini
harus dilakukan dalam kondisi tengan dan penuh konsentrasi
4. Pemeriksaan sudut balik mata depan ( Gonioskopi )
Merupakan prosedur diagnostic rutin yang membantu mengevaluasi kondisi saluran
drainase untuk menentukan tipe glaukosa berupa sudut terbuka dan tertutup.
Pemeriksaan dilakukan setelah pasien diberi obat tetes mata anastesi untuk membuat
mata baal. Pemeriksaan dilakukan menggunakan lensa kontak gonioskopi yang
ditempelkan pada bola mata, pemeriksaan ini sangat aman, tidak sakit dan tidak ada
efek samping.
5. Pemeriksaan ketebalan kornea mata (Pakimetri)
Merupakan pemeriksaan dengan mengukur ketebalan kornea, jaringan benign
yang berada paling depan dari bola mata. Pemeriksaan ini penting dilkaukan
paling tidak 1 kali, karen aketebalan kornea dapat mempengaruhipenghitungan
tekanan bola mata dapat menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari biasanya

H. Komplikasi
1. Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebakan perjalanan progesif
dari glaucoma yang lebih parah.yang lebih parah.
2. Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia
anterior), sehinggan menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior dan
menghambat aliran aqueous humor keluar.
3. Katarak
Pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan terjdai
gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa. Kerusakan
saraf optikus

2. Glaukoma Primer
4. Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan
tekanan dalambola mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara
10-20 mmHg sedangkan penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang
lebih dari normal bahkans terkadang dapat mencapai 50 - 60 mmHg pada
keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf,
semakin tinggi tekanan mata akan semakin beratakan menyebabkan
kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin beratkerusakan
saraf yang terjadi.kerusakan saraf yang terjadi.
5. Kebutaan
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus
optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan

I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta
meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang minimal.
Penangananya meliputi :
1. Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan
cairan di dalam mata dan TIO.
2. Pilocarpine umtuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran
yang tersumbat.
3. Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol
(untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan)
4. Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan
serangan glaukoma.
5. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).
6. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol
intravena (melalui pembuluh darah).

a. Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya
adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang
dilakukan pembedahan.
b. Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan. Apabila
obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka
terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.
1) Terapi Laser
a) Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata
yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal
pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles)

2. Glaukoma Primer
b) Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya
pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser
trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan
daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda.
Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau
terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode
yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan
intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat- obat tetes bius,
perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada
sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut
mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
c) Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang
umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang
parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur
ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang
membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini
menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian
mengurangi tekanan mata.
2. Terapi Pembedahan

a) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan


untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari
trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu
pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan
keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil
diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah
penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul
seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas.
Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata,
masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler
(capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata.
Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan.
Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.
b) Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu
potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu
membran . yang tipis . dari Jaringan .melaluinya cairan aqueous dapat dengan
lebih mudah mengalir. Ketika dia remh tidak inVasiv dibanding
trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak
efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim
pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif,
komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin.
Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara

2. Glaukoma Primer
lain tidak dapat dikontrol.

J. Pathway

K. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
a. Identitas / Data Biografi

2. Glaukoma Primer
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
2. Diagnosa dan Intervensi
a. Nyeri b.d peningkatan Tekanan Intra Okuler (TIO)
 Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
 Kriteria hasil:
1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan
nyeri
2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3) Ekspresi wajah rileks
 Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri
Rasional : Memudahkan tingkat nyeri untuk intervensi selanjutnya
2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa akut.
Rasional : Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari
hasil yang diharapkan.
3) Atur intensitas cahaya dan ketenangan dalam ruangan
Rasional : Sinar dan stress menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri.
4) Atur posisi fowleratau dalam posisi nyaman.
Rasional : Pada tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut datar.
5) Berikan analgesik sesuai anjuran
Rasional : Untuk mengontrol nyeri yang disebabkan TIO
b. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
 Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
 Kriteria Hasil:
1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
 Intervensi:
1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.

2. Glaukoma Primer
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi.
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh : menghitung tetesan,
mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami
keterbatasan penglihatan, contoh : kurangi kekacauan,atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram,
dan masalah penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang
pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap
sinar lingkungan.
5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dari sclera untuk memudahkan
aliran keluar aquos humor.
c. Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan,
ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
 Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
 Kriteria Hasil:
1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat
dapat diatasi.
2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3) Pasien menggunakan sumber secara efektif.
 Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-
tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman
diri, potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik
untuk mengontrol TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan/harapan yang akan
datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info tentang
pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/orang yang menolong.

2. Glaukoma Primer
Rasional: Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi ditandai dengan : pertanyaan, pernyataan salah persepsi,
tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
 Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan
pengobatannya.
 Kriteria Hasil:
1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
 Intervensi:
1) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan
kesempatan pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan
pertanyaan.
2) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh : tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh : midriatik, kelebihan
pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di kontrol dan mempertahankan konsistensi
program obat adalah kontrol vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan.
3) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan
(penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur,
dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai
ancaman kesehatan berat.
4) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres,
mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt
mencetuskan serangan akut.
5) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong,
menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut.
6) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari
konstipasi.
7) Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan
intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.

2. Glaukoma Primer
DAFTAR PUSTAKA

Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982


Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.
Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992
Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000
Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi
dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998
Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002
Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG,
Asbury T,EvaPR, editors. Oftalmologi umum. 17 ed. Jakarta. Widya
Medika.2009.Page224

2. Glaukoma Primer

Anda mungkin juga menyukai