WAHAM
Waham adalah keyakinan palsu , di dasarkan pada kesimpulan yang salah tentang
eksternal tidak sejalan dengan intelegensial pasien dan latar belakang kultural, yang
tidak dapat di koreksi oleh satu alasan. (Dr. Vita camelia 2016)
Gangguan proses pikir waham merupakan suatu keyakinan yang sangat mustahil
dan di pegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan walaupun
semua orang tidak percaya dengan keyakinannya (Bell, Raihani, & Wilkinson, 2019).
B. Etiologi
Secara umum, waham di timbulkan akibat adanya faktor keturunan, kondisi otak,
psikologis, dan lingkungan.
1. Genetik
Penelitian yang diterbitkan pada jurnal American Journal of Medical
Genetics memaparkan, waham ataupun gangguan psikotik pada umumnya bisa
disebabkan akibat faktor genetik.Jika ada kerabat generasi pertama, seperti
hubungan orang tua dan anak ataupun saudara kandung, maka hal tersebut
merupakan faktor menetap penyebab munculnya risiko waham pada seseorang.
2. Kelainan pada otak
Penelitian yang dikemukakan pada jurnal CNS Neuroscience and
Therapeutics menemukan, penderita waham memiliki kelainan pada otak.
Kelainan yang ditunjukkan adalah adanya permasalahan pada interaksi di
bagian otak tertentu. Selain itu, zat otak dopamin pun juga menunjukkan
aktivitas yang abnormal pada penderita waham.Penyintas penyakit stroke
juga mampu meningkatkan faktor penyebab waham. Sebab, stroke mampu
merusak otak belahan kanan. Pada penelitian ini menunjukkan, waham
muncul setelah adanya kerusakan otak bagian kanan.Waham pasca-stroke
ini bisa muncul tanpa riwayat riwayat masalah kesadaran, seperti delirium
ataupun gangguan intelektual, seperti demensia.
3. Trauma
Penelitian yang diterbitkan BMC Psychiatry menemukan fakta bahwa orang yang
memiliki trauma di masa lalu juga menyebabkan munculnya waham. Penelitian
ini memaparkan, sebelum merasakan waham, mereka terlebih dahulu terdiagnosis
dengan gangguan kejiwaan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).Penyintas
trauma yang mengidap PTSD terus-menerus menunjukkan gejala tambahan,
seperti gejala psikotik, seperti waham. Hal ini menyebabkan mereka mengidap
PTSD dengan fitur Psikotik Sekunder (PTSD-SP). Waham yang kambuh biasanya
berkaitan dengan trauma di masa lalu.
4. Lingkungan
Orang yang tinggal dan hidup dengan orang dengan waham juga rentan terkena
risiko waham. Bahkan, hal ini menimbulkan fenomena shared psychotic
disorders.Biasanya, hal ini kerap terjadi pada pasangan yang telah hidup bersama
menahun. Namun, penderita shared psychotic disorders cenderung pasif.Bisa juga
seseorang menderita waham jika berada di satu kelompok dengan pemimpin yang
juga waham. Stres dan merasa terisolasi di lingkungan sosial pun menjadi
pemicu shared psychotic disorder ini.
C. Pohon Masalah
Adaptif Maladaptif
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan anatara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan yang sudah banyak
yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih. Berpendidikan
tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseoarang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan
d. Fase comforting
e. Fase comforting
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.
F. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien daari dari pengalaman
yang memasuki dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi : regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi, menarik diri,
pada keluarga mengingkari.
G. Manisfestasi Klinis
Waham memiliki tanda-tanda yang bisa dikenali. Biasanya, tanda-tanda ini cukup
khas dan bisa disadari, terutama orang lain di sekitarnya. Biasanya, waham bisa
dikenali jika sudah berada pada fase gangguan waham menetap. Menurut Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima, inilah gejala dari waham:
Halusinasi: merasakan sesuatu yang tidak nyata, tanpa adanya rangsangan dari luar,
murni berasal dari perasaannya sendiri. Misalnya, seolah-olah mendengar sesuatu
padahal di ruangan sedang hening. Biasanya, halusinasi tidak ada kaitannya dengan
waham yang dirasakan.
Keyakinan yang salah, tetapi umum dijumpai (non-bizarre delusion), misalnya
merasa dituduh, padahal tidak ada orang yang menuduh atau merasa dibuntuti oleh
pihak berwajib (padahal tidak).
H. Diagnose Keperawatan
I. Jenis-Jenis Waham
2. Waham erotomania
Penderita waham merasa jika ada orang lain yang mencintai dirinya. Biasanya,
orang yang dianggap mencintai dirinya adalah orang dengan status lebih tinggi.
Namun, bisa juga orang tidak dikenal.
3. Waham kebesaran
Penderita waham melebih-lebihkan kemampuannya, seolah-olah mereka
memiliki bakat dan wawasan yang sangat mumpuni, atau bahkan merasa pernah
membuat penemuan mutakhir. Ada juga yang merasa memiliki hubungan khusus
dengan orang terkenal, tetapi ini jarang ditemui.
3. Waham cemburu
Penderita merasa pasangannya atau orang lain selalu berselingkuh atau tidak
setia. Biasanya, mereka langsung membuat kesimpulan yang tidak tepat, yang
didukung oleh bukti yang meleset, seperti menjumpai pakaian pasangan yang kusut
sebagai tanda jika pasangannya pernah berselingkuh.
4. Waham curiga
Penderita biasanya merasa dihantui oleh ancaman, misalnya dimata-matai
seseorang untuk dibunuh, merasa ada penguntit yang ingin meracun, atau
menghalangi tujuan jangka panjangnya. Biasanya, mereka membesar-besarkan hal-hal
yang dianggap melecehkan mereka.Bahkan, tak jarang, mereka kerap mengambil
tindakan hukum berkali-kali. Penderita juga sering meluapkan kemarahan. Mereka
bahkan juga melakukan tindak kekerasan terhadap orang yang dianggap menyakiti.
5. Waham somatik
Penderita seolah-olah merasakan sensasi tertentu pada tubuhnya. Bentuk
waham yang paling umum dari waham somatik adalah mereka merasa tubuhnya
mengeluarkan bau busuk.Selain itu, mereka merasa tubuh mereka terjangkit parasit
atau serangga. Mereka juga menganggap tubuh mereka cacat atau jelek dan salah satu
bagian tubuh tidak berfungsi.
6. Waham Agama
J. Penatalaksanaan
1. Medis
.
a. Pengobatan pada fase akut
1) Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan injeksi :
a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b)Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam sampai
keadaan akut teratasi.
c) Kombinsi haloperidol 5 mg intra muscularkemudian diazepam 10 mg
intra muscular dengan interval waktu 1-2 menit.
2) Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet :
a) Haloperidol 2x1,5 –2,5 mg per hari.
b) Klorpromazin 2x100 mg per hari
c) Triheksifenidil 2x2 mg per hari
2. Tindakan keperawatan efek samping obat
a. Klorpromazine
A. Pengkajian
a. Identitas klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrok dengan klien
tentang. Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
Tanyakan pada keluarga / klien hal yan menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit, yang telah di lakukan keluarga untuk mengatsi masalah dan
perkembangan yang di capai.
Gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami penganiAyaan fisik,
seksual , penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan Tindakan
kriminal, dapat di lakukan pengkajian pada keluarga factor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguana:
1) Psikologis
2) Biologis
3) Social Budaya
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital TD, nadi, suhu, pernafasan, Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan
e. Asepek psikososial
1) Membuat geogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkanhubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang di sukai
dan tidak di sukai
b) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum di rawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
d) Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas lingkungan dan
penyakit.
e) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terghadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang di ikuti dalam masyarakat
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien. Aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir) afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses piker, isi piker, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Proses piker
Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari satu topik
ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak samapai pada
tujuan (flight of ideas) kadang-kadang klien mengelauh pembicaraan yang sama
(persevere)
h. Isi pikir
5) Panatu penggunaan oabat dan tanyakan reaksi yang di rasakan setelah minum
obat.
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang di miliki klien.
k. Pengetahuan
Data di dapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang di
miliki klien di simpulkan dalam masalah.
1. Aspek medic
Terapi yang di terima oleh klien. ECT, terapi anata lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupuntur, terapi lingkungan, rehabilitas, sebagai sesuatu refungdionalinasasi
dan perkembangan klien suapaya dapat melakukan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Diagnosa keperawatan
1. Dengan Klien
2. Keluarga
C. Evaluasi
1. Mengenal harga waham yang di alami pasien pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya waham.
Dr. Vita camelia (2016) Deoartermen psikiatri Fakultas Kedokteran, Bell, V.,
Raihani, N.,& Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions 1-34)
Mar’ah, Khoerotul. 2018. Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap
Kemampuan Mengontrol Waham Pada Pasien Skizofrenia Di wilayah Puskesmas
Paciran Lamongan.