Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENNDAHULUAN

PROSES MENUA

IDA SURYANI NINGSIH


206410021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP LANSIA DAN PROSES MENUA

A. Pengertian Lansia
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal
1 ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 (enam puluh) tahun keatas”. Lanjut usia merupakan proses mengalami
penuaan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan organ yang dapa
tmempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
(Fatmah,2010).
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2006).
B. Batasan Umur Lanjut Lansia

a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :

1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,


2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

C. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Proses Menua


1. Hereditas atau ketuaan genetik
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress

D. Teori Proses Manua Pada Lansia


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dati suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak,
deawasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kuran jelas,
penghilatahan semakin memburuk, gerakan lambat, dan igur tubuh yang
tidak proposional.
a. Teori – teori biologi

1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk


spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat


khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan


masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
5) Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.


Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal


bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

7) Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan


yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang


membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial

1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat


dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lansia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.


Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang


secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
E. Mitos-Mitos Penuaan
1. Lansia berhenti belajar.
2. Lansia pasti mengalami dimensia.
3. Usia membawa kelemahan.
4. Lansia tidak dapat beradaptasi dengan teknologi baru.
5. Kehilangan kreatifitas saat menua.
6. Kehilangan dorongan seks saat menua.
7. Penuaan membawa kesepian.
8. Menua berarti menghilangnya makna dan tujuan.
F. Tipologi Manusia Usia lanjut
Orang lanjut usia dalam literature lama di bgi dalam 2 golongan yaitu
1. Serat werdatama (Mangku negoro IV)
H.I. widyapranata mengutik serat werdatama yang menyebutkan:
a. Wong sepuh
Orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi Tunggal”,
yakini mampu membedakan antara baik dan buruk, antara sejati
dan palsu, dan antara gusti (Tuhan) dan kawlanya.

b. Tua Sepah
Orang tua yang kosong, tidak tau rasa, bicaranya muluk-muluk
tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebih-lebihan serta
memalukan.
2. Serat Kalatida (Ronggo Warsito)
Menyebutkan ada dua kelompok yaitu
a. Orang yang berbudi sentosa
Orang tua yang meskipun di ridhoi Tuhan dengan rezeki, namun
tetap berusaha terus disertai ingat dan waspada.
b. Orang yang lemah
Orang tua yang berputus asa, sudah tua mau apa sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih saying
tuhan.

Di zaman sekarang atau zaman pembangunan, dijumpai bermacam-


macam tipe lanjut usia, antara lain yang menonjol:

1. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan serta memenuhi
undangan
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap
datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa
saja dilakukan.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Orang lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang
bergantung kpeada karakter, pengalaman kehidupannya, lingkungan, kondisi
fisik, mental, social dan ekonominya. Tipe ini antara lain:

1. Tipe optimis; santai dan riang=tipe kursi goyang (rocking chairman)


2. Tipe konstruktif
3. Tipe ketergantungan (dependent)
4. Tipe defensive
5. Tipe militant dan serius
6. Tipe marah/frustasi (the angry man)
7. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri=self heating man)

Sebagai perawat perlu mengenal tipe-tipe lanjut usia sehingga perawat


akan dapat menghindarkan kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan
pendekatan keperawatan. Tentu saja tipe-tipe tersebut hanya suatu pedoman
kasar. Dalam prakteknya berbagai variasi dapat ditemui.

Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri para lanjut usia dapat


digolongkan dalam kelompok-kelompok sebagaia berikut:

1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya


2. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3. Lanjut usia mandiri dengan bantua tidak langsung
4. Lanjut usia dibantu oleh badan social
5. Lanjut usia Panti Social Tresna Werda
6. Lanjut usia yang dirawat di Rumah Sakit
7. Lanjut usia yang menderita gangguan mental

Kemampuan kemandirian di Negara maju, lanjut usia dijelajahi


kemampuannya untuk melakukan aktivitas normal sehari-hati. Apakah mereka
tanpa bantuan dapat bangun, mandi, ke WC, kerja ringan, olahraga, pergi ke
pasar, berpakaian rapi, membersihkan kamar, tempat tidur, lemari, mengunci
pintu dan jendela dan lain-lain yang normal dapat dilakukan olehnya. Salah
satu factor yang sangat menentukan adalah keadaan mentalnya yang dapat
mengalami apa yang disebut dimensia (kemunduran dalam fungsi berfikir).

G. Permasalahan yang terjadi Lansia


1. Masalah fisik

Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat,
indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.

2. Masalah kognitif ( intelektual )

Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah


melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa
ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian
lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering
marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi
dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
4. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah
kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya
belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui
permasalahan hidup yang cukup serius.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan
situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi
penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi
kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan
data obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang
berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia
seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
1. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
d. Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
f. Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,

g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,


h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan
fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari ujung kepala
sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari
suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk
kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit,
kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan
bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum
nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang
telinga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan
lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla
mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah
ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan).
Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola
nafas), palpasi (penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi
perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas
dan adanya suara nafas tambahan).
Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi
(mengamati ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi
(menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung),
auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau
tidak bising/murmur).
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh
darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus
atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi
(terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar
dan lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan
asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus
uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan,
warna, turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit
serta terdapat lesi atau tidak.
Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan
kesadaran (GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik
dan sensorik, serta pemeriksaan reflexPerubahan psikologis, data
yang dikaji:
a. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak,
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan,
d. Bagaimana mengatasi stres yang di alami,
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri,
f. Apakah lansia sering mengalami kegagalan,
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah.
2. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
a. Darimana sumber keuangan lansia,
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
c. Dengan siapa dia tinggal,
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
e. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,
f. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah,
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi,
h. Seberapa besar ketergantungannya,
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas
yang ada.
3. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya,
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak
yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa,
d. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
4. Pengkajian khusus pada lansia: pengkajian status fungsional,
pengkajian status kognitif.
a. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
b. SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah
penilaian fungsi intelektual lansia.
c. MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari
fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan Bahasa
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan tekanan
vaskuler serebral (D.0077)

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur


(D.0055)
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (D.0056)

C. Intervensi Keperawatan

Hari/ Tujuan dan


Dx Kep Intervensi
Tanggal Kriteria Hasil
Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
berhubungan keperawatan …x 24 jam komprehensif
dengan agen klien dapat mengontrol meliputi lokasi,
pencidera nyeri dengan kriteria : karakteristik, durasi,
fisiologis : 1. Mengenal faktor nyeri frekuensi, kualitas,
peningkatan 2. Tindakan pertolongan intensitas
tekanan vaskuler non- farmakologi 2. Observasi reaki
serebral (D.0077) 3. Mengenal tanda nonverbal dan
pencetus nyeri untuk ketidaknyamanan
mencari pertolongan 3. Gunakan
4. Melaporkan nyeri komunikasi
berkurang dengan terapeutik agar
menggunakan klien dapat
manajemen nyeri mengekspresikan
5. Menyatakan rasa nyeri
nyaman setelah nyeri 4. Ajarkan
berkurang penggunaan teknik
non farmakologi :
teknik relaksasi
progresif
5. Berikan analgetik
sesuai anjuran
6. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan suasana
tidur keperawatan …x 24 jam lingkungan yang
berhubungan tidak terjadi gangguan pola tenang dan nyaman
dengan tidur dengan kriteria : 2. Beri kesempatan
kurangnya 1. Jumlah jam tidur dalam klien untuk
kontrol tidur batas normal 6-8 istirahat/tidur
(D.0055) jam/hari 3. Evaluasi tingkat
2. Tidak menunjukkan stress
perilaku gelisah 4. Monitor keluhan
3. Wajah tidak pucat nyeri kepala
dan konjungtiva tidak 5. Lengkapi jadwal tidur
anemis secara teratur
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
aktivitas b.d keperawatan …x 24 jam 1. Tentukan
ketidakseimban tidak terjadi intoleransi keterbatasan klien
gan antara aktifitas dengan kriteria : terhadap aktifitas
suplai dan 1. Meningkatkan 2. Tentukan penyebab
kebutuhan energy untuk lain kelelahan
oksigen 3. Observasi asupan
melakukan aktifitas
(D.0056) nutrisi sebagai
sehari-hari sumber energy
2. Menunjukkan yang adekuat
penurunan gejala- 4. Observasi respons
gejala intoleransi jantung terhadap
aktifitas aktivitas (mis.
Takikardia, disritmia,
dyspnea, diaphoresis,
pucat, tekanan
hemodinamik dan
frekuensi pernafasan)
5. Dorong klien
melakukan aktifitas
sebagai sumber
energy
E. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan


keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif
dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang
telah ditentukan tercapai.

F. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil


menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose , perencanaan,
tindakan dan evaluasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmah. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC

Nugroho, H. wahjudi. (2006).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.


Jakarta: EGC

Nugroho, H. wahjudi. (2009).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.


Jakarta: EGC

Nurrahmani. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC,


NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta:
Nuha Medika

Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta

Undang-Undang No 13 (1998). UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG
KESEJAHTERAAN LANJUT USIA.

Nanda NIC NOC. (2015). Diagnosis DefinisidanKlasifikasi. PenerbitBuku


Kedokteran: EGC

Anda mungkin juga menyukai