Anda di halaman 1dari 21

PRE PLANNING

SATUAN ACARA PENYULUHAN ANSIETAS


STASE KEPERAWATAN JIWA 1

Disusun Oleh : Kelompok Evelyn Adam

Deshi Anggraini, S.Kep Citra Cicilia, S.Kep


Suharni, S.Kep Eva Solina, S.Kep
Padhila, S.Kep Ari Yuliatun, S.Kep
Fronica, S.Kep Marissa, S.Kep
Alentia R, S.Kep Aldyan Rananda, S.Kep
Tri Mulyati, S.Kep

KOORDINATOR :

Ns. Nofrida Saswati, M.Kep


Ns. Isti Harkomah, M.Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2022
A. Latar belakang

Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan


sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang yang mengancam namun
ketika kecemasan terjadi terus-menerus tidak rasional dan intensitasnya meningkat
apakah kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai
gangguan kecemasan (ADAA,2010). Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan
bahwa gangguan kecemasan juga merupakan suatu komorbiditas (Luana, et.al.,
2012)

Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan dengan prevalensi seumur


hidup yaitu 16 % sampai 29%. Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan
pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup
dengan gangguan kecemasan seperti gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan phobia. sedangkan
gangguan kecemasan terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan
kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria
(NIMH dalam Donner & Lowry, 2013)

Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil riset


kesehatan dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk usia 15
tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes,
2014)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan di STIKES Harapan Ibu Jambi diharapkan
klien memahami tentang ansietas
2. Tujuan khusus
a. klien mampu mengetahui pengertian ansietas
b. klien mampu mengetahui klasifikasi ansietas
c. klien mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ansietas
d. klien mampu penyebab ansietas
e. klien mampu mengetahui tanda dan gejala ansietas
f. klien mampu mengetahui penatalaksanaan ansietas

C. Landasan teori

1. Definisi

Ansietas Adalah perasaan was-was atau khawatir, takut yang tidak jelas atau
tidak nyaman seakan akan terjadi sesuatu yang mengancam. ansietas adalah
perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar disertai respon otonom ( sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui individu), perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2018)

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal dari manusia untuk


menghadapi situasi tertentu, tetapi juga dapat berubah menjadi gangguan mental
jika berlebihan dan tidak sebanding dengan situasi. kemungkinan menafsirkan
sesuatu hal yang rancu sebagai hal yang mengancam dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita kecemasan, Artinya mereka memandang dirinya mudah
terkena pada hal-hal yang menyakitkan. mereka juga memandang lebih besar
resiko yang mereka peroleh dalam suatu situasi (Boky, 2013)

Ansietas atau kecemasan merupakan kondisi yang normal dan merupakan


reaksi sehat terhadap stres yang beruhubungan dengan aktivasi respon fight-or-
flight dari segi fisik, mental, dan perubahan perilaku yang memungkinkan
seseorang untuk menghadapi ancaman atau bahaya. Ansietas bisa bermanfaat bagi
kita. Misalnya, tingkat kecemasan sedang yang terjadi sesaat sebelum kegiatan
olahraga, ujian, ataupun bekerja, akan meningkatkan kewaspadaan dan kinerja.
Sementara tingkat kecemasan yang cukup tinggi seperti berada dalam situasi
bahaya nyata akan memungkinkan seseorang untuk fokus pada ancaman dan
bertindak cepat untuk melarikan diri atau menangkal bahaya tersebut. Bahkan,
dengan tingkat kecemasan yang cukup tinggi pun aktifitas bisa dilakukan secara
normal atau seperti biasa apabila konsisten terhadap tuntutan situasi yang harus
dihadapi (Andrews et al. 2018).

Penulis menyimpulkan bahwa kecemasan adalah respon individu untuk


menghadapi situasi bahaya atau keadaan tidak menyenangkan seolah-olah ada
sesuatu yang buruk akan terjadi dan dapat berubah menjadi gangguan mental jika
berlebihan dan tidak sebanding dengan situasi

2. Klasifikasi

Pieter dan janiwarti (2011), membagi kecemasan menjadi 4 jenis, yaitu:


a) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan
sehari-hari. lapangan persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan
waspada. orang yang mengalami kecemasan ringan akan terdorong untuk
menghasilkan kreativitas. respon respon fisiologis organ yang mengalami
kecemasan ringan adalah Ah terserah kali mengalami nafas pendek naiknya
tekanan darah dan Nadi, muka berkerut , Bibir bergetar dan mengalami gejala
pada lambung
b) Kecemasan sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi dan lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampaikan hal
lain. Respon fisiologis dari orang yang mengalami kecemasan sedang adalah
sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia,
Diare konstipasi dan gelisah
c) Kecemasan berat
Pada kecemasan berat persepsinya menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal-hal kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. individu sulit
berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan Untuk memusatkan
perhatian pada area lain. respon-respon fisiologis kecemasan Berat adalah
nafas pendek nadi dan tekanan darah naik banyak berkeringat, rasa sakit
kepala, penglihatan kabur,b dan mengalami ketegangan
d) Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
melakukan apapun walau dia suruh diberikan pengarahan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


Berikut ini factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (untari, 2014), yaitu:

a) Usia

Semakin meningkat usia seseorang semakin baik tingkat kematangan seseorang


walau sebenarnya tidak mutlak

b) Jenis kelamin

angguan lebih sering dialami perempuan Daripada laki-laki mpun memiliki


tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang berjenis
kelamin laki-laki dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosi yang pada
akhirnya Peka juga terhadap perasaan cemasnya. perempuan cenderung
melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detil sedangkan laki-
laki cenderung Global atau tidak detail

c) Tahap perkembangan

Setiap tahap dalam usia perkembangan sangat berpengaruh pada


perkembangan jiwa termasuk di dalamnya konsep diri yang akan
mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan dan pandangan individu tentang
dirinya Dan dapat mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. individu dengan konsep diri yang negatif lebih Rentan terhadap
kecemasan

d) Tipe pribadi
Orang yang berkepribadian a lebih mudah mengalami gangguan stres daripada
orang yang yang memiliki kepribadian orang-orang pada tipe a Dianggap lebih
memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi,
Sebab mereka menempatkan diri mereka pada suatu tekanan waktu Dengan
menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka

e) Pendidikan

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami


kecemasan, karena semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi
kemampuan berpikir seseorang

f) Status kesehatan

Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan kapasitas seseorang dalam


menghadapi stres

g) Makna yang dirasakan

Jika stres dipersepsikan akan berakibat baik maka k tingkat kecemasan yang
akan dirasakan akan berat. sebaliknya Stressor dipersepsikan tidak
mengancam dan individu mampu mengatasinya maka tingkat kecemasan yang
dirasakan akan lebih ringan

h) Mekanisme koping

Ketika mengalami kecemasan, individu akan menggunakan mekanisme


koping untuk mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara
konstruktif menyebabkan terjadinya perilaku patologis

4. Manifestasi

Gejala Berdasarkan jenisnya, gangguan ansietas memiliki gejala khusus


masing-masing. Meskipun gejala umunya sama, yaitu adanya kemerahan pada
wajah, pucat, gemetar, berkeringat (yang secara tiba-tiba dingin dan panas
diseluruh tubuh), palpitasi, atau bahkan pingsan (Bandelow & Michaelis, 2015)
Berikut gejala khusus yang dimiliki oleh masing-masing jenis gangguan
ansietas yang bisa juga digunakan untuk mendiagnosis (Maslim, 2013):

1) F40 Gangguan Ansietas Fobik


a) F40.0 Agorafobia Agoragobia dibedakan menjadi Agorafobia tanpa
Gangguan Panik (F40.00) dan Agorafobia dengan Gangguan Panik
(F40.01). Gejalanya yaitu ansietas yang timbul terbatas pada (terutama
terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari siatuasi berikut:
banyak orang/ keramaian, tempat umum, bepergian ke luar rumah, dan
bepergian sendiri. Sehingga penderita menolak untuk keluar rumah atau
yang biasa disebut dengan
b) F40.1 Fobia Sosial Gejalanya yaitu ansietas harus mendominasi atau
terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle) dan
menghindar dari situasi tersebut. Gejalanya terlihat serupa dengan
Agorafobia sehingga terkadang terlalu sulit untuk membedakan. Namun
lebih diutamakan untuk mendiagnosis Agorafobia
c) F40.2 Fobia Khas (terisolasi) Gejalanya yaitu ansietas terbatas pada adanya
objek atau situasi tertentu (highly specific situations) dan situasi tersebut
sebisa mungkin dihindarinya. Pada fobia khas ini umumnya tidak ada
gejala psikiatrik lain, tidak seperti halnya Agorafobia dan fobia sosial
2) F41 Gangguan Ansietas Lainnya
a) F41.0 Gangguan Panik Pada gangguan panik biasanya ditemukan adanya
beberapa kali serangan ansietas berat (severe attacks of autonomic anxiety)
dalam masa kira-kira satu bulan yang muncul pada keadaan atau situasi
yang sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya dan terjadi secara tidak
terduga atau tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations), dengan keadaan yang relatif
bebas dari gejalagejala ansietas pada periode diantara serangan-serangan
panik meskipun umumnya daapt terjadi juga ansietas terjadi setelah
membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi

b) F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh Gangguan Cemas Menyeluruh atau


yang biasa dikenal dengan Generalized Anxiety Disorder (GAD) memiliki
ciri khas dimana penderita akan menunjukkan ansietas sebagai gejala
primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu samapi
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja free floating nya meliputi: kecemasan (khawatir
akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrsi, dsb.);
ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
dan overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb.).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan 10 beerlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang
menonjol

c) F41.2 Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi Pada jenis ini ditemukan
adanya gejala ansietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat. Untuk ansietas, beberapa
gejala otonomik karus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan. Gejala yang muncul tidak
berkaitan dengan stres kehidupan yang jelas. Apabila gejala yang muncul
tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka tidak
termasuk dalam gangguan ansietas, namun akan dimasukkan dalam
kategori gangguan penyesuaian (F43.2)

d) F41.3 Gangguan Ansietas Campuran Lainnya Gejalanya yaitu serupa


dengan GAD (F41.1) dan juga menunjukkan ciriciri yang menonjol dari
kategori gangguan F40-F49 meskipun hanya dalam jangka pendek, akan
tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap. Gejala yang memenuhi
kriteria dari kelompok gangguan ini tidak berkaitan dengan perubahan atau
stress kehidupan yang bermakna. Apabila gejala yang muncul tersebut
berkaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka
tidak termasuk kedalam gangguan ansietas, namun akan dimasukkan dalam
kategori gangguan penyesuaian (F43.2)

5. Patofisiologi
Stres yang dialami dalam kehidupan telah dikaitkan dengan munculnya
kejadian depresi dan gangguan ansietas. Adanya paparan kronis diikuti dengan
respon adaptif yang melibatkan aktivasi struktur neural yang berbeda pada
emosional dan proses kognitif di sistem saraf pusat, aktivasi lanjutan pada sistem
saraf otonom, dan HPA axis. Area pada SSP yang teraktivasi diantaranya adalah
thalamus dan area limbik seperti amigdala dan hipokampus. Proyeksi langsung
dari thalamus ke amigdala merupakan respon hasil stimulus noradrenergik dari
locus cereleus. Proyeksi tidak langsung juga menstimulasi amigdala dari korteks
sensorik dan korteks asosiatif. Sedangkan korteks transisional menghubungkan
dengan hipokampus. Lalu, hipokampus meneruskan stimulus ke nucleus lateral
amigdala yakni hypothalamic paraventricular nucleus (PVN). PVN mengeluarkan
CRH untuk merangsang pengeluaran ACTH di pituitary yang akan diteruskan ke
korteks adrenal untuk akhirnya mengeluarkan kortisol. HPA diregulasi oleh
aktivitas stimulus amigdala dan inhibitorik dari hipokampus. Selain itu, PVN juga
menerima proyeksi noradrenergik dari locus cereleus dan proyeksi serotonergik
dari nucleus raphe (Tafet & Nemeroff, 2020).

6. Penatalaksanaan
Tatalaksana Gangguan ansietas dapat diatasi dengan beberapa pengobatan
yang umumnya membutuhkan waktu kurang lebih 4-6 minggu untuk dapat
memberikan efek terapi. Namun, kebanyakan penderita cenderung menunggu
hingga kurang lebih satu tahun sebelum mencari bantuan kepada tenaga medis.
Pengobatan awal harus dipilih secara tepat dan harus melibatkan pasien, dengan
melihat tingkat keparahan dari gangguan, repon terhadap pengobatan yang pernah
dijalani sebelumnya, ketersediaan obat, dan pilihan dari penderita (Andrews et al.
2018)
Pengobatan gangguan ansietas dibagi menjadi dua, yaitu (Andrews et al.
2018; Bandelow, Michaelis, Wedekind, 2017):
a. Psikoterapi
Semua pasien dengan gangguan kecemasan membutuhkan dukungan
melalui komunikasi dan perhatian khusus terhadap masalah emosional yang
terkait dengan gangguan kecemasan yang dialaminya. Psikoedukasi juga perlu
dilakukan termasuk segala informasi mengenai fisiologi tubuh akan gejala dari
reaksi kecemasan yang muncul beserta alasannya dan pengobatan yang
mungkin bisa dijalani (Bandelow, Michaelis, Wedekind, 2017). Berbagai terapi
psikologis dapat dilakukan, seperti penyelesaian masalah, relaksasi, terapi
interpersonal, modifikasi bias kognitif, perhatian ataupun pendekatan
psikodinamik, tampaknya bermanfaat namun evidence base nya lebih kecil
dibandingkan dengan CBT dengan terapis yang berpengalaman. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya studi yang telah dilakukan dan didukung dengan
berbagai meta-analisis (Andrews et al. 2018).
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan sebuah terapi yang
dapat membantu pasien mengenali, menyadari, dan merubah disfungsi pikiran,
emosi, maupun perilaku yang menjadi bagian dari rasa takut dan penghindaran
yang menunjukkan gangguan yang mereka alami (Andrews et al. 2018). CBT
dilakukan berdasarkan penelitian neuro-sains dan psikologi ilmiah sehingga
dapat membantu untuk memahami fungsi dari pikiran manusia, bahkan
digunakan sebagai teori dasar untuk panduan 15 diagnosik pada DSM-5
(Borza, 2017). CBT mencakup berbagai stratategi yang tentunya bervariasi dan
terapinya disesuaikan dengan gangguan tertentu (Andrews et al. 2018).
Selain dengan obat-obatan dan psikoterapi, ada beberapa cara sederhana
yang dapat dilakukan secara mandiri dan telah terbukti dapat membantu
mengurangi gejala gangguan kecemasan, yaitu:
1. Menarik napas yang dalam
Bernapas dengan dalam dapat membuat tubuh relaks dan mengurangi
aktivitas saraf di otak yang menyebabkan rasa cemas. Ketika mengalami
kecemasan, tarik napas panjang selama lima detik, kemudian tahan selama
lima detik, lalu lepaskan kembali perlahan-lahan dalam lima detik juga.
Lakukanlah beberapa kali sampai pikiran lebih tenang
2. Memusatkan pikiran pada aktivitas yang dijalani
Ketika merasa cemas, fokus Anda akan terganggu. Jika ini terjadi, cobalah
untuk kembali fokus pada hal yang akan Anda lakukan. Misalnya, jika ada
jadwal membersihkan rumah atau mencuci baju, lakukanlah. Jika ada jadwal
berkumpul dengan teman-teman, tetaplah pergi. Duduk diam tanpa
melakukan apa pun dan diliputi kekhawatiran tentang hal-hal yang mungkin
terjadi justru akan memperburuk kecemasan.
3. Menerapkan metode 3-3-3
Lihatlah ke lingkungan sekitar dan sebut tiga benda. Kemudian sebutkan
tiga suara yang mungkin sedang terdengar saat itu. Lanjutkan dengan
menyebut tiga bagian tubuh, seperti jari, lengan, dan pergelangan kaki,
sambil menggerak-gerakkannya dengan santai. Teknik ini dapat membantu
menghentikan atau mengalihkan pikiran negatif yang membuat Anda
gelisah
4. Menghindari kafein dan alkohol
Alkohol dapat memberikan sensasi rileks sebagai efek jangka pendek.
Namun jika dikonsumsi terlalu sering atau berlebihan, alkohol justru dapat
membuat gangguan cemas menjadi lebih berat. Konsumsi kafein, baik
dalam bentuk kopi, cokelat, maupun teh, juga dapat memicu dan
memperburuk gejala kecemasan. Beberapa studi menunjukkan bahwa
konsumsi kopi dan teh dapat membuat seseorang merasa lebih gelisah dan
sulit berkonsentrasi, terlebih jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, yaitu
lebih dari 2 gelas per hari
5. Bercerita kepada orang yang dipercaya
Curhat atau menceritakan apa yang sedang Anda rasakan dan alami kepada
orang yang Anda percaya bisa meringankan kecemasan Anda. Orang
tersebut bisa saja psikiater, teman dekat, atau anggota keluarga yang
memahami kondisi Anda. Sebagai alternatif, cobalah mencari support
group yang beranggotakan orang-orang dengan keluhan yang serupa,
sehingga bisa saling berbagi pengalaman dan tips tentang bagaimana cara
mengatasi gangguan kecemasan.
6. Menyediakan waktu untuk diri sendiri
Sediakan waktu untuk berjalan santai, melakukan meditasi, mendapatkan
pijatan, menonton film, atau mendengarkan audio yang bisa menenangkan,
atau berendam di air hangat. Bia perlu, matikan telepon genggam Anda
selama beberapa saat agar Anda tidak terganggu. Terkadang kecemasan
dapat disebabkan oleh meningkatnya hormon stres. Cara-
cara relaksasi tersebut bisa membuat Anda merasa lebih tenang, sehingga
rasa cemas pun bisa reda.
7. Makan teratur dan minum cukup air
Ketika sibuk atau merasa cemas, seseorang dapat melupakan jadwal
makannya. Padahal kadar gula darah yang rendah karena terlambat makan
dapat menyebabkan seseorang lebih mudah emosi dan cemas. Kekurangan
cairan atau dehidrasi juga dapat membuat jantung berdetak lebih cepat dan
memperburuk rasa cemas. Efektivitas langkah-langkah di atas belum tentu
sama pada setiap orang dengan gangguan kecemasan. Hal terpenting untuk
meredakan kecemasan adalah mengenali pencetus rasa cemas tersebut,
kemudian menentukan cara yang paling cocok bagi Anda untuk
meredakannya. Agar hasilnya optimal, Anda disarankan untuk berkonsultasi
ke dokter guna mendapat penanganan lebih lanjut. Terlebih jika gangguan
kecemasan sudah menimbulkan kesulitan dalam menjalani aktivitas, susah
tidur, kelelahan, sulit berkonsentrasi, hingga gejala depresi berupa ide atau
pikiran untuk bunuh diri.
b. Farmakoterapi Terapi ini banyak direkomendasikan karena memiliki cukup
banyak keuntungan, diantaranya yaitu mudah untuk peresepan pada
pengobatan primer, mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah, dan
efek terapinya terjamin (Andrews et al. 2018). Namun, penggunaannya perlu
pengawasan terutama pada beberapa obat yang memerlukan paparan dosis
bertahap unutuk mencegah overdosis dan penyalahgunaan obat tersebut
(Bandelow, Michaelis, Wedekind, 2017).

D. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Ansietas dan pencegahannya
2. Sub Pokok Bahasan
1. Defenisi
2. Klasifikasi
3. Factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
4. Manifestasi
5. Patofisiologi
6. Penatalaksanaan
3. Sasaran dan target: Klien kelolaan
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
5. Media dan alat
a. Proyektor
b. Laptop
c. Meja
d. Alat tulis
6. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 1 September 2022
Jam : 09:00-09:30 WIB
Waktu pertemuan : 30 menit
Tempat : Puskesmas Muara Bulian
7. Kriteria peserta: klien dengan ansietas
8. Pengorganisasian

Penanggung Jawab : Deshi Anggraini, S.Kep


Moderator : Alentia, S.Kep
Presenter : Padhila, S.Kep
Fasilitator : Fronica, S.Kep
Tri Mulyati, S.Kep
Eva Solina, S.Kep
Observer : Ariyuliatun, S.Kep
Marissa, S.Kep
Dokumenter : Suharni, S.Kep
Citra cicilia, S.Kep

Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
a. Memperkenalkan diri, anggota kelompok, dan pembimbing
b. Mengkoordinasikan semua kegiatan
c. Membuka dan menutup kegiatan
d. Menjelaskan topik, kontrak waktu dan tujuan kegiatan
e. Mengarahkan jalannya kegiatan
f. Memberikan kesempatan audience untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Tugas Presenter
a. Menyusun rencana kegiatan SAP
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan kepada
audience
d. Memotivasi anggota mengemukakan pendapat dan memberikan umpan
balik
3. Tugas Fasilitator
a. Memotivasi audience agar berperan aktif selama kegiatan
b. Memfasilitasi dalam kegiatan
c. Membuat dan menjalankan absensi kegiatan
4. Tugas Observer
a. Mengamati jalan nya kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan

Pengaturan Tempat

MEDIA

O M P

K K F K K

D
Kegiatan

Tahap kegiatan dan Kegiatan penyuluhan Kegiatan audiens


waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
(3 menit)  Memperkenalkan diri, anggota  Mendengarkan dan
kelompok dan pembimbing. memperhatikan
 Menjelaskan tema, waktu,  Mendengarkan
tujuan dan manfaat kegiatan
penyuluhan

Pelaksanaan  Menggali pengetahuan audiens  Mengemukakan


(20 menit) tentang Ansietas pendapat
 Memberi reinforcemen positif  Mendengarkan dan
pada audiens atas pendapat memperhatikan
audiens  Mendengarkan dan
 Menjelaskan materi tentang memperhatikan
pengertian Ansietas  Mengemukakan
 Menggali pengetahuan audiens pendapat
serta menjelaskan tentang
klasifikasi ansietas  Mendengarkan dan
 Memberi reinforcemen positif memperhatikan
pada audiens atas pendapat  Mendengarkan dan
audiens memperhatikan
 Menjelaskan materi penyuluhan
tentang factor-faktor yang  Mendengarkan dan
menyebabkan ansietas memperhatikan

 Menjelaskan materi tentang  Mendengarkan dan


manifestasi ansietas memperhatikan

 Menjelaskan materi tentang  Mendengarkan dan


patofisiologi ansietas memperhatikan

 Menjelaskan materi tentang


penatalaksaan ansietas

Penutup  Memberikan kesempatan pada  Memberikan


( 7 menit) audiens untuk bertanya pertanyaan
 Memberi reinforcemen pada  Mendelegasikan
audiens atas pertanyaan audiens dan memperhatikan
 Memberikan kesempatan audiens  Mengemukakan
lain untuk memberi pendapat pendapat
 Melengkapi atau memberikan  Mendengarkan dan
penjelasan atas pertanyaan memperhatikan
audiens  Mendengarkan dan
 Mengevaluasi dan menyimpulkan memperhatikan
materi penyuluhan yang telah di sertaikut
sampaikan menyimpulkan
 Menjawab salam
 Salam penutup

Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Struktur pengorganisasian sesuai dengan yang di rencanakan
b. Setting tempat sesuai dengan yang di rencanakan
c. Tempat dan media sesuai dengan yang di rencanakan
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu sesuai dengan yang di rencanakan
c. Selama proses berlangsung di harapkan audience dapat mengikuti seluruh
kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan
d. Selama kegiatan berlangsung di harapkan audience berperan aktif
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta yang hadir mampu menyebutkan pengertian ansietas
b. Peserta yang hadir mampu menyebutkan klasifikasi ansietas
c. Peserta yang hadir mampu menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi
ansietas
d. Peserta yang hadir mampu menyebutkan manifestasi ansietas
e. Peserta yang hadir mampu menyebutkan patofisiologi ansietas
f. Peserta yang hadir mampu menyebutkan penatalaksaan ansietas
DAFTAR PUSTAKA

ADAA (Anxiety disorsers Association of America), 2014. Anxiety Disordes in


women: setting an research Agenda. USA: PDF
Adyttia, A. E.K. Untari, Sri wahdaningsih, 2014. Efek ekstrak etanol daun premna
cordifolia terhadap malondialdehida tikus yang dipapar asap rokok. Original
article pharmasi 1 (2): 104-115
Boky, H., Mariati., N, & Maryono, J. (2013). Gambaran tangkat kecemasan pasien
dewasa terhadap Tindakan pencabutan gigi di puskesmas Bahu kecamaan
Malalayang Kota Manado.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 5. Jakarta: Depkes RI
Donner, N.C., Lowry, C.A. (2013). Sex differences in anxiety and emosional
behavior. Pubmed. 5.2601-602
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Luana, N. A., Panggabean, S., Lengkong J.P.M., & Christin, I. 2012. Kecemasan
pada peerita penyakit GGK yang menjalani hemodialisis di RS Universitas
Kristen Indonesia. Media Medika: Indonesia
NANDA. 2018. NANDA-I. Diagnosis keperawatan: defenisi dan klasifikasi. Jakarta:
EGC
Andrews, G., Bell, C., Boyce, P., et al. (2018). Royal Australian and New Zealand
College of Psychiatrists Clinical Practice Guidelines for the Treatment of
Panic Disorder, Social Anxiety Disorder and Generalised Anxiety Disorder.
Australian & New Zealand Journal of Psychiatry, 52(12), 1109-1172.
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0004867418799453
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jay

Anda mungkin juga menyukai