Anda di halaman 1dari 19

Konsep Teori Ansietas

1. Pengertian Kecemasan / Ansietas


Ansietas adalah keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu, tanpa objek Yang
spesifik karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman yang Baru seperti
masuk sekolah, pekerjaan baru, atau melahirkan anak (Stuart, 2013).
Menurut American Psychological Association (APA) dalam (Muyasaroh et al. 2020),
kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang Stress, dan
ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa Khawatir dan
disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan Darah, dan lain
sebagainya).

2. Etiologi Ansietas.
Menurut Donsu, (2017) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ansietas, yaitu :
a. Faktor Presdisposisi
1) Biologi
Suatu model biologis yang menerangkan bahwa ekspresi emosi yang
melibatkan struktur anatomi dalam otak dan aspek biologis ini
menerangkan adanya pengaruh neurotransmitter yang dapat menyebabkan
kecemasan. Dikatakan bahwa ada 3 jenis neurotransmiten yang
berhubungan dengan anatomi otak yang dapat mempengaruhi kecemasan
adalah norepineprin, serotonin dan Gamma-AminoButyric Acid (GABA).
2) Psikologis
Suliswati (2005) dalam Donsu (2017) menjelaskan bahwa ketegangan
dalam kehidupan yang dapat menimbulkan anxiety diantaranya adalah
suatu tragedi yang membuat trauma baik krisis perkembangan maupun
situasional seperti terjadinya bencana, konflik emosional individu yang
terselesaikan dengan baik serta mengalami konsep diri yang terganggu.
3) Sosial Budaya
Adanya riwayat gangguan anxiety dalam keluarga yang mempengaruhi
respon individu dalam bereaksi terhadap konflik dan cara mengatasi
kecemasan. Dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
kecemasan adalah social budaya, potensi stress, serta lingkungan.
b. Faktor Prespitasi
Digambarkan oleh Stuart & Laraia (2005), yang dikutip dalam Donsu, (2017)
bahwa stresor pencetus sebagai stimulant yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk mempertahankan diri bisa dari
internal maupun eksternal. Kesehatan umum seseorang akan memiliki efek yang
nyata sebagai presipitasi terjadinya kecemasan. Apabila seseorang sudah
mengalami gangguan pada kesehatan akan berakibat pada kemampuan seseorang
dalam mengatasi ancaman berupa penyakit akan menurun, lalu kondisi psikologis
juga dapat menyebabkan suatu keadaan kecemasan seperti kematian,
perceraian,dan dilema etik, dan status sosial ekonomi seseorang dapat juga
mempengaruhi timbulnya stress yang akan berakibat terjadinya kecemasan.

3. Tingkatan Kecemasan / Ansietas


Menurut Peplau, dalam (Muyasaroh et al. 2020) mengidentifikasi empat tingkatan
Kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan: Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Kecemasan ini Dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.
1) Tanda dan Gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada,
sadar akan stimulus Internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah
secara efektif serta terjadi Kemampuan belajar. Perubahan fisiologi
ditandai dengan gelisah, sulit tidur, Hipersensitif terhadap suara, tanda
vital dan pupil normal.
b. Kecemasan Sedang : Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada
hal yang Penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami
perhatian Yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
1) Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, gelisah, Konstipasi.
2) Respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan Luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.
c. Kecemasan Berat : Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,
individu Cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
tidak Dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangiketegangan.
1) Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat
Kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat
terbatas, tidak dapatBerkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta
tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu
mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, Insomnia, palpitasi,
takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, Dan
diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh
perhatian Terfokus pada dirinya.
d. Panik: Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
Ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
Mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan Berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran Yang rasional.
Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung Lama dapat
terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dariTingkat panik
yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.

4. Faktor Penyebab Kecemasan / Ansietas


1) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu Tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya Pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, Ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap Lingkungannya.
2) Emosi Yang Ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar Untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama
jika dirinya Menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
3) Sebab – Sebab Fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
Timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan Semasa remaja dan sewaktu terkena suatu penyakit. Selama
ditimpa kondisi-kondisi Ini, perubahan-perubahan perasaan lazim
muncul, dan ini dapat menyebabkan Timbulnya kecemasan.
Menurut Blacburn & Davidson dalam (Ifdil and Anissa 2016),
Menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan kecemasan, seperti
pengetahuan Yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang
dirasakannya, apakah situasi Tersebut mengancam atau tidak
memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan
diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi Serta fokus ke
permasalahannya).

5. Tanda dan Gejala


Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) dalam (Ifdil and Anissa 2016) ada Beberapa
tanda-tanda kecemasan, yaitu :
a. Tanda-Tanda Fisik Kecemasan, Tanda fisik kecemasan diantaranya yaitu :
kegelisahan, kegugupan, tangan Atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar,
sensasi dari pita ketat yang Mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori-pori
kulit perut atau dada, banyak Berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening
atau pingsan, mulut atau Kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas,
bernafas pendek, Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang
bergetar, jari-jari Atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau
mati rasa, sulit Menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher atau punggung terasa
kaku, sensasi Seperti tercekik atau tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat
gangguan Sakit perut atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa
memerah, Diare, dan merasa sensitif atau “mudah marah”.
b. Tanda-Tanda Behavioral Kecemasan
Tanda-tanda behavorial kecemasan diantaranya yaitu: perilaku menghindar,Perilaku
melekat dan dependen, dan perilaku terguncang.
c. Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan
Tanda-tanda kognitif kecemasan diantaranya: khawatir tentang sesuatu, Perasaan
terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di Masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi (tanpa Ada penjelasan
yang jelas), terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada Terhadap sensasi
ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit
atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan Kontrol, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa Dunia mengalami
keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa
semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal
yang sepele, berpikir tentang hal mengganggu Yang sama secara berulang-ulang,
berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian (kalau tidak pasti akan pingsan),
pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan,Tidak mampu menghilangkan
pikiran-pikiran terganggu, berpikir akan segera mati (meskipun dokter tidak
menemukan sesuatu yang salah secara medis), khawatir Akan ditinggal sendirian, dan
sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

Menurut Dadang Hawari (2006: 65-66) dalam (Ifdil and Anissa 2016), Mengemukakan gejala
kecemasan diantaranya yaitu :

a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang


b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)
d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
e. Tidak mudah mengalah
f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
g. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan
Terhadap penyakit
h. Mudah tersinggung, membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi)
i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
k. Apabila sedang emosi sering kali bertindak histeris.

6. Dampak Kecemasan / Ansietas


Beberapa dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom Suasana Hati : Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan
adanya Hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang
tidak Diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan
demikian Dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom Kognitif : Simtom kognitif yaitu kecemasan dapat menyebabkan
kekhawatiran dan Keprihatinan pada individu mengenai hal yang tidak
menyenangkan yang mungkin Terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan
masalah yang ada, sehingga individu Sering tidak bekerja atau belajar secara efektif,
dan akhirnya akan menjadi lebih Merasa cemas.
c. Simtom Motor : Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, Kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari kaki
mengetuk-Ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba.
Simtom motor Merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu
dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
Mengancam.

7. Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari, (2013) penatalaksanan ansietas pada tahap pencegahan maupun terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, mancakup fisik (somatik),
psikologik atau psikososial dan psikoreligius. Adapun penatalaksanaan yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Upaya peningkatan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1) Makan makanan yang bergizi seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Olahraga yang cukup
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter (sinyak
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic System). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolitic), yaitu
diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspironeHCL, meprobamate dan
alparazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala penyerta atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat atau dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi
keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadap sressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
7) Terapi psikoreligius, untuk meningkatkan keimanan seseorangyang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadap
berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Diri
Nama : Ny. R
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :-
Pendidikan :-
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : -
Pekerjaan : -
No Medrec : -
Dx. Medis : Ansietas
Tgl masuk :
Tgl Pengkajian :
b. Identitas Penanggungjawab
Nama :-
Umur :-

Pekerjaan :-

Hub dengan klien :-


c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
Klien mengeluh sakit kepala dan tidak bisa tidur
b. Keluhan saat masuk RS
Klien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala dan tidak
bisa tidur
c. Keluhan utama saat dikaji
Tidak terdapat dalam kasus
2) Riwayat kesehatan dahulu
Tidak terdapat dalam kasus
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak terdapat dalam kasus
d. Pola Aktivitas

Jenis Aktivitas Sebelum sakit/dirumah Dirumah sakit

a. Makan
 Frekuensi
 Jenis
 Jumlah
 Keluhan
b. Minum
 Jumlah
 Jenis
 Keluhan
c. Eliminasi BAB
 Jumlah
 Jenis
 Keluhan
d. Eliminasi BAK
 Jumlah
 Jenis
 Keluhan
e. Istirahat/ Tidur
1. Siang
 Lama tidur
 Waktu
 Keluhan
2. Malam
 Lama tidur
 Waktu
 Keluhan
f. Personal Hyigine
1) Mandi
 Frekuensi
 Keluhan
2) Keramas
 Frekuensi
 Keluhan
3) Gosok gigi
 Frekuensi
 Keluhan
4) Gunting Kuku
 Frekuensi
 Keluhan

g. Aktivitas

e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : -
2) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
3) Pemeriksaan Antropometri
4) Tanda-Tanda Vital
T : 140/100 mmHg
P:
R : 120x/menit
S :
5) Sistem Pernafasan
6) Sistem Kardiovaskuler
TD : 140/100 mmHg
7) Sistem Pencernaan
8) Sistem Persarafan
-
9) Sistem Endokrin
-
10) Sistem Genetaurinaria
11) Sistem Muskuloskeletal
12) Sistem Integumen
13) Sistem Wicara dan THT
d. Data Psikologis
Klien mengatakan khawatir kepada keselamatan suaminya yang baru berangkat
tugas untuk membela negara palestina yang sedang berperang dan klien selalu
menangis setiap malam.
e. Data Sosial
Tidak terdapat dalam kasus
f. Data Spiritual
Tidak terdapat dalam kasus

No Data senjang Etiologi Masalah


1. DS : klien mengatakan khawatir Ansietas
kepada keselamatan suaminya
- klien selalu menangis setiap malam
Do :

2. DS : sakit kepala dan tidak bisa tidur Gangguan Pola tidur


klien selalu menangis setiap malam

DO : mata merah, tanda-tanda


insomnia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d Krisis Situasional d.d klien mengatakan khawatir kepada keselamatan
suaminya
2. Gangguan pola tidur b.d
C. INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan Intervensi


Tujuan Tindakan
1. Ansietas b.d Krisi Situasional d.d Klien mengatakan Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (I.09314)
khawatir kepada keselamatan suaminya keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
DS : maka tingkat ansietas menurun, - Identifikasi saat tingkat
- Klien mengatakan khawatir kepada keselamatan dengan kriteria hasil: ansietas berubah (mis: kondisi,
suaminya - Verbalisasi khawatir menurun waktu, stresor)
- Klien selalu menangis setiap malam - Gelisah menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
DO : (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
2. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I.05174)
DS : selama 3x24 jam maka Observasi
- Sakit kepala dan tidak bisa tidur diharapakan pola tidur
- Klien selalu menangis setiap malam membaik, dengan kriteria hasil: - Identifikasi pola aktivitas dan
DO : - Keluhan sulit tidur menurun tidur
- Mata merah, tanda-tanda insomnia - Keluhan sering terjaga - Identifikasi faktor pengganggu
menurun tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Identifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu
tidur (mis: kopi, teh, alcohol,
makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum
tidur)
- Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik

- Modifikasi lingkungan (mis:


pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis: pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis:
psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
Referensi :

Muyasaroh, Hj. Hanifah, Yusuf Hasan Baharudin, Nanda Noor Fadjrin, Tatang Agus Pradana, and Muhammad Ridwan. 2020. “Kajian
Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap Dalam Menghadapi Pandemi Covid 19.” Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Msyarakat
(LP2M) Universitas Nahdatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap.

Pengertian, A., Tanda, B., & Subyektif, G. (2019). RINGKASAN MATERI II STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN ANSIETAS. Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Tahun 2017, 24.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=ansietas+materi&oq=#d=gs_qabs&t=1688986368845&u=%23p
%3DLrGPaQqDdEUJ

Donsu, J.D.T. (2017). Psikologi keperawatan : aspek-aspek Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Hawari, Dadang (2013). Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : FK UI

1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi).
Jakarta: PPNI.
2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai