Disusun Oleh : 1. Rendrayana 2. Yuniar Wahyu Nur Prasetya 3. Hendik Eko Sri Mulyanto 4. Mahardika Sandy 5. Ksatria Bagus Dewangga 6. Sulastri 7. Evi Dwi Suwitaningsih 8. Sheren Regina Putri 9. Iis Yulianti 10. Fitria Nur Habiba 11. Riza Ardiani 12. Ulfi Lutfiana Dewi 13. Desi Purniasari
KATA PENGAsNTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar. Makalah ini merupakan sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah KDM D bagi semua mahasiswa di Akper Pemkab Ponorogo Dalam penulisan makalah ini , penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari peran serta pihak pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan secara moril dan materil , dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada kami. Penulis menyadari bahwa apa yang telah di sajikan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya pada pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Ponorogo,
Maret 2012
DAFTAR ISI HAL Halaman Judul 1 Kata Pengantar ....... 2 Daftar Isi .... 3 BAB I BAB II : Pendahuluan 4 : Kajian Teori .... 6
4. Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara lingkungan sekitar dan kenaikan suhu dengan resiko hipertermia?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui tentang apa itu hipertermia 2. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan sekitar dan kenaikan suhu terhadap resiko terkena hipertermia 3. Mengetahui faktor faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena hipertermia 4. Mengetahui faktor faktor yang dapat menurunkan resiko terkena hipertermia 5. Mengetahui berbagai tindakan untuk mengatasi hipertermia 6. Mengetahui faktor - faktor yang dapat mencegah terjadinya hipertermia 1.4 Manfaat a. Mendapatkan berbagai informasi tentang cara penanganan pasien yang mengalami hipertermia b. Mengetahui berbagai faktor penyebab hipertermia c. Mengetah ui gejala tentang hipertermia d. Mengetahui cara pencegahan hipertermia
BAB II Kajian Teori A. DEFINISI HIPERTERMIA Peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentang normalnya Keadaan dimana seorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas 37,8 C peroral atau 38,8 C perrektal karena faktor eksternal (Carpenito, 1995) Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas (Fundamental keperawatan, 2005)
B. Etiologi 1. Dehidrasi 2. Penyakit atau trauma 3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat 4. Pakaian yang tidak layak 5. Kecepatan metabolisme meningkat 6. Pengobatan / anasthesia 7. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang) 8. Aktivitas yang berlebihan
C. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh o Usia o Olahraga o Kadar hormon o Irama sirkadian o Stres o Lingkungan
6
E. FISIOLOGIS Banyak fungsi fisiologis lainnya fungsi tubuh mengenai batasan normal. Terdapat beberapa pendapat. Umumnya berkisar antara 36,10 C atau lebih rendah sampai 37,40 C pada sore hari atau 36,5 C ( benneth,et al, 1996). Lebih lanjut dijelaskan, suhu tubuh rata-rata orang sehat 36,8 C.dengan titik terendah pada jam 6 pagi sampai dan titik tertinggi jam 16.00. Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalh 37,20 C dan suhu maksimum pada jam 16.00 adalah 37,70 C. Dengan demikian suhu tubuh > 37,200 C pada pagi hari dan > 37,700C pada sore hari disebut demam ( Gelfand,et al, 1998 ). Sebaliknya bennet dan plum (1996) mengatakan demam atau hipertermi bila suhu >37,200 C. Walaupun tidak ada batasan yang tegas, namun dikatakan apabila terdapat variasi suhu tubuh harian yang lebih 1-1,50 C adalah abnormal. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal,oral atau aksila,dengan perbedaan kurang lebih 0,5-0,600C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi ( Andreoli, et al,1993 ).
Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi bentuk hipertermi dan demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal,sehingga produksi panas melebihi pengeluaran panas.
F. Hipertermia berhubungan dengan lingkungan Lingkungan mempengatuhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada dilingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan, karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian : 1. Identitas Klien a. Nama b. Alamat c. Usia d. Pekerjaan e. Jenis Kelamin f. Status g. Agama 2. Pemeriksaan Fisika a. Keadaan umum b. Kulit c. TTV d. Kepala e. Mata f. Hidung : lemas, gelisah : Kering, berwarna kemerah-merahan : Tekanan Darah Nadi RR Suhu : 90/ 60 mmHg : 80 x / menit : 25 x / menit : 38, 5 C : bentuk kepala simetris : cekung : bentuk simetris, pernafasan cuping hidung
g. Mulut dan faring : mukosa mulut kering, bibir kering, bibir membengkak 3. Keluhan Utama a. Suhu badan meningkat b. Pasien gelisah sehingga emosi tidak terkontrol c. Dehidrasi
Diagnosa Keperawatan : 1. Resiko kekurangan volume cairan b.d. hipertermia 2. hipertermi b.d faktor lingkungan
Dx Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1. 1. Resiko
Ds : -Pasien mengatakan
1.BHSP
2.Kaji
hipertermia
3.Ajarkan pada 3.
Keaktifan
pasien
membantu
tidak kering Do : -mukosa mulut lembab -integritas kulit membaik -TTV: S :36oc RR
4.Ajarkan tanda- 4.Tingkat pengetahuan tanda hipertermia kepada pasien awal (gejala-gejala hipertermia) membantu penyembuhan pasien 5.Berikan kompres dingin/hangat 5.Membantu menurunkan tubuh pasien suhu dapat
10
:16x/menit TD
6.Kurangi
mmHg N : 75/menit
aktifitas panas
pasien
udara panas 2. 1. 1.Pasien percaya pada perawat b.d faktor dilakukan -pasien 2. 2.Kaji suhu 2. 2. Suhu ruangan yang lingkungan pengkajian mengatakan ruangan stabil akan menurunkan suhu 1x24jam tidak tubuh suhu tubuh merasakan 3. Ajarkan pada 3. Keadaan suhu ruangan yang normal pasien panas klien cara adalah 38,5 41,25oC normal Do : menjaga -Pasien tampak nyaman TTV : S :36oc RR :16x/menit TD keadaan ruangan 4.Anjurkan agar 4.Aktivitas pasien melakukan tidak lingkungan panas di sangat akan derajat suhu hipertermi Setelah Ds : 1. 1. BHSP
mmHg N : 75/menit
11
dan 2 sore.
3. Hipertermi Setelah b.d resiko dilakukan dehidrasi pengkajian 1x24jam pasien tidak merasa kehausan
Ds : -pasien
3. 1. BHSP
mengatakan tidak merasakan panas -pasien mengatakan sudah haus Do : -Pasien tampak segar -turgor kulit membaik -TTV : S :36oc RR :16x/menit TD :120/80
3. 1.Pasien percaya pada perawat 2.observasi 4. 2. mengkaji cairan yang intake dan masuk maupun yang output cairan keluar 3.Anjurkan agar pasien melakukan aktivitas ketika sangat tidak 3.Aktivitas lingkungan panas meningkatkan suhu pasien di sangat akan derajat
mmHg N : 75/menit
12
C. Implementasi : 1. Resiko kekurangan volume cairan b.d hipertermi o Monitor keadaan umum dan TTV o Anjurkan dan bantu pasien untuk selalu menjaga kebersihan mulut o Monitor intake dan output setiap 8 jam o Anjurkan klien untuk bedrest total 2. Hipertermi b.d faktor lingkungan o Pertahankan ventilasi udara yang cukup di ruangan o Berikan kompres hangat atau dingin o Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat o Melakukan TTV o Menciptakan lingkungan nyaman, batasi pengunjung agar pasien dapat istirahat 3. Hipertermi b.d resiko dehidrasi o Memberikan intake cairan o Menyuruh pasien untuk istirahat yang cukup o Kaji input atau output o Melakukan TTV dan memonitor KU o Mengkaji keluhan pasien
13
D. Evaluasi : Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan implementasi yang telah direncanakan, pasien mengalami perubahan meliputi : a) Pasien mengatakan badannya sudah tidak panas b) Pasien mengatakan sudah tidak mual dan tidak muntah c) Pasien tidak gelisah d) Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman
BAB IV
14
biasanya terjadi karena infeksi. Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi. Umumnya, manusia akan mengeluarkan ke untukingat menurunkan suhu tubuh. Namun, pada keadaan tertentu, suhu dapat meningkat dengan cepat hingga pengeluaran keringat tidak memberikan pengaruh yang cukup. Gejala hipertermia mudah di amati di anararanya :Mukosa mulut dan bibir kering ,keadaan kulit kulit kering,nafsu makan
berkurang,dehidrasi,menjadikan tekanan denyut jantung dan respirasi meningkat,turgor kilit yg buruk,kondisi mental kelelahan,cemas,tubuh kejang,dan dapat menyebabkan koma.
15
DAFTAR PUSTAKA Lynda Juaall Carpentio Edisi 6.2000.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC Patriacia A. Potter Edisi 4.2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC http://id.wikipedia.org/wiki/Hipertermia www.lenterabiru.com
16