Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Kehamilan Dengan PPI dan ISK

DOSEN PEMBIMBING:

Siti Masamah MM.Kep

Oleh:
KELOMPOK 1
Indria Sinta Nur Rohmah (NIM : 201810300511042)
Irma Yusida (NIM : 201810300511047)
Nurul Ainun Syamsiah (NIM : 201810300511046)
Novia Parameswari (NIM : 201810300511062)
Rika AG (NIM : 201810300511067)
Maria Alien Cristianty (NIM : 201810300511072)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
A. PENGERTIAN KEHAMILAN

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar
kemungkinannya terjadi kehamilan.
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah bertemunya sel
telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan
keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (FATIMAH S.ST, M.KM
NURYANINGSIH S.ST, 2017).

B. Proses Kehamilan
1. Fertilisasi
penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di
ampula tuba.Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi
spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa
yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melalukan penetrasi membran sel
ovum.
2. Nidasi
Selanjutnya pada hari ke 4 hasil konsepsi mencapai stadium.blastula disebut biasa
tokista (blastocyst),suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di
bagian dalamnya disebut masa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi
janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.
3. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi
embrio kedalam endometrium, plasenta dimulai. Pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12 – 18 minggu setelah fertilisas (Narinda Kartika Ningrum,
2014)

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Kehamilan


1. Fase Germinal
FaseGerminal hal ini termasuk pembentukan telur yang telah dibuahi yang disebut
zigot,pembelahan sel, dan melekatnya zigot pada dinding uterus. Pada fase
ini,sekelompok sel yang disebut sebagai blasitosis,terdiri dari inti sel yang kemudian
berkembang menjadi embrio dan trofoplas,lapisan luar luar sel yang akan bertugas
mendukung dan menyuplai nutrisi pada embrio.
2. Fase Embrio
fase embrio yaitu bagian dari perkembangan sebelum kelahiran yang terjadi dari 2-8
minggu sejak masa pembuahan. Fase ini dimulai ketika blasitosis mulai melekat pada
dinding uterus. Endoderm embrio merupakan lapisan dalam sel yang berkembang
menjadi system percernaan dan pernapasan.
3. Fase Janin

Merupakan fase perkembangan sebelum kelahiran yang dimulai 2 bulan setelah


proses pembuahan dan umumnya berlangsung selama 7 bulan.Perkembangan Otak
adalah satu hal yang paling menakjubkan dalam perkembangan prenatal. Saat bayi
dilahirkan, mereka telah memiliki kurang lebih 100 milyar neuron atau sel saraf yang
mengatur proses informasi di bagian sel di dalam otak. Bentuk dasar otak manusia
disusun pada 2 trisemester pertama pada masa perkembangan prenatal (Kambali,
2018).

D. Tanda dan Gejala Kehamilan


1) Tanda dan gejala tidak pasti
a. Tidak hamil atau amenorea
b. Mual muntah ( nausea and vomiting)
c. Mengidam
d. Tidak tahan bau – bauan
e. Pingsan
f. Hilang nafsu makan atau anoreksia
g. Lelah atau fatigue
h. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
i. Sering kencing
j. Konstipasi pigmentasi kulit
k. Varises
2) Tanda dan gejala kemungkinan hamil
a. Perut membesar
b. Uterus membesar
c. tanda hegar : konsistensi uterus lebih lunak
d. Tanda chadwick : warna vulva dan vagina lebih merah atau agak kebiru –
biruan
e. Tanda piscaseck : uterus membesar kesalah satu jurusan
f. Tanda braxton hick : bila uterus dirangsang kontraksi
g. Teraba ballottement
h. Reaksi kehamilan positif
3) Tanda dan gejala pasti atau positif hamil
a. Terdapat gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan atau diraba juga
bagian- bagian janin:
b. Denyut jantung janin didengar dengan stetoskop moral Laennec
c. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
d. Dicatat dengan foto elektro kardiogram
e. Dilihat pada ultrasonografi
f. Terlihat tulang- tulang janin dalam foto rontgen (Hastuti., 2011).
A. Pengertian Partus Prematurus Imminens (PPI)
Partus prematurus imminens (PPI) merupakan adanya kontraksi uterus yang
disertai perubahan serviks sebelum 37 minggu usia kehamilan dan dapat menyebabkan
kelahiran prematur. Setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 1 dari 10 bayi lahir secara
prematur.
Partus Prematurus Imminens adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HPMT)
(ACOG, 1995). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premature
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
Persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum 37 minggu, dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang
dan disertai dengan satu atau lebih tanda, yaitu perubahan serviks yang progresif, dilatasi
serviks 2 sentimeter atau lebih, penipisan serviks 80% atau lebih. (Wibowo, 1997)

B. Etiologi Partus Prematurus Imminens (PPI)


Faktor resiko PPI (Wiknjosastro, 2010) :
a) Janin dan plasenta : pendarahan trimester awal, pendarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidrammion.
b) Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat pratus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks,
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus.

C. Karakteristik Partus Prematurus Imminens (PPI)


a) Umur terbanyak pasien PPI adalah 20-35 tahun.
b) Mempunyai riwayat persalinan premature.
c) Tidak mempunyai riwayat abortus.
d) Rentang usia kehamilan terbanyak adalah 32-36 minggu (persalinan prematur)
dan terendah adalah 20-27 minggu atau <28 minggu (persalinan prematur
ekstrim).
e) Mengalami kehamilan tunggal.
f) Sebagian besar nuliparitas.
g) Mempunyai jumlah leukosit normal (Widiana et al., 2019).

D. Manifestasi Klinis Partus Prematurus Imminens (PPI)


a) Kontraksi uterus dengan atau tampa rasa sakit.
b) Rasa berat dipanggul.
c) Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea.
d) Keluarnya cairan pervaginam.
e) Nyeri punggung.

Jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai berikut:
a) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam.
b) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,
perlunakan sekitar 75-80% bahkan terjadi penipisan serviks (Manuaba, 2009)
E. Patofisiologi Partus Prematurus Imminens (PPI)
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan atau
adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur
persalinan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat
jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan, dan pendarahan (Norwintz, 2007).

F. Pemeriksaan Penunjang Partus Prematurus Imminens (PPI)


a) Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500
gram).
b) Tes nitarizin : Menentukan KPD.
c) Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan , maka itu menandakan
adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotic
d) Pemantauan eletronik : memfalidasi aktivitas uterus/status janin.

G. Penatalaksanaan Penunjang Partus Prematurus Imminens (PPI)


a) Rehidrasi dan tirah baring
Untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan mengurangi frekuensi kontraksi
yang bisa timbul karena aktivitas pasien.
b) Terapi kortikosteroid
Terapi kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan <35 minggu.
Diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin
-Betamethasone 12 mg 1 M tiap 24 jam selama 48 jam
-Dexamethasone 6 mg 1 M tiap 12 jam selama 48 jam

Efek optimal terjadi setelah 24 jam pemberian terakhir mencapai puncak dalam
48 jam dan bertahan sampai 7 hari.
Pemberian ulang kortikosteroid tidak berguna, bahkan dapat mengganggu perkembangan
motorik dan psikomorik janin.
c) Tokolitik
Berikan tokolitik bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3cm, tidak ada
amnionitis, pre-eklampsia, atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin.

1. Betamimetik (rittrodine, terbutaline)


2. Magnesium sulfat
Pemberian harus diawasi dengan ketat melalui pemeriksaan reflek patela,
frekuensi pernapasan, produkuksi urine.
Harus tersedia antidotium kalsium glukonat 10 ml dalam larutan 10%.
3. Indomethacine
Pemberian dapat peroral atau perektal. Dosis 50-100 mg diikuti dengan
pemberian selama 24 jam yang tidak melebihi 200 mg. Pemberian indomethacine
selama 7 hari atau lebih pada kehamilan <33 minggu tidak meningkatkan resiko
medis pada neonatus (A.B Syaifuddin, 2002).
4. Calcium Charel Blokir
Aktifitas miometrium bereaksi langsung dengan kalsium bebas dalam sitoplasma
dan penurunan kadar kalsium menyebabkan terhambatnya konstraksi uterus.
5. Nifedipine
Nifedipine adalah tokolitik yang lebih aman dan efektif dibanding betamimetik.
Pemberian Nifedipine jaringan digunakan bersama dengan MgSO4 karena akan
memperkuat efek blokade neuromuskuler yang mengganggu fungsi jantung dan
paru. Dosis Nifedipine 20 mg peroral setiap 6 jam sampai kontraksi uterus
menghilang.
A. Pengertian ISK (Infeksi Saluran Kencing)

Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh


pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih manusia
merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta
organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal,ureter, kandung kemih dan
uretra(Sari et al., 2018).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu masalah yang sering berhubungan
dengan ibu hamil. Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah klinis umum, yang
dapat melibatkan saluran kencing, kandung kemih, dan ginjal (Mike Rizki Amalia1,
2018).

B. Perubahan Pada Saluran Kemih Selama Kehamilan


Pada masa kehamilan terjadi perubahan anatomi maupun fisiologi saluran kemih
yang disebabkan oleh peningkatan kadar hormon progesteron dan obstruksi akibat
pembesaran uterus. Terjadi dilatasi ureter terutama pada sisi kanan yang terjadi pada
kehamilan tua dan penurunan peristaltik ureter Obstruksi di sepanjang traktus urinarius
ataupun di sebelah distal kandung kemih menyebabkan penumpukan urin, yang
merupakan media bagi pertumbuhan bakteri.Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menimbulkan infeksi atau bahkan menyebabkan gagal ginjal. Komplikasi infeksi
saluran kemih pada kehamilan antara lain bakteriuria asimtomatik, sistitis, dan
pielonefritis. Bakteriuria asimtomatik dapat menyebabkan komplikasi abortus, bayi lahir
prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah, sedangkan pielonefritis dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan janin (Agung et al., 2018).

C. Manifestasi Klinis
Gejala – gejala infeksi saluran kemih antara lain, polakisuria, disuria, kadang –
kadang merasa panas ketika berkemih, dan nyeri suprapubik. Namun, gejala – gejala
klinis ini tidak selalu ditemukan pada penderita ISK. Menurut penelitian terdahulu,
sebagian besar kasus ISK adalah ISK asimtomatis, sehingga ISK tidak terdiagnosis.
Polakisuria terjadi akibat kandungan kemih tidak dapat menampung urin lebih
dari 500 mL karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing.
Gejala klinis saluran kemih sesuai bagian saluran kemih yang terinfeksi yaitu :
1. Pasien infeksi saluran kemih bagian bawah, kelhan pasien biasanya berupa rasa
sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit – sedikit
serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
2. Pasien infeksi saluran kemih bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala,
malaise, mual,muntah,demam,menggigil,rasa tidak enak,atau nyeri pinggang.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Pemeriksaan dengan stik urin dapat mendeteksi adanya leukosit esterase, enzim yang
terdapat di dalam lekosit neutrofil, yang menggambarkan banyaknya leukosit dalam
urin. Gram negatif dan beberapa kuman Gram positif dapat mengubah nitrat menjadi
nitrit, sehingga jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman dalam urin.
Pada urin segar tanpa dipusing , terdapatnya kuman pada setiap lapangan pandangan
besar kira-kira setara dengan hasil biakan 107 cfu/mL urin, sedangkan pada urin yang
dipusing, terdapatnya kuman pada setiap LPB pemeriksaan mikroskopis menandakan
jumlah kuman lebih dari 105 cfu/mL urin.
2. Pemeriksaan darah
Berbagai pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan membedakan ISK atas dan bawah, namun sebagian besar pemeriksaan
tersebut tidak spesifik. Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan
laju endap darah , C-reactive protein yang positif, merupakan indikator non-spesifk
ISK atas.6,10,11 Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat digunakan sebagai prediktor
yang valid untuk pielonefritis akut pada anak dengan ISK febris dan skar ginjal.
Sitokin merupakan protein kecil yang penting dalam proses inflamasi (Dr. Sudung O.
Pardede et al., 2011)

E. Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih adalah bakteriuria asimtomatik , sistitis dan
pielonefritis. Bakteriuria asimtomatik dapat memberikan komplikasi abortus, bayi lahir
prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah, sedangkan pielonefritis dapat me-
nyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan janin.. Deteksi dini bakteriuria pada
kehamilan sangat bermanfaat untuk pencegahan dan penang-gulangan komplikasi
bakteriuria pada kehamilan (Boekitwetan et al., 2000).

F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dan pengobatan infeksi saluran kemih adalah untuk menurunkan
morbiditas berupa simptom, pengangkatan bakteri penyebab, mencegah agar tidak terjadi
rekurensi dan kerusakan struktur organ salurang kemih.
1. Siproflogksasin
Obat dengan golongan kuinolon ini bekerja dengan menghabat DNA grase sehingga
sintesa DNA kuman terganggu.
2. Trimetropim – Sulfametokasazol ( kontrimoksazol)
Sulfametokasazol dan Trimetropim digunakan dalam bentuk kombinasi karena sifat
sinergisnya. Kombinasu keduanya menghasilkan inhibisi enzim berurutan pada jalur
asam folat.
3. Amoksisilin
Amoksisillin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja dengan cara
menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel
mikroba.
4. Gentamicin
Merupakan aminoglikosida yang paling banyak digunakan
5. Ampisilin
Adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronkitis kronis,
salmonelosis invasif san gorone (Istiantoro dan Gan, 2005).

Anda mungkin juga menyukai