Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan sosial yang
dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di
dalamnya yang diterapkan melalui proses pembelajaran. Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dibawanya sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan kondisi
internal yaitu kondisi yang ada di dalam diri siswa itu sendiri misalnya kesehatannya, selain itu juga
memperhatikan kondisi eksternal yang merupakan kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya
suasana belajar siswa. Keberhasilan proses belajar ini dapat terlihat dari prestasi akademik siswa. Variabel
yang diduga mempengaruhi belajar siswa antara lain cara atau metode dan teori mengajar yang digunakan
oleh guru, pemberian beasiswa untuk siswa berprestasi, fasilitas sekolah yang lengkap, suasana belajar yang
kondusif, motivasi belajar siswa, kondisi kesehatan siswa dan adanya perhatian orangtua terhadap siswa.

B.  Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan belajar menurut para ahli?

2. Bagaimana teori-teori dalam belajar yang telah di elaborasi oleh para ahli?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran?

C.  Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mendalami samudera pembelajaran demi
suksesi efektifitas belajar dimasa mendatang, khususnya bagi para penulis dan umumnya bagi seluruh aktivis
pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

1.   Pengertian Belajar Sebagai landasan  penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, maka terlebih
dahulu akan dikemukakan beberapa definisi  tentang belajar:

a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, bahwa “Belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan  atau
dasarnkecenderungan respon pembawaan, kemetangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya
kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”

b) Gane, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:“Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

c) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu  hasi dari latihan atau pengalaman.”

d) Witherington, dalam buku Educationan Psychology mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian.”

e) KBBI mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses , cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.

Dari definisi-definisi yang disebutkan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang
merincikan  pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

· Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku,dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah
laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk

·  Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap hasil belajar; seperti perubahan-
perubahan yang terjadi  pada diri seorang bayi.

· Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu
periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti,
tetapi perubahan itu berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Dengan ini kita harus
menyampaikan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman
perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.

· Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek keperibadian, baik fisik
maupun psikis, seperti: perubahandalam pengertian, pemecah suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan,ataupun sikap.

2. Proses Belajar Berikut ini beberapa uraian terkait dengan macam cara penyesuaian diri yang dilakukan manusia
dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan hubungannya dengan proses belajar:

a. Belajar dan Kematangan Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ. Suatu organ dalam diri
makhluk hidup dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-
masing. Kematangan itu datang pada waktu sendirinya. Sedangkan belajar lebih membutuhkan kegiatan yang
disadari, suatu aktivitas, latihan-latihan dan konsentrasi dari orang yang bersangkutan. Proses belajar terjadi
akibat adanya perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan terjadi dari dalam. Akan tetapi
meskipun demikian janganlah dilupakan bahwa kedua proses (belajar dan kematangan) itu dalam perakteknya
berhubungan erat satu sama lain, bahkan keduanya saling melengkapi.

b. Belajar dan Penyesuaian diri Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dapat merubah tingkah laku
manusia. Berikut ini bentuk penyesuaian diri yang terbagi menjadi dua macam;

1)   Penyesuaian diri autoplastis, yaitu seseorang mengubah dirinya disesuaikan dengan keadaan lingkungan/dunia
luar.

2)   Penyesuaian diri alloplastis, yang berarti mengubah lingkungan/dunia luar disesuaikan dengan kebutuhan
dirinya. Kedua macam penyesuaian diri di atas termasuk ke dalam proes belajar, karena dengan hal itu terjadi
perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat mendalam dalam kehidupan manusia. Sebab manusia dalam
kehidupannya setiap hari selalu belajar. Akan tetapi tidak semua belajar adalah penyesuaian diri.

c. Belajar dan Pengalaman Belajar danPengalaman, keduanya merupakan suatu proses belajar yang dapat
merubah sikap, tingkah lku danpengetahuan. Namun, belajar dan memperoleh pengalaman adalah berbeda.
Mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar dalam arti pedagogis; tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar itu
mengalami pengalaman. Contoh pengalaman yang berarti bukan belajar: Karena mengalami sesuatu yang
menyedihkan dapat menimbulkan apatis dan putus asa pada diri seseorang. Contoh lain: karena bodohnya,
pengalaman-pengalamannya tidak digunakan untuk belajar; tidak digunakan untuk menambah pengalaman yang
baru.

d. Belajar dan Bermain Dalam bermain juga terjadi proses belajar. Persamaannya bahwa dalam belajar dan
bermain terjadi perubahan, yang dapat merubah tingkah laku, sikap dan pengalaman. Disisi lain antara belajar dan
bermain memiliki perbedaan. Menurut arti katanya, bermain merupakan kegiatan yang cenderung khusus dilakukan
oleh anak-anak meskipun hal ini sering kali dilakukan oleh orang dewasa. Sedangkan belajar merupkan kegiatan
yang umum, yaitu kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh setiap manusi baik ketika semenjak lahir hingga tumbuh
dewasa terlebih sampai makhir hayatnya. Menurut sifatnya, perbedaan belajar dengan bermain ialah kegiatan
belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan, atau masa kemudian. Sedangkan kegiatan
bermainhanya ditunjukan pada situasi dan waktu itu saja. Adapun tujuan bemain adalah untuk memperoleh
kesenangan atau kepuasan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialaminya pada waktu itu. Meskipun
demikian,hubungan antara keduanya sangat erat, sehingga kita adapt mengenal istilah “belajar sambil bermain”
yang kandungan isinya menekankan belajarnya, begitu pula dengan istilah “bermain sambil belajar” maka hal yang
ditekankan didalam kegiatan itu adalah bermainnya.

e. Belajar dan Pengertian Belajar memiliki pengertian yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian. Ada
pula proses belajar yang berlangsung dengan otomati tanpa pengertian. Seperti proses belajar yang terjadi pada
hewan, umpamanya seekor kucing berlatih menangkap sesuatu dengan menggunaka bela. Latihan cara menangkap
itu dilakukannya tanpa pengertian, tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari latihan tersebut. Sebaliknya ada
pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar, karena belum tentu orang yang mendapatkan pengertian
perilakunya dapat berubah dan orang yang mengerti tentang sesuatu berarti ia dapat merealisasikannya sesuia
dengan pengertian  apa yang ia ketahui.

f. Belajar dan Mengingat Menghafal/mengingat tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu belum
menjamin bahwa dengan demikianorang suda belajar dalam arti yang sebenarnya. Sebab untuk mengetahui
sesuatu tidak cukup dengan hanya menghafal saja, tetapi harus dengan pengertian dan pemahaman. Maksud
belajar adalh menyediakan pengalaman-pengalaman untuk menghadapi soal-soal dimasa depan. Jika pengalaman-
pengalaman itu hanya merupakan sesuatu yang statis, yang tidak bergunauntuk adanya perubahan dalam tingkah
laku, sikap atau pengetahuan, maka yang demikian itu tidak terjadi peroses belajar.

g. Belajar dan Latihan Persamaannya bahwa belajar dan latihan keduanya dapat menyebabkan perubahan/proses
tingkah laku, sikap dan pengetahuan. Akan tetapi dalam keduanya terdapat perbedaan. Di dalam praktek terdapat
pula proses belajar yang terjadi tanpa latihan. Umpamanya: seorang anak kecil yang tangannya terbakar di dapur,
sekali saja ketika ia mengetahui bahwa api itu panas. Jadi, belajar memilih arti yang lebih luas dari pada latihan.
Adapula belajar yang hanya dengan pegertian saja, tanpa latihan. Seperti seorang anak yang di ajak berkarya-
wisata ke pabrik gula, dapat mengerti bagaimana proses membuat gula. Dengan uraian di atas kiranya menjadi
jelas bagi kita bagaimana cara-cara atau proses belajar itu berlangsung. Dengan itu kita dapat mengetahui bahwa
belajar itu tidak hanya melatih kematangan, menyesuiakan diri, memperoleh pengalaman, pengertian atau
latihan-latihan. Begitu pula jika dilihat dari sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan dalam tingah laku dan
kecakapan-kecakapan manusia, atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru. Jadi,
perubahan yang terjadi pada proses belajar itu merupakan perubahan/perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang
menjadi syaratyang mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan. Termasuk didalamnya perubahan
didalam pengetahuan minat, dan perhatian yang dibentuk oleh tenaga-tenaga/fungsi-fungsi psikis dalam pribadi
manusia itu sendiri.

3. Teori-Teori dalam Belajar Untuk lebih memperdalam pembahasan kita tentang belajar, maka dalam
pembahasan ini kita akan membicarakan tentang teori belajar. Berikut ini adalah beberapa contoh teori belajar 
yang telah diselidiki oleh para ahli psikologi sesuai dengan aliran psikologinya masing-masing. Teori belajar yang
terkenal dalam psikologi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Teori Conditioning

Dapat dikatakan bahwa pelopor dari teori ini adalah Pavlov, seorang ahli psikologi-refleksologi dari Russia.
Dia melakukan percobaan-percobaan dengan anjing. Secara  ringkas percobaan-percobaan Pavlov dapat kita
uraikan sebagai berikut: Seekor anjing yang telah dibedah  sedemikian rupa,sehingga kelenjar ludahnya berada
diluar pipinya, dimasukan ke dalam ruangan yang gelap. Di kamar itu hanya ada sebuah lubang yang berada tepat
didepan moncongnya, tempat menyodorkan makanan dan tempat untuk menyorotkan cahaya pada waktu dilakukan
percobaan-percobaan. Pada moncongnya yang telah dibedah itu dipasang sebuah pipa yang dihubungkan dengan
sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu
pada waktu diadakan percobaan. Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan-percobaan itu adalah makanan,
lampu senter untuk menyorotkan bermacam-macam warna, dan bunyi-bunyian. Dari hasil percobaan yang
dilakukan dengan anjing itu, Pavlov mendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari;
dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu
refleks wajar (unconditioned-reflex) – keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat/yang
dipelajari (conditioned-reflex)—keluar air liur karena reaksi terhadap warna sinar atau bunyi tertentu.Setelah
percobaan Pavlov ini banyak para ahli psikologi setelahnya yang mengikuti praktek percobaan pada hewan, antara
lain Guthrie, Skinner, Watson, dll.

b. Teori Connectionism (Thorndike)  Menurut teori trial and error ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan
situasi baru akan melakukan tindakan  coba-coba yang sifatnya membabi buta. Jika dalam usaha mncoba-coba itu
ada sesuatu yang dapat memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan itu akan “dipegangnya”.
Karena latihan yang terus menerus, maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu
makin lama makin efesien. Sebagai contoh kami kemukakan disini percobaan Thorndike dengan seekor kucing yang
dibuat lapar dimasukan kedalam kandang. Pada kandang itu dibuat lubang pintu yang tertutup yang dapat terbuka
jika suatu pasak di pintu itu tersentuh. Diluar kandang itu diletakan sepiring daging. Bagaimana reaksi kucing itu?
Mula-mula kucing itu bergerak kesana kemari mencoba hendak keluar melalui berbagai jeruji kandang itu. Lama-
kelamaan pada suatu ketika tersentuhlah salah satu pasak itu oleh salah satu kakinya. Kandang itu terbuka, lalu
keluarlah kucing tersbut menghampiri dan menyantap makanan itu. Percobaan diulang kembali. Tingkah laku
kucingpun pada awalnya sama, bergerak kesana kemari sampai pada akhirnya menemukan pasak pembuka itu. Dan
pada kali kedua ini waktu yang diperlukan kucing itu lebih singkat dari kali pertama. Dari penelitiannya ini
Thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar itu mengalami tiga proses, yakni:

1.   Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan

2.   Law of effect (segala tingkah laku yang mengakibatkan suatu kegiatan yang memuaskan itu akan diingat dan
dipelajari dengan sebaik-baiknya)

3.   Forgetting the false (melupakan setiap kegagalan, dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi)

c.  Teori insight full learning Melihat kepada nama teori ini dan pada aliran yang mendasarinya yakni Gestalt,
sangat jelas bahwa teori ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang telah disebutkan terdahulu. Menurut para
ahli psikologi Gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya bisa bergerak jika ada
perangsang yang mempengaruhinya, tapi manusia itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani-rohani.
Manusia bukan hanya bereaksi, tapi berinteraksi dengan dunia luar dengan kpribadiannya dan dengan cara yang
unik pula. Tak ada dua orang yang memiliki pengalaman yang persis identik terhadap objek atau realita yang sama.
Manusia dapat dengan bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi dan berstimuli yang mana ditolaknya dan yang
mana diterimanya. Dengan demikian, maka belajar menurut teori ini bukan hanya meerupakan  proses asosiasi
antara stimulus-respon yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan dan pengulangan akan tetapi
belajar akan terjadi apabila adanya insight (pengertian). Insight ini akan muncul apabila seseorang setelah
beberapa saat mencoba memahami suatu masalah tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan
antara satu unsur dengan unsur-unsur lainnya, kemudian dipahami sangkut-pautnya dan dimengerti maknanya.
Belajar adalah suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia
belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang
banyak berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya. Sebagai pendidik,
baiknya kita mengambil manfaat dari berbagai teori itu dan mempraktekannya sesuai situasi dan materi yang
dipelajari dan yang akan diajarkan. Dan baiknya kita berlaku adil pada masing-masing teori tersebut, yakni tidak
membenarkan satu teori lantas membuang teori lainnya mentah-mentah, karena pendekatan teori masing-masing
itupun melalui objek yang berbeda-beda.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Telah kita pahami sebelumnya bahwa belajar adalah suatu proses
yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku maupun kecakapan. Namun,
sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain berhasil atau tidaknya belajar tergantung
pada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat kita bedakan menjadi 2 macam:

a)      Faktor individual seperti, faktor kematangan/pertumbuhan,kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi.

b)    Faktor eksternal (sosial) seperti, keluarga/ keadaan rumah, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
digunakan dalam KBM, lingungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Marilah kita uraikan dan pahami faktor-faktor tersebut secara singkat:

a.   Kematangan/ pertumbuhan Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan.
Andaipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat/ sanggup berjalan karena untuk dapat melakukan itu anak
memerlukan kematangan potensi jasmaniah maupun rohaniah. Anak umur 6 bulan otot-otot dan tulang-tulangnya
masih lemah, berat badan dan kekuatan tenaganya masih belum ada keseimbangan yang harmonis dan keberanian
untuk mencoba pun belum ada.

b.   Kecerdasan/ Intelijensi Bukan hanya kematangan saja yang dapat membuat seseorang berhasil dalam
belajarnya tetapi juga kecerdasan/ intelijensi pu berpengaruh. Kitatidak dapat membantahnya, kenyataan telah
menunjukan pada kita, meskipun anak yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar
ilmu pasti, tapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.

c.    Latihan dan Ulangan Karena terlatih dan seringkali mengulang sesuatu maka pengetahuan dan kecakapan
yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan mendalam. Sebaliknya jika tanpa latihan pengalaman dan
pengetahuan yang dimilikinya akan berkurang bahkan hilang. Dan dengan sering latihan akan timbul minat dan
semakin besar minat akan timbul perhatiannya sehingga besar pula hasrat untuk mempelajarinya.

d.   Motivasi Motif merupakan pendorong bagi organisme untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh Motif lapar
pada kucing percobaan Thorndike mendorong kucing itu berkali-kali sehingga akhirnya dapat “membuka” pintu
tanpa melakukan perbuatan-perbuatan yang membabi buta lagi. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang
sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam ilmu pengetahuan tertentu,. Tak mungkin seseorang mau
berusaha mempeelajari sesuatu dengan sebaik-baikny, tanpa ia mengetahui manfaat maupun faedah yang akan
dicapai dari belajarnya itu bagi dirinya.

e.    Sifat-sifat Pribadi Seseorang Di samping faktor-faktor tadi faktor pribadi seseorang turut memegang peranan
penting dalam berhasilnya belajar seeorang. Karena tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda maka
berbeda pula tingkat keberhasilan tiap orang. Dan termasuk dalam kepribadian seseorang adalah faktor fisik,
kesehatan dan kondisi badan.

Selain faktor pribadi yang bersifat individual keberhasilan seseorang dalm belajar juga dipengaruhi oleh faktor
sosial eksternal.

a)   Keadaan keluarga Tidak dapat dipungkiri keadaan keluarga yang beraneka ragam seperti miskin, kaya,
tentram dan damai dan sebagainya turut berperan dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dan realita pun
telah menunjukannya. Termasuk dalam keadaan kelurga juga adalah ada tidaknya fasilitas yang diperlukan dalam
belajar turut memegang peranan penting dalam keberhasilan belajar.

b)   Guru dan Cara Mengajar Hal yang penting dalam pembelajaran terutama di sekolah adalah faktor guru dan
bagaimana cara mengajarnya merupakan faktor yang terpenting. Bagimana sikap guru, kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara yang digunakan untuk mengajarkan
pengetahuannya pada anak didiknya, dapat menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat di capai.

c)   Alat-alat pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya tidak dapat kita mutlakkan salah besar jika anak
didiknya gagal dalam proses pembelajaran, tapi faktor itu tidak lepas dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-
alat pelajaran yag tersedia di sekolah. Sekolah yang memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
belajar apalagi ditambah dengan cara mengajar yang baik dari gurunya, kecakapan gurunya dalam menggunakan
alat tersebut akan mempermudah dan mempercepat belajar anak didik.

d)  Motivasi sosial Karena belajar merupakan suatu proses dalammaka motivasi memiliki peran penting. Bukan
hanya motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri tetapi juga motivasi yang diberikan dari orang-orang yang ada
sekitar anak didik, seperti guru ketika disekolah dapat memotivasi anak didiknya untuk rajin belajar agar
mendapatkan nilai yang bagus ketika ulangan, begitupun orang tua ketika di rumah dan lingkungan masyarakat
pada umummnya dapat memberikan motivasi pada anak didik agar sukses dalam belajarnya.

e)   Lingkungan dan Kesempatan Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah
di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih
ada faktor yang terbilang paling berpengaruh pada hasil belajar. Contohnya karena jarak antara rumah dan sekolah
yang terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang ukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anak-anak yang tidak
dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang
disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor
lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih berpengaruh lagi bagi cara
belajar pada orang-orang dewasa.

5.   Fase-fase dalam Belajar Menurut Ahli Psikologi (Gagne) Gagne mengklasifikasikan fase-fase belajar kedalam
empat bagian, yakni sebagai berikut:

1.  Fase pengenalan (apprehending phase) Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian
menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini
berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa
bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.

2.  Fase perolehan (acqusition phase) Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan
informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-
asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

3.  Fase penyimpanan (storage phase) Fase storage atau retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi
yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori
jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.

4.  Fase pemanggilan (retrieval phase) Fase retrieval atau recall adalah fase mengingat kembali atau memanggil
kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau
kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang.Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan
yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori,
konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1.  Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku,dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah
laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

2. Berikut ini beberapa uraian terkait dengan macam cara penyesuaian diri yang dilakukan manusia dengan sengaja
maupun tidak sengaja, dan hubungannya dengan proses belajar:

·  Belajar dan Kematangan · 

  .  Belajar dan Penyesuaian diri

. Belajar dan Pengalaman Belajar dan Bermain

·  Belajar dan Pengertian

·  Belajar dan Mengingat

· Belajar dan Latihan

3. Teori-teoridalam belajarsangat banyak,namunpada makalahini penulis hanya mencantumkantigateori belajar


yang paling masyhurdi kalangan para ahli, yakni; Teori Conditioning, Teori Connectionism, dan teori insight full
learning.

4. Secara umum faktor-faktor dalam belajar dapat kita bedakan menjadi 2 macam, yakni:

· Faktor individual seperti, faktor kematangan / pertumbuhan,kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi,
dan

. Faktor eksternal (sosial) seperti, keluarga/ keadaan rumah, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan
dalam KBM, lingungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M Ngalim, Drs., Psikologi Pendidikan, Cetakan Ke-26, Rosda, Bandung, 2013. Farkhana, Nada,
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa, -, Semarang, 2010 Thobroni,Muhammad dan Arif
Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Arruz Media, Jogjakarta, 2011
http://yanuariaeksa.blogspot.com/2014/06/fasefase-belajar-menurut-ahli.html. Diakses pada hari kamis, 24
Oktober 2014, pkl. 20:21 [1]Nada Farkhana, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa,
Semarang, 2010 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Arruz Media, Jogjakarta, 2011,
hal. 18

http://yanuariaeksa.blogspot.com/2014/06/fasefase-belajar-menurut-ahli.html. Diakses pada hari kamis, 24


Oktober 2014, pkl. 20:21
Sumber: https://makalahnih.blogspot.com/2014/10/konsep-belajar-terma-teori-dan-faktor.html

Anda mungkin juga menyukai