Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR TIBIA FIBULA DI RUANG ARUMBINANG II

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun oleh:
Selly Setiani (2011010046)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
A. Pengertian
Fraktur tulang adalah istilah medis yang merujuk pada patah atau retaknya tulang.
Patah tulang dapat terjadi ketika tulang terkena kekuatan fisik yang lebih besar daripada
daya tahan tulang itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
kecelakaan, trauma, atau gaya hidup yang tidak sehat. Fraktur tulang dapat terjadi pada
berbagai bagian tubuh, termasuk tulang belakang, tulang panggul, tulang kaki, dan tulang
lengan. Gejala yang muncul akibat fraktur tulang dapat beragam, tergantung pada jenis
dan lokasi patah tulang. Beberapa gejala umum yang dapat terjadi antara lain nyeri,
bengkak, dan kesulitan dalam melakukan gerakan atau menggunakan bagian tubuh yang
mengalami fraktur.
Fraktur tibia fibula adalah jenis patah tulang yang terjadi pada kedua tulang kering
(tibia) dan tulang betis (fibula) yang terletak di bawah lutut dan membentuk bagian dari
tulang kaki. Fraktur tibia fibula dapat terjadi pada bagian mana pun dari tulang-tulang
ini, termasuk pada ujung bawah atau atas tulang, serta di daerah tengah atau dekat sendi
lutut atau pergelangan kaki. Fraktur tibia fibula biasanya disebabkan oleh kekuatan fisik
yang kuat, seperti benturan atau jatuh yang keras, kecelakaan mobil atau olahraga. Gejala
yang muncul pada fraktur tibia fibula dapat berupa rasa sakit hebat, bengkak, memar,
atau sulit untuk menopang beban pada kaki yang terkena. Beberapa kasus juga dapat
disertai dengan terdengarnya suara retak atau patah tulang.
Pengobatan fraktur tibia fibula tergantung pada jenis, lokasi, dan tingkat keparahan
fraktur. Pengobatan yang dapat dilakukan meliputi pemasangan penahan atau penstabil,
seperti gips atau brace, atau operasi jika diperlukan. Tujuan dari pengobatan fraktur tibia
fibula adalah untuk mempercepat penyembuhan dan meminimalkan risiko komplikasi
serta gangguan pada fungsi bagian kaki yang mengalami fraktur.

B. Etiologi
Fraktur tibia fibula dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun pada umumnya
fraktur terjadi akibat adanya tekanan atau kekuatan fisik yang lebih besar daripada daya
tahan tulang kering dan tulang betis. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya fraktur tibia fibula antara lain:
a. Cedera olahraga: Olahraga yang melibatkan gerakan yang berulang atau berisiko
tinggi, seperti sepak bola, basket, dan ski, dapat meningkatkan risiko terjadinya
fraktur tibia fibula.
b. Kecelakaan: Cedera akibat kecelakaan, seperti kecelakaan mobil, jatuh dari
ketinggian, atau terkena benda berat, juga dapat menyebabkan fraktur tibia fibula.
c. Kondisi medis: Beberapa kondisi medis, seperti osteoporosis, kanker tulang, dan
infeksi tulang, dapat melemahkan struktur tulang dan meningkatkan risiko terjadinya
fraktur tibia fibula.
d. Overuse: Penggunaan berlebih pada kaki, seperti yang terjadi pada atlet atau pekerja
yang melakukan pekerjaan yang sama berulang kali, dapat menyebabkan fraktur tibia
fibula.
e. Faktor usia: Pada orang yang lebih tua, tulang menjadi lebih rapuh dan mudah pecah,
sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur tibia fibula.

Faktor-faktor ini dapat berperan dalam terjadinya fraktur tibia fibula, namun pada
setiap individu risiko terjadinya fraktur dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor
yang lain seperti gaya hidup, kondisi medis yang mendasar, dan faktor genetik.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala fraktur tibia fibula dapat bervariasi tergantung pada jenis, lokasi, dan
tingkat keparahan fraktur. Beberapa tanda dan gejala yang umum terjadi pada fraktur
tibia fibula antara lain:
a. Nyeri: Nyeri adalah gejala paling umum yang dirasakan pada fraktur tibia fibula.
Nyeri dapat terasa sangat kuat, terutama saat menopang beban pada kaki yang terkena.
b. Pembengkakan: Daerah di sekitar fraktur dapat membengkak, memerah, atau terasa
hangat saat disentuh.
c. Kesulitan untuk menopang beban pada kaki yang terkena: Fraktur tibia fibula dapat
membuat sulit untuk menopang beban pada kaki yang terkena, sehingga penderita
mungkin terpaksa menggunakan kruk atau kursi roda.
d. Deformitas: Fraktur yang parah dapat menyebabkan deformitas pada tulang atau
bagian kaki yang terkena.
e. Terdengar suara: Pada beberapa kasus fraktur tibia fibula, suara retakan atau patah
tulang dapat terdengar saat fraktur terjadi.
f. Keterbatasan gerakan: Fraktur tibia fibula dapat membuat sulit untuk melakukan
gerakan tertentu atau menggerakkan bagian kaki yang terkena.
g. Sensasi mati atau kebas: Pada beberapa kasus, penderita dapat merasakan sensasi mati
atau kebas pada bagian kaki yang terkena.
Jika Anda mengalami tanda atau gejala fraktur tibia fibula, segeralah periksakan ke
dokter atau ke unit gawat darurat terdekat untuk evaluasi dan perawatan medis yang
tepat.

D. Patofisiologi
Fraktur tibia fibula terjadi ketika kekuatan atau tekanan yang diterapkan pada tulang
melebihi daya tahan tulang. Fraktur dapat terjadi pada satu atau kedua tulang betis dan
tulang kering. Ketika terjadi fraktur, terdapat kerusakan pada struktur tulang dan jaringan
di sekitarnya. Fraktur biasanya mengakibatkan terbentuknya celah pada tulang yang
pecah, dan tulang dapat bergeser dari posisi normalnya. Selain itu, terdapat juga
kerusakan pada jaringan lunak di sekitar tulang, seperti otot, tendon, ligamen, dan saraf,
karena tekanan atau trauma pada jaringan tersebut.
Fraktur tibia fibula biasanya terjadi akibat trauma pada kaki, seperti jatuh dari
ketinggian, kecelakaan mobil, atau benturan yang kuat pada kaki. Ketika tulang terkena
tekanan atau trauma, terjadi kerusakan pada sel-sel tulang dan jaringan sekitarnya,
sehingga menyebabkan peradangan dan rasa sakit pada area tersebut. Setelah fraktur
terjadi, tubuh akan memulai proses penyembuhan. Sel-sel tulang akan mulai
memproduksi jaringan baru dan membentuk kalus tulang yang akan melindungi tulang
yang pecah. Proses ini dapat memakan waktu bervariasi tergantung pada tingkat
keparahan fraktur. Pada kasus yang parah, tulang yang pecah mungkin membutuhkan
pemasangan penyangga atau operasi untuk memperbaiki posisi tulang dan mempercepat
penyembuhan.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosis fraktur tibia fibula, dokter dapat melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang berikut:
a. Rontgen: Pemeriksaan rontgen adalah pemeriksaan yang paling umum dilakukan
untuk memastikan diagnosis fraktur tibia fibula. Pada hasil rontgen, fraktur tibia
fibula dapat terlihat sebagai garis putus pada tulang atau terlihat pergeseran tulang
dari posisi normalnya.
b. CT Scan: Pemeriksaan CT Scan digunakan untuk memperoleh gambar yang lebih
detail dan mendalam mengenai fraktur tibia fibula, terutama pada fraktur yang
kompleks atau parah.
c. MRI: Pemeriksaan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kerusakan jaringan
lunak, seperti otot, tendon, ligamen, dan saraf yang terletak di sekitar tulang yang
terkena fraktur.
d. Ultrasonografi Doppler: Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
di daerah kaki dan kaki bawah yang terkena fraktur, terutama pada kasus fraktur yang
kompleks atau parah yang mungkin mempengaruhi aliran darah ke kaki.
e. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan langsung pada daerah kaki
yang terkena fraktur untuk menilai tingkat nyeri, pembengkakan, dan deformitas yang
terjadi pada tulang dan jaringan sekitarnya.
f. Tes fungsi motorik dan sensorik: Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi
fungsi motorik dan sensorik dari kaki dan kaki bawah yang terkena fraktur, terutama
pada kasus yang mungkin mempengaruhi saraf yang terletak di sekitar tulang yang
terkena fraktur.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan akan membantu dokter untuk memastikan
diagnosis fraktur tibia fibula dan menentukan tindakan medis yang tepat untuk
mengobati fraktur tersebut.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur tibia fibula tergantung pada tingkat keparahan fraktur dan lokasi
fraktur pada tulang. Penanganan fraktur tibia fibula bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit, memperbaiki posisi tulang, dan mempercepat proses penyembuhan tulang.
Beberapa jenis penatalaksanaan yang umum dilakukan antara lain:
a. Konservatif: Pada fraktur tibia fibula yang tidak bergeser dan tidak kompleks, dapat
dilakukan perawatan konservatif dengan menggunakan penyangga atau gips untuk
menjaga posisi tulang yang benar dan mempercepat proses penyembuhan tulang. Pada
kasus yang lebih parah, dapat dilakukan operasi penggunaan plat, sekrup atau paku
untuk memperbaiki posisi tulang yang pecah.
b. Bedah: Pada kasus fraktur tibia fibula yang kompleks atau bergeser, dan tidak dapat
diatasi dengan perawatan konservatif, dokter mungkin akan merekomendasikan
tindakan bedah untuk memperbaiki posisi tulang yang pecah. Prosedur operasi dapat
meliputi pemasangan penyangga atau paku untuk menahan tulang dalam posisi yang
benar, atau penempatan implan yang permanen untuk memperkuat tulang yang pecah.
c. Fisioterapi: Setelah perawatan fraktur tibia fibula, dokter biasanya merekomendasikan
program fisioterapi untuk membantu mempercepat penyembuhan dan mengembalikan
fungsi kaki yang normal. Latihan fisioterapi yang direkomendasikan dapat meliputi
latihan ringan untuk mengembalikan kekuatan otot dan fungsi motorik, serta latihan
peregangan untuk meningkatkan fleksibilitas dan rentang gerakan pada kaki dan
pergelangan kaki.
d. Pengobatan nyeri: Untuk mengurangi rasa sakit akibat fraktur tibia fibula, dokter
dapat memberikan obat penghilang rasa sakit yang sesuai, seperti analgesik atau obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Penanganan fraktur tibia fibula harus dilakukan secepat mungkin untuk mempercepat
proses penyembuhan tulang dan mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti infeksi
atau kerusakan jaringan lainnya. Itu sebabnya, penting untuk segera berkonsultasi dengan
dokter jika mengalami gejala fraktur pada kaki atau pergelangan kaki.

H. Fokus Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan fraktur tibia fibula dilakukan untuk
mengevaluasi kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan dan menentukan perawatan
yang sesuai untuk mempercepat penyembuhan tulang dan mengurangi risiko komplikasi.
Beberapa fokus pengkajian keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Riwayat kesehatan: Mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien,
termasuk riwayat alergi, riwayat penggunaan obat-obatan, dan riwayat penyakit atau
kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi penyembuhan tulang.
b. Skrining nutrisi: Mengkaji status nutrisi pasien untuk memastikan bahwa pasien
memiliki asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung penyembuhan tulang.
c. Evaluasi nyeri: Mengevaluasi tingkat nyeri pasien dan respons terhadap terapi
pengobatan nyeri yang diberikan.
d. Pengkajian neurovaskular: Memeriksa sirkulasi darah pada kaki, serta fungsi saraf
sensorik dan motorik pada kaki dan pergelangan kaki untuk menentukan apakah
terdapat kerusakan saraf atau pembuluh darah.
e. Pengkajian posisi dan fungsi ekstremitas: Mengevaluasi posisi dan fungsi ekstremitas
yang terkena fraktur untuk menentukan apakah terdapat kelainan atau komplikasi
yang memerlukan intervensi medis.
f. Pengkajian resiko jatuh: Menilai risiko pasien untuk jatuh dan melakukan tindakan
pencegahan untuk mengurangi risiko tersebut.
g. Pengkajian kebutuhan perawatan: Mengevaluasi kebutuhan perawatan pasien,
termasuk perawatan luka, perawatan gips atau alat penyangga, serta kebutuhan
bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Pengkajian keperawatan yang komprehensif dapat membantu memastikan bahwa
pasien menerima perawatan yang tepat untuk mempercepat proses penyembuhan
tulang dan mengurangi risiko komplikasi.

I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas b.d kerusakan integritas struktur tulang
c. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive

J. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen  Mengetahui
pencedera fisik keperawatan selama 1x24 Nyeri lokasi,
jam, maka diharapkan nyeri O karakteristik,
menurun dengan kriteria  Identifikasi durasi,
lokasi, frekuensi,
hasil:
karakteristik, kualitas dan
Tingkat Nyeri durasi, intensitas nyeri
frekuensi, dari pasien
Indikato Target Awal kualitas dan  Mengetahui
r intensitas nyeri. tingkat nyeri
Keluhan 5 2 yang dirasakan
 Identifikasi
nyeri pasien
skala nyeri  Mengurangi
Meringis 5 3 T
Gelisah 5 3 tingkat nyeri
 Berikan teknik pasien/
Keterangan :
nonfarmakologis mengalihkan
1 : Meningkat untuk pasien dari rasa
2 : Cukup meningkat mengurangi rasa nyeri
nyeri (mis.  Mengalihkan
3 : Sedang terapi pijat, dan memenuhi
4 : Cukup menurun kompres kebutuhan
hangat/dingin, istirahat pasien
5 : Menurun  Memudahkan
hypnosis,
relaksasi napas pasien untuk
mengotrol
dalam)
nyeri dengan
 Fasilitasi cara sederhana
istirahat dan Mengurangi
tidur
E menghilangkan
 Ajarkan teknik rasa nyeri yang
nonfarmakologis dirasakan pasien
untuk
mengurangi rasa
nyeri
C
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Daftar Pustaka

American Academy of Orthopaedic Surgeons. Stress fractures of the foot and ankle.
(https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/stress-fractures-of-the-foot-and-
ankle)
Chen YT, Tenforde AS, Fredericson M. Update on stress fractures in female athletes:
epidemiology, treatment, and prevention. Curr Rev Musculoskelet Med.
2013;6(2):173-81. doi:10.1007/s12178-013-9167-x (https://doi.org/10.1007/s12178-
013-9167-x)
Cleveland Clinic. Stress fractures: Prevention. Updated June 17, 2015.
(https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15841-stress-fractures/prevention)
Hopkins Medicine, Tibia (Shinbone) Shaft Fractures
(https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/tibia-and-fibula-
fractures).
Kiel J, Kaiser K. Stress reaction and fractures. Treasure Island, FL: StatPearls
Publishing. Updated June 4, 2019.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507835/)
Orthoinfo, Tibia (Shinbone) Shaft Fractures (https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--
conditions/tibia-shinbone-shaft-fractures).
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan : Defenisi Dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi Dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi Dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
William Morrison, M.D., Tibia (Shinbone) Shaft Fractures
(https://www.medicalnewstoday.com/articles/321642.php), 27 April 2018.
William Morrison, MD, Tibia (Shinbone) Shaft Fractures
(https://www.healthline.com/health/tibia-fracture) 7 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai