Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS FEBRIS

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI

Disusun Oleh :
1. ARVIAN ELLYSTHIANA ROZAENY A11701528
2. FITA FATIMATUL L A11701548
3. FITRI PEBRIYANI A11701549
4. NOVELLA RIZQI A.K A11701592

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hipertamia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh
mekanisme pengaturan panas hipotalamus
Hipertamia adalah peningkatan suhu tubuh diatas titik pengaturan
hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu ( oleh obat atau
penyakit) atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik)
Hipertamia adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
bersiko mengalami peningkatan suhu tubuh terus menerus 37,8oc peroral atau
38,8oc per-rectal, karena peningkatan terhadap faktor faktor eksternal.
Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya
terjadi karena infeksi. Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu
tubuh yang terlalu panas atau tinggi (>37,5°C). Peningkatan suhu
mengakibatkan demam dan merupakan salah satu manifestasi paling umum
penyakit pada anak. Kompres adalah salah satu metode fisik untuk
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam.

B. Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan
efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan
demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein,pecahan protein
dan zat lain. Terutama toksin polisakarida yang dilepas oleh bakteri toksik /
pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan
demam selama keadaan sakit.
 Faktor penyebabnya :
1. Dehidrasi.
2. Penyakit atau trauma.
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat.
4. Pakaian yang tidak tepat.
5. Kecepatan metabolisme meningkat.
6. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang).
7. Aktivitas yang berlebihan.
8. Pengobatan/anesthesia.
 Batasan Karakteristik
1. Mayor (Harus Terdapat)
- Suhu lebih tinggi dari 37,80C per oral atau 38,80C per rektal.
- Kulit hangat.
- Takikardia.
2. Minor (Mungkin Terjadi)
- Kulit kemerahan.
- Peningkatan kedalaman pernapasan.
- Menggigil atau merinding .
- Dehidrasi.
- Sakit dan nyeri yang spesifik atau umum (misalnya: sakit,
malaise/ kelelahan
- Kehilangan nafsu makan.

C. Manifestasi Klinis
1. Subjektif
 Mual
2. Objektif
 Kulit memerah
 Suhu tubuh meningkat
 Kejang/konvulsi
 Kulit hangat bila disentuh
 Takikardia
Fase – fase terjadinya hipertermi :
Fase I : Awal
 Peningkatan denyut jantung.
 Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.
 Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat.
 Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.
 Merasakan sensasi dingin .
 Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.
 Rambut kulit berdiri.
 Pengeluaran keringat berlebih.
 Peningkatan suhu tubuh.
Fase II : Proses demam
 Proses menggigil lenyap.
 Kulit terasa hangat / panas.
 Merasa tidak panas / dingin.
 Peningkatan nadi dan laju pernapasan.
 Peningkatan rasa haus.
 Dehidrasi ringan sampai berat.
 Mengantuk,delirium / kejang akibat iritasi sel saraf.
 Lesi mulut herpetik.
 Kehilangan nafsu makan .
 Kelemahan,keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein
Fase III : Pemulihan
 Kulit tampak merah dan hangat.
 Berkeringat.
 Menggigil ringan.
 Kemungkinan mengalami dehidrasi.

D. Patofisiologi
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 370
oleh pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur
suhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang
diproduksi tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit
dan paru, sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal.
Walaupun demikian, suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit
lebih tinggi, pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya. Selain itu terdapat
pula kondisi “demam” lainnya namun yang tidak disebabkan oleh kenaikan
set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal sebagai hipertermia.
Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan
oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan
mekanisme pelepasan panas. Hipertermia antara lain dijumpai pada heat
stroke (tersengat panasnya udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebihan
pada cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis obat-obatan
seperti ekstasi.

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
 Hematologi
 Hemoglobin
 Leukosit
 Hematokrit
 Trombosit
 Eritrosit
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) untuk
mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi.

G. Penatalaksanaan
Yaitu tindakan yang diberikan meliputi :
 Kenakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
 Beri banyak minum.
 Beri kompres.
 Beri obat penurun panas.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi
kebebutuhan serta masalahnya. Pengkajian meliputi :
1. Pengumpulan Data
a. Data subyektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
b. Data obyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur
dengan menggunakan standar yang diakui.
c. Analisa data
1) Data primer
Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan
dengan pasien.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan
pasien melalui komunikasi dengan orang yang
dikenal,dokter/perawat.
2. ANAMNESE
a. Keluhan utama
Biasanya klien Hipertermi sering mengalami dehidrasi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian meliputi tindakan pertama yang pernah diberikan pada
keluhan utama.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit yang dialami saat ini.
d. Riwayat psikososial dan spiritual

1) Riwayat Psikososial
Pada klien yang mengalami hipertermi akan timbul kecemasan.
2) Aspek Sosial
Pada klien yang mengalami hipertermi akan terjadi gangguan
dalam berinteraksi dengan orang lain.
3) Aspek Spiritual
Klien akan mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah
karena klien harus menjalani ibadah, namun ada klien yang
cenderung lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan begitu
sebaliknya menyalahkan Tuhan akan penyakit yang dideritanya.
3. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola aktivitas
Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan disebabkan oleh
hipertermi.
b. Pola istirahat
Pola istirahat terganggu diakibatkan hipertermi.
c. Pola kebersihan diri
d. Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan
penyakit yang dideritanya daripada kebersihan diri.
e. Pola nutrisi
Pola nutrisi terganggu karena hipertermi.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Menggigil.
2) Kulit pecah.
3) Pengeluaran keringat berebihan.
4) Tampak lemah.
5) Bibir kering.
6) Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock.
GCS: mata = 4
Verbal =5
Motorik =6
5. Tanda-tanda vital
a. Tensi : 105/65 mmHg–125 /80 mmHg dibawah / diatas normal.
b. Nadi : 70-110 x/menit dibawah/ diatas normal.
c. Respirasi : 19-23 x/menit.
d. Suhu : > 370C
Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis terhadap penyakit
klien menglami kehilangan penurunan berat badan,asupan nutrisi
yang tidak adekuat ataupun reaksi psikologis.
6. Pemeriksaan sistem chepalocaudal
a. Pemeriksaan Kepala
Bibir : mukosa bibir kering,tidak ada cyanosis.
b. Lidah: tampak kotor dan berwarna putih.
c. Pemeriksaan Ekstrimitas
Telapak tangan dan kaki berwarna kekuningan / tampak pucat
Terjadi kelemahan dan nyeri pada otot.
d. Pemeriksaan Intugmen
Kulit tampak kemerahan
Akral hangat – panas
Turgor baik
Terjadi kelembapan kulit
7. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan ketidakadekuatan termoregulasi
suhu.
b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
c. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk
aktivitas yang berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus,
badan pasien panas, dehidrasi dan mukosa bibir kering.
8. Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan ketidakadekuatan
termoregulasi suhu.
b. Tujuan : Suhu tubuh tidak panas lagi.
c. Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal ( 36-37,5o C).

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Pantau tanda-tanda vital terutama Untuk mengetahui perkembangan
suhu. kesehatan pasien dan memudahkan
dalam pemberian therapi.
2 Beri pasien kompres air hangat Pemberian kompres hangat mampu
mendilatasi pembuluh darah,sehingga
akan mempercepat perpindahan panas
dari tubuh ke kulit.
3 Anjurkan pasien banyak minum Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
penguapan sehingga perlu di imbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
4 Kolaborasi dalam pemberian obat Pemberian obat antipiretik unuk
antipiretik dan antibiotik mempercepat proses penyembuhan dan
cepat menurunkan demam.Pemberian
antibiotik menghambat pertumbuha dan
proses infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC-NOC. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis . Jilid 2. Diterjemahkan Oleh Amin Huda. N . Hardhi
Kusuma. Yogyakarta

Hidayat,A. Aziz Alimun . 2005 . Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta : EGC.


Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan
edisi3 Salemba:Medika.

Kurnia Dewi Anisa. 2019 .Efektifitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu
Tubuh Pada An.D Dengan Hipertermia.Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan:
Wawasan Kesehatan. P-ISSN 2087 – 4995, E-ISSN 2598-4004

Anda mungkin juga menyukai