Disusun Oleh :
2.Indra Jaya
3.Deni Zainudin
4.Yustia
PRODI S1 KEPERAWATAN
TA 2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah
penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi
sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada
kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa
termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional.
Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers
Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan
ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita
ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan
mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa
yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di
tengah masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan
pengobatan yang memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini
ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan
dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan
mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan
jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan
alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan,
yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei
Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap
penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185
per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan
jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk
Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat
mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.
B. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:
1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada gangguan ansietas
2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres
3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas
4. Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait dengan setiap tingkat
tersebut
5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang mengalami
gangguan ansietas
6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor
7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami ansietas dan
gangguan terkait stres
8. Memberi penyuluhan kepada klien, keluarga, pemberi perawatan, dan anggota masyarakat
untuk meningkatkan pemahaman tentang ansietas dan gangguan terkait stres
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1: panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil
keputusan.
Kriteria hasil:
Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.
Intervensi:
Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik.
Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti: berbicara
kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.
Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan
telah terlatih.
Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang
menimbulkan ansietas.
DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.
kriteria hasil:
Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.
Intervensi:
Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, ,menjadi
pendengar yang baik.
Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
Melakukan kominikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic yang ringan.
Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap sters.
DX 3: ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.
Kriteria hasil:
Klien memiliki koping terhadap ancaman.
Strategi koping positif.
Untuk mengetahui sebab biologis.
Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
Intrvensi:
Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil
digunakan pada masa lampau.
Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab biologis.
Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi klien
untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.
DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.
Kriteria hasil:
Meningkatkan kesadaran diri klien.
Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
Intervensi:
Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan cemasnya dan
menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang dilakukan perawat secara terapeutik
untuk membantu mengatasi kecemasan klien.
Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi
dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.
Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang ditakutinya,
tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku klien untuk
membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih.
Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC
------------------,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.
Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3.
Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.
Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi
Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta