Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. C DENGAN CLOSE FRAKTUR


CLAVICULA 1/3 MEDIAL SINISTRA

TUGAS INDIVIDU
Disusun sebagai Kelengkapan Praktik Klinik Keperawatan Gadar

Oleh :
RAHMA NUR AZIZAH ARMAN
NIM. 1810081

Pembimbing:
Merina Widyastuti
NIP. 03033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
JUNI 2021
BAB 1
KONSEP TEORI PENYAKIT

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
Smeltzer S.C & Bare B.G (2001). Fraktur tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih karena kulit masih
utuh tanpa komplikasi. Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula
yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus
atau tertarik keluar (outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan
sampai clavicula.
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak
langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan
trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur
clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka
atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter bujang, 2012)
B. ETIOLOGI
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan
yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang
komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.
Faktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang
sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar (outstreched
hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru
- baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang
klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu
akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh (Nowak et
a,l Nordqvist dan Peterson).

1
C. WOC

D. PATOFISIOLOGI
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama
perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.

Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun
tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen

2
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183,
dalam keperawatan site, 2013).

E. Airway, Breathing, Circulation, Disability, B5, B6


a. Airway
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di
bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus memproteksi tulang
cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pada pasien yang
mengalami Fraktur Clavicula biasanya tidak mengalami sumbatan jalan nafas.
Biasanya penderita datang dengan keluhan kecelakaan dari sepeda motor.
b. Breathing
Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin ventilasi
yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru paru yang baik, dinding
dada dan diafragma. Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa
klien fraktur clavicula tidak mengalami kelainan pernapasan.
c. Circulation
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di sini adalah
volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Untuk pengkajian sirkulasi
biasanya didapatkan data seperti tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat,
iktus teraba, auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur. Tetapi
tergantung berdasarkan keluhan pasien.
d. Disability
Fraktur menyebabkan deformitas dan fraktur akan menimbulkan rasa tidak
enak dan kelemahan pada bahu. Karena timbul nyeri, gerak menjadi terbatas.
Semua bentuk aktivitas klien menjadi berkurang dan klien memerlukan bantuan
orang lain.
e. B5
Untuk pemeriksaan bowel biasanya didapatkan data : abdomen bentuk datar,
simetris, tidak ada hernia. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada defans muskular dan
hepar teraba. Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi
peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit. Biasanya tidak ada masalah di
bowel, semua cenderung normal karena mekanisme trauma dari fraktur klavikula
terjadi karena penderita jatuh pada bahu.
f. B6
Perhatikan adanya pembengkakan yang abnormal dan deformitas. Kaji adanya
nyeri tekan dan krepitasi pada daerah patah. Pasien mengeluh nyeri karena fraktur
tersebut dan tidak bisa menggerakkan bahu kirinya.

3
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Primary Survey


1. Airway
 Kaji kepatenan jalan nafas pasien
 Kaji apa ada obstruksi yang menghambat jalan nafas pasien
 Kaji apa ada suara nafas tambahan
 Jalan nafas pasien paten, tidak ada sesuatu yang menghambat
jalan nafas pasien, dan tidak ada suara nafas tambahan
2. Breathing
 Kaji frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
 Kaji suara nafas melalui hidung dan mulut
 Frekuensi nafas dan pola nafas pasien normal, gerakan dinding
dada simetris, tidak terdapat otot bantu nafas, RR = 20x/mnt
3. Circulation
 Kaji denyut nadi karotis
 Kaji warna kulit dan kelembaban kulit
 Kaji tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
 Terdapat denyut nadi karotis, terdapat odem di bahu atas kiri,
akral hanga, kering, merah, dan turgor kulit elastis
4. Disability
 Kaji tingkat kesadaran
 Kaji gerakan ekstremitas
 Tingkat kesadaran pasien yaitu composmentis, pasien sadar dan
bisa menjawab semua pertanyaan, terdapat fraktur clavikula di
bahu atas bagian sinistra dan kekuatan otot tidak ada pada bahu
atas kiri
2.2 Pengkajian Secondary Survey
a) Data umum
Pada sebuah studi oleh Kihlstrom et al, dikatakan bahwa fraktur klavikula
merupakan yang paling sering ditemukan dibandingkan jenis fraktur lainnya.
Epidemiologi fraktur klavikula mencapai 2,6% dari seluruh jenis fraktur. Fraktur
klavikula ini terjadi pada 68% pria dan 32% pada wanita. Rata-rata usia pasien
dengan fraktur klavikula adalah 48 tahun. Mekanisme cedera yang paling sering
ditemukan adalah terjatuh pada saat mengendarai sepeda atau motor. Sisi yang
paling sering terjadi fraktur adalah sebelah kiri yakni sebesar 52%.
b) Keluhan utama
Nyeri merupakan keluhan utama pasien fraktur klavikula. Untuk kasus ini
nyeri dirasakan sejak kecelakaan, lokasinya berada di bahu kiri atas, pasien
merasakan nyeri yang terus-menerus, seperti ditusuk-tusuk, menjadi buruk ketika
ektremitas atas kiri digerakkan, belum ada hal yang meredakan nyerinya, dan
sebelum MRS pasien belum memberikan treatment apapun.
c) Riwayat penyakit sekarang

4
Pada tanggal 11 juli 2011 pkl 07.15 WIB saat klien berangkat kerja dengan
mengendarai sepeda motor sendirian, klien mengalami kecelakaan (jatuh dari
sepeda motor). Klien terjatuh ke kiri, klien sempat tidak sadar sebentar, setelah
dikerumuni orang banyak klien langsung sadar dan di bawa ke Rs. swasta
terdekat di Surabaya. Pada tanggal 11 juli 2011 pkl 09.10 WIB klien di rujuk ke
UGD Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dengan keluhan nyeri (P : luka
fraktur/jatuh, Q : seperti ditusuk-tusuk, R ; bahu kiri atas, S : 8, T : terus
menerus). Setelah diperiksa dokter dan hasil foto rontgen serta foto shoulder dan
hasil laboratorium , klien dinyatakan mengalami patah tulang di clavikula dan
harus di operasi
d) Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak pernah MRS dan Klien tidak mempunyai riwayat
penyakit
e) Riwayat penyakit keluarga
Suami yang menderita Diabetes Melitus ± sejak 1 th yang lalu, tidak ada
keluarga yang mengalami cidera, jatuh, atau kecelakaan.
f) Pemeriksaan fisik B1-B6
 B1(breathing)
a. Inspeksi : bentuk dada normo chest, tidak terdapat nafas cuping
hidung, tidakterdapat retraksi otot bantu nafas, pola nafas normal,
tidak terpasang alat bantu oksigenasi, RR = 20x/mnt
b. Palpasi : fremitus suara normal, gerakan dinding dada simetris,
nyeri tekan (-)
c. Perkusi : suara yang ditimbulkan sonor
d. Auskultasi : ronchi d-/s-, wheezing d-/s-, pola nafas normal, suara
nafas vesikuler
 B2 (Blood)
a. inspeksi dan palpasi : Sianosis (-), tidak terdapat pembendungan
vena jugularis, Ictus Cordis teraba pada ICS 5
b. Auskultasi : S1 S2 tunggal, tidak terdapat gallop dan murmur
 B3 (Brain )
- GCS klien 4 - 5 - 6, dengan kesadaran compos mentis.
- Nervus Cranial
1) Nervus I Olfaktorius : Klien mampu mencium bau dengan
normal misalnya bau minyak kayu putih
2) Nervus II Optikus : Klien mampu melihat dengan norma,
misalnya : klien mampu melihat hasil foto thoraxnya.
3) Nervus III Okulomotorius : Klien mampu mengedipkan
matanya.
4) Nervus IV Troklearis : Klien mampu menggerakkan bola
mata ke atas dan kebawah.
5) Nervus V Trigeminus : Klien mampu mengunyah
6) Nervus VI Abdusen : Klien mampu melirik ke samping

5
7) Nervus VII Fasialis : Klien dapat mengerutkan dahi saat
nyeri , klien mengatakan mampu merasakan rasa manis
dan asam.
8) Nervus VIII Vestibulokoklearis : Klien mampu mendengar
dibuktikan mampu menjawab ketika ditanya namanya.
9) Nervus IX Glosofaringeus : Klien mampu menelan dan
klien mengatakan bisa merasakan pahit.
10) Nervus X Vagus : Klien mampu menelan dan munta
11) Nervus XI Assesories : Klien mampu menggerakkan
kepala dan leher
12) Nervus XIII Hipoglosus : Klien mampu menggerakkan
lidah, menjulurkan lidah keluar kekanan dan kekiri.
13) Nervus Motorik : Klien mampu berjalan dengan normal.
 B4 (Bladder)
a. Pola minum
SMRS : Klien mengatakan bahwa saat dirumah klien minum air
putih dengan frekuensi minum sebanyak ±5 x/hari dengan jumlah
±1200 ml.
MRS : Klien mengatakan bahwa saat di rumah sakit, klien minum
air mineral kurang lebih 3 gelas/hari dengan jumlah ±600ml, klien
mendapat terapi infus 3 kolf/hari ±1500 ml.
Selama dirumah maupun dirumah sakit, tidak ada pantangan
minum.
b. Pola Buang Air Kecil
SMRS : Klien mengatakan bahwa saat dirumah, buang air kecil
sebanyak ±4-5x/hari dengan jumlah ±1000cc/hari dengan warna
kuning jernih, tidak terasa nyeri saat BAK.
MRS : Klien mengatakan bahwa saat dirumah sakit, buang air
kecil sebanyak ±4x/hari dengan jumlah ±1500cc/hari dengan
warna kuning jernih, tidak ada nyeri saat BAK. Klien tidak
memakai kateter terkadang menggunakan alat bantu pispot. Tidak
terdapat distensi kandung kemih.
 B5 (Bowel)
a. Inspeksi :
- Pola Makan
SMRS : Klien mengatakan bahwa saat dirumah , frekuensi
makan sebanyak 3x/hari dengan jenis sayur dan lauk saja,
karena klien tidak suka dan tidak biasa makan nasi tapi
hanya sesekali makan nasi. Porsi makan selalu 1 porsi
habis. klien lebih suka mengkonsumsi sayur-sayuran.
MRS : Klien mengatakan bahwa saat dirumah sakit makan
sebanyak 3x/hari dengan diit nasi bubur tim. Klien hanya
makan sayur dan lauknya saja, karena tidak biasa makan

6
bubur ataupun nasi. Nafsu makan di rumah sakit normal,
klien tidak mengalami kesulitan menelan dan tidak
terpasang NGT.
- Pola BAB
SMRS : Klien mengatakan bahwa selama dirumah BAB
sebanyak 2x/hari dengan konsistensi padat dan warna
kuning kecoklatan. Klien tidak mengalami konstipasi
maupun diare.
MRS : Klien mengatakan bahwa selama dirumah sakit
BAB sebanyak 1x/hari dengan konsistensi lembek dan
warna kecoklatan. Klien tidak mengalami konstipasi
maupun diare.
b. Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi bersih, mual tidak ada, tidak
terdapat ascites, gerakan perut sesuai aktifitas pernafasan.
c. Auskultasi : Bising usus 15x/menit, suara pekak ditengah redup di
pinggir.
d. Palpasi : nyeri perut tidak ada, nyeri tekan tidak ada, pembesaran
hepar tidak ada.
e. Perkusi : distensi abdomen tidak ada , tidak terdapat meteorismus
 B6 (Bone)
Kekuatan otot atas 5|X, kekuatan otot bawah 5|5
Tidak terdapat edema, dan terdapat fraktur clavikula di bahu atas bagian
sinistra. Di tangan kanan terpasang infus
2.3 Diagnosa
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (D.0077, hal 172)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan intergritas struktur tulang (D.0054, hal
124)
3. Ansietas b.d. kurang terpapar infromasi mengenai persiapan pre op (D.0080, hal
180)
2.4 Intervensi Keperawatan
a) Prioritas masalah
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (D.0077, hal 172)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan integritas struktur tulang
(D.0054, hal 124)
3. Ansietas b.d. kurang terpapar infromasi mengenai persipan pre op
(D.0080, hal 180)
b) Tujuan
1. Dx nyeri akut b.d. agen pencedera fisik
Tujuan : diharapkan nyeri menurun
2. Dx gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan integritas struktur tulang
Tujuan : diharapkan kemampuan gerak meningkat
3. Dx ansietas b.d. kurang terpapar informasi
Tujuan : diharapkan tingkat ansietas menurun

7
c) Kriteria hasil
1. Dx nyeri akut b.d. agen pencedera fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang,
dengan kriteria hasil :keluhan nyeri menurun dan meringis menurun.
(L.08066, hal 145). Kriteria hasil luaran : kemampuan menggunakan
teknik nonfarmakologis meningkat dan keluhan nyeri menurun (L.08063,
hal 58)
2. Dx gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan integritas struktur tulang
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kemampuan gerak
meningkat, dengan kriteria hasil : gerakan terbatas menurun, pergerakan
ekstremitas meningkat, rentang gerak meningkat (L.05042, hal 65)
3. Dx ansietas b.d. kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat ansietas
menurun, dengan kriteria hasil : verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun, perilaku gelisah menurun (L.09093, hal 132)
d) Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik
a. Intervensi utama (Manajemen nyeri)
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kulitas
nyeri
- Beri teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Memberikan imobilisasi area lengan atas dengan arm sling
- Kolaborasi pemberian analgetik (I. 08238, hal 201)
b. Intervensi luaran (Edukasi teknik napas)
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas
- Anjurkan memposisikan tubuh senyaman mungkin
- Demostrasikan menarik napas selama 4 detik, menahan
napas selama 2 detik, dan menghembuskan nafas selama 8
detik (I. 12452, hal 111)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan integritas struktur tulang
a. Intervensi utama (Dukungan mobilisasi)
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu pagar
tempat tidur
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(I.05173, hal 30)
3. Ansietas b.d. kurang terpapar informasi
a. Intervensi utama (reduksi ansietas)
- Monitor tanda-tanda ansietas
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang

8
akan datang
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- latih teknik relaksasi (I.09314, hal 387)
e) Rasional tindakan
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik
a. Manajemen nyeri
- Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
- Untuk mengurangi rasa nyeri
- Untuk mencegah lengan atas bergerak, mengurangi nyeri
- Untuk meredakan nyeri
b. Edukasi teknik napas
- Untuk mengetahui kesiapan pasien dalam menerima
informasi
- Agar pasien mengerti tujuan dan manfaat dilakukannya
teknik nafas
- Agar pasien merasa nyaman
- Agar pasien rileks dan mengurangi nyeri yang dirasakan
2. Gangguan mobilitas fisik b.d. nyeri
a. Dukungan mobilisasi
- Untuk mengetahui toleransi pergerakan pasien
- Untuk membantu memudahkan pasien untuk mobilisasi
- Untuk memotivasi pasien
- Untuk melatih mobilisasi pasien
3. Ansietas b.d. krisis situasional
a. Reduksi ansietas
- Untuk mengetahui tanda-tanda ansietas
- Agar pasien mengetahui apa tindakan selanjutnya
- Agar keluarga memberikan dukungan kepada pasien
- Agar pasien lebih rileks dan mengurangi kecemasan

9
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I, EGC:


Jakarta.
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3.
Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi
6. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta
http://eprints.ums.ac.id/21989/1/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/ortopedi/fraktur-klavikula/epidemiologi
https://doku.pub/documents/k-patofisiologi-fraktur-klavikula-5lw2oxydz2lj
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/53f07600137e2645743aa08527eced3
c.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai