Disusun oleh:
Asyifa Felayati Nur Azani
1301200035
I. Konsep Dasar
A. Definisi
Menurut Suddarth (2002:2353) Fraktur adalah diskontiunitas jaringan tulang yang banyak
disebabkan karena kekerasan yang mendadak atau tidak atau kecelakaan.
Menurut Santoso Herman (2000:144) Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu
tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa (Carpenito 2000:43)
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi
menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Doenges, 2000:625)
B. Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2) Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut).
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum nasih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
d) Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
e) Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
(Suddarth, 2002:2354-2356)
C. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang yang
biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada anak-anak,
apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges, 2000:627)
Menurut Carpenito (2000:47) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Menurut (Doenges, 2000:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya
benturan atau pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan fraktur
2) Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadian
kekerasan.
3) Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal(kongenital,peradangan, neuplastik dan
metabolik).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari faktur ,menurut Brunner and Suddarth,(2002:2358)
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi. Spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai almiah yang di rancang utuk meminimalkan
gerakan antar fregmen tulang
b. Setelah terjadi faraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen
tulang pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ekstermitas yang bisa diketahui membandingkan ekstermitas yang normal dengan ekstermitas
yang tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu
samalain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi)
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus dapat
mengaibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat trauma dari
pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cidera.
Menurut Santoso Herman (2000:153) manifestasi klinik dari fraktur adalah:
· Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
· Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
· Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas
dan dibawah tempat fraktur.
· Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
· Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
E. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma. Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya:
seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat
tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep
mendadak berkontraksi. (Doenges, 2000:629)
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur)
dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel
tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati Carpenito (2000:50)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakan yg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2387).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Doenges, 2000:629).
G. Komplikasi
a. Syok
Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak
sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma.
b. Mal union.
Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal union, sebab-sebab
lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya
ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan
(non union).
c. Non union
Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal ini
diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.
d. Delayed union
Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu lama dari
proses penyembuhan fraktur.
e. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).
Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada saat
pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti plate, paku pada
fraktur.
f. Emboli lemak
Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi
dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit dan membentuk
emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil, yang memsaok ke otak, paru,
ginjal, dan organ lain.
g. Sindrom Kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk
kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika tidak ditangani
segera.
h. Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia, dan gangguan
syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri atau keadaan penekanan syaraf karena
pemasangan gips, balutan atau pemasangan traksi.(Brunner & suddarth, 2002: 2390).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. X.Ray
2. Foto Ronsen
3. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
4. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
5. CCT kalau banyak kerusakan otot.
(Carpenito 2000:50)
I. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan dan Terapi Medis
a. Pemberian anti obat antiinflamasi.
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest, Fisioterapi
2. Konservatif
Pembedahan dapat mempermudah perawatan dan fisioterapi agar mobilisasi dapat
berlangsung lebih cepat. Pembedahan yang sering dilakukan seperti disektomi dengan
peleburan yang digunakan untuk menyatukan prosessus spinosus vertebra; tujuan peleburan
spinal adalah untuk menjembatani discus detektif, menstabilkan tulang belakang dan
mengurangi angka kekambuhan. Laminectomy mengangkat lamina untuk memanjakan
elemen neural pada kanalis spinalis, menghilangkan kompresi medulla dan radiks.
Microdiskectomy atau percutaeneus diskectomy untuk menggambarkan penggunaan operasi
dengan mikroskop, melihat potongan yang mengganggu dan menekan akar syaraf.
(Carpenito 2000:50)
a. Pengkajian
B1 (Breathing) : Napas pendek
B2 (Blood) : Hipotensi, bradikardi,
B3 (Brain) : Pusing saat melakukan perubahan posisi, nyeri tekan otot, hiperestesi tepat
diatas daerah trauma dan mengalami deformitas pada daerah trauma.
B4 (Bleader) : Inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut dan
peristaltic hilang
B5 ( Bowel) : Mengalami distensi perut dan peristaltik usus hilang
B6 (Bone) : Kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal, hilangnya sensasi
dan hilangnya tonus otot dan hilangnya reflek.
Daftar Pustaka
BIODATA
Nama : Ny. FU
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 60 tahun
Status Perkawinan : nikah
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : islam
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : malang
No. Register : 1527xxx
Tanggal MRS : 19 – 09 - 2015
Tanggal Pengkajian : 21 – 09 - 2015
KESEHATAN KLIEN RIWAYAT
1. Keluahan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
P : nyeri bertambah saat digerakkan
Q : seperti kesemutan kemeng - kemeng
R : kaki kanan bagian betis
S : skala 3
T : terus menerus
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola komuniasi : baik
B. Orang yang paling dekat dengan klien : suami
C. Rekreasi : piknik
Hobby : mengaji
Pengguan waktu senggang : berkumpul dengan keluarga
D. Dampak dirawat di rumah sakit : pasien tidak bisa menikmati suasana di rumah
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial : komunikasi dengan orang lain baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : suami dan anak
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan beribadah : pasien sholat 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasien percaya sakitnya disebabkan faktor usia
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien ikhlas dan berserah diri kepada allah
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum / keadaan umum : Compos metis
Tanda / tanda vital
Suhu tubuh : 37,50 C nadi : 84 x/ menit
Tekanan darah : 120/70 mmhg respirasi : 20 x/ menit
Tinggi badan : 150 cm berat badan : 55 kg
B. Pemeriksaan kepala dan leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk kepala : bulat
Ubun – ubun : keras, tidak cekung
Kulit kepala : bersih, putih
b. Rambut :hitam, tebal
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rat
Bau : tidak bau
Warna : hitam
c. Wajah : simetris
Warna kulit : coklat
Struktur wajah : lengkap
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan: simetris
b. Kelopak mata : tidak ada odema, tidak ada luka
c. Konjungtiva dan sclera : tidak pucat, tidak ada perubahan warna, tidak ikterus
d. Pupil : miosis
e. Kornea dan iris : tidak ada peradangan
f. Ketajaman penglihatan / virus : normal, 6/6
g. Tekanan bola mata : tidak terkaji karena tidak ada alat
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada pembengkakan
b. Lubang hidung : simetris
c. Cuping hidung : tidak ada
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : simetris kiri dan kanan
Ukuran Telinga : Normal, Simetris
Ketegangan Telinga : Normal
b. Lubang Telinga : bersih, tidak ada senimen
c. Ketajaman Pendengaran : normal, pasien menjawab pertanyaan dengan benar
5. Mulut dan Faring
a. Keadaan bibir : Bersih, warna bibir merah, tidak kering.
b. Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi baik, gigi terlihat bersih dan tidak memakai gigi palsu.
c. Keadaan Lidah : Nampak bersih, tidak ada tremor lidah
6. Leher
a. Posisi Trakhea : Simetris
b. Tiroid : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Suara : Baik, normal
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran
e. Vena Jugularis : tidak ada pembesaran
f. Denyut nadi Coratis : teraba
C. Pemeriksaan Integumen (Kulit)
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : akral hangat
c. Warana : coklat
d. Turgor : kurang dari 2 detik
e. Tekstur : halus, sedikit keriput
f. Kelembapan : lembap
g. Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
D. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara : simetris
b. Warna payudara dan Aerola : coklat
c. Kelainan-kelainan payudara dan putting : normal
d. Axial dan Clavicula : tidak ada nyeri tekan
E. Pemeriksaan Thorak / Dada
1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : simetris
b. Pernafasan
Frekuensi : 20 x / menit
Irama : reguler / teratur
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak ada
2. Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara (vocal Fremitus) : normal
b. Perkusi : sonor
c. Auskultasi
Suara nafas : bersih, vesikuler
Suara ucapan : normal
Suara tambahan : tidak ad suara tambahan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
Pulpasi : tidak teraba
Ictus Cordis : normal
b. Perkusi
Batas-batas Jantung : normal
c. Auskultasi
Bunyi jantung I : tunggal
Bunyi jantung II : tunggal
Bising/murmur : tidak terdengar
Frekuensi Denyut Jantung : 84 x/ menit
F. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen :buncit
Benjolan/massa : tidak teraba massa
b. Auskultasi
Peristaltik Usus : 10 x / menit
Bunyi Jantung Anak/BJA : -
c. Palpasi
Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan/massa : tidak ada benjolan
Tanda-tanda Ascites : tidak ada
Hepar : tidak ada nyeri tekan
Lien : tidak ada nyeri tekan
Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi
Suara Abdomen : dullnes
Pemeriksaan Ascites : tidak ada
G. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genetilia
a. Rambut pubis : bersih
b. Meatus Urethra : tidak ada penyumbatan, bersih
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal : tidak ada kelainan
2. Anus dan Perinium
a. Lubang Anus : ada, normal
b. Kelainan-kelainan pada anus : tidak ada kelainan, tidak ada hemoroid
c. Perenium :tidak ada luka jahitan
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstrimitis)
a) Kesemetrisan otot : simetrsis
b) Pemeriksaan Oedema : atas : tidak ada odem
Bawah : odem, kemerahan
c) Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5225
d) Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kuku : tidak ada odem, tidaka ada pembatasan
I. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran (secara kwantiatif)/GCS : compos metis
2. Tanda-tanda rangsangan Otak (Meningeal Sign) : tidak ada nyeri kepala
3. Tigkat kesadaran (secara kwantitatif)/GCS : 456
4. Fungsi Motorik : baik
5. Fungsi Sensorik : baik
6. Reflex :
a)Reflex Fisiologis : < 450
b) Reflex Patologis : babinsky (-)
J. Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi emosi/perasaan : pasien menyadari tulangnay rapuh faktor usia
b. Orientasi : pasien mampu orientasi tempat, waktu dan tempat
c. Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) : baik
d. Motifikasi (kemampuan) : baik
e. Persepsi : normal
f. Bahasa : baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Fraktur Tibia 1/3 Distal + Fraktur Fibula 1/3 Proximal
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium : -
2. Rontgen : tampak adanya gambaran fraktur Tibia 1/3 Distal + Fraktur Fibula 1/3
Proximal
3. ECG : -
4. USG : -
5. Lain-lain : -
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
Terapi oral : cefadroxil 500 mg, pamol 100 mg
Malang, tgl
Perawat,
Asyifa Felayati Nur Azani
NIM : 1301200035
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. Fu
Umur : 60
No. Reg : 1527363
N RUMUSAN DIAGNOSA
TANGGAL TERATASI TTD
O KEPERAWATAN
1) 21 September 15 Nyeri akut berhubungan dengan
pergeseran posisi tulang
2) 23 September 15 Diskontinuitas jaringan berhubungan
dengan luka oprasi
3) 23 september 15 Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan pemasangan fiksasi interna
4) 23 september 15 Resiko infeksi berhubungan dengan
insisi pembedahan dan pemasangan
fiksasi interna
PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien : Ny. Fu
Umur : 60
No. Reg : 1527363
NO
TANGGAL DAFTAR MASALAH TTD
DX
1) 21 September 15 Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran posisi
tulang
23 September 15 Diskontinuitas jaringan berhubungan dengan luka oprasi
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
23 september 15 pemasangan fiksasi interna
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
23 september 15 dan pemasangan fiksasi interna
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. Fu
Umur : 60
No. Reg : 1527363
IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Ny. Fu
Umur : 60
No. Reg : 1527363
TANGGAL /
TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
JAM
21 September 1) Melakukan pendekatan kepada klien dan keluarga
2015 / 11.00
2) Mengkaji tingkat intensitas nyeri dan frekuensi
3) Menjelaskan pada klien penyebab dari nyeri
4) Mengobservasi ttv
5) Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgesik
- Po Cefadroxil 500 mg
- Po Pamol 100 mg
EVALUASI
Nama Pasien : Ny. Fu
Umur : 60
No. Reg : 1527363
TANGGAL /
CATATAN PERKEMBANGAN TTD
JAM
21 September S: P: nyeri saat digerakkan
2015 / 12.00 Q. seperti kesemutan kemeng – kemeng
R: kaki kanan bagian atas
S: skal 3
T: terus – menerus
O: - mengeluh masih sakit
- Membatasi pergerakan pada kaki bagian atas
- TD: 120 / 70 mmHg S: 370C
N: 82 x/menit RR: 20 x/ menit
A: masalah belum teratasi
P: ulangi intervensi 1245 dan rencana oprasi
S: P: nyeri sekali
23 September
Q. seperti ketusuk paku
2015 /
R: kaki kanan bagian atas
S: skal 5
T: terus – menerus
O: - mengeluh sangat sakit
- Membatasi pergerakan
- Memegangi kaki kanan bagian betis
- Gmice (+)
- TD: 140 / 70 mmHg S: 370C
N: 82 x/menit RR: 20 x/ menit
A: masalah belum teratasi
P: ulangi intervensi 1245