Anda di halaman 1dari 58

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

Dosen Pengampuh : Nurdin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

KELOMPOK 1

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP FRAKTUR FEMUR

NAMA NIM
IFNI ANGRAENI P201701099
SITTI NUR VANESA P201701095
MUSDALIFAH P201701108
NURHIJRAH P201701117

J3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAHAN JURUSAN S1 KEPERAWATAN

KENDARI 2020

LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR

A. Definisi
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas atau retak jaringan yang
disebabkan trauma yang ditentukan oleh luas dan jenis trauma. Sehingga
mengalami penurunan fungsi fisik yang merupakan salah satu ancaman
potensial pada integritas. Rusaknya integritas tulang menyebabkan nyeri,
trauma, kaku sendi, dan gangguan muskuloskeletal (Nanda International,
2015). Salah satu penyebab fraktur adalah ruda peksa pada suatu jaringan
yang menyebabkan kontinuitas jaringan menjadi terputus (Sjamsuhidajat
dalam Rudi., dkk. 2020).
Fraktur femur merupakan diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa
terjadi akibat trauma baik secara langsung ataupun tidak langsung dan apabila
terjadi patah pada tulang ini bisa menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak bahkan bisa mengakibatkan syok, morbiditas yang lama dan juga
kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik. Diantara pasien
fraktur femur terdapat 1% yang menderita kecacatan menetap dan 30%
mengalami kecacatan yang bersifat sementara.Fraktur saat ini merupakan
penyakit muskuloskeletal yang banyak di jumpai di pusat-pusat pelayanan
kesehatan di seluruh dunia (Obaidurrahman,et,all dalam Giat., dkk,. 2020).
Fraktur femur adalah rusaknya jaringan pada tulang paha, kondisi dari
fraktur femur bisa menjadi fraktur tertutup maupun terbuka yang disertai
dengan rusaknya jaringan lunak (otot, pembuluh darah, kulit, jaringan saraf)
disebabkan adanya oleh trauma langsung pada bagian paha (Helmi dalam
Rudi,. Dkk. 2020).
Fraktur disebabkan oleh trauma tunggal yang diberikan dengan
kekuatan yang berlebihan dan secara tiba tiba seperti benturan, plintiran, dan
penarikan. Selain itu trauma tunggal juga menyebabkan jaringan lunak
menjadi rusak (Zairi dkk, 2012). Untuk mengembalikan gerakan, pencegahan

2
disabilitas dan pengurangan nyeri karena adanya rusaknya kontinuitas
jaringan maka dilakukan penanganan pada daerah fraktur. Ada tiga cara dalam
melakukan penanganan fraktur yaitu reduksi, imobilisasi, dan rehabilitasi.
Imobilisasi merupakan salah satu upaya dalam menangani fraktur dengan
menahan kontinuitas yang terjadi patahan atau retakan. Pembedahan
merupakan hal yang terakhir jika pada penangan sebelumnya belum bisa
mengembalikan posisi tulang dengan membuka pada bagian yang ditangani
(Djamal dalam Rudi., dkk. 2020).
B. Etiologi
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar.
Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pra muda yang mengalami kecelakaan
bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma
multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami syok hipovolemik karena
kehilangan banyak darah maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat
hebat.
Penyebab fraktur femur menurut Price dan Wilson (2015) ada 3 yaitu:
1. Cidera atau benturan
a. Cedera langsung berartti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan.mpemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan konstraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang lelah menjadi
lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

3
3. Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang
baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam
angkatan bersenjata atau orang-orang yng baru mulai latihan lari.
C. Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur terbuka di antaranya
adalah usia, perubahan struktur tulang, komorbiditas, dan pekerjaan tertentu.
1. Usia
Semakin tua semakin meningkat risiko jatuh karena terjadi perubahan baik
secara fisik, sensorik, dan kognitif. Di Amerika Serikat, terdapat 20-30%
orang tua yang mengalami cedera sedang sampai berat seperti memar,
fraktur panggul dan trauma kepala.
2. Perubahan Struktur Tulang
Adanya perubahan struktur tulang membuat tulang menjadi rapuh,
misalnya osteoporosis, osteogenesis imperfekta/ Paget’s disease, atau
melalui lesi litik (kista tulang atau metastasis).
3. Kondisi Medis Tertentu
Adanya kondisi medis yang mendasari seperti kasus neurologis yang
berkaitan dengan kehilangan keseimbangan dan perubahan gaya berjalan.
Penggunaan steroid jangka panjang, misalnya pada pasien lupus
eritematosus sistemik, juga akan menurunkan densitas tulang sehingga
meningkatkan risiko fraktur.
4. Pekerjaan
Pekerjaan tertentu, misalnya yang melibatkan mesin berat, dapat
meningkatkan risiko terjadinya cedera.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis fraktur menurut (Smelzter&Bare dalam
Melti&Zuriati 2019).

4
1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampei fragmen tulang di
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bindai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya,
pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan deformitas, ekstremitas
yang bias diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang
normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
ototbergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanay derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
E. Klasifikasi
Terdapat enam klasifikasi fraktur femur (Rudi, dkk., 2020).
1. Fraktur intertrochanter femur yaitu fraktur yang terdapat garis
melintang mulai dari trochanter mayor sampai trochanter minor.
2. Fraktur subtrochanter femur disebabkan oleh trauma berkekuatan
tinggi yang disertai dengan penyakit patologis yang menyebabkan
tulang menjadi lemah.
3. Fraktur suprakondiler femur terjadi bagian distal menyebabkan
dislokasi ke posterior. Fraktur ini disebabkan adanya penarikan otot-
otot gastrocnemius.

5
4. Fraktur kondiler femur ini disebabkan adanya tekanan ke di sumbu
femur ke atas yang dikombinasikan dari dua gaya yaitu hiper abduksi
dan adduksi.
5. Fraktur batang femur adalah fraktur terjadi karena adanya trauma
langsung yang memiliki kekuatan dengan intensitas tinggi.
6. Fraktur collum femur adalah fraktur yang disebabkan oleh perubahan
struktur tulang yang disebabkan tekanan yang mengenai lingkaran
acetabulum yang berotasi ke arah posterior.
F. Komplikasi
1. Komplikasi awal menurut (Noor, 2016)
a. Syok.
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada
beberapa kondisi tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada fraktur
femur karena rasa sakit yang hebat pada pasien.
b. Kerusakan arteri.
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai oleh: tidak adanya
nadi; CRT (Cappillary Refill Time) menurun; sianosis bagian distal;
hematoma yang lebar; serta dingin pada ekstremitas yang di sebabkan
oleh tindakan emergensi pembidaian, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
c. Sindrom kompartemen.
Sindrom kompratemen adalah suatu kondisi di mana terjadi
terjebaknya otot tulang saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau pendarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Kondisi sindrom
kompratemen akibat fraktur hanya terjadi pada fraktur yang dekat
dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda

6
khas untuk sindrome kompartemen adalah 5P, yaitu: pain (nyeri
lokal), paralysis (kelumpuhan tungkai), pallor (pucat bagian distal),
parastesia (tidak ada sensasi) dan pulselessness (tidak ada denyut nadi,
perubahan nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT >3 detik pada
bagian distal kaki).
d. Infeksi.
Sistem pertahanan tubuh ruak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma ortopedik infeksi di mulai pada kulit (superfisial) dan
masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka,tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin (ORIF dan OREF) atau plat.
e. Avaskular Nekrosis
Avaskular nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di
awali dengan adanya volkman’s ischemia
f. Sindrom emboli lemak
Sindrom emboli lemak (fat embolism syndrom-FES) adalah
komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang di hasilkan sum sum
tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen
dalam darah rendah yang di tandai dengan gangguan pernapasan,
takikardi, hipertensi, takipnea, dan demam.
2. Komplikasi Lama menurut (Noor, 2016)
a. Delayed Union
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk sembuh dan
tersambung dengan baik. Ini disebabkan karena penurunan suplai
darah ke tulang. Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh

7
dengan selak waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan
lima bulan untuk anggota gerak bawah).
b. Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu
antara 6-8 bulan dan tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat
pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartosis dapat terjadi tanpa infeksi
tetapi dapat juga terjadi bersama infeksi yang di sebut dengan infected
pseudoarthrosis
c. Mal-union
Mal-union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada
saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk
angulasi,varus/valgus, pemendekan, atau menyilang, misalnya, pada
fraktur radius-uln
G. Patofisiologi
Ketika patah tulang, terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
susmsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan hematom pada kanal modul anatar tepi tulang bawah
periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik ditandai
dengan fase vasolidasi dari plasma dan leukosit, ketika terjadi kerusakan
tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki
cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.
Hematom yangterbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan
gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai
organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler di otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemik dan

8
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan comportement (Melti &
Zuriati, 2019)
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Istianah (2017) Pemeriksan Diagnostik antara lain:
1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
2. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan
fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai
respon terhadap peradangan.
I. Penatalaksanaan
Menurut Istianah (2017) penatalaksanaan medis antara lain :
1. Diagnosis dan penilaian fraktur
Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan
untuk mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan
perlu diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang
sesuai untuk pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama
pengobatan.
2. Reduksi
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran
garis tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi
terbuka. Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis
untuk menarik fraktur kemudian, kemudian memanipulasi untuk
mengembalikan kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau
kurang memuaskan, maka bisa dilakukan reduksi terbuka. Reduksi

9
terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk
mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat
fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat
tersambung kembali.
3. Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan
plat atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas
yang mengalami fraktur.
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah
pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk melakukan latihan.

10
Kosep Asuhan Keperawatan

11
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini.
Tahap ini terbagi atas:
1. Data Subjektif
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyerisaat
beraktivitas / mobilisasi pada daerah fraktur tersebut.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma /
kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri,
bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak
sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami pembedahan
perbaikan dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis, arthritis
dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan
menular.
b. Pola-pola Fungsi Kesehatan

12
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol
yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien
melakukan olahraga atau tidak.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola
nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang
tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar
matahari yang kurang merupakan aktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
3) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta
bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga
hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana

13
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan
obat tidur.
5) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain.
6) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat.Karena klien harus menjalani rawat inap.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan
akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan body image).
8) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian
distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.
begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu
juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.
9) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya
10) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi
tubuhnya.Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.

14
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
2. Data obyektif
a. Keadaan Umum: apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis tergantung
pada keadaan klien.
b. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk.
c. Pemeriksaan fisik :
1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
2) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
4) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk.Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
5) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan).
6) Teling
7) Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
8) Hidung

15
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
9) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
10) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
11) Paru
a) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
12) Jantung
a) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
13) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

16
c) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d) Auskultasi
Peristaltik usus normal±20 kali/menit.
14) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen
tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/imobilisasi, stress,
ansietas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan,
ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh
terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit
buruk, terdapat jaringan nekrotik.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,
kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan.
6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
C. Intervensi

17
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa Intervensi
keperawatan yang muncul pada pasien meliputi: ( Tabel 1 )

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri akut Tujuan: nyeri 1. Lakukan 1. Hubungan yang baik
berhubungan dapat berkurang pendekatan membuat klien dan
dengan agen atau hilang. pada klien dan keluarga kooperatif.
injury fisik Kriteria Hasil : keluarga.
1. Nyeri 2. Kaji tingkat 2. Tingkat intensitas
berkurang intensitas dan nyeri dan frekuensi
atau hilang frekuensi nyeri. menunjukkan skala
2. Klien nyeri.
tampak 3. Jelaskan pada 3. Memberikan
tenang. klien penyebab penjelasan akan
dari nyeri. menambah
pengetahuan klien
tentang nyeri.
4. Observasi 4. Untuk mengetahui
tanda-tanda perkembangan klien.
vital.
5. Melakukan 5. Merupakan tindakan
kolaborasi dependent perawat,
dengan tim dimana analgesik
medis dalam berfungsi untuk
pemberian memblok stimulasi
analgesik nyeri.
Intoleransi Setelah 1. Rencanakan 1. Mengurangi aktivitas
aktivitas dilakukan periode istirahat yang tidak
berhubungan asuhan yang cukup. diperlukan, dan

18
dengan keperawatan energi terkumpul
kelemahan Pasien memiliki dapat digunakan
cukup energi untuk aktivitas
untuk seperlunya secar
beraktivitas. optimal.
1. Kriteria hasil 2. Berikan latihan 2. Tahapan-tahapan
: perilaku aktivitas secara yang diberikan
menampakan bertahap. membantu proses
kemampuan aktivitas secara
untuk perlahan dengan
memenuhi menghemat tenaga
kebutuhan namun tujuan yang
diri. tepat, mobilisasi dini.
3. Bantu pasien 3. Mengurangi
dalam pemakaian energi
memenuhi sampai kekuatan
kebutuhan pasien pulih kembali.
sesuai
kebutuhan.
4. Setelah latihan 4. Menjaga
dan aktivitas kemungkinan adanya
kaji respons respons abnormal
pasien. dari tubuh sebagai
akibat dari latihan.

Kerusakan Setelah 1. Kaji kulit dan 1. Mengetahui sejauh


integritas dilakukan identifikasi mana perkembangan
kulit asuhan pada tahap luka mempermudah
berhubungan keperawatan perkembangan dalam melakukan

19
dengan Mencapai luka. tindakan yang tepat.
trauma penyembuhan 2. Kaji lokasi, 2. Mengidentifikasi
luka pada waktu ukuran, warna, tingkat keparahan
yang sesuai. bau, serta luka akan
Kriteria Hasil : jumlah dan tipe mempermudah
1. tidak ada cairan luka. intervensi.
tanda 3. Pantau 3. Suhu tubuh yang
2. tanda infeksi peningkatan meningkat dapat
seperti pus. suhu tubuh. diidentifikasikan
3. luka bersih sebagai adanya proses
tidak lembab peradangan.
dan tidak 4. Berikan 4. Tehnik aseptik
kotor. perawatan luka membantu
4. Tanda-tanda dengan tehnik mempercepat
vital dalam aseptik. Balut penyembuhan luka
batas normal luka dengan dan mencegah
atau dapat kasa kering dan terjadinya infeksi.
ditoleransi. steril, gunakan
plester kertas.
5. Jika pemulihan 5. Agar benda asing atau
tidak terjadi jaringan yang
kolaborasi terinfeksi tidak
tindakan menyebar luas pada
lanjutan, area kulit normal
misalnya lainnya.
debridement.
6. Setelah 6. Balutan dapat diganti
debridement, satu atau dua kali

20
ganti balutan sehari tergantung
sesuai kondisi parah/ tidak
kebutuhan. nya luka, agar tidak
terjadi infeksi.
7. Kolaborasi 7. Antibiotik berguna
pemberian untuk mematikan
antibiotik sesuai mikroorganisme
indikasi. pathogen pada daerah
yang berisiko terjadi
infeksi
Hambatan Setelah 1. Kaji kebutuhan 1. Mengidentifikasi
mobilitas dilakukan akan pelayanan masalah,
fisik asuhan kesehatan dan memudahkan
berhubungan keperawatan kebutuhan akan intervensi.
dengan nyeri, Tujuan : pasien peralatan.
kelemahan akan 2. Tentukan 2. Mempengaruhi
menunjukkan tingkat motivasi penilaian terhadap
tingkat mobilitas pasien dalam kemampuan aktivitas
optimal. Kriteria melakukan apakah karena
hasil : aktivitas. ketidakmampuan
1. penampilan ataukah
yang ketidakmauan.
seimbang. 3. Ajarkan dan 3. menilai batasan
2. melakukan pantau pasien kemampuan aktivitas
pergerakkan dalam hal optimal.
dan penggunaan alat
perpindahan. bantu.
3. mempertahan 4. Ajarkan dan 4. mempertahankan
kan mobilitas dukung pasien /meningkatkan

21
optimal yang dalam latihan kekuatan dan
dapat di ROM aktif dan ketahanan otot.
toleransi. pasif.
5. Kolaborasi 5. sebagai suaatu
dengan ahli sumber untuk
terapi fisik atau mengembangkan
okupasi. perencanaan dan
mempertahankan/me
ningkatkan mobilitas
pasien.
Risiko infeksi Setelah 1. Pantau tanda- 1. Mengidentifikasi
berhubungan dilakukan tanda vital. tanda-tanda
dengan tidak asuhan peradangan terutama
adekuatnya keperawatan bila suhu tubuh
pertahanan Tujuan : infeksi meningkat.
tubuh primer, tidak terjadi 2. Lakukan 2. Mengendalikan
prosedure /terkontrol.Krite perawatan luka penyebaran
invasif ria hasil : dengan teknik mikroorganisme
1. tidak ada aseptik. patogen.
tanda-tanda 3. Lakukan 3. Untuk mengurangi
infeksi perawatan risiko infeksi
seperti pus. terhadap nosokomial.
2. luka bersih prosedur
tidak lembab inpasif seperti
dan tidak infus, kateter,
kotor. drainase luka,
3. Tanda-tanda dll.
vital dalam 4. Jika ditemukan 4. Penurunan Hb dan
batas normal tanda infeksi peningkatan jumlah

22
atau dapat kolaborasi leukosit dari normal
ditoleransi. untuk bisa terjadi akibat
pemeriksaan terjadinya proses
darah, seperti infeksi.
Hb dan leukosit.
5. Kolaborasi 5. Antibiotik mencegah
untuk perkembangan
pemberian mikroorganisme
antibiotik. patogen.
Kurang Setelah 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui seberapa
pengetahuan dilakukan pengetahuan jauh pengalaman dan
tentang asuhan klien dan pengetahuan klien dan
penyakit keperawatan keluarga keluarga tentang
berhubungan Tujuan : pasien tentang penyakitnya.
dengan mengutarakan penyakitnya. 2. Dengan mengetahui
kurang pemahaman 2. Berikan penyakit dan
terpaparnya tentang kondisi, penjelasan pada kondisinya sekarang,
informasi efek prosedur klien tentang klien dan keluarganya
tentang dan proses penyakitnya dan akan merasa tenang
penyakit pengobatan. kondisinya dan mengurangi
penyakitnya Kriteria Hasil : sekarang. rasacemas.
1. melakukan 3. Diet dan pola makan
prosedur 3. Anjurkan klien yang tepat membantu
yang dan keluarga proses penyembuhan.
diperlukan untuk
dan memperhatikan
menjelaskan diet makanan
alasan dari nya. 4. Mengetahui seberapa
suatu 4. Minta klien dan jauh pemahaman

23
tindakan. keluarga klien dan keluarga
2. memulai mengulangi serta menilai
perubahan kembali tentang keberhasilan dari
gaya hidup materi yang tindakan yang
yang telah diberikan. dilakukan.
diperlukan
dan ikut serta
dalam
regimen
perawatan.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasipemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Kasus:

Pasien laki-laki 22 tahun di bawa ke unit gawat darurat (UGD) dalam keadaan
sadar dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan dan tidak dapat digerakkan pasca
kecelakaan bermotor sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum kesadaran kompos mentis, tekanan darah 130/90 mmHg,
denyut nadi 87 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36°C, dan GCS 15. Dari
pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral di dapatkan fraktur os femur
dextra 1/3 tengah dengan displacemen fragmen fraktur. Kemudian pasien diberikan
terapi analgetik dan pemasangan skin traction dengan bebab 5 kg.

24
Setelah dilakukan tindakan medis di ruang IGD pasien di pindahkan ke ruang
rawat inap untuk di lakukan asuhan keperawatan dan observasi serta rencana
selanjutnya yaitu operasi close fraktur. Setelah itu, pasien di pindah lagi ke ruang RR
untuk di lakukan observasi anastesi selama 6 jam, kemudian pindah lagi ke ruang
Melati. Tn. A mengatakan nyeri pada luka bekas operasinya.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

Tanggal MRS : 03 Oktober 2020 Jam Masuk : 23.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 04 Oktober 2020 No. RM : 270400

Jam Pengkajian : 10.30 Diagnosa Masuk : Fraktur Femur

Sinistra

Hari rawat ke : ke 1

25
A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. R
2. Umur : 22 Tahun
3. Suku/ Bangsa : Bugis
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Alamat : Jl. Mokodompit
8. Sumber Biaya : Tn. A
B. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama : nyeri pada luka post operasi
P : luka post operasi
Q : teriris – iris dan terbakar pada luka
R : paha kanan
S : skala 6
T : nyeri dirasakan saat Tn. R bergerak

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Riwayat Penyakit Sekarang: pada tanggal 03 Oktober 2020 pasien mengalami
kecelakaan lalu lintas dijalan bypass pada pukul 23.00 WIB, lalu dibawa ke
UGD, pasien mengatakan merasakan nyeri dibagian paha kanan lalu dilakukan
foto rongent dan pasien mengalami patah tulang dibagian paha kanan lalu tim
dokter melakukan operasi langsung pada pukul 05:00 WIB.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya .
tidak kapan : - diagnosa : -
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis: -
Riwayat kontrol : -
Riwayat penggunaan obat : -

26
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis:

Makanan ya tidak jenis:

Lain-lain ya tidak jenis

4. Riwayat operasi: ya tidak


- Kapan :-
- Jenis operasi : -
5. Lain-lain: pasien mengatakan sebelumnya belum pernah menderita penyakit
yang menyebabkan opname, hanya demam, batuk, pusing dan mual muntah
dan apabila merasakan keluhan itu pasien biasanya mengonsumsi obat-
obatan yang di beli di toko klontong sebelah rumah setelah itu sembuh.
Riwayat pengobatan yaitu Procold flu, Bodrex flu dan batuk, 2x1, kurang
lebih 16 hari yang lalu.
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ya p
tidak

- Jenis :-
- Genogram :

27
Keterangan:
: Laki - Laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

F. PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:
Alkohol ya tidak

Keterangan: klien beberapa kali mengosmsi alkohol

Merokok ya tidak

Keterangan: klien adalah perokok aktif

Obat ya tidak

Keterangan: -

Olahraga ya tidak

Keterangan: klien sering berolahraga seperti jogging

28
G. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S : 37,4° C N : 87x /menit TD : 130/90 mmHg RR : 24x/ menit
Kesadaran: Compos Mentis I. Apatis Somnolen Sopor
Koma
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. RR : 24 x/ menit
b. Keluhan: tidak ada keluhan
Batuk : tidak mengalami batuk
Sekret : tidak terdapat sekret
Konsistensi :
Warna : - Bau : -
c. Penggunaan otot bantu nafas: tidak menggunakan otot bantu napas
d. Irama nafas : teratur tidak teratur
e. Pleural Friction rub: -
f. Pola nafas : normal
g. Suara nafas : Cracles Ronki Wheezing
h. Alat bantu napas: ya tidak
Lain-lain :-
i. Penggunaan WSD: tidak
- Jenis :-
- Jumlah cairan :-
- Undulasi :-
- Tekanan :-
j. Tracheostomy : ya tidak
k. Lain-lain:-
3. Sistem Kardio vaskuler (B2)
a. Keluhan nyeri dada : ya tidak
b. Irama jantung: reguler ireguler

29
c. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....

d. Ictus Cordis : tidak nampak


e. CRT detik : < 2 detik
f. Akral : hangat kering merah basah
pucat
panas dingin
g. Sikulasi perifer: normal menurun
h. JVP : tidak ada pembesaran JVP
i. CVP :
j. CTR :
k. ECG & Interpretasinya:
l. Lain-lain :
4. Sistem Persyarafan (B3)
a. GCS : GCS: E4, V5, M6
b. Refleks fisiologis: patella triceps biceps
c. Refleks patologis: babinsky brudzinsky kering
Lain-lain:

d. Keluhan pusing`: ya tidak


e. Pemeriksaan saraf kranial:
N1 : normal tidak Ket.: -
N2 : normal tidak Ket.: -
N3 : normal tidak Ket.: -
N4 : normal tidak Ket.: -
N5 : normal tidak Ket.: -
N6 : normal tidak Ket.: -
N7 : normal tidak Ket.: -
N8 : normal tidak Ket.: -

30
N9 : normal tidak Ket.: -
N10 : normal tidak Ket.: -
N11 : normal tidak Ket.: -
N12 : normal tidak Ket.: -

f. Hoffman/Tromer test :
g. Pupil : anisokor isokor Diameter: ……/......
h. Sclera : anikterus ikterus
i. Konjunctiva : ananemis anemis
j. Isitrahat/Tidur : 4-5 Jam/Hari
Gangguan tidur : sering terbangun karena nyeri pada bekas operasinya
k. IVD :
l. EVD :
m. ICP :
n. Lain-lain:
o. Tanda-Tanda PTIK:
p. Gangguan pendengaran : Ada Tidak ,
Jelaskan:
q. Gangguan penglihatan : Ada Tidak,
Jelaskan:
r. Gangguan Penciuman : Ada Tidak, Jelaskan
5. Sistem perkemihan (B4)
a. Kebersihan genetalia : Bersih Kotor
b. Sekret : Ada Tidak
c. Ulkus : Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra : Bersih Kotor
e. Keluhan kencing : Ada Tidak
Bila ada, jelaskan: tidak ada
f. Kemampuan berkemih:

31
Spontan Alat bantu, sebutkan: kateter
Jenis : intermitten catheter
Ukuran: 18 F
Hari ke : hari pertama
g. Produksi urine : 60 ml/jam
Warna : kuning
Bau : khas urin
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan : ya tidak
j. Intake cairan oral : cc/hari parenteral : cc/hari
k. Balance cairan:
l. Lain-lain:
6. Sistem pencernaan (B5)
a. TB : 173 cm BB : 65 kg
b. IMT : 21,7 (normal) Interpretasi:
c. LOLA :
d. Mulut : bersih kotor berbau
e. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
f. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
g. Abdomen: tegang kembung ascites
h. Nyeri tekan: ya tidak
i. Luka operasi: ada tidak
Drain : ada tidak
- Jumlah :
- Warna :
- Kondisi area sekitar insersi :
j. Peristaltik : 10 x/menit

32
k. BAB : 1 x/hari Terakhir tanggal : 03 Oktober
2020
l. Konsistensi : keras lunak cair
lendir/darah
m. Diet : padat lunak cair
n. Diet Khusus :
o. Nafsu makan : baik menurun Frekuensi: x/hari\
p. Porsi makan : habis tidak Keterangan:
q. Lain-lain :

7. Sistem muskuloskeletal (B6)


a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot :
5 5
1 4
c. Kelainan ekstremitas: ya tidak
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak
Frankel: -
e. Fraktur : ya tidak
Jenis : fraktur femur tertutup
f. Traksi : ya tidak
Jenis :
Beban :
Lama pemasangan :
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri : ya tidak
P : luka post operasi
Q : teriris – iris dan terbakar pada luka
R : paha kanan

33
S : skala 6
T : nyeri dirasakan saat Tn. R bergerak
i. Sirkulasi perifer:
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit : ikterik : sianosis kemerahan
hiperpigmentasi
l. Turgor : baik kurang jelek
m. Luka operasi : ada tidak
Tanggal operasi : 04 Oktober 2020
Jenis operasi : Post operasi ORF femur
Lokasi : paha kanan
Keadaan : terdapat luka dengan panjang 20 cm dan ada 3
jahitan
Drain : ada tidak
- Jumlah :
- Warna :
- Kondisi area sekitar insersi :
n. ROM : pasif pada ektremitas bawah bagian kanan
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid : ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak
c. Hipoglikemia : ya tidak
d. Hiperglikemia : ya tidak
e. Lain-lain

34
H. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

1. Persepsi klien terhadap penyakitnya: klien mengatakan bahwa yang terjadi


pada dirinya merupakan cobaan dari tuhan. Klien nampak menerima sakit
yang di deritanya dan klien kooperatif sat merawar.

2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya: ekspresi klien terhadap penyakitnya


yaitu menerima

3. Reaksi saat interaksi kooperatif v tidak kooperatif curiga

4. Gangguan konsep diri:klien tidak mengalami gangguan konsep diri dilihat


dari citra tubuh persepsi pasien

5. Lain-lain:
I. PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
Klien mandi 1 kali sehari dibantu oleh keluarganya, mengganti pakaiannya juga
dibantu oleh keluarganya.

J. PENGKAJIAN SPIRITUAL

1. Kebiasaan beribadah

- Sebelum sakit : sering kadang- kadang tidak pernah

- Selama sakit : sering kadang- kadang tidak pernah


2. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG ,


dll)
Labolatorium pada tanggal 04 Oktober 2020

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


WBC ( Leukosit ) 12,23 4,50-13,00/uL

35
RBC ( Eritrosit ) 4,2 4.2-6.1/uL
HGB ( Hemoglobin ) 12,5 12,1-18/uL
HCT 36,4 37,0-52%
PLT ( Trombosit) 382 156-408/uL
MCV 87,1 79,0-99,0 fl
MCH 29,9 27,0-31,0 pg
MCHC 34,3 33,0-37,0 g/dL
RDW-SD 39,0 35,0-47,0 fl
RDW-CV 12,7 11,5-14,5%
PDW 10,1 9,0-13,0 fl
MPV 9,0 9,0-17,0 fl
P-LCR 17,6 13,0-43,0 %
PCT 0,3 0,2-0,4%
EO% 0,00 0,00-3,00%
BASO% 0,10 0,00-1,00%
NEUT% 92,0 50,0-70,0%
LYMPH% 4,0 25,0-4,00%
MONO% 3,9 2,0-8,0%
EO 0,01 10^3/uL
BASO 0,02 10^3/uL
MONO 0,86 10^3/uL
NEUT 20,4 2,0-7,7 /uL
LYMPH 0,9 0,8-4,0/uL

L. TERAPI
1. Infus Ringer Laktat 20 tpm : mengganti cairan yang hilang
2. Injeksi Cefotaxime 2x1 gram : antibiotic

36
3. Injeksi Cetorolac 2x10 mg : anti inflamasi meredakan peradangan
setelah operasi
4. Injeksi Antrain 3x500 mg : anti nyeri
5. Injeksi Ranitidine 2x50 mg : menghambat sekresi asam lambung
M. DATA TAMBAHAN LAIN :
1. Pemeriksaan X-Ray
Hasil pemeriksaan X-Ray pada tanggal Oktober 2020 di dapatkan hasil
Close Fraktur Femur Dextra.

Kendari, Desember 2020

(………………………)

37
ANALISIS DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

38
04 oktober DS: Tindakan operatif Nyeri akut
2020 - pasien mengatakan
nyeri dibagian paha
kiri bekas operasi, Adanya terputusnya
DO : kontinuitas jaringan
- klien terlihat kulit dan tulang
meringis kesakitan,
- P= Luka post
operasi
- Q= Teriris-iris dan
terbakar pada luka
- R= paha kanan
- S= skala 6
- T= nyeri dirasakan
saat Tn. R bergerak
- Saat bergerak klien
nampak berhati-hati
- Luka bekas operasi
(+) terbalut kasa
steril dan dibalut,
belum di buka
- TTV:
 TD : 130/90
mmHg
 S : 37,4°C
 N : 87 x/menit
 RR : 24
x/menit

39
DS : Tindakan Operatif Hambatan
- Pasien mengatakan Mobilitas Fisik
pada bagian paha
kanan ketika Adanya perlukaan
digerakan terasa
nyeri, sebagian
aktivitasnya Pemasangan Gips dan
dibantu oleh Babat
keluarga.

DO :
- Pasien terlihat
membatasi
pergerakanya dan
tampak meringis
kesakitan ketikan
perawat menyuruh
menggerakan
kakinya.
- Kekuatan otot
5 5
1 4
- Saat bergerak klien
dengan tampak
berhati-hati dan
terkadang
menyeringai.
- Aktivitas klien di

40
bantu oleh
keluarga.
- Terpasang balutan
perban pada paha
kanan.
- Klien terlihat
kesulitan
membolak-balik
badan.

41
DS : Tindakan Kerusakan
- Pasien mengatakan pembedahan Integritas Kulit
nyeri pada paha
kanannya, lukanya
terasa seperti Adanya inisisi bedah
teriris-iris.
DO :
- Terdapat luka Keruskan integritas
sepanjang 20 cm. kulit

- Nampak edema
pada kaki kanan.
- Terpasang balutan
perban pada paha
kanan.
- saat bergerak klien
dengan tampak
berhati-hati dan
terkadang
menyeringai.
- Leukosit 12.23
10^3/uL
- Suhu 37.4 °C

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal : 04 Oktober 2020

42
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
2. Hambatan mobolitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

43
RENCANA INTERVENSI

HARI/ WAKTU DIAGNOSA INTERVENSI


TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
04 Oktober 09.00 Nyeri akut berhubungan Pemberian Analgesik
2020 dengan agen cedera fisik. a. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
Setelah dilakukan asuhan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
kepeawatan 2 x 24 jam b. cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis
diharapkan nyeri dapat diatasi dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan.
dengan kriteria hasil: c. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas
NOC: Kontrol Nyeri lain yang dapat membantu relaksasi untuk
1. Menggambarkan faktor memfasilitasi penurunan nyeri.
penyebab dari 2 ke 4. d. Berikan analgesik sesuai waktunya terutama
2. Mengenali kapan nyeri pada nyeri yang berat.
terjadi dari 2 ke 4. e. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
3. Melaporkan nyeri yang memberikan analgesik narkotik pada
terkontrol dari 2 ke 4. pemberian dosis pertama kali atau jika
Ket: ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya.
1 : Tidak pernah menunjukkan f. Berikan analgesik tambahan jika diperlukan
2 : Jarang menunjukkan untuk memungkinkan efek pengurangan
3 : Kadang-kadang nyeri.

44
menunjukkan
4 : sering menunjukkan Manajemen nyeri
5 : secara konsisten a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
menunjukkan meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
NOC: Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
1. Nyeri yang dilaporkan dari nyeri dan faktor pencetus.
2 ke 4 b. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
2. Ekspresi nyeri wajah dari 3 terhadap kualitas hidup pasien (misalnya,
ke 4 tidur, nafsu makkan, pengertian, perasaan,
Ket: hubungan, performa kerja dan tanggung
1 : Berat jawab kerja).
2 : Cukup berat c. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
3 : Sedang menurunkan atau memperberat nyeri.
4 : Ringan d. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
5 : Tidak ada penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamana
akibat prosedur.
e. Pilih dan implementasikan tindakan yang
beragam (misalnya farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk

45
memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan
kebutuhan.
04 Oktober Hambatan mobolitas fisik Pengaturan Posisi
2020 berhubungan dengan a. Tempatkan pasien dalam posisi terapeutik
gangguan muskuloskeletal. yang sudah di rancamg
Setelah dilakukan asuhan b. Imobilisasi atau sokong bagian tubuh yang
keperawatan 2 x 24 jam terkena dampak dengan tepat
diharapkan pasien dapat c. Dorong latihan ROM aktif dan pasif
menunjukkan tingkat mobilitas d. Jangan menempatkan pasien pada posisi yang
yang optimal dengan kriteria bisa meningkatkan nyeri
hasil: e. Instruksikan pasien bagiamana menggunakan
NOC: Pergerakan postur tubuh dan mekanika tubuh yang baik
1. Gerakan otot dari 2 ke 3 ketika beraktivitas.
2. Bergerak dengan mudah Terapi latihan: Ambulasi
dari 2 ke 3 a. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki
3. Berjalan dari 1 ke 3 yang mmefasilitasi pasien untuk nerjalaj dan
Ket: mencegah cedera.
1 : sangat terganggu b. Bantu pasien untuk perpindahan.
2 : banyak terganggu c. Terapkan atausediakan alat bantu (tongkat,
3 : cukup terganggu walker atau kursi roda).

46
4 : sedikit terganggu d. Bantu pasien dengan ambulasi awal
5 : tidak terganggu e. Instruksikan pasien mengenai pemindahan
dan teknik ambulasi yang aman
f. Monitor penggunaan kruk pasien atau alat
bantu berjalan lainnya
g. Bangu pasien untuk berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu.
h. Bantu pasien membangun pencapaian yang
realistis untuk ambulasi jarak.
Bantuan perawatan diri:
a. Pertimbangkan budaya pasien ketika
meningkatkan aktivitas perawatan diri.
b. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan
alat-alat kebersihan diri.
c. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan
memastikan lingkungan yang santai, hangat,
tertutup.
d. Berikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri.
e. Dorong pasien melakukan aktivitas normal

47
sehari-hari sampai batas kemampuan pasien.
f. Dorong kemampuan pasien, bantu jika pasien
tidak mampu melakukannya.
g. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri.
04 Oktober Kerusakan integritas kulit Perawatan luka
berhubungan dengan luka 1. monitor karakteristik luka, termasuk drainase,
post operasi. warna, ukuran dan bau.
Setelah dilakukan asuhan 2. Berikan perawatan ulkus pada kulitr, yang
keperawatan 2 x 24 jam diperlukan
diharapkan pasien dapat 3. Periksa kondisi luka operasi
mencapai penyembuhan luka 4. Monitor infeksi, terutama daerah edema.
sebagian dengan kriteria hasil: 5. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis
NOC: integritas jaringan: luka
kulit & membran mukosa 6. Anjurkan pasien atau anggota keluarga pada
1. Lesi pada kulit dari 2 ke 4 prosedur perawatan luka.
2. Integritas kulit dari 2 ke 4 7. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
mengenal tanda dan gejala infeksi
Pengecekan kulit
1. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi,
tekstur, edema, dan ulserasi pada ekstremitas.

48
2. Periksa kondisi luka dengan tepat
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor infeksi, terutama dari daerah edema
5. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah
keruskan lebih lanjut (misalnya, melapisi
kasur, menjadwalkan reposisi).

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP)


Minggu, 04 08.30 a. Menentukan lokasi, Vanesa 12.00 S : Klien mengatakan nyeri berkurang
Oktober 2020 karakteristik, kualitas dan tapi masih terasa berdenyut-denyut
keparahan nyeri sebelum O : Klien nampak sedikit meringis
mengobati pasien. A : Masalah teratasi sebagian.
b. Mengecek perintah P : Intervensi dilanjutkan
pengobatan meliputi obat,
dosis dan frekuensi obat
analgesik yang diresepkan.\
c. Memberikan kebutuhan

49
kenyamanan dan aktivitas
lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi
penurunan nyeri.
d. Memberikan analgesik sesuai
waktunya terutama pada
nyeri yang berat.
e. Memonitor tanda vital
sebelum dan sesudah
memberikan analgesik
narkotik pada pemberian
dosis pertama kali atau jika
ditemukan tanda-tanda yang
tidak biasanya.
f. Memberikan analgesik
tambahan jika diperlukan
untuk memungkinkan efek
pengurangan nyeri.
g. Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi

50
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
h. Menentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu
makkan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja dan tanggung
jawab kerja).
i. Menggali bersama pasien
faktor-faktor yang
menurunkan atau
memperberat nyeri.
j. Memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama

51
nyeri akan dirasakan dan
antisipasi dari
ketidaknyamana akibat
prosedur.
k. Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam
(misalnya farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri, sesuai dengan
kebutuhan.

04 Oktober a. Menempatkan pasien dalam S : pasien mengatakan masih susah


2020 posisi terapeutik yang sudah untuk bergerak
di rancamg O : ADL pasien terlihat masih dibantu
b. Mengimobilisasi atau keluarga
sokong bagian tubuh yang A : masalah belum teratasi
terkena dampak dengan P : intervensi dilanjutkan
tepat

52
c. Mendorong latihan ROM
aktif dan pasif
d. Menghimbau untuk jangan
menempatkan pasien pada
posisi yang bisa
meningkatkan nyeri
e. Menginstruksikan pasien
bagiamana menggunakan
postur tubuh dan mekanika
tubuh yang baik ketika
beraktivitas.
f. Membantu pasien untuk
menggunakan alas kaki
yang mmefasilitasi pasien
untuk nerjalaj dan
mencegah cedera.
g. Membantu pasien untuk
perpindahan.
h. menerapkan atausediakan
alat bantu (tongkat, walker

53
atau kursi roda).
i. membantu pasien dengan
ambulasi awal
j. menginstruksikan pasien
mengenai pemindahan dan
teknik ambulasi yang aman
k. Memonitor penggunaan
kruk pasien atau alat bantu
berjalan lainnya
l. membantu pasien untuk
berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu.
m. membantu pasien
membangun pencapaian
yang realistis untuk
ambulasi jarak.
n. memertimbangkan budaya
pasien ketika meningkatkan
aktivitas perawatan diri.
o. Memonitor kebutuhan

54
pasien terkait dengan alat-
alat kebersihan diri.
p. memberikan lingkungan
yang terapeutik dengan
memastikan lingkungan
yang santai, hangat,
tertutup.
q. memberikan bantuan
sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri
secara mandiri.
r. mendorong pasien
melakukan aktivitas normal
sehari-hari sampai batas
kemampuan pasien.
s. mendorong kemampuan
pasien, bantu jika pasien
tidak mampu
melakukannya.
t. menciptakan rutinitas

55
aktivitas perawatan diri.
a. Memonitor karakteristik S : pasien mengatakan nyeri lukanya
luka, termasuk drainase, berkurang
warna, ukuran dan bau. O : pada paha kanan terdapat luka post
b. Memberikan perawatan oprasi, lukaterlihat bersih, dan
ulkus pada kulitr, yang bengkaknya menurun
diperlukan. A : masalah teratasi sebagian
c. Memberikan balutan yang P : intervensi di lanjutkan: observasi
sesuai dengan jenis luka luka, tanda-tanda nvital, lakukan
d. Menganjurkan pasien atau perawatan luka dengan primsip steril
anggota keluarga pada
prosedur perawatan luka
e. Menganjurkan pasien dan
keluarga untuk mengenal
tanda dan gejala infeksi
f. Mengamati warna,
kehangatan, bengkak,
pulsasi, tekstur, edema, dan
ulserasi pada ekstremitas.
g. Memeriksa kondisi luka

56
dengan tepat.
h. Memonitor warna dan suhu
kulit.
i. Memonitor infeksi, terutama
dari daerah edema
j. Melakukan langkah-langkah
untuk mencegah keruskan
lebih lanjut (misalnya,
melapisi kasur,
menjadwalkan reposisi).

DAFTAR PUSTAKA

57
Adrianto, Hebert & Danny Irawan. 2019. “Model Workshop Biologi Abdimas”. CV Jejak, anggota IKAPI: Jawa Barat.
Herdman, T.Heather, 2018 “NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed.11” Penerbit buku
kedokteran EGC: Jakarta
Hermanto, Rudy, Laily I. & Saiful Nurhidayat. 2020. “Studi Kasus : Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Femur”. Health Sciences Journal. Vol.4 No.1: 90-111.
Kurna A., Gemynal. 2019. “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Post Orif Ec Fraktur Femur Di Ruangan Trauma
Center Irna Bedah Rsup Dr. M. Djamil Padang”. Karya Tulis Ilmiah. Poltekes Kemenkes RI Padang.
Nurjanah Intansari & Roxsana Devi T,. 2013. “Pengukuran Outcomes Kesehatan (NOC)” Mocomedia: Indonesia
Nurjanah Intansari & Roxsana Devi T,. 2013. “Nursing Interventions Classification (NIC) Mocomedia: Indonesia.
Noor, Z. 2016. “ Buku ajar gangguan muskuloskeletal “. Jakarta: Salemba Medika.
Wantoro, Giat, Muflihatul Muniroh & Henni Kusuma. 2020. “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ambulasi Dini
Post ORIF pada Pasien Fraktur Femur Study Retrospektif”. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi. Vol. 9 No. 2:
283-292.
Suriya, Melti & Zuriati. 2019. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguann Pada Sistem Muskuloskeletal
Aplikasi Nanda Nic & Noc”. Pustaka Galeri Mandiri. Padang.

58

Anda mungkin juga menyukai