Anda di halaman 1dari 4

BAB IV HIPERTERMIA

1. PENGERTIAN
Hipertermia adalah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara
signifikan melebihi 38,5 derajat Celcius. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan sekitar yang ekstrem.
Peningkatan suhu tubuh karena hipertermia ini berbeda dengan demam. Di mana,
demam merupakan peningkatan suhu yang terjadi sebagai reaksi tubuh dalam
melawan infeksi dan penanda adanya peradangan atau inflamasi pada tubuh.
Sementara itu, hipertermia adalah kondisi yang disebabkan oleh gagalnya hipotalamus
pada otak mengatur suhu tubuh. Hipertermia yang tidak segera ditangani berisiko
menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius. Sejumlah komplikasi hipertermia
di antaranya menyebabkan kerusakan sel otot, penurunan kesadaran, gagal ginjal,
perdarahan di dalam tubuh, hingga mengancam nyawa.

2. ETIOLOGI
a. Hipertermia lingkungan
Paparan terlalu lama atau intensitas panas yang tinggi pada lingkungan ekstrem,
seperti cuaca panas yang ekstrem, sinar matahari yang berlebihan, atau suhu tinggi
di dalam mobil yang terparkir di bawah sinar matahari.

b. Hipertermia terkait aktifitas fisik


Aktivitas fisik yang berlebihan, terutama di lingkungan panas atau lembap, dapat
menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang signifikan. Ini terjadi ketika
mekanisme termoregulasi tubuh tidak dapat mengatasi produksi panas yang
berlebihan.

c. Hipertermia karena obat obatan


Beberapa obat atau zat tertentu, seperti stimulan, antidepresan, antipsikotik, atau
obat-obatan terlarang seperti kokain atau amfetamin, dapat mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk mengatur suhu dan menyebabkan peningkatan suhu
tubuh.

d. Hipertermia terkait kondisi medis


Beberapa kondisi medis seperti gangguan tiroid, gangguan termoregulasi, infeksi,
gangguan neurologis, atau gangguan metabolik tertentu dapat menyebabkan
hipertermi.
TAHAP TERJADINYA HIPERTERMI
Tahap I : awal
a) Peningkatan denyut jantung
b) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c) Kulit pucat dan dingin
d) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
e) Rambut kulit berdiri
f)Pengeluaran keringat berlebih
g) Peningkatan suhu tubuh

Tahap II : proses demam


a) Tubuh teraba hangat/panas
b) Peningkatan nadi dan laju pernapasan
c) Dehidrasi ringan sampai berat
d) Proses meninggi lenyap
e) Mengantuk, kejang akibat iritasi sel saraf
f)Mulut kering
g) Bayi tidak mau minum
h) Lemas

Tahap III : pemulihan


a) Kulit tampak merah dan hangat
b) Berkeringat
c) Menggigil ringan
d) Kemungkinan mengalami dehidrasi

3. PENATALAKSANAAN
a. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit, kemudian :
 Beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
 Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
 Periksa suhu incubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu
b. Manajemen lanjutan suhu lebih 38,5 derajat celcius
 Yakin bayi mendapat masukan cukup cairan
 Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak mau menyusu , beri
ASI panas dengan salah satu alternative cara pemberian minum
 Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya
c. Setelah suhu bayi normal
 Lakukan perawatan lanjutan
 Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam
 Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum dengan
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
bayi dapat dipulangkan , nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah
dan melindungi dari panas yang berlebihan
d. Memastikan bayi mendapat cairan yang kuat
 Izinkan bayi mulai menyusu, jika bayi tidak dapat meyusu berikan ASI
dengan menggunakan metode pemberian makanan alternative
 Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan
elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering)
 Pasang selang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai
dengan usia bayi
 Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari
pertama dehidrasi terlihat

4. ASUHAN KEBIDANAN
a. Identifikasi dan evaluasi: Kenali tanda dan gejala hipertermia pada pasien. Amati
suhu tubuh yang tinggi, kulit yang panas dan kering, keringat berkurang, pusing,
kelemahan, dan perubahan kesadaran. Lakukan evaluasi terhadap kondisi umum
dan periksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, dan pernapasan
b. Pindahkan ke lingkungan yang sejuk: Bantu pasien untuk pindah ke tempat yang
lebih dingin dan sejuk. Pastikan ada ventilasi yang baik di sekitar pasien dan
hindari paparan langsung terhadap sinar matahari
c. Penurunan suhu tubuh: Berikan metode pendinginan yang sesuai untuk
menurunkan suhu tubuh pasien. Gunakan kain basah dingin untuk mengompres
dahi, leher, dan ketiak. Pastikan bahwa proses pendinginan dilakukan secara
bertahap dan terkendali untuk menghindari hipotermia
d. Cukupi kebutuhan cairan: Pastikan pasien mendapatkan cairan yang cukup untuk
mencegah dehidrasi.
e. Pantau tanda-tanda vital: Lakukan pemantauan suhu tubuh secara teratur untuk
mengevaluasi efektivitas pendinginan. Juga pantau tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan tingkat kesadaran pasien secara berkala
f. Dukungan psikologis: Berikan dukungan emosional dan komunikasi yang baik
kepada pasien dan keluarganya. Berikan penjelasan mengenai kondisi hipertermia,
langkah-langkah yang dilakukan, dan rencana perawatan selanjutnya
g. Kolaborasi dengan tim medis: Jika kondisi pasien memburuk atau membutuhkan
perawatan yang lebih intensif, segera hubungi tim medis atau dokter yang
bertanggung jawab untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut
h. Dokumentasikan tindakan

REFERENSI
Yamamoto, L.M., et al. (2007). Thermoregulatory Physiology and Medicine: Old Ideas, New
Presentations. Journal of Investigative Medicine, 55(4), 187-196.
American Academy of Pediatrics. (2017). Guidelines for Perinatal Care, 9th Edition.
Sharma, D., et al. (2016). Hyperthermia in Neonates. Indian Pediatrics, 53(6), 525-531.
Artikel ini membahas hipertermia pada bayi baru lahir, termasuk faktor risiko, diagnosis, dan
penatalaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai