Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN FRAKTUR

Untuk Memenuhi Tugas Praktika Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Werdi Sungging Ayomi P1337420520073


Eka Rizki Navyyanti P1337420520074
Kurnia Putri Yunita P1337420520075
Desi Fitriasari P1337420520076
Apriliana Pratiwi Jasmin P1337420520077
Mita Widya Pangestika P1337420520078

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG PROGRAM D III

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur collum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimal femur. Yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal
permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

B. ETIOLOGI

Menurut (Smeltzer dalam Muttaqin, 2009) fraktur disebabkan oleh pukulan


langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak dan bahkan kontraksi otot
ekstrem. Patah tulang juga dapat disebabkan karena trauma minimal atau tekanan
ringan (fraktur patologis) seperti pada usia lanjut yang mengidap osteoporosis, tumor,
infeksi, atau penyakit lainya. Selain itu fraktur juga bisa terjadi akibat fraktur stress
yaitu peningkatan drastis tingkat latihan pada seorang atlit atau pada permulaan
aktivitas fisik baru.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam


pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut (Price dan Wilson,
2018). Tulang Femur ( tulang paha) Merupakan tulang pipa dan terbesar di dalam
tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum
membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris, disebelah atas dan bawah dari
kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor.
Dibagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut
kondilus lateralis dan medialis. Diantara dua kondilus ini terdapat lakukan tempat
letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang di sebut dengan fosa kondilus.

Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2018) antara lain:

a. Sebagai kerangka tubuh. Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh.
b. Proteksi Sistem musculoskeletal melindungi organ- organ penting, misalnya otak
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada
rongga dada (cavum thorax) yang di bentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
c. Ambulasi dan Mobilisasi. Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya
pergerakan tubuh dan perpindahan tempat, tulang
d. memberikan suatu system pengungkit yang di gerakan oleh otot- otot yang
melekat pada tulang tersebut ; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi fraktur berdasarkan penyebabnya (Rasjad dalam Muttaqin, 2008) yaitu :

a. Fraktur traumatik, terjadi karena trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi
patah.

b. Fraktur patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan


patologis di dalam tulang. Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah karena tumor baik primer maupun yang telah bermetastasis atau proses
patologis lainya. Menurut Price (2009, p. 314) fraktur patologis sering terjadi
pada orang tua yang mengidap osteoporosis, penderita tumor (osteoma,
osteosarkoma, osteoma osteoid, sarcoma Ewing, kondrosarkoma atau kanker
tulang rawan).
c. Fraktur stress atau fraktur kelelahan, terjadi karena adanya trauma yang terus-
menerus pada suatu tempat tertentu. Contohnya adalah pada pekerja kuli panggul
yang sering memakai tulang bahunya untuk membawa beban, dapat menyebabkan
patah tulang bahu.

E. PATOFISIOLOGI

Fraktur merupakan gangguan yang terjadi pada tulang yang biasanya


disebabkan oleh trauma. Adanya suatu gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolik, patologik. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut
yang ada pada saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu
dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan respon
nyeri gerak sehingga mobilitas terganggu. Adanya kerusakan fragmen tulang femur
menyebabkan hambatan mobilitas fisik karena adanya diskontinuitas tulang dan
pergeseran fragmen menyebabkan deformitas (kelainan bentuk). Apabila kondisi ini
berlanjut tanpa dilakukan intervensi yang optimal, maka akan menimbulkan risiko
terjadinya malunion pada tulang femur Adanya kerusakan fragmen tulang femur
menyebabkan hambatan mobilitas fisik dan diikuti dengan spasme otot paha yang
menimbulkan deformitas khas pada paha, yaitu terjadinya pemendekan tungkai
bawah. Apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan intervensi yang optimal, maka
akan menimbulkan risiko terjadinya malunion pada tulang femur (Wijaya, Andra
Saferi , 2018)

F. PATHWAY
(Wijaya, Andra Saferi , 2018)

G. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan


ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di


imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan
deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan
ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera (Smelzter dan Bare, 2002).

H. KOMPLIKASI

Komplikasi fraktur menurut (Jong, 2019) diantaranya yaitu :

1) Kerusakan arteri Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak
adanya nadi,CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal,
hematom melebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan
darurat splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit, tindakan reduksi dan
pembedahan.
2) Sindrome kompartemen Kompikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,
tulang, saraf, pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini di sebabkan oleh edem
atau perdarahan yang menekan otot, sraf, pembuluh darah atau tekanan luar
seperti gips, pembebatan dan penyangga. Perubahan fisiologis sebagai akibat dari
peningkatan tekanan kompartemen yang seringkali terjadi adalah iskemi dan
edema.
3) Fat embolism syndrome (FES) Fat embolism syndrome merupakan suatu sindrom
yang mengakibatkan komplikasi serius pada fraktur tulang panjang, terjadi karena
sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun. Ditandai dengan adanya
gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.
4) Infeksi Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga
pada penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF dan OREF)
dan plat yang tepasang didalam tulang. Sehingga pada kasus fraktur resiko infeksi
yang terjadi lebih besar baik karena penggunaan alat bantu maupun prosedur
invasif.

5) Nekrosis avaskuler Aliran darah ketulang rusak atau terganggu sehingga


menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia volkman.
6) Syok Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kepiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalahmasalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a. Data Subjektif
1 Anamnesa
a) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas
/ mobilisasi pada daerah fraktur tersebut
c) Riwayat Penyakit Sekarang Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma / kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat /
perubahan warna kulit dan kesemutan.
d) Riwayat Penyakit Dahulu Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang
atau tidak sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami pembedahan perbaikan
dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya
e) Riwayat Penyakit Keluarga Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita
osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan
menular
2 Pola-pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus fraktur akan timbul
ketakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi
melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan
lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi
klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau
protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan 30 faktor predisposisi
masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada
pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d) Pola Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur,
dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
e) Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain.
f) Pola Hubungan dan Peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul
ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image)
h) Pola Sensori dan Kognitif Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada
bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat
fraktur
i) Pola Reproduksi Seksual Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa
nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk
jumlah anak, lama perkawinannya
j) Pola Penanggulangan Stress Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan
dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan
kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
b. Data obyektif
1 Keadaan Umum: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada
keadaan klien.
2 Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk.
3 Pemeriksaan fisik :
a) Sistem Integumen Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
b) Kepala Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d) Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan) Telinga Tes bisik atau weber masih dalam keadaan
normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
g) Mulut dan Faring Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
h) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
I. Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
II. Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
III. Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
IV. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
i) Jantung
I. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
II. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
III. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
j) Abdomen
I. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
II. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
III. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
IV. Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
k) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien dengan fraktur meliputi :
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik dd mengeluh nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang dd nyeri saat
bergerak

3. RENCANA KEPERAWATAN

Tangga No. Diagnosa Tujuan Intervensi


l / Jam Keperawatan
Senin, 1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
23 berhubungan tindakan Observasi :
Januari dengan agen keperawatan 3x8 1. Identifikasi lokasi,
2023 cidera fisik jam, rasa nyeri pada karakteristik, durasi, frekuensi,
ditandai klien berkurang kualitas, intensitas nyeri
dengan dengan kriteria hasil 2. Identifikasi skala nyeri
mengeluh : 3. Identifikasi respon nyeri non
nyeri 1. Klien dapat verbal
mengontrol nyeri 4. Identifikasi faktor yang
2. Skala nyeri memperberat dan memperingan
berkurang nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Analgetik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Senin, 2 Gangguan Setelah dilakukan  Observasi
23 Mobilitas tindakan - Identifikasi kebutuhan
Januari Fisik b.d keperawatan selama dilakukan pembidaian
2023 Kerusakan 3 X 8 jam maka (fraktur).
Integritas mobilitas fisik - Monitor bagian distal area
Struktur meningkat. cedera.
Tulang dd - Monitor adanya adanya
Dengan Kriteria
nyeri saat pedarahan pada daerah
Hasil :
bergerak - Pergerakan cedera.
eksremitas - Identifikasi material bidai
meningkat yang sesuai.
- Nyeri menurun  Teraupetik
- Gerakan terbatas - Tutup luka terbuka dengan
menurun balutan.
- Atasi perdarahan sebelum
bidai dipasang.
- Berikan bantalan pada
bidai.
- Imobilisasi sendi di atas
dan di bawah.
- Pasang bidai pada posisi
tubuh seperti saat
ditemukan.
- Gunakan kain gendong
secara tepat.
 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah prosedur
sebelum pemasangan
bidai.
- Latih pemenuhan
kebutuhan ADL secara
mandiri sesuai
kemampuan.
- Ajarkan bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan.
- Anjurkan membatasi
gerak pada area cedera.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan


intervensikeperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan


yangsistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yangdibuat pada tahap perencanaan
LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian : Senin, 23 Januari 2023 Ruang/RS : Alamanda 2

Jam : 14.00 WIB RSUD Tidar Magelang

A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. W
b. Umur : 65 tahun
c. Agama : Islam
d. Alamat : Magelang
e. Pendidikan : SD
f. Tanggal Masuk : 23 Januari 20223
g. Diagnosa Medis : Fraktur
h. No. Register : 241xxx
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. E
b. Umur : 45 thn
c. Alamat : Magelang
d. Pendidikan : SLTA
e. Hubungan dg klien : Anak
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan bawah
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan jatuh terpeleset di sawah kemudian kaki kanan klien bengkak, lalu
keluarga klien membawa klien ke IGD RSUD Tidar Magelang pada tanggal 23 Januari
2023.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami patah tulang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien, tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TBC,
HIV/Aids atau HbsAg. Keluarga klien tidak memiliki Riwayat penyakit Hipertensi
ataupun DM.
4. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi.

GENOGRAM

: Perempuan
: tinggal serumah
: Pasien
: meninggal
: Laki-laki

D. PENGKAJIAN MENGACU POLA FUNGSIONAL GORDON


1. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Keluarga klien mengatakan saat ada keluarga yang sakit membeli obat diwarung secara
mandiri. Jika tidak kunjung sembuh langsung dibawa ke pelayanan terdekat seperti
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut dan menggunakan obat herbal
sebagai alternatif pengobatan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan makan secara teratur 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk
(daging, tempe tahu), buah dan air putih dan tidak mempunyai alergi. Saat
berdagang, klien tidak lupa untuk minum air putih.

b. Saat sakit
Klien mengatakan nafsu makan masih seperti biasa.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit : klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek, berwarna
kuning kecoklatan dengan bau khas. Pasien BAK 6-10 x/ hari.
b. Saat sakit : Klien BAB 1x/hari dan klien BAK 6-8x/ hari.
4. Pola istirahat dan tidur
Kebutuhan tidur klien tidak terganggu, klien tidur malam selama 6-8 jam. Kualitas tidur
baik.
5. Pola aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit
klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri saat dirumah.
b. Saat sakit
Klien mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri seperti makan, minum,
berganti baju dan lainnya dengan bantuan. Aktivitas klien sedikit terbatas hanya
diatas tempat tidur karena terkendala kaki kanan terpasang bidai dan pada saat
bergerak kaki kanan klien terasa nyeri.
6. Pola peran dan hubungan
Setelah sakit klien tidak dapat menjalankan perannya dengan maksimal sebagai ibu dan
istri untuk keluarganya. Hubungan dengan keluarga baik.
7. Pola persepsi kognitif dan sensori
a. Persepsi dan Sensori :
- Penglihatan Baik
- Pendengaran Baik
- Penciuman Baik
- Pengecapan Baik
- Perabaan Baik
b. Kognitif
Ny. W mampu menyebutkan tempat, waktu, jam dan orang disekitarnya. Ny. W
mengatakan mengetahui kondisinya saat ini.
8. Pola persepsi diri dan konsep diri
a. Body Image : Klien percaya diri dengan seluruh tubuhnya
b. Identitas Diri : Klien adalah seorang perempuan
c. Harga Diri : Klien ingin cepat sembuh dan tidak ada masalah dengan
tubuhnya.
d. Peran Diri : Klien adalah seorang ibu dengan 2 anak.
e. Ideal Diri : Klien tetap yakin akan sembuh dari penyakitnya dan ingin
cepat pulang supaya bisa menjalani perannya sebagai ibu dan istri dengan nyaman
dan tidak ada gangguan penyakit pada tubuhnya.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Tidak ada gangguan pada pola seksualitas dan reproduksi.
10. Pola mekanisme koping
Klien selalu terbuka dengan perawat maupun dengan keluarganya. Terbukti kalau
ditanya oleh perawat tentang apa yang dirasakan saat ini klien selalu terbuka untuk
menjawab. Klien dalam memutuskan suatu permasalahan selalu di diskusikan dengan
keluarganya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit klien menjalankan ibadah rutin sholat 5x sehari dan sholat sunnah.
Selama sakit klien rutin berdoa untuk kesembuhannya.
12. Kebutuhan Aman dan Nyaman
Klien mengatakan merasakan gangguan aman dan nyaman yaitu nyeri
P : saat menggerakkan kaki kanan
Q: seperti tertusuk
R : kaki kanan
S : skala 5
T : hilang timbul

E. AKTIVITAS HIDUP (ADL)


Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)
Indeks Katz : A/B/C/D/E/F/G
No Kegiatan Keterangan Hasil
1 Mandi A A
2 Berpakaian A A
3 Berpindah A A
4 Toileting A A
5 Makan A A
6 Kontinensia A A

Keterangan:

Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal mandi, berpindah,ke kamar keecil,
berpakaian, dan makan.
B Kekamar mandi dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tersebut.
D Kemandirian dalam dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, dan satu fungsi tersebut.
E Kemandirian dalam dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian,ke kamar kecil, dan satu fungsi tersebut.
F Kemandirian dalam dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian,ke kamar kecil,berpindah, dan satu fungsi
tersebut.
G Ketergantungan dalam semua fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tersebut, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebaagai C,D,E,F,dan G.

Skala jatuh
No Pengkajian Skala Nilai
1 Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh dalam
3 bulan terakhir
2 Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki lebih
dari satu penyakit
3 Alat bantu jalan:
Bedrest/dibantu
Kruk/tongkat/wolker
Berpegangan pada benda-benda sekitar
(kursi,meja,lemari)
4 Terapai intravena: apakah lansia mendaptkan
terapi cairan/ terpasang infus
5 Gaya berjalan /berpindah
Nomal/ Bedrest/Imobil (tidak dapat bergerak
sendiri)
Lemah (tidak bertenaga)
Gangguan/ Tidak normal ( Pincang atau diseret)
6 Status mental
Lansia menyadari kondisi dirinya
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat
Total

Keterangan
Tingkatan Resiko Skor Akhir Tindakan
Tidak beresiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi, pencegahan
jatuh standar
Resiko tinggi Lebih dari Pelaksanaan intervensi, pencegahan
50 jatuh resiko tinggi

Status kognitif
Skore Portable Mental Status Quesionaire (SPMSQ)
Skore No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini? Tanggal 23
2 Hari apa sekarang? Hari Senin
3 Dimana anda sekarang?
4 Berapa anak anda?
5 Dimana alamat anda?
6 Berapa umur anda?
7 Kapan anda dilahirkan?
8 Siapan presiden Indonesia sekarang?
9 Siapa presiden sebelumnya?
10 Siapa nama kecil ibu anda?
Jumlah keseluruhan total
Penilaian SPMSQ
1) Kesalahan 0-3 : Fungsi intelektual utuh
2) Kesalahan 4-5 : Fungsi intelektual ringan
3) Kesalahan 6-8 : Fungsi intelektual sedang
4) Kesalahan 9-10 : Fungsi intelektual berat

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran : E4V5M6 composmentis
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 88 x/ menit
SpO2 : 96%
Suhu tubuh : 36,30 C
Tekanan darah : 207/110 mmHg
RR : 20 x/menit
3. Kulit : Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik kiri.
4. Kepala : Ukuran kepala mesochepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa/benjolan, kulit kepala bersih.
5. Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada lesi.
6. Mata : Sklera tidak ikterik, mata simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor dan reflek cahaya baik.
7. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak terdapat lesi pada
hidung.
8. Telinga : Simetris, tidak terdapat sekret.
9. Mulut : Mukosa bibir kering, gigi lengkap tidak terdapat stomatitis.
10. Dada:
a. Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS 4 Anterior aksila sinistra , tidak ada massa
P : Batas Jantung
- Batas atas : ICS III parasterna dekstra dan ICS III parasterna sinistra
- Batas bawah : ICS V parasterna dekstra sampai ICS V anterior aksila
sinistra
- Batas kanan : ICS III sampai ICS V parasterna dekstra
- Batas kiri : ICS III parasterna sinistra sampai ICS V anterior axila sinistra
A : Suara jantung I,II regular. Murmur (-), Gallop (-).
b. Paru-paru :
I : ekspansi dada simetris, tidak ada bekas luka/luka di area dada, RR: 20x/mnt
P : pergerakan dinding dada sama, taktil fremitus teraba
P : sonor
A : vesikuler, ronchi (-)
11. Abdomen:
a. Inspeksi : tidak terdapat asites

b. Auskultasi : bising usus 12x/menit


c. Perkusi : timpani

d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.


12. Ekstremitas :
Atas : klien terpasang infus RL dengan dosis 20 tpm ditangan kanan. Tidak terdapat
edem..
Bawah : terpasang bidai pada kaki kanan.
5 5

Keterangan: 3 5
 0 : Paralisis
 1 : Tidak ada gerakan terasa
 2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dan sokongan
 3 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan
 4 : gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan dengan sedikit tahanan
 5 : Gerakan normal menentang gravitasi dan sokongan dengan tahanan penuh

13. Genetalia : tidak terlihat edema dan terpasang kateter urin. Genetalia bersih dan
tidak terdapat luka.
PROGRAM TERAPI

1. Infus Asering 20 tpm

2. Injeksi Cefazolin 2/12 jam

3. Injeksi Ketorolac 3/8 jam


DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

No Tanggal Data Fokus Etilogi Masalah TTD


. / jam Keperawatan
1. Senin, DS: Agen cidera fisik Nyeri akut
23 Klien mengatakan nyeri pada
Januari kaki kannnya
2023 P : saat bergerak
Q: seperti ditusuk
R : kaki kanan
S : skala 5, meningkat saat
banyak bergerak
T : hilang timbul
DO:
Klien terlihat berhati-hati saat
berpindah
2. Senin, DS: Kerusakan Gangguan
23 Klien mengatakan kaki integritas struktur mobilitas fisik
Januari kanannya bengkak setelah tulang
2023 terpeleset di sawah
DO:
- Post op ORIF hari ke 0
- Hasil rontgen

DIAGNOSA KEPERAWATAN

3. Nyeri akut b.d agen cidera fisik dd mengeluh nyeri


4. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang dd nyeri saat
bergerak
RENCANA KEPERAWATAN

Tangga No. Diagnosa Tujuan Intervensi TTD


l / Jam Keperawatan
Senin, 1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
23 berhubungan tindakan Observasi :
Januari dengan agen keperawatan 3x8 1. Identifikasi lokasi,
2023 cidera fisik jam, rasa nyeri pada karakteristik, durasi, frekuensi,
ditandai klien berkurang kualitas, intensitas nyeri
dengan dengan kriteria hasil 2. Identifikasi skala nyeri
mengeluh : 3. Identifikasi respon nyeri non
nyeri 3. Klien dapat verbal
mengontrol nyeri 4. Identifikasi faktor yang
4. Skala nyeri memperberat dan memperingan
berkurang nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Analgetik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Senin, 2 Gangguan Setelah dilakukan  Observasi
23 Mobilitas tindakan - Identifikasi kebutuhan
Januari Fisik b.d keperawatan selama dilakukan pembidaian
2023 Kerusakan 3 X 8 jam maka (fraktur).
Integritas mobilitas fisik - Monitor bagian distal area
Struktur meningkat. cedera.
Tulang dd - Monitor adanya adanya
Dengan Kriteria
nyeri saat pedarahan pada daerah
Hasil :
bergerak cedera.
- Pergerakan - Identifikasi material bidai
eksremitas yang sesuai.
meningkat  Teraupetik
- Nyeri menurun - Tutup luka terbuka dengan
- Gerakan terbatas balutan.
menurun - Atasi perdarahan sebelum
bidai dipasang.
- Berikan bantalan pada
bidai.
- Imobilisasi sendi di atas
dan di bawah.
- Pasang bidai pada posisi
tubuh seperti saat
ditemukan.
- Gunakan kain gendong
secara tepat.
 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah prosedur
sebelum pemasangan
bidai.
- Latih pemenuhan
kebutuhan ADL secara
mandiri sesuai
kemampuan.
- Ajarkan bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan.
- Anjurkan membatasi
gerak pada area cedera.
IMPLEMENTASI

Tanggal / Diagnosa TTD


No Tindakan Respon
Jam Keperawatan
1. Selasa, 24 1 - Melakukan DS :
Januari 2023 pengkajian nyeri Klien mengatakan
komprehensif yang nyeri pada kaki
meliputi lokasi, kanannya
karakteristik, P : saat bergerak
onset/durasi, Q: seperti ditusuk
frekuensi, kualitas, R : kaki kanan
intensitas atau S:5
beratnya nyeri dan T : hilang timbul
faktor pencetus. DO :
- Menggunakan Raut wajah nampak
strategi komunikasi seperti
terapeutik untuk mempertahankan nyeri
mengetahui
pengalaman nyeri

09.10 WIB 1
- Mengajarkan DS:
manajemen nyeri Klien mengatakan
non farmakologi : mau diajari teknik
napas dalam nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
DO:
Klien terlihat
mempraktikkan cara
nafas dalam

- Memberikan terapi DS:


farmakologi Klien mengatakan
bersedia untuk
diberikan obat
12.00 WIB DO:
Injeksi krtorol;ac
- Melakukan DS :
pengkajian pada Klien mengatakan
Rabu, 25 klien nyeri sudah berkurang
Januari 2022 dibandingkan kemarin
P : saat bergerak
Q : seperti ditusuk
1
R : kaki kanan
S:5
T : hilang timbul
DO:
19.00 WIB - Klien masih tampak
menahan sakit pada
tangannya

DS:
- Mengajarkan Klien mengatakan
manajemen nyeri mau diajari teknik
non farmakologi : nafas dalam untuk
napas dalam mengurangi nyeri
1
DO:
Klien terlihat
mempraktikkan cara
nafas dalam

19.15

1
1

EVALUASI

Tanggal / Diagnosa Subjektif, Obyektif, Assesment, TTD


Jam Keperawatan Planning (SOAP) Perawat
Selasa, 24 Nyeri akut S :
Januari berhubungan Klien mengatakan nyeri pada kaki
2023 dengan agen cedera kanannya
fisik ditandai P : saat bergerak
dengan menahan Q: seperti ditusuk
nyeri R : kaki kanan
S:5
T : hilang timbul
O:
Raut wajah nampak seperti
mempertahankan nyeri
Injeksi ketorolac dan cefazolin
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan S : klien mengatakan kaki bengkak pada
Mobilitas Fisik b.d kaki kanan
Kerusakan O:
Integritas Struktur - Kaki klien Nampak bengkak
Tulang A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Gunakan kain gendong secara
tepat.
- Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah prosedur
sebelum pemasangan bidai.
- Latih pemenuhan kebutuhan
ADL secara mandiri sesuai
kemampuan.
- Anjurkan membatasi gerak pada
area cedera.
Rabu, 25 Nyeri akut S:
Januari berhubungan Klien mengatakan nyeri luka post op
2023 dengan agen cedera P : saat bergerak
fisik Q : seperti tersayat
R : kaki kanan
S:4
T : hilang timbul
DO:
- Klien terkadang masih tampak
menahan sakit pada kakinya
- Klien sudah mampu mempraktekkan
relaksasi napas dalam.
- Injeksi ketorolac 3/8 jam
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Kolaborasi pemberian analgetik
Rabu , 25 Gangguan S : klien mengatakan terdapat luka pada
Januari Mobilitas Fisik b.d kaki kanan pada luka bekas operasi
2023 Kerusakan O:
Integritas Struktur - Luka bekas operasi tidak terdapat pus
Tulang - Post op hari pertama
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Gunakan kain gendong secara
tepat.
- Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah prosedur
sebelum pemasangan bidai.
- Latih pemenuhan kebutuhan
ADL secara mandiri sesuai
kemampuan.
- Anjurkan membatasi gerak pada
area cedera.

Anda mungkin juga menyukai