Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH: KEPERAWATAN KRITIS

MONITORING KESEIMBANGAN CAIRAN PADA PASIEN SAKIT


KRITIS DEWASA

Oleh:

Eris Wibiana Herawati 195070201111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKUULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan infus merupakan cairan yang berfungsi untuk membantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan elektrolit didalam tubuhnya. Ketepatan
pemberian cairan infus sangatlah penting untuk menjaga kondisi pasien agar
tetap dalam kondisi baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
kecepatan tetes cairan infus, jenis cairan infus, dan ketersediaan cairan infus
didalam labu infus pasien. Oleh karena itu secara rutin petugas medis harus
selalu melakukan visit ke setiap kamar untuk memastikan bahwa cairan infus
yang diberikan kepada pasien masih berfungsi dengan baik (Mardiyah,
Tritoasmoro dan Rizal, 2020).
Keseimbangan cairan sangat penting dalam kesehatan dan penyakit.
Manajemennya diperlukan dalam berbagai kasus (Roumelioti et al., 2018).
Indikasi utama pemberian cairan intravena yaitu sebagai resusitasi,
penggantian, dan maintenance (Malbrain et al., 2020). Mempertahankan
keseimbangan cairan merupakan tujuan utama untuk pasien ICU. Pasien
dengan kelebihan cairan akan mengalami peningkatan kebutuhan ventilasi
serta pemanjangan waktu perawatan di ICU dan akan terjadi penurunan
indeks oksigenasi (Kresnoadi, 2018).
Pada pasien sakit kritis jarang memerlukan cairan berlebihan, mengingat
kecukupan jumlah air dan natrium yang diberikan dalam obat-obatan dan
nutrisi. Pengelolaan keseimbangan cairan dapat menjadi hal yang penting,
karena pasien oliguria dengan atau tanpa peningkatan kreatinin memiliki
angka kematian yang meningkat bahkan setelah adanya kesesuaian akumulasi
cairan. Sehingga monitoring cairan pada pasien kritis dewasa penting untuk
dilakukan dalam mempertahankan cairan tetap seimbang dan tidak berlebih
(Kresnoadi, 2018).
Penting untuk memahami bahwa pemberian terapi cairan di unit
perawatan kritis adalah suatu proses dinamis, dikarenakan kelebihan cairan
dikaitkan penurunan fungsi ginjal pada pasien kritis. Upaya yang harus
dilakukan untuk menemukan keseimbangan antara pemberian terapi cairan
yang cukup untuk menjaga stabilitas hemodinamik dan perfusi organ sambil
menghindari kelebihan penyebaran volume cairan tersebut. Penggunaan
kristaloid harus diperhatikan dan koloid sintetik sebaiknya dihindarkan pada
saat terapi cairan (Kresnoadi, 2018).
1.2 Tujuan
1. Untuk menyediakan cukup cairan dan elektrolit sebagai pemenuhan
insensible losses (500-1000 ml)
2. Mempertahankan status normal tubuh kompartemen cairan
3. Memungkinkan ekskresi ginjal dari produk-produk limbah
4. Untuk mengangani deficit yang ada atau kehilangan yang tidak normal
yang sedang berlangsung
1.3 Manfaat
1. Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung
2. Mencukupi kebutuhan per hari
3. Mengatasi syok
4. Mengatasi kelainan akibat terapi lain
BAB II
ISI

2.1 Definisi
Monitoring cairan infus merupakan proses pemantauan yang dilakukan
oleh perawat untuk mencatat hasil dari data pasien sebelum maupun setelah
melakukan tindakan perawatan infus (Mardiyah, Tritoasmoro dan Rizal,
2020). Monitoring akan memberikan informasi tentang status pengukuran dan
evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu.
2.2 Indikasi
Menurut (Mardiyah, Tritoasmoro dan Rizal, 2020) kondisi pasien yang
memerlukan pemasangan infus, diantaranya sebagai berikut:
1. Pasien dengan pendarahan hebat
2. Patah tulang, khususnya pada panggul dan paha
3. Demam tinggi akibat dehidrasi
4. Trauma Abdomen
5. Diare disertai demam
6. Luka bakar serius.
2.3 Kontraindikasi
1. Overhidrasi
2. Keadaan kongesti
3. Edema paru
4. Gangguan fungsi ginjal berat
5. Sirosis hepatis
2.4 Tahap persiapan
1. Persiapan alat
 Perlak dan alas
 Sarung tangan
 Kapas alkohol larutan antiseptic
 Plester
 Gunting plester
 Bengkok
2. Persiapan lingkungan
 Memberikan privasi kepada klien (menutup tirai)
 Membaca rekam medis pasien
 Memastikan pencahayaan cukup
3. Persiapan diri
 Mencuci tangan
 Memakai APD
2.5 Tahap pelaksanaan prosedur
1. Perhatikan pasien selama perasat dijalankan. Kecepatan tetesan harus
diobservasi dengan ketat untuk memastikan ketepatan jumlah cairan
yang diinfuskan. Tinggi kantong infus juga akan mempengaruhi tetesan
karena gravitasi meningkatkan kecepatan aliran darah
2. Tusukkan infus harus dipantau untuk memastikan tidak adanya tanda-
tanda infeksi dan kanula harus tetap berada pada tempatnya dan tidak
tersumbat
3. Kanula harus dibilas secara teratur, setiap selesai pemberian obat IV
4. Bagi pasien yang masih kekurangan cairan maka diharuskan untuk
menggantikan cairan infus yang sudah kosong dengan cairan yang baru
5. Jika selang infus terjadi penyumbatan atau kerusakan maka harus
segera diganti
6. Perhatikan keadaan penderita selama dipasang infus bila terjadi reaksi
tersebut infus dihentikan dahulu dan laporkan pada dokter
7. Jangan sampai ada udara masuk kedalam pembuluh udara bekerja
selalu dan ingat dasar-dasar aseptik dan aterilitet
8. Catatlah jenis cairan dan banyaknya cairan per menit
9. Denyut nadi dan tensi darah harus dikontrol selama perasat dijalankan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ketepatan pemberian cairan infus sangatlah penting untuk menjaga
kondisi pasien agar tetap dalam kondisi baik. Pasien dengan kelebihan cairan
akan mengalami peningkatan kebutuhan ventilasi serta pemanjangan waktu
perawatan di ICU dan akan terjadi penurunan indeks oksigenasi. Sebagai
perawat kritis sudah seharusnya mampu melaksanakan monitoring pasien
kritis supaya tidak terjadi overload cairan. Sehingga monitoring cairan pada
pasien kritis dewasa penting untuk dilakukan dalam mempertahankan cairan
tetap seimbang dan tidak berlebih.
3.2 Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan profesi keperawatan penting untuk
menambah pengetahuan dan melaksanakan praktik keperawatan sesuai
perkembangan teknologi. Monitoring pasien kritis akan sangat penting bagi
profesi perawat dalam mempertahankan kondisi pasien tetap stabil dan tidak
terjadi perburukan. Sehingga diharapkan laporan pendahuluan praktikum ini
dapat digunakan sebagai acuan dalam memonitor cairan bagi pasien sakit
kritis. Kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu
kesempurnaan laporan pendahuluan praktikum ini
DAFTAR PUSTAKA

Kresnoadi, E. (2018) ‘Kelebihan Cairan (Fluid Overload) dan Hubungannya


dengan Kejadian Acute Kidney Injury (Aki)’, Jurnal Kedokteran Unram, 7(3), pp.
23–27.

Malbrain, M. L. N. G. et al. (2020) ‘Intravenous Fluid Therapy in the


Perioperative and Critical Care Setting: Executive Summary of the International
Fluid Academy (IFA)’, Annals of Intensive Care, 10(64), pp. 1–19. doi:
10.1186/s13613-020-00679-3.

Mardiyah, D. R., Tritoasmoro, I. I. and Rizal, S. (2020) ‘Sistem Controlling dan


Monitoring Cairan Infus Berbasis Android’, e-Proceeding of Engineering, 7(2), p.
4195.

Roumelioti, M.-E. et al. (2018) ‘Fluid Balance Concepts in Medicine: Principles


and Practice’, World Journal of Nephrology, 7(1), pp. 1–28. doi:
10.5527/wjn.v7.i1.1.

Anda mungkin juga menyukai