Anda di halaman 1dari 6

 

Angka Kejadian Diabetes Melitus Tidak Terdiagnosis pada Masyarakat


Kota Pekanbaru

Puji Artanti
Huriatul Masdar
Dani Rosdiana
Puji_artanti15@yahoo.com
 

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic disease and the number is rising in the


worldwide. One of risk factors of diabetes mellitus is obesity which can cause
insulin resistance. The purpose of this research was to inform the prevalence of
undiagnosed diabetes mellitus (UDDM) in Pekanbaru community. A crossectional
study design was performed November 2013-Desember 2014. Two hundred and
thirty six subjects were involved in this research. Based on this research, 100
subjects with central obesity detected as undiagnosed diabetes mellitus.
Keywords: central obesity, undiagnosed diabetes melitus, Pekanbaru

PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) Menurut National Diabetes
merupakan penyakit metabolik yang Fact Sheet 2014, total prevalensi
ditandai oleh hiper glikemia akibat diabetes di Amerika tahun 2012
kegagalan sekresi insulin, kerja adalah 29,1 jutajiwa (9,3%). Dari
insulin atau keduanya.1 Penyakit ini data tersebut 21 juta merupakan
bersifat kronis dan jumlah diabetes yang terdiagnosis dan 8,1
penderitanya terus meningkat di juta jiwa atau 27,8% termasuk
seluruh dunia seiring dengan kategori diabetes melitus tidak
bertambahnya jumlah populasi, usia, terdiagnosis.4 International Diabetes
prevalensi obesitas dan penurunan Federation (IDF) tahun 2012
aktivitas fisik. Akibatnya, jumlah menyatakan bahwa prevalensi
penderita akan menjadi dua kali lipat diabetes melitus di Indonesia sekitar
pada dekade berikutnya sehingga 4,8% dan lebih dari setengah kasus
akan menambah beban harga DM (58,8%) adalah diabetes melitus
pelayanan di bidang kesehatan tidak terdiagnosis.5 IDF juga
terutama di negara berkembang.2 Hal menyatakan bahwa sekitar 382 juta
ini menjadi masalah kesehatan yang penduduk dunia menderita diabetes
penting karena sebagian kasus melitus pada tahun 2013 dengan
diabetes melitus umumnya tidak kategori diabetes melitus tidak
terdiagnosis atau undiagnosed terdiagnosis adalah 46%,
diabetes melitus (UDDM) sehingga diperkirakan prevalensinya akan
perlu upaya pemeriksaan untuk terus meningkat dan mencapai 592
mendeteksi lebih awal agar dapat juta jiwa pada tahun 2035.6
mencegah terjadinya komplikasi .3

Jom FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015


1  
 

Prevalensi diabetes melitus di dengan rekomendasi WHO agar


Indonesia berdasarkan Riset penyakit ini dapat terdeteksi lebih
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun awal. Oleh karena itu, peneliti
2007 adalah 5,7%. Riskesdas juga tertarik untuk mengetahui angka
melaporkan bahwa penderita kejadian diabetes melitus tidak
diabetes melitus di provinsi Riau terdiagnosis pada masyarakat Kota
berada di urutan nomor tiga tertingi Pekanbaru.
di Indonesia.7 Prevalensi DM
tertinggi di Indonesia terdapat di
Kalimantan Barat dan Maluku Utara METODE
yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar
10,4% sedangkan prevalensi terkecil Penelitian ini merupakan
terdapat di Provinsi Papua sekitar penelitian analitik dengan metode
1,7%.8 cross-sectional yang bertujuan untuk
mengidentifikasi angka kejadian
Soewando dan Pramono diabetes melitus tidak terdiagnosis
tahun 2011 melanjutkan penelitian pada masyarakat Kota Pekanbaru.
dari Riskesdas, dari 5,7% total Penelitian ini telah dilaksanakan di
penderita diabetes melitus di Kota Pekanbaru pada bulan
Indonesia, sekitar 4,1% adalah November 2013-Desember 2014.
kategori diabetes melitus tidak Populasi terjangkau pada penelitian
terdiagnosis dan 1,6% adalah ini adalah masyarakat Kota
diabetes melitus.9Menurut Profil Pekanbaru dari tiap kecamatan yang
Kesehatan Riau tahun 2010 jumlah memenuhi kriteria inklusi yang telah
penderita diabetes melitus terbanyak ditetapkan oleh peneliti. Sampel pada
pada kelompok umur 45-­‐54 tahun peneltian ini adalah bagian dari
(191 kasus), kedua kelompok umur populasi terjangkau. Pengambilan
60-­‐69 (120 kasus) dan ketiga sampel menggunakan teknik
kelompok Umur 25-­‐44 tahun (108 multistage purposive sampling, yaitu
kasus).10 Sementara itu, data Profil pengambilan dua kelompok sampel
Kesehatan Riau tahun 2011 yaitu obesitas sentral dan bukan
menyatakan bahwa di Pekan baru obesitas sentral berdasarkan tingkat
jumlah penderita diabetes melitus wilayah secara bertahap. Total
sekitar 5,5 % dan penelitian Riani di sampel pada penelitian ini adalah
kecamatan Tampan kota Pekanbaru 236 orang.
menunjukkan hasil dari 120 subjek
yang diteliti 29,17% merupakan Kadar gula darah ditetapkan
diabetes melitus tidak terdiagnosis.11 dengan menggunakan darah kapiler
dari puasa minimal 8 jam.
Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi diabetes
tidak terdiagnosis adalah dengan
skrining kadar gula darah sesuai

Jom FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015


2  
 

HASIL
Penelitian ini dilakukan di 13 kelurahan yang ada di Kota Pekanbaru
dengan karakteristik subjek seperti yang tertera di tabel 1.

Karakteristik subjek Jumlah


N %
Jenis kelamin
Laki-laki 69 29,23
Perempuan 167 70,76
Kelompok usia
<45 139 58,89
                45 97 41,10
Pendidikan
Rendah 43 18,22
Menengah 144 61,01
Tinggi 49 20,76

Berdasarkan tabel 1 dapat (58,89%) dan usia berjumlah


dilihat bahwa dari 236 subjek 97 orang (41,10%). Menurut tingkat
penelitian, laki-laki berjumlah 69 pendidikan, responden yang
orang (29,23%) dan perempuan 167 berpendidikan rendah 43 orang
orang (70,76%). Berdasarkan (18,22%), pendidikan menengah 144
kelompok usia, jumlah subjek lebih orang (61,01%) dan pendidikan
banyak di usia <45 yaitu 139 orang tinggi 49 orang (20,76%).
Responden yang terlibat benar valid. Hasil pemeriksaan
dalam penelitian ini sebelumnya skrining kadar gula darah kapiler
dianamnesis dulu untuk mengetahui puasa yang dikategorikan ke dalam
kemungkinan pernah mengalami DM diabetes melitus tidak terdiagnosis
sebelumnya atau tidak sehingga pada masyarakat Kota Pekanbaru
dapat dipastikan data diabetes yang diteliti oleh peneliti dapat
melitus tidak terdiagnosis ini benar- dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Angka kejadian diabetes melitus tidak terdiagnosis (N=236)

Angka kejadian diabetes melitus tidak N %


terdiagnosis

Diabetes melitus 100 42,37


Belum Pasti diabetes melitus 56 23,72
Bukan diabetes melitus 80 33,89
Total 236 100

Berdasarkan tabel 2 dari 236 sebanyak 100 responden (47,88%)


responden diketahui terdapat yang mengalami diabetes melitus

Jom FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015


3  
 

tidak terdiagnosis, 56 orang diabetes melitus sebanyak 123


(23,72%) belum pasti diabetes responden (52,11%).
melitus dan yang tidak mengalami

PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan skrining cukup lama, bersifat progesif dan


gula darah puasa kapiler yang cenderung melibatkan gangguan
memiliki kadar gula darah metabolisme lemak atau protein.
mg/dl pada penelitian ini Tidak adekuatnya fase 1 sekresi
dikelompokkan sebagai DM tidak insulin diikuti peningkatan kinerja
terdiagnosis. Berdasarkan hasil fase 2 sekresi insulin, pada tahap
penelitian yang telah dilakukan, awal belum menimbulkan gangguan
responden yang mengalami DM terhadap glukosa darah. Secara
tidak terdiagnosis sebanyak 100 klinis, pada tahap dekompensasi
orang (42,37%) belum pasti DM atau barulah dapat terdeteksi keadaan
prediabetes 56 orang (23,72%) dan Toleransi Glukosa Terganggu atau
bukan DM 80 orang (33,89%). prediabetes. Menurut CDC, 15-30%
penderita prediabetes akan
Menurut data IDF tahun 2012 berkembang menjadi diabetes
jumlah penderita diabetes melitus di melitus dalam waktu 5 tahun. Pada
Indonesia sekitar 4,8% dan tahap ini mekanisme kompensasi
setengahnya merupakan DM tidak sudah mulai tidak adekuat lagi, tubuh
terdiagnosis.5 Data RISKESDAS mengalami defisiensi sehingga
2013 juga menunjukkan hanya 2,4% mengakibatkan terjadi peningkata
kasus DM yang terdiagnosis.12 Hal kadar glukosa darah postprandial.13,14
ini dapat menjadi masalah kesehatan
untuk waktu yang akan datang, Keadaan hiperglikemia yang
karena jika tidak diketahui lebih awal terjadi baik secara kronis maupun
maka dapat menimbulkan akut yang berulang kali, memberikan
peningkatan risiko komplikasi seperti dampak buruk terhadap jaringan
retinopati, nefropati, neuropati dan yang dalam jangka panjang dapat
lain-lain.5 menimbulkan komplikasi kronis dari
diabetes. Saat terjadi perubahan fase
Angka kejadian diabetes TGT menjadi DM, peranan resistensi
melitus tidak terdiagnosis yang insulin mulai menonjol. Faktor
diperoleh dari penelitian ini cukup resistensi insulin mulai dominan
tinggi yaitu 42,37%. Tingginya sebagai penyebab hiperglikemia
prevalensi DM tidak terdiagnosis maupun kerusakan berbagai jaringan.
pada penelitian ini sejalan dengan Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa
penelitian yang telah dilakukan oleh pada tahap awal DM, meskipun
Riani di kecamatan Tampan Kota kadar insulin serum yang cukup
Pekanbaru yaitu terdapat 29,17% tinggi, namun hiperglikemia masih
penderita diabetes melitus tidak dapat terjadi. Kerusakan jaringan
terdiagnosis.11 Diabetes melitus yang terjadi, terutama mikrovaskuler
sering tidak terdiagnosis karena meningkat secara tajam pada tahap
perjalanan penyakit ini untuk diabetes, sedangkan gangguan
menimbulkan komplikasi yang berat makrovaskuler sudah muncul sejak

Jom FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015


4  
 

prediabetes.14 Proses terjadinya semakin tinggi lingkar pinggang atau


diabetes melitus ini sangat kompleks, obesitas sentral semakin tinggi pula
dibutuhkan waktu 7 tahun hingga kadar glukosa darah.16 Berdasarkan
munculnya gejala diabetes sehingga karakteristik responden yang ada,
banyak pasien yang tidak menyadari tingkat pendidikan reponden rata-rata
bahwa proses ini telah terjadi di adalah rendah dan menengah. Hal ini
dalam tubuhnya.15 diduga juga mempengaruhi tingginya
angka DM tidak terdiagnosis pada
Salah satu faktor risiko yang penelitian ini. Menurut penelitian
mempengaruhi diabetes melitus yang dilakukan oleh Gultom YT
adalah obesitas sentral. Oleh Karena bahwa 47% subjek memiliki
itu, kontrol berat badan sangat pengetahuan yang rendah mengenai
diperlukan untuk manajemen penyakit diabetes melitus.
8
diabetes melitus. Menurut penelitian Rendahnya pengetahuan ini juga
Jalal et al, lingkar pinggang akan mempengaruhi edukasi
memiliki hubungan yang erat dengan mengenai penyakit diabetes
erat dengan glukosa darah. Adam melitus.17
menyatakan (dikutip dari Jalal et al)
KESIMPULAN S.Ked., dr., M.Sc dan Dani Rosdiana,
S.Ked., dr., Sp.PD selaku
Terdapat 100 responden Pembimbing, Jazil Karimi, S.Ked.,
(42,37%) yang mengalami diabetes dr., Sp.PD-KEMD.FINASIM dan
melitus tidak terdiagnosis, 56 orang Lilly Haslinda., S.Ked., dr., M.Bmd
(23,72%) belum pasti diabetes selaku dosen penguji dan Suri Dwi
melitus dan 80 orang (33,89%) Lesmana, S.Ked., dr., M. Bmd
bukan diabetes melitus. selaku supervisi yang telah
memberikan waktu, bimbingan, ilmu,
UCAPAN TERIMA KASIH nasihat, motivasi dan semangat
Penulis mengucapkan terima kepada penulis selama penyusunan
kasih yang sebesar-besarnya kepada skripsi sehingga skripsi ini dapat
pihak Fakultas Kedokteran diselesaikan.
Universitas Riau, Huriatul Masdar,

DAFTAR PUSTAKA Factors in Selected Institution at


Bishofu Town, East Shoa,
1. Diabetes Association. Diagnosis Ethiopia. J Diabetes Metab.
and Classification of Diabetes 2013 ; S12-008.
Melitus. Diabetic Care. 2012;35 4. Center for Disease Control.
suppl:568. National Diabetes Fact Sheet,
2. Olokoba AB, Obateru OA, 2014. Available from:
Olokoba LB. Type 2 Diabetes http://www.cdc.gov/diabetes/data
Melitus: A Review of Current /statistics/2014StatisticsReport.ht
Trends. Oman Medical Journal. ml (Accesed 7 November 2014).
2012. 27(4) suppl : 269-273. 5. International Diabetes
3. Magerssa YC, Gebre MW, Birru Federation. IDF Atlas Sixth
SK, Goshu AR, Tesfaye DY. Edition. 2013.
Prevalence of Undiagnosed
Diabetes Melitus and its Risk

Jom FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015


5  
 

6. Sicree R, Shaw J Zimmet P . Departemen gizi dan kesehatan


Baker IDI Heart and Diabetes masyarakat fakultas kesehatan
Institute. masyarakat Universitas
7. Badan penelitian dan Indonesia. Available from:
pengembangan kesehatan http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index
departemen kesehatan Republik .php/kesmas/article/view/100/101
Indonesia. Laporan riset .
kesehatan dasar (RISKESDAS) 15. Indriani SD, Chandra F, Masdar
2007. H. Hubungan antara pengetahuan
8. Perkumpulan Endokrinologi dan sikap dengan kejadian
Indonesia. Konsensus obesitas pada pegawai sekretariat
Pengelolaan Diabetes Melitus daerah Provinsi Riau [skripsi].
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta. Pekanbaru: Universitas Riau;
2011. 2014. Available from:
9. Soewando P, Pramono LA. http://jom.unri.ac.id/index.php/J
Prevalence, Characteristic, and OMFDOK/article/view/2842.
Predictors of Pre-Diabetes in 16. World organization. The western
Indonesia. Department of Internal pacific declaration diabetes. A
Medicine, Faculty of Medicine of strategic alliance. 2010.
University Indonesia. 2011. 17. Center for disease control and
10. Profil Kesehatan Riau. Dinas prevention. National diabetes
Kesehatan Provindi Riau. 2011. statistic report estimate of
11. Rahayu RS, Masdar H, Karimi J. diabetes and its burden in the
Prevalensi Diabetes Melitus yang United States. Atlanta. GA: US.
tidak Terdiagnosis di Wilayah Departement of health and
Kerja Puskesmas Sidomulyo human Services. Center for
Kecamatan Tampan Kota disease control and prevention.
Pekanbaru. Bagian Ilmu 2014.
Kedokteran Histologi, imunologi
dan Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Riau.
2012.  
12. Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan
departemen kesehatan Republik
Indonesia. Laporan riset
kesehatan dasar (RISKESDAS)
2013.
13. Soetiarto F, Roselinda, Suhardi.
Hubungan diabetes melitus
dengan obesitas berdasarkan
indeks masa tubuh dan lingkar
pinggang data Riskesdas 2007.
Pusat penelitian dan
pengembangan Biomedis dan
farmasi. Jakarta. 2010.
14. Christina D, Sartika RA. Obesitas
pada pekerja minyak dan gas.

Jom FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015


6  

Anda mungkin juga menyukai