Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PASIEN WAHAM

Oleh: Kelompok 6B Reguler 3


Ayu Cetiya Mahayekti 195070201111031
Elynca Putri Desfryda 195070201111023
Eris Wibiana Herawati 195070201111003
Fifi Afifatus Zakiya 195070201111013
Kamilah Rahmawati 195070201111030
Putri Maharani 195070201111032

PRODI S1 KEPERAWATAN/ NERS


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
Departemen Keperawatan Jiwa

Konsep Dasar
1.1 Pengertian
Gangguan proses pikir waham merupakan suatu keyakinan yang sangat mustahil
dan dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan walaupun
semua orang tidak percaya dengan keyakinannya (Prakasa & Milkhatun, 2020). Waham
sendiri terbagi menjadi lima macam, yaitu :
 Waham kebesaran
 Waham curiga
 Waham keagamaan
 Waham somatik
 Waham nihilistik
Gangguan proses pikir waham ini adalah gejala positif dari skizofrenia dan biasanya
orang yang memiliki gejala tersebut akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan jenis
wahamnya, yaitu dengan memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap diri sendiri maupun
orang lain, merasa memiliki kekuasaan yang besar, merasa mempunyai kekuatan yang
luar biasa jauh diatas manusia pada umumnya, merasa dirinya mempunyai penyakit
yang sangat parah atau dapat menular ke orang lain, serta menganggap dirinya sudah
meninggal.
Gangguan proses pikir waham ditandai oleh adanya setidaknya selama satu bulan
mengalami waham dan tidak adanya gejala lain yang biasanya termasuk waham itu
sendiri. Waham juga dikategorikan menjadi dua yaitu waham non bizarre dan waham
bizarre. Waham non bizarre merupakan kepercayaan yang bisa dibayangkan dengan
benar atau nyata, misalnya pasangan hidup yang berselingkuh dan merasa dimata-
matai oleh lembaga pemerintah. Sedangkan waham bizarre tidak memiliki dasar yang
memungkinkan dalam kehidupan nyata, seperti mengganti semua organ tubuh
seseorang tanpa melakukan operasi.

1.2 Etiologi
Waham dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan
fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka (Prakasa &
Milkhatun, 2020). Akan tetapi menurut WHO (2016) secara medis ada banyak
kemungkinan penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan
sistem saraf pusat, penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit metabolisme,
gangguan endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan, racun, dan zat psikoaktif.
a) Faktor Predisposisi
 Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon
biologis yang maladaptif.
 Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan
korteks limbic.
 Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
 Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

b) Faktor Presipitasi
 Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
 Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
 Adanya gejala pemicu
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu.

1.3 Rentang Respon


Menurut Keliat (2016), rentang respon waham sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Berpikir logis Pikiran sesekali terdistorsi Gangguan


Persepsi akurat ilusi reaksi emosional pemikiran/waham
Emosi konsisten berlebihan atau tidak halusinasi kesulitan
dengan pengalaman bereaksi perilaku aneh pengolahan emosi
perilaku sesuai atau penarikan tidak perilaku kacau
Berhubungan bisa social isolasi sosial

1.4 Proses Terjadinya Dilengkapi Dengan Pathway


Menurut Sutejo, 2017 proses terjadinya waham melibatkan fase-fase berikut ini :
a) Fase kurangnya kebutuhan manusia (Lack of human need)
Waham dimulai dengan terbatasnya kebutuhan fisik maupun psikis klien.
Secara fisik, klien dengan gangguan waham memiliki keterbatasan status sosial
dan ekonomi. Keinginan klien yang biasanya sangat miskin dan menderita untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, mendorong untuk melakukan kompensasi
(pencarian kepuasan dalam suatu bidang tertentu) yang salah.
Selain klien dengan keterbatasan ekonomi, gangguan waham ini juga dapat
terjadi pada klien yang cukup secara finansial, tetapi memiliki kesenjangan antara
realita (reality) dan ideal diri (selfideal) yang sangat tinggi. Waham terjadi karena
klien merasa bahwa pengakuan atas keeksisan atau kehadiran adalah suatu hal
yang sangat penting. Gangguan ini juga terjadi akibat minimnya penghargaan saat
tumbuh kembang (life span history).

b) Fase kurangnya kepercayaan diri (Lack of self esteem)


Ketiadaan pengakuan dari lingkungan, tingginya kesenjangan antara ideal diri
dan realita, dan kebutuhan yang tak terpenuhi sesuai dengan standar lingkungan
membuat seseorang merasa menderita, malu, dan merasa tidak berharga.

c) Fase kendali internal dan eksternal (Control internal and external)


Bagi klien dengan gangguan waham, menghadapi kenyataan adalah suatau hal
yang sulit. Klien mencoba berfikir secara logis bahwa apa yang diyakini dan apa
yang dikatakannya adalah suatu kebohongan yang dilakukan untuk menutupi
kekurangan. Kekurangan itu seperti ketidakcukupan materi, kebutuhan akan
pengakuan dan penerimaan, merupakan suatu yang belum terpenuhi secara
optimal sejak kecil. Oleh karena itu, kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan di
lingkungan tersebut menjadi prioritas utama dan mendominasi dalam hidupnya.
Disisi lain, lingkungan sekitar menjadi pendengar pasif dan kurang memberikan
koreksi secara memadai klien dengan alasan toleransi dan menjaga perasaan.

d) Fase dukungan lingkungan (Environment support)


Kepercayaan beberapa orang dalam lingkungan terhadap klien membuat klien
merasa didukung. Lama kelamaan, perkataan yang terus menerus diulang oleh
orang di lingkungannya tersebut membuat klien kehilangan kendali diri dan
mengakibatkan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan
ketiadaan perasaan berdosa saat berbohong.

e) Fase kenyamanan (Comforting)


Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya. Ia juga
menganggap bahwa semua orang sama, yaitu mereka akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan ini sering disertai dengan halusinasi dan terjadi ketika
klien menyendiri dari lingkungannya. Pada tahap selanjutnya, klien lebih sering
meyendiri dan menghidari interaksi sosial (isolasi sosial).

f) Fase peningkatan (Improving)


Ketiadaan konfrontasi dan upaya-upaya koreksi dapat meningkatkan keyakinan
yang salah pada klien. Tema waham yang sering muncul adalah tema seputar
pengalaman traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Waham memang bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Akan tetapi, penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif dan
memperkaya keyakinan religiusnya.

PATHWAY WAHAM
WAHAM

Faktor Presipitasi Faktor Predisposisi

Tanda dan Gejala


Subjektif
1. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
2. Klien mengatakan bahwa dirinya memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus
Objektif
1. Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimiliki
2. Pembicaraan cenderung tidak sesuai dengan kenyataan

Risiko tinggi mencederai


Waham Isolasi sosial
diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan
(RPK)
1.5 Tanda Dan Gejala
Menurut Sutejo, 2017 gejala gangguan waham dibagi menjadi beberapa kategori yaitu
kognitif, afektif, perilaku dan hubungan sosial serta gejala fisik.
a) Gejala kognitif waham :
- Tidak mampu membedakan realita dan fantasi
- Keyakinan yang kuat terhadap keyakinan palsunya
- Mengalami kesulitan dalam berpikir realita
- Tidak mampu dalam mengambil keputusan
b) Gejala afektif waham :
- Situasi yang tidak sesuai dengan kenyataan
- Afek tumpul (blunted affect)
c) Gejala perilaku dan hubungan sosial :
- Hipersensitifitas
- Depresi
- Ragu-ragu
- Hubungan interpersonal dengan orang lain bersifat dangkal
- Mengancam secara verbal
- Aktivitas tidak tepat
- Impulsive
- Curiga
- Pola pikir stereotip
d) Gejala fisik :
- Kebersihan diri kurang
- Muka pucat
- Sering menguap
- Turunnya berat badan dan nafsu makan
- Sulit tidur

2. Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
Faktor yang perlu dikaji yaitu :
a) Faktor predisposisi
- Genetik : diturunkan
- Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan konteks limbik
- Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamate
- Virus : paparan virus influenza pada trimester III
- Psikologi : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli
b) Faktor presipitasi
- Proses pengolahan informasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
- Adanya gejala pemicu

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat, isi
pengkajiannya meliputi :
a) Identitas klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang nama klien, panggilan klien, nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
b) Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
c) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada keluarga / klien, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan, dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan :
- Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
- Biologis
Gangguan perkembangan dan fungus otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-anak.
- Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik social budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d) Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, jika perlu kaji fungsi organ jika ada
keluhan.
e) Aspek psikologis
- Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh.
- Konsep diri
 Citra tubuh : mengenai presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
 Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki/perempuan.
 Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
 Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
ppengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
- Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
- Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motoric
klien, alam perasaan klien (sedih,takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g) Kebutuhan persiapan pulang
- Kemampuan makan klien, kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
- Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihka dan merapikan pakaian.
- Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
- Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
- Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
h) Masalah psikologi dan lingkungan
Data dari keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien
i) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah
j) Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien : ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat

2.2 Diagnosis

DIANGNOSA DIAGNOSA
DATA PATHWAY
KEPERAWATAN MEDIS
DO - Menunjukkan perilaku sesuai isi Kebutuhan
waham tidak
- Isi pikir tidak sesuai realitas terpenuhi
- Isi pembicaraan sulit dimengerti ↓
- Curiga berlebihan Gangguan
- Waspada berlebihan ideal tidak
- Bicara berlebihan sama
- Sikap menentang atau permusuhan realitas dan
- Wajah tegang tidak
- Pola tidur berubah disetujui
- Tidak mampu mengambil oleh Waham Skizofrenia
keputusan pemikiran
- Flight of idea ↓
- Produktivitas kerja menurun Ada support
- Tidak mampu merawat diri lingkungan
- Menarik diri ↓
Nyaman
DS - Mengungkapkan isi waham berbohong
- Merasa sulit berkonsentrasi ↓
- Merasa khawatir Perubahan
isi: Waham
2.3 Intervensi
DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
Gangguan proses TUM : 1. Klien mau - Bina hubungan saling
pikir: waham Klien dapat mengontrol menerima percaya dengan klien
wahamnya kehadiran perawat a. Beri salam
TUK disampingnya b. Perkenalkan diri,
1. Klien dapat 2. Klien mengatakan tanyakan nama, serta
membina mau menerima nama panggilan yang
hubungan saling bantuan perawat disukai
percaya dengan 3. Klien tidak c. Jelaskan tujuan interaksi
perawat menunjukkan d. Yakinkan klien dalam
tanda-tanda curiga keadaan aman dan
4. Klien mengizinkan perawat siap menolong
duduk disamping dan mendampinginya
e. Yakinkan bahwa
kerahasiaan klien akan
tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap
terbuka dan jujur
g. Perhatikan kebutuhan
dasar dan bantu pasien
memenuhinya

TUK 1. Klien menceritakan - Bantu klien untuk


2. Klien dapat ide-ide dan mengungkapkan perasaan
mengidentifikasi perasaan yang dan pikirannya
perasaan yang muncul secara a. Diskusikan dengan klien
muncul secara berulang dalam pengalaman yang
berulang dalam pikirannya dialami selama ini
pikiran klien termasuk hubungan
dengan orang yang
berarti, lingkungan
kerja, sekolah, dsb
b. Dengarkan pernyataan
klien dengan empati
tanpa mendukung atau
menentang pernyataan
wahamnya
c. Katakana perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan oleh klien
TUK 1. Klien dapat - Bantu klien mengidentifikasi
3. Klien dapat menyebutkan kebutuhan yang tidak
mengidentifikasi kejadian sesuai terpenuhi serta kejadian
stressor atau dengan urutan yang menjadi faktor
pencetus waktu serta pencetus wahamnya
DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
wahamnya harapan atau a. Diskusikan dengan klien
kebutuhan dasar tentang kejadian-
yang tidak kejadian traumatic yang
terpenuhi seperti menimbulkan rasa
harga diri, rasa takut, ansietas, maupun
aman, dsb perasaan tidak dihargai
2. Klien dapat b. Diskusikan kebutuhan
menyebutkan atau harapan yang
hubungan antara belum terpenuhi
kejadian c. Diskusikan cara-cara
traumatik mengatasi kebuthan
kebutuhan tidak yang tidak terpenuhi
terpenuhi dengan dan kejadian traumatic
wahamnya d. Diskusikan dengan klien
antara kejadian-
kejadian tersebut
dengan wahamnya
TUK Klien menyebutkan - Bantu klien
4. Klien dapat perbedaan mengidentifikasi
mengidentifikasi pengalaman nyata keyakinan yang salah
wahamnya dengan pengalaman tentang situasi yang nyata
wahamnya (bila klien sudah siap)
a. Diskusikan dengan
klien pengalaman
wahamnya tanpa
beragumentasi
b. Katakan kepada klien
akan keraguan
perawat terhadap
pernyataan klien
c. Diskusikan dengan
klien respon perasaan
terhadap wahamnya
d. Diskusikan frekuensi,
intensitas, dan durasi
terjadinya waham
e. Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien
TUK Klien menjelaskan - Diskusikan tentang
5. Klien dapat gangguan fungsi hidup pengalaman-pengalaman
mengidentifikasi sehari-hari yang yang tidak menguntungkan
konsekuensi dari diakibatkan ide-ide sebagai akibat dari
wahamnya pikirannya yang tidak wahamnya seperti:
sesuai dengan Hambatan dalam
DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
kenyataan seperti: berinteraksi dengan
1. Hubungan dengan keluarga, Hambatan dalam
keluarga interaksi dengan orang lain
2. Hubungan dengan dalam melakukan aktivitas
orang lain sehari-hari
3. Aktivitas sehari- - Ajak klien melihat bahwa
hari waham tersebut adalah
4. Pekerjaan masalah yang
5. Sekolah membutuhkan bantuan
6. Prestasi dari orang lain
dsb - Diskusikan dengan klien
tentang orang atau tempat
ia dapat meminta bantuan
apabila wahamnya timbul
atau sulit di kendalikan
TUK Klien melakukan - Diskusikan hobi atau
6. Klien dapat aktivitas yang aktivitas yang disukainya
melakukan Teknik konstruktif sesuai - Anjurkan klien memilih
distraksi sebagai dengan minatnya yang dan melakukan aktivitas
cara dapat mengalihkan yang membutuhkan
menghentikan fokus klien dari perhatian dan
pikiran yang wahamnya keterampilan
terpusat pada - Ikut sertakan klien dalam
wahamnya aktivitas fisik yang
membutuhkan perhatian
sebagai pengisi waktu
luang
- Libatkan klien pada topik-
topik yang nyata
- Anjurkan klien untuk
bertanggung jawab secara
personal dalam
mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan
dan pemulihannya
- Beri penghargaan bagi
setiap upaya klien yang
positif
TUK Keluarga dapat - Diskusikan pentingnya
7. Klien mendapat menjelaskan tentang peran keluarga sebagai
dukungan cara mempraktikkan pendukung untuk
keluarga perawatan klien mengatasi waham
dengan waham - Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu
klien mengatasi waham
- Jelaskan pada keluarga
tentang
DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Pengertian waham
b. Tanda gejala waham
c. Penyebab dan akibat
waham
d. Cara merawat klien
waham
- Latih keluarga cara
merawat waham
- Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatih
- Beri pujian pada keluarga
atas keterlibatannya
merawat klien di rumah
TUK 1. Klien dapat - Diskusikan dengan klien
8. Klien dapat mendemonstrasik tentang manfaat dengan
memanfaatkan an penggunaan kerugian tidak minum obat
obat dengan baik obat dengan baik - Pantau klien saat
2. Klien dapat penggunaan obat, beri
menyebutkan pujian jika klien
akibat berhenti menggunakan obat dengan
minum obat tanpa benar
konsultasi dengan - Diskusikan akibat klien
dokter berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter
- Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada perawat
atau dokter jika terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan

2.4 Implementasi (dilengkapi dengan SPTK dan SOP)

Diagnosis Pasien Keluarga


Keperawatan
Waham SP I P SP I K
1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan
2. Mendiskusikan kebutuhan masalah yang
yang tidak terpenuhi dirasakan keluarga
3. Membantu pasien memenuhi dalam merawat
kebutuhannya pasien
4. Menganjurkan pasien 2. Menjelaskan
memasukkan dalam jadwal pengertian, tanda
kegiatan harian dan gejala waham,
dan jenis waham
SP II P yang dialami
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien beserta
harian pasien proses terjadinya
2. Berdiskusi tentang 3. Menjelaskan cara-
kemampuan yang dimiliki cara merawat
3. Melatih kemampuan yang pasien waham
dimiliki
SP II K
SP III P 1. Melatih keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan mempraktikkan
harian pasien cara merawat
2. Memberikan Pendidikan pasien dengan
Kesehatan tentang waham
penggunaan obat secara 2. Melatih keluarga
teratur melakukan cara
3. Menganjurkan pasien merawat langsung
memasukkan dalam jadwal kepada pasien
kegiatan harian waham

SP III K
1. Membantu
keluarga membuat
jadwal aktivitas di
rumah termasuk
minum obat
2. Mendiskusikan
sumber rujukan
yang bisa
dijangkau keluarga

SOP

Pengertian Gangguan proses pikir waham merupakan suatu


keyakinan yang sangat mustahil dan dipegang teguh
walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan
walaupun semua orang tidak percaya dengan
keyakinannya.
Tujuan Pasien mampu membina hubungan saling percaya
Kebijakan -
Indikasi Pasien Waham
Kontraindikasi -
Persiapan
1. Persiapan Persiapan
perawat 1. Catatan medis
2. Persiapan pasien 2. Buku Kegiatan Harian
3. Persiapan alat
Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
Prosedur Tindakan 1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini dilakukan
penilaian terkahir terhadap kondoso pasien dan disesuaikan dengan kriteria hasil
sebelumnya yang telah dibuat. Dalam evaluasi asuhan keperawatan menggunakan
SOAP seperti:
S : Subjektif (pertanyaan atau keluhan dari pasien)
O : Objektif (data yang diobservasi oleh perawat)
A : Analisis (kesimpulan dari subjektif dan objektif)
P : Planning (rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis)
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI [ CPPT ]

Tangga Profesional ASUHAN PASIEN DAN PEMBERIAN INSTRUKSI REVIEW DAN VERIFIKASI
l/Jam pemberian PELAYANAN DPJP
Asuhan
10-05- Perawat S: Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
2023/1 1. Membantu orientasi
Senang
realita
0.00
2. Mendiskusikan
O:
kebutuhan yang tidak
terpenuhi
Klien mampu melakukan latihan
3. Membantu pasien
orientasi realita : menyebutkan nama, memenuhi kebutuhannya
waktu, orang dan tempat/lingkungan 4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
dengan mandiri jadwal kegiatan harian

A:

Waham (+)

P:

Latihan : Orientasi realita : panggil nama,


orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan 2x/hari
Tgl, jam
Paraf DPJP
Nama DPJP
Catatan/Notasi DPJP
DAFTAR PUSTAKA

Prakasa, A. and Milkhatun (2020) ‘Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan Proses Pikir
Waham Dengan Menggunakan Algoritma C4.5 Di RS Atma Husada Mahakam Samarinda’,
Borneo Student Research, 2(1), pp. 8–15.
Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan Praktik keperawatan kesehatan
jiwa stuart. Edisi Indonesia (Buku I). Singapura: Elsevier.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai