1. PENGERTIAN
Hipertermia adalah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara
signifikan melebihi 38,5 derajat Celcius. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan sekitar yang ekstrem.
Peningkatan suhu tubuh karena hipertermia ini berbeda dengan demam. Di mana,
demam merupakan peningkatan suhu yang terjadi sebagai reaksi tubuh dalam
melawan infeksi dan penanda adanya peradangan atau inflamasi pada tubuh.
Sementara itu, hipertermia adalah kondisi yang disebabkan oleh gagalnya hipotalamus
pada otak mengatur suhu tubuh. Hipertermia yang tidak segera ditangani berisiko
menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius. Sejumlah komplikasi hipertermia
di antaranya menyebabkan kerusakan sel otot, penurunan kesadaran, gagal ginjal,
perdarahan di dalam tubuh, hingga mengancam nyawa.
2. ETIOLOGI
a. Hipertermia lingkungan
Paparan terlalu lama atau intensitas panas yang tinggi pada lingkungan ekstrem,
seperti cuaca panas yang ekstrem, sinar matahari yang berlebihan, atau suhu tinggi
di dalam mobil yang terparkir di bawah sinar matahari.
3. PENATALAKSANAAN
a. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit, kemudian :
Beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
Periksa suhu incubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu
b. Manajemen lanjutan suhu lebih 38,5 derajat celcius
Yakin bayi mendapat masukan cukup cairan
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak mau menyusu , beri
ASI panas dengan salah satu alternative cara pemberian minum
Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya
c. Setelah suhu bayi normal
Lakukan perawatan lanjutan
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum dengan
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
bayi dapat dipulangkan , nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah
dan melindungi dari panas yang berlebihan
d. Memastikan bayi mendapat cairan yang kuat
Izinkan bayi mulai menyusu, jika bayi tidak dapat meyusu berikan ASI
dengan menggunakan metode pemberian makanan alternative
Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan
elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering)
Pasang selang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai
dengan usia bayi
Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari
pertama dehidrasi terlihat
4. ASUHAN KEBIDANAN
a. Identifikasi dan evaluasi: Kenali tanda dan gejala hipertermia pada pasien. Amati
suhu tubuh yang tinggi, kulit yang panas dan kering, keringat berkurang, pusing,
kelemahan, dan perubahan kesadaran. Lakukan evaluasi terhadap kondisi umum
dan periksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, dan pernapasan
b. Pindahkan ke lingkungan yang sejuk: Bantu pasien untuk pindah ke tempat yang
lebih dingin dan sejuk. Pastikan ada ventilasi yang baik di sekitar pasien dan
hindari paparan langsung terhadap sinar matahari
c. Penurunan suhu tubuh: Berikan metode pendinginan yang sesuai untuk
menurunkan suhu tubuh pasien. Gunakan kain basah dingin untuk mengompres
dahi, leher, dan ketiak. Pastikan bahwa proses pendinginan dilakukan secara
bertahap dan terkendali untuk menghindari hipotermia
d. Cukupi kebutuhan cairan: Pastikan pasien mendapatkan cairan yang cukup untuk
mencegah dehidrasi.
e. Pantau tanda-tanda vital: Lakukan pemantauan suhu tubuh secara teratur untuk
mengevaluasi efektivitas pendinginan. Juga pantau tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan tingkat kesadaran pasien secara berkala
f. Dukungan psikologis: Berikan dukungan emosional dan komunikasi yang baik
kepada pasien dan keluarganya. Berikan penjelasan mengenai kondisi hipertermia,
langkah-langkah yang dilakukan, dan rencana perawatan selanjutnya
g. Kolaborasi dengan tim medis: Jika kondisi pasien memburuk atau membutuhkan
perawatan yang lebih intensif, segera hubungi tim medis atau dokter yang
bertanggung jawab untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut
h. Dokumentasikan tindakan
REFERENSI
Yamamoto, L.M., et al. (2007). Thermoregulatory Physiology and Medicine: Old Ideas, New
Presentations. Journal of Investigative Medicine, 55(4), 187-196.
American Academy of Pediatrics. (2017). Guidelines for Perinatal Care, 9th Edition.
Sharma, D., et al. (2016). Hyperthermia in Neonates. Indian Pediatrics, 53(6), 525-531.
Artikel ini membahas hipertermia pada bayi baru lahir, termasuk faktor risiko, diagnosis, dan
penatalaksanaan.