KOORDINATOR :
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan di STIKES Harapan Ibu Jambi diharapkan
klien memahami tentang ansietas
2. Tujuan khusus
a. klien mampu mengetahui pengertian ansietas
b. klien mampu mengetahui klasifikasi ansietas
c. klien mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ansietas
d. klien mampu penyebab ansietas
e. klien mampu mengetahui tanda dan gejala ansietas
f. klien mampu mengetahui penatalaksanaan ansietas
C. Landasan teori
1. Definisi
Ansietas Adalah perasaan was-was atau khawatir, takut yang tidak jelas atau
tidak nyaman seakan akan terjadi sesuatu yang mengancam. ansietas adalah
perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar disertai respon otonom ( sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui individu), perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2018)
2. Klasifikasi
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Tahap perkembangan
d) Tipe pribadi
Orang yang berkepribadian a lebih mudah mengalami gangguan stres daripada
orang yang yang memiliki kepribadian orang-orang pada tipe a Dianggap lebih
memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi,
Sebab mereka menempatkan diri mereka pada suatu tekanan waktu Dengan
menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka
e) Pendidikan
f) Status kesehatan
Jika stres dipersepsikan akan berakibat baik maka k tingkat kecemasan yang
akan dirasakan akan berat. sebaliknya Stressor dipersepsikan tidak
mengancam dan individu mampu mengatasinya maka tingkat kecemasan yang
dirasakan akan lebih ringan
h) Mekanisme koping
4. Manifestasi
c) F41.2 Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi Pada jenis ini ditemukan
adanya gejala ansietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat. Untuk ansietas, beberapa
gejala otonomik karus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan. Gejala yang muncul tidak
berkaitan dengan stres kehidupan yang jelas. Apabila gejala yang muncul
tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka tidak
termasuk dalam gangguan ansietas, namun akan dimasukkan dalam
kategori gangguan penyesuaian (F43.2)
5. Patofisiologi
Stres yang dialami dalam kehidupan telah dikaitkan dengan munculnya
kejadian depresi dan gangguan ansietas. Adanya paparan kronis diikuti dengan
respon adaptif yang melibatkan aktivasi struktur neural yang berbeda pada
emosional dan proses kognitif di sistem saraf pusat, aktivasi lanjutan pada sistem
saraf otonom, dan HPA axis. Area pada SSP yang teraktivasi diantaranya adalah
thalamus dan area limbik seperti amigdala dan hipokampus. Proyeksi langsung
dari thalamus ke amigdala merupakan respon hasil stimulus noradrenergik dari
locus cereleus. Proyeksi tidak langsung juga menstimulasi amigdala dari korteks
sensorik dan korteks asosiatif. Sedangkan korteks transisional menghubungkan
dengan hipokampus. Lalu, hipokampus meneruskan stimulus ke nucleus lateral
amigdala yakni hypothalamic paraventricular nucleus (PVN). PVN mengeluarkan
CRH untuk merangsang pengeluaran ACTH di pituitary yang akan diteruskan ke
korteks adrenal untuk akhirnya mengeluarkan kortisol. HPA diregulasi oleh
aktivitas stimulus amigdala dan inhibitorik dari hipokampus. Selain itu, PVN juga
menerima proyeksi noradrenergik dari locus cereleus dan proyeksi serotonergik
dari nucleus raphe (Tafet & Nemeroff, 2020).
6. Penatalaksanaan
Tatalaksana Gangguan ansietas dapat diatasi dengan beberapa pengobatan
yang umumnya membutuhkan waktu kurang lebih 4-6 minggu untuk dapat
memberikan efek terapi. Namun, kebanyakan penderita cenderung menunggu
hingga kurang lebih satu tahun sebelum mencari bantuan kepada tenaga medis.
Pengobatan awal harus dipilih secara tepat dan harus melibatkan pasien, dengan
melihat tingkat keparahan dari gangguan, repon terhadap pengobatan yang pernah
dijalani sebelumnya, ketersediaan obat, dan pilihan dari penderita (Andrews et al.
2018)
Pengobatan gangguan ansietas dibagi menjadi dua, yaitu (Andrews et al.
2018; Bandelow, Michaelis, Wedekind, 2017):
a. Psikoterapi
Semua pasien dengan gangguan kecemasan membutuhkan dukungan
melalui komunikasi dan perhatian khusus terhadap masalah emosional yang
terkait dengan gangguan kecemasan yang dialaminya. Psikoedukasi juga perlu
dilakukan termasuk segala informasi mengenai fisiologi tubuh akan gejala dari
reaksi kecemasan yang muncul beserta alasannya dan pengobatan yang
mungkin bisa dijalani (Bandelow, Michaelis, Wedekind, 2017). Berbagai terapi
psikologis dapat dilakukan, seperti penyelesaian masalah, relaksasi, terapi
interpersonal, modifikasi bias kognitif, perhatian ataupun pendekatan
psikodinamik, tampaknya bermanfaat namun evidence base nya lebih kecil
dibandingkan dengan CBT dengan terapis yang berpengalaman. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya studi yang telah dilakukan dan didukung dengan
berbagai meta-analisis (Andrews et al. 2018).
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan sebuah terapi yang
dapat membantu pasien mengenali, menyadari, dan merubah disfungsi pikiran,
emosi, maupun perilaku yang menjadi bagian dari rasa takut dan penghindaran
yang menunjukkan gangguan yang mereka alami (Andrews et al. 2018). CBT
dilakukan berdasarkan penelitian neuro-sains dan psikologi ilmiah sehingga
dapat membantu untuk memahami fungsi dari pikiran manusia, bahkan
digunakan sebagai teori dasar untuk panduan 15 diagnosik pada DSM-5
(Borza, 2017). CBT mencakup berbagai stratategi yang tentunya bervariasi dan
terapinya disesuaikan dengan gangguan tertentu (Andrews et al. 2018).
Selain dengan obat-obatan dan psikoterapi, ada beberapa cara sederhana
yang dapat dilakukan secara mandiri dan telah terbukti dapat membantu
mengurangi gejala gangguan kecemasan, yaitu:
1. Menarik napas yang dalam
Bernapas dengan dalam dapat membuat tubuh relaks dan mengurangi
aktivitas saraf di otak yang menyebabkan rasa cemas. Ketika mengalami
kecemasan, tarik napas panjang selama lima detik, kemudian tahan selama
lima detik, lalu lepaskan kembali perlahan-lahan dalam lima detik juga.
Lakukanlah beberapa kali sampai pikiran lebih tenang
2. Memusatkan pikiran pada aktivitas yang dijalani
Ketika merasa cemas, fokus Anda akan terganggu. Jika ini terjadi, cobalah
untuk kembali fokus pada hal yang akan Anda lakukan. Misalnya, jika ada
jadwal membersihkan rumah atau mencuci baju, lakukanlah. Jika ada jadwal
berkumpul dengan teman-teman, tetaplah pergi. Duduk diam tanpa
melakukan apa pun dan diliputi kekhawatiran tentang hal-hal yang mungkin
terjadi justru akan memperburuk kecemasan.
3. Menerapkan metode 3-3-3
Lihatlah ke lingkungan sekitar dan sebut tiga benda. Kemudian sebutkan
tiga suara yang mungkin sedang terdengar saat itu. Lanjutkan dengan
menyebut tiga bagian tubuh, seperti jari, lengan, dan pergelangan kaki,
sambil menggerak-gerakkannya dengan santai. Teknik ini dapat membantu
menghentikan atau mengalihkan pikiran negatif yang membuat Anda
gelisah
4. Menghindari kafein dan alkohol
Alkohol dapat memberikan sensasi rileks sebagai efek jangka pendek.
Namun jika dikonsumsi terlalu sering atau berlebihan, alkohol justru dapat
membuat gangguan cemas menjadi lebih berat. Konsumsi kafein, baik
dalam bentuk kopi, cokelat, maupun teh, juga dapat memicu dan
memperburuk gejala kecemasan. Beberapa studi menunjukkan bahwa
konsumsi kopi dan teh dapat membuat seseorang merasa lebih gelisah dan
sulit berkonsentrasi, terlebih jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, yaitu
lebih dari 2 gelas per hari
5. Bercerita kepada orang yang dipercaya
Curhat atau menceritakan apa yang sedang Anda rasakan dan alami kepada
orang yang Anda percaya bisa meringankan kecemasan Anda. Orang
tersebut bisa saja psikiater, teman dekat, atau anggota keluarga yang
memahami kondisi Anda. Sebagai alternatif, cobalah mencari support
group yang beranggotakan orang-orang dengan keluhan yang serupa,
sehingga bisa saling berbagi pengalaman dan tips tentang bagaimana cara
mengatasi gangguan kecemasan.
6. Menyediakan waktu untuk diri sendiri
Sediakan waktu untuk berjalan santai, melakukan meditasi, mendapatkan
pijatan, menonton film, atau mendengarkan audio yang bisa menenangkan,
atau berendam di air hangat. Bia perlu, matikan telepon genggam Anda
selama beberapa saat agar Anda tidak terganggu. Terkadang kecemasan
dapat disebabkan oleh meningkatnya hormon stres. Cara-
cara relaksasi tersebut bisa membuat Anda merasa lebih tenang, sehingga
rasa cemas pun bisa reda.
7. Makan teratur dan minum cukup air
Ketika sibuk atau merasa cemas, seseorang dapat melupakan jadwal
makannya. Padahal kadar gula darah yang rendah karena terlambat makan
dapat menyebabkan seseorang lebih mudah emosi dan cemas. Kekurangan
cairan atau dehidrasi juga dapat membuat jantung berdetak lebih cepat dan
memperburuk rasa cemas. Efektivitas langkah-langkah di atas belum tentu
sama pada setiap orang dengan gangguan kecemasan. Hal terpenting untuk
meredakan kecemasan adalah mengenali pencetus rasa cemas tersebut,
kemudian menentukan cara yang paling cocok bagi Anda untuk
meredakannya. Agar hasilnya optimal, Anda disarankan untuk berkonsultasi
ke dokter guna mendapat penanganan lebih lanjut. Terlebih jika gangguan
kecemasan sudah menimbulkan kesulitan dalam menjalani aktivitas, susah
tidur, kelelahan, sulit berkonsentrasi, hingga gejala depresi berupa ide atau
pikiran untuk bunuh diri.
b. Farmakoterapi Terapi ini banyak direkomendasikan karena memiliki cukup
banyak keuntungan, diantaranya yaitu mudah untuk peresepan pada
pengobatan primer, mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah, dan
efek terapinya terjamin (Andrews et al. 2018). Namun, penggunaannya perlu
pengawasan terutama pada beberapa obat yang memerlukan paparan dosis
bertahap unutuk mencegah overdosis dan penyalahgunaan obat tersebut
(Bandelow, Michaelis, Wedekind, 2017).
D. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Ansietas dan pencegahannya
2. Sub Pokok Bahasan
1. Defenisi
2. Klasifikasi
3. Factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
4. Manifestasi
5. Patofisiologi
6. Penatalaksanaan
3. Sasaran dan target: Klien kelolaan
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
5. Media dan alat
a. Proyektor
b. Laptop
c. Meja
d. Alat tulis
6. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 1 September 2022
Jam : 09:00-09:30 WIB
Waktu pertemuan : 30 menit
Tempat : Puskesmas Muara Bulian
7. Kriteria peserta: klien dengan ansietas
8. Pengorganisasian
Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
a. Memperkenalkan diri, anggota kelompok, dan pembimbing
b. Mengkoordinasikan semua kegiatan
c. Membuka dan menutup kegiatan
d. Menjelaskan topik, kontrak waktu dan tujuan kegiatan
e. Mengarahkan jalannya kegiatan
f. Memberikan kesempatan audience untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Tugas Presenter
a. Menyusun rencana kegiatan SAP
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan kepada
audience
d. Memotivasi anggota mengemukakan pendapat dan memberikan umpan
balik
3. Tugas Fasilitator
a. Memotivasi audience agar berperan aktif selama kegiatan
b. Memfasilitasi dalam kegiatan
c. Membuat dan menjalankan absensi kegiatan
4. Tugas Observer
a. Mengamati jalan nya kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan
Pengaturan Tempat
MEDIA
O M P
K K F K K
D
Kegiatan
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Struktur pengorganisasian sesuai dengan yang di rencanakan
b. Setting tempat sesuai dengan yang di rencanakan
c. Tempat dan media sesuai dengan yang di rencanakan
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu sesuai dengan yang di rencanakan
c. Selama proses berlangsung di harapkan audience dapat mengikuti seluruh
kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan
d. Selama kegiatan berlangsung di harapkan audience berperan aktif
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta yang hadir mampu menyebutkan pengertian ansietas
b. Peserta yang hadir mampu menyebutkan klasifikasi ansietas
c. Peserta yang hadir mampu menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi
ansietas
d. Peserta yang hadir mampu menyebutkan manifestasi ansietas
e. Peserta yang hadir mampu menyebutkan patofisiologi ansietas
f. Peserta yang hadir mampu menyebutkan penatalaksaan ansietas
DAFTAR PUSTAKA