Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN DASAR PROFESI

(HIPERTERMIA)
PPN 26

Nama : Andrias R. Rumawatine


NIM : 1490121026

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
IMMANUEL BANDUNG
2021
1. Pendahuluan
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur- unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut
Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri
(Hidayat, 2012). Keadaan seimbang fisiologis dan psikologis itulah yang akan kita capai
dalam membantu memenuhi kebutuhan klien yang kita asuh. Salah satu kebutuhan diatas
kebutuhan fisiologis yang harus terpenuhi adalah kebutuhan keamanan salah satu masalah
yang ada dalam gangguan rasa aman adalah gangguan termoregulasi. Gangguan
termoregulasi yang sering dialami adalah hipertermi. Hipertermia adalah suhu inti tubuh di
atas kisaran normal diurnal karena kegagalan regulasi (NANDA, 2015).
Hipertermi dapat disebabkan karena berbagai hal seperti karena inflamasi, suatu penyakit,
Trauma, Dehidrasi dan lain sebagianya. Pada hipertemi masalah yang muncul adalah
ketidakseimbangan suhu tubuh, yaitu tubuh melebihi dari rentang normal > 37,5 oC. Suhu
tubuh dapat diukur melalui rektaL, oral ataupun aksila dengan perbadaan kurang lebih 0,5-
0,60 C.
Salah satu hal yang paling umum ditemukan pada pasien dengan hipertermi di sebabkan
karena adanya suatu penyakit. Dalam memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi
Gangguan Termoregulasi pada pasien, perawat harus selalu berusaha untuk mengembangkan
strategi penatalaksanaan Gangguan Termoregulasi , sehingga lebih dari sekedar pemberian
obat-obatan antipiretik. Dengan memahami konsep gangguan termoregulasi “Hipertermi”
secara holistik, diharapkan perawat mampu mengembangkan strategi-strategi yang dapat
mengatasi gangguan termoregulasi “hipertermi” yang dirasakan seoarang pasien. Dari
tinjauan latar belakang diatas maka konsep dasar gangguan rasa aman dan asuhaan
keperawatan mengenai gangguan rasa aman pada pasien gangguan termoregulasi
“Hipertermi” akan dibahas pada bab selanjutnya.

2. Pengertian
Temperatur adalah suatu substansi panas atau dingin. Suhu badan adalah perbedaan
antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses badan dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan eksternal. Suhu inti adalah suhu dari jaringan tubuh dalam hampir selalu
constant sekitar ± 10 F ( ± 0.60 ) kecuali bila seseorang mengalami demam. Suhu kulit
berbeda dengan suhu inti, naik dan turun sesuai suhu lingkungan. Suhu normal rata-rata
secara umum adalah 98.00 sampai 98.60 F ( 36.70 sampai 370 C ) bila diukur per oral, dan ± 1 0
F atau 0.60 C lebih tinggi bila diukur per rectal (Hidayat, 2014).
Ketidakseimbangan suhu tubuh merupakan kegagalan mempertahankan suhu tubuh
dalam parameter normal yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2015).
Ketidakseimbangan suhu tubuh dibagi menjadi dua yaitu Hipertermia dan Hipotermia.
Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan regulasi
(NANDA, 2015). Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami  atau
berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 37 oC
(peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal. Sedangkan Hipotermia adalah suhu inti tubuh di bawah kisaran normal diurnal
karena kegagalan termoregulasi (NANDA, 2015). Terdapat juga ketidakfektifan
termolegulasi yaitu fluktuasi suhu di antara hipotermia dan hipertermia.

3. Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik
yangmempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap  pusat  pengaturan  suhu  sehingga  menyebabkan demam yang
disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain.
Terutama toksin polisakarida, yang dilepasoleh bakteri toksi/ pirogen yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit (Hidayat &
Uliyah, 2016).
Faktor penyebabnya :
a. Dehidrasi Penyakit atau trauma
b. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
c. Pakaian yang tidak layak
d. Kecepatan metabolisme meningkat.
e. Pengobatan/ anesthesiaTerpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
f. Aktivitas yang berlebihan (Hidayat, 2012).
4. Patofisiologi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigenmaupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik,
pirogenendogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama
monosit, makrofag,  pirogen  memasuki sirkulasi dan menyebabkan
demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi
atau demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal
cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme diotak untuk menjaga keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit
(dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal
dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut,
sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam
mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu
tubuh (Siswantara, 2013).
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan umpan balik. Agar
mekanisme umpan balik dapat berlangsung harus tersedia pendetektor suhu. Area utama
dalam otak yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh terdiri dari nukleus preoptik dan
nukleus hipotalamik anterior hipotalamus. Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh
tubuh dengan segera mengeluarkan banyak keringat dan dalam waktu yang sama pembuluh
darah kulit sangat berdilatasi. Hal ini merupakan reaksi cepat yang menyebabkan tubuh
kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal.
Di samping itu, pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat. Oleh karena itu area
preoptik dari hipotalamus berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh
(Siswantara, 2013).
Menggigil merupakan mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh malalui beberapa cara :
a. Meningkatkan kecepatan pembentukan panas
b. Menhambat proses berkeringat
c. Meningkatkan vasokonstriksi kulit
Reseptor suhu tubuh bagian dalam terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen,
dan sekitar vena-vena besar. Reseptor kulit maupun reseptor tubuh bagian dalam berperan
mencegah hipotermia.
5. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resikoinfeksi.
a. Pemeriksaan urine
b. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid.
Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody . Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasi . Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid .
c. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5)
d. Uji tourniquet (Siswantara, 2013).

6. Penatalaksanaan
Secara Fisik
a. Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknya
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha.
Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal
yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas

7. AsuhanKeperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
b) Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eleminasi,
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan
nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi
dan ibadah.
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
b) Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
c) Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
 Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum, keadekuatan
sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
 Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
 Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
 Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau
suara napas tambahan.
b. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : ibu pasien Peradangan pada mukosa Hipertermia
mengatakan pasien usus
sudah mengalami
panas sejak 1hari Agregasi makrofak dan
lalu. pengeluaran mediator kimia
DO : wajah pasien
terlihat meringis Mempengaruhi sel point
dan rewel pada hipotalamus
Suhu pasien 38,5oc
Suhu tubuh meningkat

Hipertermia

c. DiagnosaKeperawatan
1. Hipertermia

d. Perencanaan dan intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


NOC NIC
Hipertermia Thermoregulation Fever treatment
Definisi : peningkatan Kriteria Hasil - Monitor suhu sesering
suhu tubuh diatas kisaran  Suhu tubuh dalam mungkin
normal rentang normal - Monitor warna dan suhu
Batasan karakteristik  Nadi dan RR dalam kulit
 Kulit kemerahan rentang normal - Berikan pengobatan
 Peningkatan suhu  Tidak ada perubahan untuk mengatasi
tubuh diatas kisaran warna kulit dan penyebab demam
normal tidak ada pusing - Selimut pasien
 Kulit terasa hangat Tmperatur regulation
Faktor-faktor yang - Monitor suhu minimal 2
berhubungan : jam
 Dehidrasi - Monitor warna dan suhu

 Pemejanan lingkungan kulit

yang panas - Monitor tanda-tanda

 Penyakit hipertermi dan hipotermi

 Pemakaian pakaian - Berikan anti piretik bila

yang tidak sesuai perlu

dengan suhu Vital sign Monitoring

lingkungan - Monitor TD, Nadi, Suhu


dan RR

e. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan waktu yang ditentukan, panas pada pasien
diharapkan dapat turun dengan rentan suhu normal 36-37,5 derajat celcius.

DAFTAR PUSTAKA
Docterman dan Bullechek. 2013 Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Hidayat, A.A., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.A.A., 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A.A. & Uliyah, M., 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2. Jakarta:
Salemba Mecika.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.
Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015-2017.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Nanda (2015). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesionali. 2015. Jogjakarta:
Penerbit Mediaction

Anda mungkin juga menyukai