Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006).

Pre-konferens merupakan tahapan sebelum melakukan konferens yang akan


dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan
oleh setiap mahasiswa sebelum melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan dalam
Pre-konferens para instruktur klinis harus sudah menyiapkan apa yang akan dibahas
dalam konferens sehingga tidak banyak waktu yang terbuang. Pada makalah ini akan
di bahas mengenai pre dan post kompre.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu :

1. Apakah pengertian pre dan post konference ?

2. Apakah tujuan dari pre dan post konfrence ?

3. Apakah gejala syarat pre dan post konference ?

4. Bagaimana pedoman pelaksanaan ?

5. Bagaimana kegiatan ketua tim dalam pre dan post konference di ruangan ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui :

1. Tujuan pre dan post konference

2. Syarat pre dan post konference

3. Pedoman pelaksanaan conference


4. Kegiatan ketua tim pada fase pre dan post konference

5. Hal-hal yang disampaikan dalam proses pre dan post conference


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Proses Manajemen


Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),
pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000). Pada
dasarnya manajemen keperawatan adalah proses dimana seorang perawat
menjalankan profesi keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan
kesehatan memerlukan manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008) mengartikan manajemen sebagai
seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner yang
dikutip oleh Wijayanti, (2008) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Gulick dalam Wijayanti (2008) mendefinisikan manajemen sebagai suatu
bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk
memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sedangkan menurut G.R Terry (2010) menjelaskan bahwa manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain.

B. Pengkajian pada unit pelayanan keperawatan


Komponen kajian
1. Ketenaga keperawatan (MAN)
a. Jumlah ketenagaan di bangsal perawatan
Tenaga Keperawatan Bulan Juli 2017
No Klasifikasi Tingkat Jumlah
Pendidikan

1. Ners 3

2. D III Keperawatan 10

3. S1 2

Jumlah 15

b. Tenaga Non Keperawatan


Klasifikasi Tenaga Non-Keperawatan Bulan Juli 2017

No Klasifikasi Tingkat Jabatan Jumlah


Pendidikan

1. Administrasi Administrasi 1

Jumlah 1

b. Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat


Penghitungan Kebutuhan
Jumlah Tenaga Perawat Menurut Douglas (1984)

Klasifikasi Kebutuhan Tenaga Perawat


Pasien
Pagi Sore Malam
Total Care 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Partial 11 x 0,27 = 2,97 11 x 0,15 = 1,65 11 x 0,07 = 0,77
Care
Minimal 2 x 0,17 = 0,34 3 x 0,14 = 0,42 3 x 0,10 = 0,3
Care
Jumlah 4,03 2,67 1,47

Kesimpulan Jumlah tenaga perawat


 Pagi : 5orang
 Sore : 3 orang
 Malam : 2 orang
 Libur : 2 orang
Jadi perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di ruang Dewi Ratih
berjumlah 12 orang.

c. Rata-Rata Penggunaan Tempat Tidur (BOR)


BOR Ruang Dewi Ratih selama 2 hari adalah:
Rata-Rata BOR Ruang Cempaka
No Tanggal Kapasitas Jumlah Klien BOR

1. 17/7/2017 19 16 16/19 x 100= 84%

2. 18/7/2017 19 17 17/19 x 100= 89 %

Rata-rata BOR tanggal 17-18 Juli adalah 89%

1) Material (peralatan yang dimiliki)


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di bangsal Dewi Ratih didapatkan
data sebagai berikut: inventaris ruangan.
Daftar Peralatan Medis Bulan Juli

No Nama Jumlah

1. EKG 1

2. Nebuleizer 3

3. Manometer O2 7

4. Tensimeter digital/manual 4

5. Stetoskop Dewasa 5

6. Termometer digital/raksa 4

7. Tromol Kasa 1

8. Bak Instrument Sedang 2

9. Bak Instrument Kecil 2

10. Pinset Sirurgis 8

11. Pinset Anatomis 8

12. Klem 2

13. Korentang 1
14. Tong Spatel 2

15. Irrigator -

16. Bengkok 4

17. Gunting Nekrotomi 6

18. WWZ -

19. Kursi Roda 3

20. DARM Slang Dewasa/Anak -

21. Ambu Bag Dewasa 2

22. Alat GDS 1

23. Gunting Heacting Up -

39. Wendring -

41. Gunting Verban 3

42. Kom 4

43. Pispot 10

44. Timbangan 1

45. Trolley Emergency 1

46. Urinal Plastik -

47. Tourniquet 2

48. Syringe Pump 2

a. Peralatan Non Medis


Daftar Peralatan Non Medis Bulan juli 2017

No Nama Jumlah

1. Tempat Tidur 20

2. Kasur atau Bed 20

3. Bantal 20

4. Meja Pasien 19

5. Sprei 40

6. Sarung Bantal 40
7. Perlak 20

8. Kursi 30

9. Standar Infus 20

10. Tabung O2 Dewasa 5

11. Tabung O2 Kecil 2

12. Ember Mandi Pasien 21

13. Gayung Mandi 21

14. Tempat Sampah Kecil 4

15. Korden Set -

16. Troley Biasa 5

17. Troley Emergensi 1

18. Meja Panjang 4

19. Alamri Obat (kaca) 5

20. Kotak Obat (kayu) 0

21. Almari Besar 6

22. Timbangan Badan 1

23. Ac 20

24. Kulkas Besar 1

25. TV 1

26. Lampu Emergency 20

27. Batteray/ Senter 1

28. Jam dinding 1

29. Telephon 1

30. Kompor 1

31. Tabung Gas 1

32. Meja/ Kursi Kantor 9

33. Baskom 2

34. White Board 1


2. Methode ( metode asuhan keperawatan yang diterapkan )
Methode ( metode asuhan keperawatan yang diterapkan )
Metode penugasan yang diterapkan di Wisma Dewi Ratih yaitu penugasan tim
dibagi menjadi dua tim yaitu tim 1 dan 2 tiap tim di pimpin oleh satu katim beserta
anggotanya bertanggung jawab atas pasien kelolaannya masing-masing namun
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dilakukan secara bersama-sama dalam satu
tim. Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang untuk metode penugasan sudah
dilaksanakan dengan benar, sudah ada SOP , SAK dan Protap tentang metode
penugasan. Kedua KaTim dan perawat pelaksana sedang dalam proses pelatihan serta
penerapan MPKP, pelaksanaan pre conference dan post conference belum dilakukan
wisma Dewi Ratih. Adapun Metode Asuhan Keperawatan (M3-Methode) yang di
terapkan di ruang Dewi Ratih :
a. MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional)
Model yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien
secara struktur adalah menggunakan metode semi MPKP, namun dalam
pelaksanaannya masih menggunakan metode fungsional karena keterbatasan
jumlah perawat yang ada, maka sekelompok perawat professional dan associate
bekerja sebagai suatu tim, disuvervisi oleh ketua tim. Perawat ruangan setiap sift
hanya ada 3 perawat yang bertugas, kecuali pagi ada 5 orang termasuk Karu dan
Wakaru.
b. Timbang Terima
Timbang terima yang selama ini sudah dilakukan di Ruang Wisma Dewi Ratih
pada setiap pergantian shift jaga. Timbang terima dilaksanakan di samping pasien
dengan perwakilan dari salah satu anggota perawat yang dinas selanjutnya, namun
cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara komprehensif
meliputi : isi timbang terima hanya terbatas pada diagnosa medis, program
kolaborasi dan anjuran dokter bukan terfokus pada permasalahan, respons dan
diagnosa keperawatan.Timbang terima dilakukan secara lisan dan sudah
didokumentasikan pada form asuhan keperawatan secara ringkas.
d. Manajemen Pengelolaan Obat
Pengelolaan Sentralisasi Obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan di berikan pada pasien di serahkan seperlunya pada perawat. Pengeluaran
dan pembagian obat sepenuhnya di lakukan oleh perawat. Obat pasien dari resep
dokter dimintakan setiap hari. Untuk pasien BPJS baik obat maupun Alkes
dimintakan di apotek RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang resep diantarkan oleh perawat
ruangan kemudian saat mengambil bisa oleh perawat ruangan .Terdapat buku serah
terima dan obat yag diterima oleh ruangan dicek kelengkapannya, selanjutnya obat
oral diberikan pada kotak obat. Penyimpanan di ruang Dewi Ratih kurang rapi hanya
diletakkan saja.
Berdasarkan wawancara kepada sebagian pasien dan keluarga didapatkan
bahwa terkait sentralisasi obat mereka cenderung tidak mempermasalahkan. Selain itu
sudah tersedianya lembar persetujuan untuk penyerahan obat antara pasien dengan
perawat. Di ruang Dewi Ratih belum ada pemisahan antara obat oral dengan obat
injeksi, cairan infus juga sudah dipisahkan menurut merk masing-masing cairan infus.
Untuk pendistribusian obat oral ke pasien dikemas menggunakan plastik, perawat
Selain itu sebagian perawat belum menjelaskan nama dan manfaat dari obat yang
diberikan kepada pasien.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan dokumentasi pengkajian sudah dilakukan
persistem yang mengalami gangguan, pada analisa data dan evaluasi sudah
terdokumentasi, dan untuk pendokumentasiam diagnose keperawatan dan intervensi
keperawatan sudah di cantumkan. Kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan bisa dibilang sudah di isi secara lengkap, evaluasi dari pelaksanaan
sentralisasi obat di ruang kurang optimal karena pada saat pemberian obat, perawat
tidak menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping.
e. Dokumentasi Keperawatan
Pada form pendokumentasian asuhan keperawatan sudah mencakup seluruhnya.
f. Pengelolaan Sampah Infeksius
Di ruang Dewi Ratih sudah terdapat pembagian antara sampah infeksius dan
non-infeksius, sudah terdapat jalur yang sesuai untuk pendistribusian sampah.Sudah
dioptimalkannya tempat sampah, pembuangan sampah infeksi dan non-infeksi sudah
terpisah.
c. Pengendalian Infeksi Nosokomial
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan kepala ruang pengendalian
infeksi nosokomial di Ruang Dewi Ratih telah dilaksanakan dengan berbagai upaya
melalui cuci tangan, penggunaan alat disposable pada masing-masing pasien dan
pemakaian hand scone. Wastafel yang sebagai tempat cuci tangan berada pada ruang
ners station. Prosedur cuci tangan 6 langkah sudah terpasang di dekat wastafel yang
digunakan sebagai pengingat. Dalam perawatan luka sudah menggunakan alat
sterilisasi 1 alat untuk satu pasien.
3. Material
Daftar alokasi ruangan di Ruang Dewi Ratih
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruang Dewi Ratih
RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang, didapatkan terbagi dalam 15 ruangan yang cukup, lebar
serta tinggi. Ruang kelas 1 ada 8 ruang, ruangan kelas 2 ada 4 ruang , ruang isolasi ada
2, ruang imun devisiensi 1. Ners stasion 1 ada di depan, ruang dokter 1, ruang perawat
1, ruang obat 1, ruang linen 1, ruang spoel hoak 1, dapur 1, dan kamar mandi 1. Jika
dilihat dari sisi kenyamanan pasien,dan untuk ventilasi serta pertukaran O2 setiap
ruangan sudah memadai. Bangunan yang menjadi bangsal cempaka ini masih seperti
bentuk bangunan lama. Dalam ruangan masih menggunakan jendela dari kayu tanpa
menggunakan kaca di samping warna cat yang biru tampak membuat kesan lebih gelap
dalam ruangan ini.
a. Kamar tidur
Kamar tidur berada di sebelah kiri di sebelah kanan ditengah ada ruangan
keperawatan (nurse station) dan ada 20 tempat tidur pasien, terdapat 1 tempat tidur,
dan disediakan 14 kamar mandi.
b. Nurse Station
Di ruang perawat terdapat almari atau loker, untuk kolaborasi dengan tim medis
yang lain biasa dilakukan langsung di meja keperawatan, 8 kursi yang digunakan
dikeperawatan, sisanya digunakan untuk umum, atau jika ada mahasiswa praktik.
Selain itu juga ruangan dilengkapi dengan, wastafel ,
c. Ruang Perawat
Terdapat 1 meja. 3 kursi, loker pada ruang perawat. Selain itu di lengkapi dengan 1
kulkas sedang , Ruang perawat cukup sempit , tetapi cukup untuk menaruh 1 kasur
kecil di lantai.
d. Gudang
Wisma Dewi Ratih hanya mempunyai 1 tempat gudang.
e. Dapur
Dapur pada bangsal cempaka di manfaatkan untuk memasak air untuk pasien pada
saat persiapan sibin. Dapur bangsal ini menyediakan 1 kompor dan 2 panci besar,
dispenser 1, dan rak piring 1.
f. Tempat Linen
Tempat linen di sini di gunakan untuk menyimpan linen yang tersimpan pada 3 lemari
besar. Selain itu terdapat juga rak untuk menyimpan cadangan alat untuk bersih-bersih
ruangan.
g. Tempat Ibadah
Dalam wisma ini terdapat juga sarana untuk beribadah yaitu 1 ruangan disamping
nurse station.
4. Money
Berdasarkan wawancara dengan karu di ruangan cempaka ini para perawat memiliki
kegiatan rutin bulanan yaitu arisan.

C. Pengkajian Aspek Manajerial

1. Fungsi Pengendalian (Controlling)

a. Program Pengendalian Mutu

1) Indikator Mutu

a) Angka Kejadian Infeksi Nosokomial

Berdasarkan dari hasil pengkajian melalui wawancara dengan KARU


dan PPI, didapatkan hasil bahwa kejadian infeksi nosokomial dalam 6
bulan terakhir di ruang Dewi Ratih bervariasi. Setiap kejadian inos
dilakukan dokumentasi dan disampaikan oleh KARU ke bagian
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit. Pencegahan
yang dilakukan ruangan agar tidak terjadi inos yaitu cuci tangan pakai
sabun, kolaborasi, dan pemisahan alat tenun. Berikut adalah data pasien
Inos mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2017 :

No Bulan Infeksi Dekubitus HAP


Nosokomial
Plebitis ISK
1 Januari 1 0 0 0

2 Februari 0 0 0 0

3 Maret 0 0 0 0

4 April 0 0 0 0

5 Mei 0 0 0 0

6 Juni 2 0 0 0

b) Indikator Mutu Umum

(1) Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate)

∑ pasien dirawat dalam sehari x ∑ hari dalam satuan bulan

BOR = X 100 %
Jumlah TT ∑ hari per satuan waktu
BOR di Wisma Dewi Ratih Bulan Januari sampai dengan Juni 2017
No Bulan Persentase
1 Januari 69%

2 Februari 68%

3 Maret 70%

4 April 70%

5 Mei 75%

6 Juni 59%

(2) Perhitungan ALOS (Average Length Of Stay)


∑ hari perawatan pasien keluar
ALOS =
∑ pasien keluar (hidup/mati)

ALOS di Wisma Dewi Ratih 2016


No Bulan Persentase
1 Januari 3,8%
2 Februari 4%

3 Maret 3,8%

4 April 5,8%

5 Mei 4,2%

6 Juni 3,8%

(3) Perhitungan TOI (Trun Over Interval)


(∑ TT x hari) - ∑ perawatan pasien keluar
TOI =
∑ pasien keluar (hidup/mati)
TOI di Wisma Dewi Ratih 2016
No Bulan Persentase
1 Januari 1,65%

2 Februari 1,8%

3 Maret 1,5%

4 April 1,6%

5 Mei 1,3%

6 Juni 2,5%

(4) Perhitungan BTO (Bed Turn Over)


∑ pasien keluar (hidup + mati)
BTO =
Jumlah tempat tidur

BTO di Wisma Dewi Ratih 2016


No Bulan Persentase
1 Januari 1,6%

2 Februari 4,6%

3 Maret 5,6%
4 April -

5 Mei 5,3%

6 Juni 4,6%

(5) Perhitungan NDR dan GDR (Net Death Rate dan Gross Death Rate)
∑ pasien mati > 48 jam
NDR = X 1000 ‰
∑ pasien keluar (hidup + mati)

∑ pasien mati seluruhnya


GDR = X 1000 ‰
∑ pasien keluar (hidup + mati)

NDR dan GDR di Wisma Dewi Ratih 2017


Persentase
No Bulan
NDR GDR
1 Januari 0,09% -

2 Februari 0,011% 0,11%

3 Maret 0,009% 0,055%

4 April - -

5 Mei 0,019% 0,058%

6 Juni 0,002% 0,056%

Tabel Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan berdasarkan Depkes RI tahun


2005
Standar Nasional Nilai
∑ BOR 60-85%
∑ ALOS 6-9 hari
∑ TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari
∑ BTO (Bed Turn Over) 40.50kali

2) Kegiatan Mutu
a. Survey Kepuasan

Dari hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Dewi Ratih


sudah ada intrument tentang survey kepuasan pasien terhadap perawat,
Survey kepuasan keluarga pasien terhadap perawat, Survey kepuasan
perawat. Instrument sudah pernah di dilakukan survey kepada keluarga
pasien. Kepala ruang juga mengatakan dari unit tidak dilakukan
supervisi untuk survey kepuasan diruangan sehingga kurangnya
motivasi untuk melakukan survey kepuasan kepada pasien yang akan
pulang.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Dewi Ratih
dan beberapa perawat untuk survey kepuasan tenaga kesehatan lain
terhadap perawat belum ada, sedangkan di SPO sudah ada tentang
survey kepuasan tenaga kesehatan lain terhadap perawat. Kepala ruang
mengatakan instrument belum ada di rungan. Sehingga survey
kepuasan tenaga kesehatan lain terhadap perawat belum pernah
dilakukan. Pendokumentasian dilakukan oleh unit Keperawatan,
ruangan tidak melakukan dokumentasi sendiri, ruangan hanya
menunggu hasil dari Unit keperawatan.
b. Keselamatan pasien (patient safety)
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan observasi
selama di ruang Dewi Ratih untuk patient safety seperti resiko jatuh,
alergi, kejadian yang tidak diinginkan (bunuh diri) sudah memiliki
SPO dan instrumen tertulis sesuai standar. Selama proses observasi
dari 16 CM pengumpulan data yang berisikan status kesehatan klien
didapatkan hanya dengan cara observasi saja tanpa mengkaji dan
mewawancarai pasien langsung. Kurangnya kemauan perawat dalam
memberikan tanda identifikasi pasien safety: pengurangan resiko
pasien jatuh pada cm pasien ada 8 cm yang tidak terdokumentasi
secara lengkap seperti format pengkajian tentang masalah identifikasi
pasien safety: resiko jatuh yang belum terisi secara maksimal
Selama proses observasi kurangnya kesadaran perawat tentang
pentingnya identifikasi patient safety: penandaan pasien resiko jatuh.
Kurang optimalnya pengarahan tentang pentingnya identifikasi patient
safety: penandaan pasien resiko jatuh. Dari 16 CM klien, perawat
sudah mengisi formulir identifikasi pasien jatuh serta intervensi
keperawatan tetapi implementasi yg dilakukan tidak dilakukan secara
optimal seperti implementasi pemasangan tanda segitiga kuning di bed
pasien, pemberian label kuning pada gelang pasien, dan edukasi pada
keluarga.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan diruangan, belum ada
penandaan pasien resiko jatuh ke bed maupun gelang pasien di ruang
Dewi Ratih.
c. Discharge planning
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan KATIM serta
observasi, discharge planning dilakukan saat pasien pulang. Discharge
planning diberikan kepada pasien dan keluarga. Discharge planning
yang diberikan berupa kegiatan yang harus dilakukan pada saat pasien
berada di rumah (minum obat sesuai petunjuk), sosialisasi selama
berada di lingkungan, dan kontrol untuk pengobatan selanjutnya.
b. Pelaksanaan standar dan ketersediaan (SAK dan SOP)

Dari hasil wawancara dengan KARU dan beberapa perawat serta


observasi yang dilakukan selama di ruang Dewi Ratih, ruangan sudah
memiliki SOP dan SAK sesuai standar dari Rumah Sakit. Namun dalam
pelaksanaannya masih banyak SOP yang tidak dilaksanakan dengan
sesuai. Hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari pada beberapa
perawat di wisma Dewi Ratih.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006).

Pre-konferens merupakan tahapan sebelum melakukan konferens yang akan


dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan
oleh setiap mahasiswa sebelum melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan dalam
Pre-konferens para instruktur klinis harus sudah menyiapkan apa yang akan dibahas
dalam konferens sehingga tidak banyak waktu yang terbuang.

Fase pre-konferens, esensinya adalah aktivitas kelompok kecil, yang


didalamnya terkandung unsur fasilitasi dari instruktur klinis. Kelompok kecil siswa
tersebut dalam melaksanakan program pendidikan keperawatan harus benar-benar
memperhatikan hal yang akan dibahas pada fase pre-konferens. Pada saat instruktur
klinis merencanakan fase pre-konferens dengan kelompok kecil siswa tentang suatu
topik.

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference
adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006).

Post konferens adalah fase dimana dari hasil pembahasan di buat evaluasi.
Setiap mahasiswa harus mampu melakukan evaluasi dari setiap konferens yang sudah
dilaksanakan sehingga mahasiswa tahu apa yang harus dilakukan berikutnya.
Pembahasan yang sudah dibuat akan menjadi acuan untuk bisa berpartisipasi dalam
menyelesaikan masalah yang timbul dari setiap tindakan selama berpraktek.

Post konferens merupakan kesempatan dari mahasiswa untuk bertanya dan


menyelesaikan masalah saat berdiskusi. Setiap mahasiswa mempunyai masalah
selama berpraktek dan inbstruktur klinis memberikan arahan setelah berdiskusi
bersama untuk mencari penyelesaian dari setiap masalah tersebut. Para instruktur
klinis memberikan pembahasan yang bisa mahasiswa diskusikan bersama masalah
dan membuat evaluasi dari setiap diskusi.

B. Tujuan pre dan post konfre

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah


secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan
gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian
asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan
non kognitif (McKeachie, 1962).

Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan


sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi
asuhan (T.M. Marelli, et.al, 1997).

a. Tujuan pre konfre adalah:

1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan


asuhan dan merencanakan evaluasi hasil

2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan

3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

4. bagi mahasiswa yaitu menyiapkan mahasiswa untuk pembelajaran pada setting


klinik,

5. menyiapkan mahasiswa untuk aktivitas penugasan klinik.

6. menyiapkan mahasiswa untuk pengalaman praktek klinik.

b. Tujuan post conference adalah:

1. Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan


membandingkan masalah yang dijumpai.

C. Syarat pre dan post konference

Syarat Pre dan Post Conference yaitu:


1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.

2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit.

3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,


perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.

4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim.

D. Pedoman pelaksanaan conference

1. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan

2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok

3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik

4. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic

5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil


tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda

6. Raung diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi

7. Frekuensi pre-konferens yaitu apakah dilakukan setiap hari sebelum praktek klinik
atau pada awal mahasiswa akan melaksanakan praktek klinik saja.

8. Tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menentukan seberapa sering di


perlukan fase pre-konferens.

9. Waktu yang diperlukan untuk setiap mahasiswa seharusnya sama atau mungkin
dapat diperpanjang. Cara lebih efektif dengan penggunaan waktu sekitar 20 menit
sampai satu jam untuk diskusi.

10. Waktu apakah dilakukan setiap hari, jam tujuh misalnya sebelum praktek klinik.

11. Lokasi terdapat keuntungan apabila pre-konferens dilakukan pada lokasi yang
berdekatan dengan tempat praktek. Salah satu keuntungannya adalah mengurangi
jumlah waktu yang diperlukan untuk pergi ke lahan praktek. Perlu di ingat bahwa
keadaan fisik yang nyaman atau baik dari sisi mahasiswa adalah kondisis yang
baik bagi proses belajar mengajar termasuk untuk praktek klinik..

12. Bila memungkinkan, libatkan staf ruangan tempat praktek untuk menjelaskan dan
negosiasi program dalam hubungannya dengan penggunaan fasilitas yang ada.
13. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan.

E. Tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post konferens adalah
sebagai berikut :

1. Tujuan yang telah di buat dalam konferens seharusnya di konfirmasikan terlebih


dahulu.

2. Diskusikan yang di lakukan seharusnya merefleksikan prinsip-prinsip kelompok


yang dinamis.

3. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi dengan berTuntutan


yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post konferens adalah sebagai
berikut :

a. Tujuan yang telah di buat dalam konferens seharusnya di


konfirmasikan terlebih dahulu..

b. Diskusikan yang di lakukan seharusnya merefleksikan prinsip-prinsip


kelompok yang dinamis.

c. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi dengan


berpegang kepada fokus yang di bicarakan, tanpa mendomisilinya dan
memberikan umpan balik yang di perlukan secara tepat.

d. Instruktur klinis harus memberikan penekanan-penekanan pada poin-


poin penting selama diskusi berlansung.

e. Atmosfer diskusi seharusnya mendukung bagi partisipasi kelompok,


mengandung keinginan anggota diskusi untuk memberikan responsnya
dan menerima pendapat atau pandangan yang berbedauntuk
selanjutnya mencari persamaannya.

f. Besar kelompok seharusnya di batasi 10-12 orang untuk memelihara


pertukaran ide-ide pemikiran yang ade kuat di antara mereka.

g. Usahakan antara anggota kelompok dapat bertatapan langsung ( face to


face).

h. Pada kesimpulan akhir dari konferens, ringkasan dan kesimpulan


seharusnya berikan oleh instruktur klinis atau siswa dengan mengacu
pada tujuan pembelajaran dan sifat applicability pada situasi dan
kondisi yang lain.
F. Kegiatan ketua tim pada fase pre dan post konference

1. Fase pre konference

a. Ketua tim atau Pj tim membuka acara

b. Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana

c. Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu.

d. Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.

e. Ketua tim atau Pj tim menutup acara

2. Fase post konference

a. Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

b. Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.

c. Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.

d. Ketua tim atau Pj menutup acara.

G. Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi

1. Data utama klien

2. Keluhan klien

3. TTV dan tingkat kesadaran

4. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.

5. Masalah keperawatan

6. Rencana keperawatan hari ini.

7. Perubahan keadaan terapi medis.

8. Rencana medis.

H. Hal-hal yang di sampaikan oleh ketua tim

1. Ketua tim mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang
terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.

b. Ketepatan pemberian infuse.

c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.

d. Ketepatan pemberian obat / injeksi.

e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,

f. Ketepatan dokumentasi.

g. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.

2. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan


masing –masing perawatan asosiet.

3. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat


diselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai