Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP PENYAKIT RHEMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA

OLEH:

KAKA NJEBI
070116B035

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN 2018
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Proses Menua
1. Pengertian Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Pangkahila, 2007).
Aging  process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu
hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang,
hanya lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing
individu. Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan
secara ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,
ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari
pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa
ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lansia.
2. Teori – teori proses menua
a. Teori biologi.
i. Teori genetic dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan  biokima yang
diprogram oleh molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
ii. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dapat menimbulkan stress menyebabkan sel-sel
tubuh lelah (terpakai).
iii. Auto immune theory
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tertentu
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
iv. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan  tubuh.
Regenerasi jaringan tubuh tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan
sel-sel lelah terpakai.
v. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan
organic yang selanjutnya menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
vi. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen yang selanjutnya menyebabkan  kurang
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
vii. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah sel setelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori kejiwaan sosial


i. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan social dan mempertahankan hubungan antara
system social dan individu agar stabil dari usia pertengahan hingga
usia tua.
ii. Kepribadian berlanjut
Merupakan gabungan teori di atas dimana perubahan yang terjadi
pada seseroang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
kepribadian yang dimilikinya.
iii. Teori pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan
bertambahnya usia, seorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda: kehilangan peran, hambatan kontak
social, berkurangnya komitmen.
3. Peran dan hubungan antar manusia bagi usia lanjut
a. Peran dan Hubungan Antar Manusia Yang Normal
Peran dan hubungan menggambarkan tanggung jawab individu
dalam keluarga, pekerjaan dan keadaan social. Secara alamiah peran
itu sesuai dengan budaya namun ada perbedaan dari setiap individu.
Orang cenderung memperlihatkan identitas dan menggambarkan
kemampuan dalam berperan. Setiap orang mempunyai perannya
masing-masing misalnya; sebagai seorang laki-laki, wanita, suami,
istri, orang dewasa, remaja, orang tua, anak, saudara, pelajar, guru,
dokter, perawat dan lain-lain. Peran dilakukan orang selama hidupnya
dan ia sering berusaha sesuai dengan peran yang dimiliki.
Peran memberikan nilai dan status social bagi seseorang.
Setiap kelompok social mempelajari status, perilaku, symbol, dan
hubungan yang dapat diterima oleh setiap peran. Perilaku, symbol dan
pola hubungan setiap orang berbeda tergantung nilai dan norma social
di mana individu itu berada.
b. Peran, Hubungan dan Usia
Perubahan peran dan hubungan disesuaikan dengan
perkembangan usia baik laki-laki maupun perempuan. Perubahan itu
meliputi pengunduran diri, merasa kehilangan misalnya perubahan
posisi dalam rumah atau kehilangan orang penting lainnya seperti
suami atau istri yang meninggal. Semuanya ini dapat menimbulkan
potensial trauma bagi lanjut usia. Dalam kehidupan nyata banyak
orang tua marah atau merasa tersinggung karena kekuatan social
mereka diberhentikan (pensiun)
Menurut American Society menggambarkan bahwa peran
orang tua sudah tidak berdaya, lemah atau lekas marah dan tidak
bermanfaat (sia – sia). Beberapa orang tua menerima peran ini  dan
melakukan sebagai tindakan. Namun banyak orang yang tidak puas
menerima stereotype ini dan secara kontinyu mengembangkan peran
dan hubungan sampai usia 80 – 90 tahun.
4. Pengkajian Peran dan Hubungan Antar Manusia
a. Kaji status perkawinan individu (single, kawin, janda, cerai).
b. Kaji respon kehilangan individu seperti suami, istri atau orang penting
lainnya
c. Apakah individu hidup sendiri atau dengan orang lain
d. Jika individu tersebut hidup dengan orang lain, siapakah mereka dan
apa cara mereka berhubungan? Apakah masih mempunyai struktur
keluarga?
e. Bagaimana seseorang menggambarkan hubungan dalam keluarga
f. Kaji hubungan klien dengan teman karib.
g. Kaji hubungan kerja
h. Kaji perasaan klein yang sudah pensiun
i. Kaji apakah klien merasa bagian dari masyarakat atau lingkungan
5. Proses Keperawatan
Ada beberapa masalah yang muncul antara lain :
a. Disfungsi berkabung
b. Perubahan proses keluarga
c. Isolasi social/gangguan interaksi social
d. Gangguan komunikasi verbal.
B. Konsep Reumotoid Arthritis
1. Pengertian
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi, Reumatik dapat terjadi pada
semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko
akan meningkat dengan meningkatnya umur (purwoastuti, 2009)
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan
tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Wijayakusuma,
2007).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.

2. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis
bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada
penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan
laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoarthritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
d. Kegemukan dan penyakit metabolic
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban
mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
e. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan
dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
f. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
g. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.
1. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik
sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang
paling sering ditemukan yaitu:
i. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan
menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi
dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian
sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput
sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan
pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di
persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada
kedua sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan
pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan
sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi
autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti
tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak
yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan
sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi
oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar
keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan
pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan
merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas
(kelainan bentuk).
ii. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab
yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis,
morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya
berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya
mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial,
ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar
persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi
mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur,
dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40
tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik,
kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan
olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
iii. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat
darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit
yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout
juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat
kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal
ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya
reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya
belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi
faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder
disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat
karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin
yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi.
Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)


Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan
lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga
reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik
yang sering ditemukan yaitu:
i. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia
lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
ii. Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri
lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada
sarung pembungkus tendon.
iii. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.
Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati.
Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara
berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
iv. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon
atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh
reumatik gout dan pseudogout.
v. Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan
fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu
berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
vi. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah
(lumbosakral dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan
kaki.
vii. Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal
lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan
bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau
digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi
terbatas.
2. Patofisioligi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif
gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Pathway
Reaksi faktor R dgn antibody, faktor metabolic,
infeksi dg kecendrungan

Reaksi peradangan
Nyeri

Synovial menebal
< informasi tentang proses
penyakit Panus – Nodul – Deformitas sendi

Infiltrasi kedalam os
Kurang
subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago


Kerusakan Kartilago & Tulang
artikularis

Tendon & ligament Melemah Kartilago nekrosis

Erosi kartilago
Mmudah luksasi
& Subluksasi
Adhesi pd permukaan sendi

Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa – ankilosis


tulang
Kekauan Sendi
Terbatasnya gerakan sendi

Resiko Cedera Gangguan Mobilitas Defisit Perawatan Diri


Fisik
3. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi
terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes serologi
i. Sedimentasi eritrosit meningkat
ii. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
iii. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
b. Pemerikasaan radiologi
i. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
ii. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
c. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

5. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain :


a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
g. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
h. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh
dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

6. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
i. Riwayat Kesehatan
 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
ii. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
 Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
synovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
iii. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada
sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan
artritis ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik,
maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:
Tabel Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem

1 Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, Distensi jaringan akibat Nyeri Akut


kelelahan, berfokus pada diri akumulasi cairan/proses
sendiri, Perilaku distraksi/ respons inflamasi, destruksi sendi
autonomic

2 Distensi jaringan akibat akumulasi deformitas skeletal, Gangguan


cairan/proses inflamasi, destruksi nyeri, penurunan kekuatan mobilitas fisik
sendi otot berhubungan
dengan.

3 Perubahan fungsi dari bagian- deformitas skeletal, Gangguan Citra


bagian yang sakit. nyeri, penurunan kekuatan Tubuh
otot

4 Ketidakmampuan untuk mengatur kerusakan musculoskeletal, Defisit perawatan


kegiatan sehari-hari. penurunan kekuatan, daya diri
tahan, nyeri pada waktu
bergerak, depresi
c. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC


I. Nyeri Akut/Kronis NOC : NIC :
 Pain Level, Pain Management
Batasan karakteristik :  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
- Laporan secara verbal atau non  Comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
verbal Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
- Fakta dari observasi  Mampu mengontrol nyeri presipitasi
- Posisi antalgic untuk menghindari (tahu penyebab nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri menggunakan tehnik ketidaknyamanan
- Gerakan melindungi nonfarmakologi untuk  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
- Tingkah laku berhati-hati mengurangi nyeri, mencari mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Gangguan tidur (mata sayu, bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
tampak capek, sulit atau gerakan  Melaporkan bahwa nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
kacau, menyeringai) berkurang dengan  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
- Terfokus pada diri sendiri menggunakan manajemen lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
- Fokus menyempit (penurunan nyeri masa lampau
persepsi waktu, kerusakan proses  Mampu mengenali nyeri  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
berpikir, penurunan interaksi (skala, intensitas, frekuensi menemukan dukungan
dengan orang dan lingkungan) dan tanda nyeri)  Kontrol lingkungan yang dapat
 Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Faktor yang berhubungan : setelah nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Tanda vital dalam rentang  Kurangi faktor presipitasi nyeri
psikologis) normal  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

II. Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Exercise therapy : ambulation
 Joint Movement : Active  Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
Definisi :  Mobility Level dan lihat respon pasien saat latihan
Keterbatasan dalam kebebasan untuk  Self care : ADLs  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
pergerakan fisik tertentu pada bagian  Transfer performance rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas Kriteria Hasil :  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
Batasan karakteristik :  Klien meningkat dalam berjalan dan cegah terhadap cedera
- Postur tubuh yang tidak stabil aktivitas fisik  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
selama melakukan kegiatan rutin  Mengerti tujuan dari tentang teknik ambulasi
harian peningkatan mobilitas  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Keterbatasan kemampuan  Memverbalisasikan perasaan  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
untuk melakukan keterampilan dalam meningkatkan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
motorik kasar kekuatan dan kemampuan  Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
- Keterbatasan kemampuan berpindah dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
untuk melakukan keterampilan  Memperagakan penggunaan  Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
motorik halus alat Bantu untuk mobilisasi  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
Faktor yang berhubungan : (walker) dan berikan bantuan jika diperlukan
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang
kegunaan pergerakan fisik
- Indeks massa tubuh diatas 75 tahun
percentil sesuai dengan usia
III. Defisit perawatan diri b/d NOC : NIC :
immobilisasi diri, kerusakan persepsi  Self care : Activity of Daily Self Care assistance : ADLs
 Monitor kemempuan klien untuk perawatan
dan kognitif Living (ADLs)
diri yang mandiri.
Kriteria Hasil :
 Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
Definisi :  Klien terbebas dari
untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
Gangguan kemampuan untuk bau badan
toileting dan makan.
melakukan ADL pada diri  Menyatakan
 Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
kenyamanan terhadap
utuh untuk melakukan self-care.
Batasan karakteristik : kemampuan untuk melakukan
 Dorong klien untuk melakukan aktivitas
 ketidakmampuan untuk mandi, ADLs
sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
 ketidakmampuan untuk berpakaian,  Dapat melakukan
yang dimiliki.
 ketidakmampuan untuk makan, ADLS dengan bantuan
 Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
 ketidakmampuan untuk toileting
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Faktor yang berhubungan :
 Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
 kelemahan, kerusakan kognitif atau
kemandirian, untuk memberikan bantuan
perceptual, kerusakan hanya jika pasien tidak mampu untuk
neuromuskular/ otot-otot saraf melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis.


Dialihbahasakan oleh Kadar KS. Jakarta: EGC.

Kowalak JP (ed). 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Dialihbahasakan oleh Hartono


A. Jakarta: EGC.

Muttaqin A dan Kumala S. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta:


Salemba Medika.

Nanda International. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Dialihbahasakan oleh Sumarwati M. Jakarta: EGC

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan


Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pangkahila, Wimpie. 2007. Anti-Aging Medicine. Jakarta: Kompas.

Mickey S dan Patricia Gauntlett B. 2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai