MAKALAH
Oleh:
Kelompok 10
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Risiko yang berjudul “Analisis
Risiko Bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember”. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang tegak di atas agama-
Nya hingga akhir zaman.
Penulisan Makalah Manajemen Risiko ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sama halnya
dengan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga penulis dapat
mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat
memberikan sumbang pikir yang positif bagi pengembangan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Jember, 3 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI. ii
BAB 1. PENDAHULUAN.. 1
1.3 Tujuan. 3
1.4 Manfaat 3
2.8 Komunikasi 15
BAB 3. PEMBAHASAN.. 17
4.1 Kesimpulan. 27
4.2 Saran. 28
DAFTAR PUSTAKA.. 29
BAB 1. PENDAHULUAN
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rentan
terhadap gerakan tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Pada tanggal 1
Januari 2006, hujan yang berintensitas tinggi (178 mm/ hari), menyebabkan
gerakan tanah yang berkembang menjadi banjir bandang. Tepat pada 2 Januari
2006 Kabupaten Jember banjir bandang melanda kecamatan Panti. Banjir bandang
yang terjadi di malam hari tersebut membawa serta lumpur, bebatuan-bebatuan
besar serta membawa kayu dari atas gunung Argopuro. Longsoran tersebut
menghanyutkan dan mengubur rumah-rumah penduduk khususnya di sekitar
bantaran Kali Dinoyo dan Kali Putih. Lima desa yang dilaluinya hancur diterjang
lumpur, kayu dan bebatuan, yaitu Desa Kemiri, Suci, Pakis, Gelagahwero dan
Desa Panti sendiri.
Desa Kemiri dan Suci merupakan areal terparah yang terlanda banjir. Dari
data BPS Kabupaten Jember bencana banjir bandang yang terjadi 2 Januari 2006
mengakibatkan 76 orang meninggal dunia, 15 orang hilang, 1.900 orang
mengungsi dan 36 rumah hanyut, 2.400 rumah rusak, 6 jembatan putus serta 140
ha sawah rusak terendam lumpur.
Banjir yang terjadi di awal tahun 2006 tersebut banyak menyebabkan korban jiwa,
57 orang meninggal, 15 orang hilang, puluhan orang luka-luka, dan sekitar 300
orang masih terisolasi (Indofirstaid,2006). Pada awal tahun 2009, banjir kembali
terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Jember salah satunya wilayah Panti dan
Rambipuji (Surya Online, 2009). Di awal tahun 2011, sekitar awal bulan maret
banjir kembali terjadi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Banjir yang terjadi
pada tahun 2011 ini menyebabkan 4 orang luka, ratusan rumah rusak, dan satu
rumah hancur total (Kompas.com, 2011). Hal ini membuktikan kurangnya
kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir.
Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri,
diperlukan upaya manajemen risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah
upaya sistematis dan komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian bencana
secara cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban dan kerugian yang
ditimmbulkannya (Ramli, 2011). Dalam upaya penanganan risiko bencana harus
disesuaikan dengan kondisi desa setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan
pertimbangan-pertimbangan dasar yang harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut
manajemen risiko yang terdiri dariproses identifikasi, pengukuran risiko, analisa
hasil pengukuran, mitigasi dan pengendalian risiko, monitoring
dan reporting risiko.
1.3 Tujuan
4.1 Manfaat Teorttis
1. Bagi Instansi/Desa
Diharapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan agar masyarakat dapat lebih
tanggap terhadap terjadinya bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten
Jember
4. Bagi Penulis
Diharapkan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan hasil makalah, serta menambah dan memperdalam
pengetahuan tentang manajemen risiko bencana.
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian
fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman
yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi
wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan
paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP,
2007).
Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil dari hadirnya
risiko secara terus menerus. Risiko bencana terdiri dari berbagai jenis potensi
kerugian yang sering sulit untuk diukur.Namundemikian, dengan pengetahuan
tentang bahaya, pola populasi, dan pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana
dapat dinilai dan dipetakan, setidaknya dalam arti luas.
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana
meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.
1. Kesiapsiagaan
2. Peringatan dini
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
1. Pendekatan teknis
2. Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar
mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat
diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
3. Pendekatan admisnistratif
1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko
bencana
2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan
industry berisiko tinggi.
3. Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat di
setiap organisasi baik pemerintahan maupun industry berisiko tinggi.
4. Pendekatan kultural
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana
sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun
tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-
langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan
cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.
1. Tanggap darurat
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh
karena itu Tim tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat
menangani berbagai jenis bencana.
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
1. Rekonstruksi
Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan masyarakat.
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP tersebut
antara lain sebagai berikut:
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan
yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko
Bencana (ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi dan data mengenai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi
dilingkungan masing-masing serta potensi atau tingkat risiko atau keparahannya.
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko
daerah tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil
risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat
ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
2 Tanah Longsor 4 2
3 Banjir 4 3
4 Kekeringan 3 1
Dampak
Probabilitas
1 2 3 4 5
3 kekeringan
2 Puting beliung
Gempa bumi
1
dan tsunami
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga
langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi bencana
2. Penilaian dan evaluasi risiko bencana
3. Menentukan pengendalian bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu
daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca,
alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya
yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan
pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana
yang dapat terjadi.
2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana
1. Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.
Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Mengurangi kemungkinan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka langkah
yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau konsekuensi yang
ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko bencana dan
langkah pengendalaian tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang
terperinci dan mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program kerja
penerapannya.
Berbagai sumberdaya yang diperlukan untuk menangani suatu bencana anta lain:
1. Sumberdaya manusia
Bencana tidak dapat ditanggulangi secara efektif dan cepat tanpa didukung oleh
prasarana dan logistic yang memadai. Prasarana dan material merupakan unsur
penting dalam mendukung keberhasilan penanggulangan bencana. Banyak
kejadian, dimana korban tidak berhasil ditolong karena tidak tersedianya
prasarana atau peralatan yang memadai sehingga jumlah korban meningkat.
Oleh karena itu setiap daerah harus memiliki sarana minimal yang diperlukan
dalam suatu bencana sehingga keterlambatan dalam membantu korban dapat
dihindarkan. Jenis sarana yang diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat
bencana dan skala bencana yang mungkin terjadi sesuai hasil identifikasi.
1. Sumberdaya finansial.
2.8 Komunikasi
Setiap kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah harus diinvestigasi dan
dilaporkan kepada instansi atau pihak yang ditunjuk, misalnya BNPB atau BPBD
kabupaten/kota.
Elemen terakhir dalam sistem manajemen bencana adalah inspeksi dan audit
manajemen bencana. Salah satu upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan
manajemen bencana adalah dengan melakukan audit.
Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa
kesiapan penanganan bencana. Semua peralatan penanganan bencana harus
diperiksa dan diuji kelayakannya sehingga siap digunakan setiap saat.
Audit adalah salah satu upaya untuk mengevaluasi penerapan manajemen bencana
dalam suatu organisasi, apakah sudah sesuai atau telah memenuhi persyaratan atau
tolak ukur yang ditetapkan.
BAB 3. PEMBAHASAN
Desa Kemiri terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Desa ini memiliki
luas wilayah 1.578.584 Ha. Desa Kemiri membawahi lima dusun yaitu, Dusun
Delima, Dusun Kantong, Dusun Krajan, Dusun Krajan, Dusun Sodong, Dusun
Danci, dan Dusun Tenggiling. Sebelah utara desa berbatasan dengan Pegungan
Argopuro, sebelah timur desa berbatasan dengan Desa Sukorambi, sebelah selatan
desa berbatasan berbatasan dengan Desa Serut dan Desa Suci, dan sebelah barat
desa berbatasan dengan Desa Suci (Profil Desa Kemiri, 2009).
Topografi Desa Kemiri berupa 20% dataran rendah dengan luas 303 Ha dan 80 %
perbukitan atau pegunungan dengan luas 1.275 Ha. Sebagian besar lahan di Desa
Kemiri digunakan sebagai lahan perkebunan. Perkebunan tersebut terdiri atas
perkebunan daerah (700.000 Ha) dan perkebunan swasta (350.000 Ha). Lahan
yang digunakan untuk sawah pertanian seluas 290.584 Ha. Sedangkan lahan untuk
pemukiman dan pekarangan memiliki luas 142.500 Ha. Sisanya untuk Tegalan
dengan luas 94.000 Ha dan kuburan dengan luas 1.500 Ha) (Profil Desa Kemiri,
2009).
16 Lainnya Orang
Jumlah 2,132 Orang
1 SD / MI 2,741 Orang
1 TK 4 Unit
2 SD / MI 6 Unit
1. Prasarana Kesehatan
1 Puskesmas –
2 Puskesmas pembantu –
3 Polindes 1 unit
4 Posyandu 12 unit
Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009
1. Identifikasi risiko
1. Penilaian risiko
Dampak
c. Probabilitas
1 2 3 4 5
4 BANJIR
2
1
Keterangan :
Kerentanan
Jenis
No Wilayah Tingkat risiko Ancaman
ancaman
Keterpaparan jiwa
Kemungkinan
besar terjadi dan
Jumlah penduduk
Desa Kemiri memiliki
Sedang (zona yang padat
1 Kecamatan Panti Banjir dampak
kuning/nilai 2) mencapai 8.807
Kabupaten Jember kerusakan
orang
wilayah sekitar
40-60%
3.3. Pengendalian risiko
1. Mengurangi kemungkinan
Sangat sulit untuk mengurangi kemungkinan banjir di desa kemiri, karena banjir
sangat dipengaruhi siklus hujan.
1. Mengurangi dampak
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak adalah sebagai berikut:
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan
Pembangunan system pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir
Tidak membuang sampah ke sungai, mengadakan program pengerukan
sungai.
Program penghijauan daerah hulu sungai
1. Meningkatkan kapasitas
Mengadakan simulasi bencana melibatkan masyarakat
Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat tentang banjir
Meningkat pengetahuan masyarakat tentang banjir
1. Tingkat keluarga
1. Simak informasi atau peringatan dini dari tim warga mengenai curah hujan
2. Amankan dokumen-dokumen penting dan persiapkan obat-obatan dan
makanan siap saji.
3. Saat banjir
4. Matikan aliran listrik
5. Mengungsi ke daerah yang aman
6. Setelah banjir
7. Sesegera mungkin membersihkan rumah untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare
8. Waspada akan banjir susulan
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
No Identifikasi Penilaian
–
Jumlah
penduduk
Desa yang padat
Kemiri mencapai
Kecamatan Risiko 8.807 orang.
1. Banjir
Panti alam 4 3 12 5-12
Kabupaten – Luas
Jember wilayah yang
terancam
banjir sekitar
1.578.584 Ha
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat
http://www.preventionweb.net/files/7817_isdrindonesia.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf
http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/534/gdlhub-gdl-s2-2013-handayanib-26700-
11.-bab–n.pdf
http://unej.ac.id/