DEPARTEMEN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
OLEH:
NURUL AINUN SYAMSIAH
NIM: 201810300511061
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
KELOMPOK - 13
i
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Trauma maksilofasial merupakan trauma fisik yang dapat mengenai jaringan keras
dan lunak wajah. Penyebab trauma maksilofasial bervariasi, mencakup kecelakaan lalu lintas,
kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api. Trauma pada wajah sering
hilangnya dukungan terhadap fragmen tulang dan rasa sakit. Oleh karena itu, diperlukan
perawatan kegawatdaruratan yang tepat dan secepat mungkin (Iskandar Zulkarnain, 2015).
Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan
sekitarnya. Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan jaringan
keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah jaringan lunak yang menutupi
jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras wajah adalah tulang
kepala yang terdiri dari tulang hidung, Tulang arkus zigomatikus , tulang mandibula tulang
maksila, tulang rongga mata, gigi dan tulang alveolus (Rampisela et al., 2017).
oleh kendaraan bermotor dan kecelakaan industri. Para zygoma dan rahang adalah tulang
yang paling umum patah selama serangan. Trauma wajah dalam pengaturan masyarakat
yang paling sering adalah akibat kecelakaan kendaraan bermotor, maka untuk serangan
dan kegiatan rekreasi. Kecelakaan kendaraan bermotor menghasilkan patah tulang yang
sering melibatkan midface, terutama pada pasien yang tidak memakai sabuk pengaman
mereka. Penyebab penting lain dari trauma wajah termasuk trauma penetrasi, kekerasan
dalam rumah tangga, dan pelecehan anak-anak dan orang tua (Iskandar Zulkarnain,
2015).
1
1.3 Klasifikasi
jaringan keras wajah dan trauma jaringan lunak wajah. Trauma jaringan lunak
biasanya disebabkan trauma benda tajam, akibat pecahan kaca pada kecelakaan lalu
Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh karena trauma
dari luar.
- Ekskoriasi
- Luka bakar
- Luka tembak
Klasifikasi trauma pada jaringan keras wajah di lihat dari fraktur tulang yang
terjadi dan dalam hal ini tidak ada klasifikasi yg definitif. Secara umum dilihat
berdasarkan:
2
- Bersifat Multiple : Fraktur kompleks zigoma, fronto nasal dan fraktur
kompleks mandibular
- Fraktur simple
- Fraktur kompoun
- Fraktur komunisi
kecil atau remuk. Bisa terbatas atau meluas, jadi sifatnya juga seperti
Fraktur patologis
keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakit penyakit tulang,
seperti Osteomyelitis, tumor ganas, kista yang besar dan penyakit tulang
3
1.4 Patofisiologi Trauma Maksilofasial
Kehadiran energi kinetik dalam benda bergerak adalah fungsi dari massa
dampak kekuatan didefinisikan sebagai besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya
gravitasi. Ini berdampak parameter pada cedera yang dihasilkan karena jumlah gaya
yang dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan pada tulang wajah berbeda regional.
Tepi supraorbital, mandibula (simfisis dan sudut), dan tulang frontal memerlukan
kekuatan tinggi-dampak yang akan rusak. Sebuah dampak rendah-force adalah semua
yang diperlukan untuk merusak zygoma dan tulang hidung (Adrianti et al., 2015).
fraktur yang terisolasi atau dapat disertai dengan fraktur dinding medial.
menyebabkan kematian.
langsung.
4
4) Fraktur Nasoethmoidal (noes): akibat perpanjangan kekuatan trauma dari
zygomaticotemporal.
melalui foramen infraorbital dan lantai orbit. Cedera mata serentak yang
umum.
bentuk U-rahang dan leher condylar lemah. Fraktur sering terjadi bilateral di
8) Patah tulang alveolar: Ini dapat terjadi dalam isolasi dari kekuatan rendah
energi langsung atau dapat hasil dari perpanjangan garis fraktur melalui bagian
mengakibatkan cedera pada wajah atas, midface, dan wajah yang lebih rendah
Gejala klinis gejala dan tanda trauma maksilofasial dapat berupa, (Oktora et al.,
2021):
fraktur mandibular
5
Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur
Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi
daerah fraktur
Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur
Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi dibawah
nervus alveolaris
Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda, penurunan
1.6 Komplikasi
a. Perdarahan ulang
g. Konvulsi
6
b. Wajah Bagian Tengah :
- Panoramic X-ray
Posteroanterior (Caldwells)
Posisi towne
Penatalaksanaan saat awal trauma pada cedera kepala dan wajah selain dari
status neurologis (disability, exposure), maka factor yang harus diperhitungkan pula
adalah mengurangi iskemia serebri yang terjadi. Keadaan ini dapat dibantu dengan
pemberian oksigen dan glukosa sekalipun pada otak yang mengalami trauma relative
tindakan operasi, tetapi usaha untuk menurunkan tekanan intracranial ini dapat
7
membuat intermittent iatrogenic paralisis. Intubasi dilakukan sedini mungkin kepala
klien-lkien yang koma untuk mencegah terjadinya PaCO 2 yang meninggi. Prinsip
ABC dan ventilasi yang teratur dapat mencegah peningkatan tekanan intracranial.
1) Bedrest total
6) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (pensilin) atau untuk infeksi
7) Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa,hanya cairan infuse dextrose 5%, aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
8) Pada trauma berat. Karena hai-hari pertama didapat klien mengalami penurunan
kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari
pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5% 8 jam pertama, ringer
dextrosa 8 jam kedua, dan dextrose 5% 8 jam ketiga, pada hari selanjutnya bila
2021).
- Nyeri Akut
8
-Risiko Infeksi
-Risiko pendarahan
9
1. Nyeri menurun - Berikan perawatan kulit
2. Bengkak Menurun pada area edema
3. Gangguan kognitif - Pertahankan teknik
menurun aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
10
BAB 2
Pasien yaitu seorang atlet anggar laki-laki berusia 16 tahun. Kecelakaan terjadi 2 jam
sebelum masuk rumah sakit pada saat atlet tersebut latihan bersama lawan tandingnya
tanpa pelindung tiba-tiba pedang anggar menusuk dan menancap pada rongga mulut
pasien. Pasien dibawa ke instalasi gawat darurat untuk penanganan lebih lanjut. Pasien
memiliki riwayat perdarahan dari mulut dan tidak terdapat riwayat perdarahan dari
hidung serta telinga. Sebelum dilakukan tindakan, pasien dilakukan skrining covid-19
terlebih dahulu yang meliputi pemeriksaan rapid test dan foto thoraks. Hasil
pemeriksaan rapid test tidak ditemukan reaksi Ig G maupun Ig M pada pasien dan foto
ekstra oral secara inspeksi, wajah terlihat simetris dan palpasi ditemukan terdapat benda
asing yang menusuk pada daerah bukal hingga angulus mandibula sinistra, tidak
terdapat krepitasi serta nyeri pada saat ditekan. Pada pemeriksaan intra oral bukaan
mulut pasien terbatas sekitar 1,5 cm dan terlihat benda asing yang menusuk pada
rontgen kepala dengan proyeksi anterior-posterior dan lateral sinistra untuk melihat
penetrasi luka tusuk yang terjadi. Foto rontgen memperlihatkan terdapat gambaran
radiopak corpus alienum berbentuk linier di daerah bukal sinistra setinggi tulang
cervical 1-2. Pasien di diagnosa vulnus penetratum et causa corpus alienum pada regio
oromaksilofasial dan memiliki prognosis yang baik. Pasien telah dilakukan informed
consent mengenai segala risiko yang terjadi sebelum dilakukan tindakan Penanganan
11
pertama yang harus dilakukan pada kasus ini meliputi penilaian benda asing berupa
ukuran, bentuk serta lokasi yang menusuk baik secara intra oral maupun ekstra oral
sebelum melakukan evakuasi. Memastikan benda asing yang menusuk tidak mengenai
struktur jaringan vital seperti pembuluh darah, kelenjar mayor saliva serta pembuluh
saraf. Penanganan kedua yaitu melakukan evakuasi pedang anggar yang tertancap di
dalam mulut. Evakuasi pada kasus ini dilakukan dengan memberikan anestesi lokal
menggunakan lidocaine di sekitar vulnus penetratum di intra oral bukal sinistra dengan
pertimbangan pedang anggar tidak mengenai struktur jaringan vital baik secara klinis
maupun radiologis. Ditemukan tepi pedang anggar yang menancap di intra oral bukal
sinistra sekitar 5 cm. Setelah evakuasi pedang anggar. Penanganan selanjutnya yaitu
mengevaluasi perdarahan sekitar luka ditemukan tidak terdapat perdarahan aktif baik di
intra oral maupun ekstra oral. Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan dan
penutupan luka. Luka yang terbuka dilakukan wound debridement terlebih dahulu
dengan menggunakan povidone iodine dan NaCl 0,9 % dilanjutkan suturing primer
menggunakan benang absorbable untuk jahit otot dan non absorbable untuk jahit
mukosa. Pemberian antibiotik dan anti tetanus dilakukan sebelum pasien dipulangkan.
Luka pasca evakuasi terlihat kering, tidak ada genangan air maupun darah, kemudian
luka langsung dilakukan wound debridement dan penjahitan luka. Pasien datang kontrol
ke Poli Bedah Mulut hari ke-7 pasca evakuasi, tidak terdapat keluhan, kemudian pasien
di evaluasi meliputi ekstra oral, intra oral, kelenjar mayor saliva parotis dan fungsi
nervus fasial. Tidak ditemukan hematoma pada intra oral dan ekstra oral serta tidak
12
2.2 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
(Instalasi Gawat Darurat)
Keterangan:
Beri tanda pada item yang sesuai
IDENTITAS No. Rekam Medis :
Diagnosa Medis : Vulnus penetratum et causa alienum.
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 16 Tahun
Pendidikan :
Status perkawinan :-
Pekerjaan :
Alamat :
Sumber informasi : Pasien
TRIAGE P1 P2 P3 P4
13
Temuan lain : tidak ada
CIRCULATION
Perdarahan mayor : ada tidak ada
Nadi : teraba tidak teraba
regular irregular
lemah kuat
Tekanan darah : - mm/Hg
MAP : - mm/Hg
PP : - mm/Hg
Cyanosis : ya tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Temuan lain : tidak ada
DISABILITY
Respon pasien : alert verbal
pain unresponsive
GCS E:4V:5M:6
Kesadaran CM Apathies delirium Somnolen
stupor semicoma Coma
Pupil : isokor unisokor midriasis
Miosis
Reflex cahaya : ada tidak ada
Temuan lain : tidak ada
EXPOSURE
Deformitas : ada tidak ada
Contusio : ada tidak ada
Abrasi : ada tidak ada
Penetrasi : ada, tidak ada
Luka bakar : ada tidak ada
Laserasi : ada tidak ada
Edema : ada tidak ada
Temuan lain : tidak ada
SECONDAR ANAMNESA
Y SURVEY Tanda dan gejala : keluhan nyeri di area luka tusuk
Alergi :-
Medikasi : Luka yang terbuka dilakukan wound debridement terlebih
dahulu dengan menggunakan povidone iodine dan NaCl
0,9 % dilanjutkan suturing primer menggunakan benang
absorbable untuk jahit otot dan non absorbable untuk jahit
mukosa. Pemberian antibiotik dan anti tetanus dilakukan
sebelum pasien dipulangkan.
Riwayat penyakit : Riwayat pendarahan dari mulut
sebelumnya
Makan dan minum : Tidak terkaji
14
terakhir
Peristiwa : Kecelakaan terjadi 2 jam sebelum masuk rumah sakit
penyebab pada saat pasien latihan bersama lawan tandingnya tanpa
pelindung tiba-tiba pedang anggar menusuk dan menancap
pada rongga mulut pasien.
Tanda-tanda vital Tidak terkaji
PEMERIKSAAN FISIK (tuliskan temuan data abnormal)
Kepala dan Leher
Inspeksi Saat palpasi ditemukan terdapat benda asing yang menusuk
Palpasi pada daerah bukal hingga angulus mandibula sinistra
Dada
Inspeksi
Palpasi Tidak terkaji
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi Tidak terkaji
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pelvis Tidak terkaji
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas Atas
Inspeksi Deformities Contusion AbrasionPenetration
Burn Laceration Swelling
Tenderness Instability Crepitating
Palpasi
Ekstremitas
Bawah Deformities Contusion AbrasionPenetration
Inspeksi Burn Laceration Swelling
Tenderness Instability Crepitating
Palpasi
Bagian punggung Tidak terkaji
Inspeksi
Deformities Contusion AbrasionPenetration
Burn Laceration Swelling
Palpasi Tenderness Instability Crepitating
15
INTEGUMEN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
X-Ray CT-Scan USG
EKG lain-lain (rontgen)
Hasil Hasil evaluasi menunjukkan tidak terdapat gangguan
fungsi motorik pada nervus fasialis baik pada cabang
nervus temporal, zygoma, maksila, mandibular maupun
servikal.
Terapi : 1. Penanganan pertama yang harus dilakukan pada
kasus ini meliputi penilaian benda asing berupa
ukuran, bentuk serta lokasi yang menusuk baik
secara intra oral maupun ekstra oral sebelum
melakukan evakuasi. Memastikan benda asing
yang menusuk tidak mengenai struktur jaringan
vital seperti pembuluh darah, kelenjar mayor saliva
serta pembuluh saraf.
2. Penanganan kedua yaitu melakukan
evakuasi pedang anggar yang tertancap di dalam
mulut. Evakuasi pada kasus ini dilakukan dengan
memberikan anestesi lokal menggunakan lidocaine
di sekitar vulnus penetratum di intra oral bukal
16
sinistra dengan pertimbangan pedang anggar tidak
mengenai struktur jaringan vital baik secara klinis
maupun radiologis. Ditemukan tepi pedang anggar
yang menancap di intra oral bukal sinistra sekitar 5
cm. Setelah evakuasi pedang anggar.
3. Penanganan selanjutnya yaitu mengevaluasi
perdarahan sekitar luka ditemukan tidak terdapat
perdarahan aktif baik di intra oral maupun ekstra
oral. Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan
dan penutupan luka. Luka yang terbuka dilakukan
wound debridement terlebih dahulu dengan
menggunakan povidone iodine dan NaCl 0,9 %
dilanjutkan suturing primer menggunakan benang
absorbable untuk jahit otot dan non absorbable
untuk jahit mukosa. Pemberian antibiotik dan anti
tetanus dilakukan sebelum pasien dipulangkan.
DO:
- Terlihat benda tajam
menanjap di rongga
mulut pasien, pasien
tampak sakit.
17
DS: Trauma Risiko pendarahan
- Pasien
mengatakan
mempunyai
riwayat
pendarahan di
mulut
DO:
- Terlihat ada benda
yang menusuk
pada area rongga
mulut
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (olahraga/latihan fisik berlebih) d.d mengeluh
nyeri.
2. Resiko Infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer; kerusakan intergritas
kulit d.d terdapat luka tusuk pada rongga mulut.
3. Risiko perdarahan b.d Trauma d.d Pasien mengatakan mempunyai riwayat
pendarahan di mulut
18
SLKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Tindakan
Observasi:
keperawatan maka Tingkat
nyeri menurun, dengan kriteria - Identifikasi lokasi,
hasil: karakteristik,durasi frekuansi,
1. Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun -Identifikasi nyeri non verbal
4. Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang
5. Kesulitan tidur menurun memperberat dan memperingan
Tekanan darah membaik nyeri
Terapeutik:
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
19
3. Gangguan kognitif - Pertahankan teknik aseptik
menurun pada pasien beresiko tinggi
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
3. Risiko Setelah dilakukan intervensi Observasi:
perdarahan - Memonitor tnda dan gejala
keperawatan maka Tingka
pendarahan
pendarahan menurun, dengan Terapeutik:
- Pertahankan bedrest selama
kriteria hasil:
pendarahan
1. Kelembapan membram
- Batasitindakan infatif
mukosa meningkat.
Edukasi:
2. Kelembapan kulit
- Jelaskan tanda dan gejala
meningkat
pendarahan.
- Anjurkan seger melapror
jika terjadi pendarahan
20
kegawatdaruratan pada kasus Multiple Fraktur dengan
Ruptur Arteri dan Vena Brachialis, manajemen nyeri
disini menggunakan teknik pengkajian nyeri PQRST dan
menggunakan implementasi guided imagery (pengalihan
nyeri) dan massage imagery (pijatan). Manajemen nyeri
dibagi menjadi 2 yaitu, manajemen nyeri menggunakan
farmakologi (pengobatan) dan manajemen nyeri
menggunakan nonfarmakologi (intervensi keperawatan).
21
DAFTAR PUSTAKA
Rampisela, R., Lumintang, N., & Ngantung, J. T. (2017). Hubungan Facial Injury Severity
Scale dengan lama rawat inap pasien. Jurnal Biomedik (JBM), 9, 35–39.
Putu, N., Pratiwi, E., Maliawan, S., Kawiyana, S., Kedokteran, F., & Udayana, U. (2013).
Fraktur Pada Tulang Maksila. E-Jurnal Medika Udayana, 2(12), 2076–2095.
Adrianti, N., Pamungkas, K., & Azrin, M. (2015). Angka Kejadian Diplopia Pada Pasien
Fraktur Maksilofasial Di Bangsal Bedah Rsud Arifin Achmad Propinsi Riau Periode
Januari 2011 – Desember 2013. Jom Fk, Vol.1 No.2.
Oktora, S., Marwansyah, E., & Sjamsudin, E. (2021). Laporan kasus Penatalaksanaan
kegawatdaruratan medis trauma maksilofasial pada anak disertai cedera kepala. 42,
173–181. https://doi.org/10.24198/jkg.v32i3.29510
22
LAMPIRAN-LAMPIRAN
23
24
Berikut link Case Report : http://jurnal.unpad.ac.id/jkg/article/download/29819/14326
25