Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

DISUSUN OLEH:

WANA LORENZA SIMORANGKIR

1490121018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

2021
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di Indonesia setelah penyakit
Jantung Koroner dan Tuberculosis. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan
kecelakaan (Noorisa dkk, 2017). Badan kesehatan duniaWorld Health of Organization (WHO)
tahun 2019 menyataka bahwa angka inseden fraktur mengalami peninggkatan yaitu pada tahun
2018 terdapat 15 juta orang mengalami fraktur, dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan
yaitu menjadi 21 juta orang yang mengalami fraktur (Mardiono dkk, 2018). Data yang ada di
Indonesia kasus fraktur paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur humerus
sebanyak 17% fraktur tibia dan fibula sebanyak 14% dimana penyebab terbesar adalah
kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor atau kendaraan
rekreasi 65,6% dan jatuh 37,3% mayoritas adalah pria 73,8% (Desiartama & Aryana, 2017).
Fraktur atau patah tulang merupakan salah satu kedaruratan medik yang harus segera
ditangani sesuai dengan prosedur penatalaksaan patah tulang alah satu cara yang dapat dilakukan
untuk menangani fraktur yaitu dengan reduksi terbuka atau disebut Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF). ORIF merupakan salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang dilakukan
dengan prosedur pembedahan dengan pemasangan screw dan plate atau dikenal dengan pen
(Anugerah, Purwandari, & Hakam, 2017). Setelah melakukan ORIF pasien akan merasa rasa
nyeri, keterbatasan gerak, dan penurunan kekuatan tot. Nyeri merupakan situasi tidak
menyenangkan yang bersumber dari area tertentu, yang tergantung atau tidak tergantung pada
kerusakan jaringan dan berkaitan pada pengalaman masa lalu seseorang (Pyadesi, Sulisetyawati,
& Sari, 2017).
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Fraktur adalah kondisi dimana keutuhan dan kekuatan dari tulang mengalami kerusakan
akibat penyakit atau proses biologis yang merusak (Kenneth et al., 2015).
Fraktur atau patah tulang disebabkan adanya gangguan dari kontinuitas yang normal
dari suatu tulang. Saat terjadi fraktur maka jaringan lunak yang berada disekitarnya juga
sering kali terganggu. (Astanti, 2017).
Fraktur adalah gangguan akibat kerusakan pada bagian tulang, yang dapat
menyebabkan jaringan disekirat terganggu.
2. Anatomi dan Fisiologi Tulang
Struktur tulang terdiri atas dua macam yaitu, tulang padat yang terdapat pada bagian
luar semua tulang dan tulang berongga yang terdapat pada bagian dalam tulang, kecuali
bagian yang digantikan oleh sumsum tulang. Bila tulang diklasifikasi berdasarkan morfologi
(bentuknya), dibagi menjadi lima jenis yaitu, tulang Panjang seperti tulang Femur dan
Humeru, tulang pendek seperti tulang carpals, Tulang pipih seperti tulang tengkorak, tulang
tidak teratur seperti tulang vetebrata, tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak
di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan
fasial, misalnya patella.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang
dengan mensekresikan matriks tulang, matriks merupakan kerangka dimana garam-garam
mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak dalam osteon Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak)
yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang. Sedangakn tulang
berfungsi sebagai, Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh, Melindungi
organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak, memberikan
pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan), Membentuk sel-sel
darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis) Menyimpan garam mineral,
misalnya kalsium, fosfor Purwanto (2016).
3. Etiologi
Menurut Apleys & Solomon, 2018 ada beberapa factor yang menyebabkan fraktur antara
lain:
a. cidera,
b. Stress
c. Melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis
Sedangkan menurut Purwanto (2016) Etiologi/ penyebab terjadinya fraktur antara lain:
a. Trauma langsung
Akibat terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain oleh karena itu kekuatan trauma
diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.
c. Kondisi patologis
Akibat adanya penyakit pada tulang (degeneratif dan kanker tulang)
4. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Istianah (2017) pemeriksaan diagnostic pada fraktur yaitu:
a. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
b. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada
perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon terhadap
peradangan.
5. Penatalaksanaan
Menurut Wati 2018 penatalaksanaan pada klien dengan fraktur yaitu :
a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang. Reduksi
tertutup dilakukan untuk menarik fraktur agar bisa mengembalikan kesejajaran garis
normal, Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal Alat fiksasi
interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat tersebut dimasukkan ke
dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).

b. Imobilisasi fraktur
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah
pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan
untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.
c. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri.
6. Patway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Trauma langsung

Diskontinuitas Tindakan ORIF


tulang Timbul respon
stimulus nyeri

Pemasangan platina/
Spasme otot fiksasi eksternal
Pengeluaran
histamin
peningk tekanan kapiler
Perawatan post
operasi
Protein plasma hilang Reaksi nosiseptor

Gangguan fungsi
tulang
Respon reflek
protektif pada tulang

Nyeri
edema

Penekanan pembuluh Hambatan mobilitas


darah fisik

Ketidak efektifan
perfusi jaringan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, 2015) pengkajian pasien fraktur meliputi:
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin,agama, alamat, bangsa, pendidikan, pekerjaaan. Da
diagnosa
b. Keluhan utama
Keluhan utamapada masalah fraktur yaitu biasanya Nyeri akut atau kronik tergantung
berapa lamanya serangan
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan
bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit terdahulu yang berhubungan dengan penyakit sekrang seperti kanker
tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit, seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik
f. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
g. Pola Eliminasi
dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi, sedangkan pada
pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.
h. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
i. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
j. Pemeriksaan Fisik
1). Kaji kesadaran klien seperti, apatis, sopor, koma, gelisah atau komposmentis
2). Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
3). Sistem Integumen
Suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
4). Kepala
tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
5). Leher
Bentuk simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
6). Wajah
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada
lesi, simetris, tidak terdapat oedema.
7). Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis apabila a tidak terjadi
perdarahan.
8). Telinga
Tidak ada lesi atau nyeri tekan, klien masih bias mendengar secara normal.
9). Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret atau darah pada hidung
10). Mulut
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
11). Paru-paru
Inspeksi: pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi: pergerakan sama atau simetris
Perkusi: suara sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.
12). Jantung
Inspeksi: tidak tampak iktus jantung.
Palpasi: nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi: suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
13). Abdomen
Inspeksi: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi: tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi: suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi: peristaltik usus normal 20 kali/menit.
14). Keadaan Lokal
Untuk status neurovaskuler perhatikan 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse,
Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
 Look (inspeksi)
Ada beberapa hal yang dapat kita lihat seperti, Warna kemerahan atau kebiruan
(livide) atau hyperpigmentasi, adanya bencolan, bekas operasi, bentuk dan posisi
ekstrimitas dan bagaimana posisi jalan klien.
 Feel (palpasi)
Atur posisi pasien terlebih dahulu, catat adanya peningkatan suhu dan
kelembapan kulit diare trauma, apakah ada oudema, apakah ada nyeri tekan atau
tidak, lalu periksa tonus otot pada waktu relaksasi dan kontraksi.
 Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Catat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan, Pemeriksaan ini
menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang
dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak
b. Hambatanmobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur bedah, imobilisasi.
c. Ketidak efektifan perfusi jaringan b/d edema.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi Keperawatan


Keperawatan NOC NIC Rasionalisasi
1. Nyeri b/d terputusnya Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan imobilasasi bagian 1. Mengurangi nyeri dan mencegah
kontinuitas jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam, yang sakit dengan tirah baring, malformasi.
atau cidera jaringan diharapkan Nyeri dapat teratasi, gips, bebat dan atau traksi 2. Meningkatkan aliran balik vena,
lunak dengan kriteria hasil: 2. Tinggikan posisi ekstremitas mengurangi edema/nyeri.
1. Mampu mengontrol nyeri yang terkena. 3. Mempertahankan kekuatan otot dan
(mengetahui penyebab nyeri, 3. Lakukan dan awasi latihan gerak meningkatkan sirkulasi vaskuler.
mampu menggunakan teknik pasif/aktif. 4. Meningkatkan sirkulasi umum,
non farmakologi untuk 4. Lakukan tindakan untuk menurunakan area tekanan lokal dan
mengurangi nyeri) meningkatkan kenyamanan kelelahan otot.
2. Melaporkan bahwa nyeri (masase, perubahan posisi) 5. Mengalihkan perhatian terhadap
berkurang dengan menggunakan 5. Ajarkan penggunaan teknik nyeri, meningkatkan kontrol terhadap
manajemen nyeri manajemen nyeri (latihan napas nyeri yang mungkin berlangsung
3. Mampu mengenali nyeri (skala, dalam, imajinasi visual, aktivitas lama.
intensitas, frekuensi, dan tanda dipersional) 6. Menurunkan edema dan mengurangi
nyeri) 6. Lakukan kompres dingin selama rasa nyeri.
4. Menyatakan rasa nyaman fase akut (24-48 jam pertama) 7. Menurunkan nyeri melalui
setelah nyeri berkurang sesuai keperluan. mekanisme penghambatan rangsang
5. Tanda tanda vital dalam rentang 7. Kolaborasi pemberian analgetik nyeri baik secara sentral maupun
normal sesuai indikasi. perifer.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, 8. Menilai perkembangan kesehatan
petunjuk verbal dan non verbal. klien
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan pelaksanaan 1. Memfokuskan perhatian,
fisik b/dnyeri, keperawatan selama 3 x 24 jam, aktivitas rekreasi terapeutik meningkatakan rasa kontrol

pembengkakan, diharapkan Hambatan mobilitas (radio, koran, kunjungan diri/harga diri, membantu
teman/keluarga) sesuai keadaan menurunkan isolasi sosial.
prosedur bedah, dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
1. Klien dapat meningkatkan atau klien. 2. Meningkatkan sirkulasi darah
imobilisasi.
mempertahankan mobilitas 2. Bantu latihan rentang gerak muskuloskeletal, mempertahankan
pada tingkat paling tinggi yang pasif aktif pada ekstremitas tonus otot, mempertahakan gerak
mungkin dapat dicapai yang sakit maupun yang sehat sendi, mencegah kontraktur/atrofi
2. mempertahankan posisi sesuai keadaan klien. dan mencegah reabsorbsi kalsium
fungsional 3. Berikan papan penyangga kaki, karena imobilisasi.
3. meningkatkan kekuatan atau gulungan trokanter/tangan 3. Mempertahankan posis fungsional
fungsi yang sakit dan sesuai indikasi. ekstremitas.
mengkompensasi bagian tubuh 4. Bantu dan dorong perawatan 4. Meningkatkan kemandirian klien
menunjukkan tekhnik yang diri (kebersihan/eliminasi) dalam perawatan diri sesuai
memampukan melakukan sesuai keadaan klien. kondisi keterbatasan klien.
aktivitas. 5. Ubah posisi secara periodik 5. Menurunkan insiden komplikasi
sesuai keadaan klien. kulit dan pernapasan (dekubitus,
6. Kolaborasi pelaksanaan atelektasis, pneumonia
fisioterapi sesuai indikasi. 6. Kerjasama dengan fisioterapis perlu
7. Evaluasi kemampuan mobilisasi untuk menyusun program aktivitas
klien dan program imobilisasi fisik secara individual.
7. Menilai perkembangan masalah
klien.

3. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Instruksikan/bantu latihan napas 1. Meningkatkan ventilasi alveolar dan
perfusi jaringan b/d keperawatan selama 3 x 24 jam, dalam. perfusi.
edema. diharapkan Ketidak efektifan 2. Lakukan dan ajarkan perubahan 2. Reposisi meningkatkan drainase

perfusi jaringan dapat teratasi, posisi yang aman sesuai keadaan sekret dan menurunkan kongesti paru.

dengan kriteria hasil: klien. 3. Mencegah terjadinya pembekuan

Klien akan menunjukkan kebutuhan 3. Kolaborasi pemberian obat darah pada keadaan tromboemboli.

oksigenasi terpenuhi dengan kriteria antikoagulan (warvarin, heparin) Kortikosteroid telah menunjukkan

klien tidak sesak nafas, tidak dan kortikosteroid sesuai keberhasilan untuk

cyanosis dan perfusi jaringan indikasi. mencegah/mengatasi emboli lemak.

normal 4. Evaluasi frekuensi pernapasan 4. Adanya takipnea, dispnea dan


dan upaya bernapas, perhatikan perubahan mental merupakan tanda
adanya stridor, penggunaan otot dini insufisiensi pernapasan, mungkin
aksesori pernapasan, retraksi sela menunjukkan terjadinya emboli paru
iga dan sianosis sentral. tahap awal.
4. Implementasi

Implementasi adalah tahapan keempat dari proses keperawatan atau serangkaian


kegiatan oleh perawat dalam membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
menuju kesehatan yang lebih baik yang sesuai dengan intervensi atau rencana keperawatan
yang telah dibuat sebelumnya. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang
tepat, diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien (Potter dan Perry, 2015).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan sistemik dan terperinci mengenai kesehatan klien
dengan tujuan yang ditetapkan, evaluasi dilakukan berkesinambungan yang melibatkan klien
dan tenaga medis lainnya. Evaluasi dalam keperawatan yaitu kegiatan untuk menilai tindakan
keperawatan yang telah dipilih untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur dari proses keperawatan (Potter, 2015). Evaluasi terhadap tindakan yang diberikan
adalah, yeri berkurang atau hilang, klien dapat melakukan aktivitas sepeti biasanya, atau
tidak terjadi hambatan mobilitas, perfusi jaringan adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Astanti, feni yuni. 2017. Pengaruh Rom Terhadap Perubahan Nyeri Pada Pasien Ekstermitas
Atas.

Apleys, G. A & Solomon Louis, 2018. System of Orthopaedic and Trauma. 10th edition, New
York: Taylor & Francis Group, CRC Press.

Anugerah, A. P., Purwandari, R., & Hakam, M. (2017). Pengaruh Terapi Kompres Dingin
Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF ( Open Reduction Internal Fixation ) pada Pasien
Fraktur di RSD Dr .H. Koesnadi Bondowoso. EJurnal Pustaka Kesehatan, 5(2), 247–252.

Desiartama, A., & Aryana, I. W. 2017. Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Akibat Kecelakan
Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun
2013. E-Jurnal Medika Udayana, 6(5).

Kenneth A. Egol, Kenneth J. Koval, Joseph D. Zuckerman. 2015. Handbook of Fractures 5th
Edition. New York. Wolters Kluwer.

Muttaqin.A. 2015. Asuhan Keperawatan Gangguan Integumen.Jakarta:Selemba Medika


Palembang Tahun 2012.” Jurnal Kedokteran dan Kesehatan2.3 : 253-260.

Noorisa, R., Apriliwati, D., Aziz, A., & Bayusentono S. 2017. The Characteristic Of Patients
With Femoral Fracture In Department Of Orthopaedic And Traumatology Rsud Dr.
Soetomo Surabaya 2013-2016. Journal of Orthopedi & Traumatology Surabaya. 6(1):
ISSN 2460-8742.

Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Pyadesi, S. A., Sulisetyawati, S. D., & Sari, F. S. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal
Dan Terapi Musik Klasik Terhadap Nyeri Pada Pasien Fraktur Ekstremitas Pasca
Operasi Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta, 13, 1–11.

Wati, R. I. (2018). Asuhan Keperawatan Post Operasi Fraktur Cruris Pada Ny S Dan Nn T
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Kenanga Rsud Dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai