Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISLOKASI

A. Definisi
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
otomatis (tulang lepas dari sendi). (Brunner&Suddarth).

Keluarnya/ bercerainya kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu


kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansur, dkk. 2000).

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai
luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. (Buku Ajar Ilmu Bedah).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi
rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami
dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet.
Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-
ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
B. Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley dan masih banyak jenis olah raga lainnya.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang
C. Patofisiologis
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan
,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke
bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir
selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

D. Patways
E. Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe
kliniknya dibagi :
a. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan disekitar sendi.
b. Dislokasi Kronik
c. Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.

F. Manifestasi Klinik
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan
menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien
tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian anteroposterior
akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa
Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.
H. Komplikasi
Dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid
dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3. Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

1. Kekakuan sendi bahu, immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan lokasi lateral yang
secara otomatis membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang, terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid.
3. Kelemahan otot.

I. Penatalaksanaan
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat.
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar
tetap dalam posisi stabil.
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari
yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
- Identitas dan keluhan utama
- Riwayat penyakit lalu
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat masa pertumbuhan
- Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian: nyeri. deformitas, fungsiolesa
misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk
tubuh

3. Intervensi
Dx 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
- Kaji skala nyeri
- Berikan posisi relaks pada pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgesic

Dx 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat


mobilisasi
- Kaji tingkat mobilisasi pasien
- Berikan latihan ROM
- Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan

Dx 3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit


- Bantu px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya
- Kaji pengetahuan px tentang prosedur yang akan dijalaninya
- Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien

Dx 4. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk


tubuh
- Kaji konsep diri pasien
- Kembangkan BHSP dengan pasien
- Bantu pasien mengungkapkan masalahnya
- Bantu pasien mengatasi masalahnya
DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan medikal bedah Brunner dan Suddarth Smeltzer C. Suzanne, Bare G.


Brenda. Edisi 8 Volume 3. EGC. 2002. Jakarta
Ilmu Bedah Syamsuhidayat R dan De Jong Wim. EGC. 1997. Jakarta
Kumpulan kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah staf pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Bina Rupa Aksara. 1995. Jakarta
TUGAS KELOMPOK MUSKULOSKELETAL

“Asuhan Keperawatan Klien dengan Dislokasi”


Dosen Pembimbing : Rusmawati sitorus.Spd ,S Kep, MA

Disusun oleh :

1. Apriani Permata Sari (16010)


2. Besrita Gulo (16011)
3. Catarina Dirsia (16012)
4. Della Anggreni (16013)
5. Deta Sari (16014)
6. Diani Rahmawati (16015)
7. Diyana Ratna Dewi (16016)
8. Wanda Diasti Ningrum (16059)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai