Atin Supriatin
H523104
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengganti cairan dalam tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui tentang pemasangan infus dan penjelasan lainnya serta
bagaimana cara pemasangan infus yang baik dan benar sesuai SOP yang ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pemasangan infus adalah pemberian srjumlah cairan ke dalam tubuh
melalui jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
cairan atau zat-zat yang ada dalam tubuh.
2. Indikasi
Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul)
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
5. Diare dan demam
6. Luka bakar luas
7. Semua trauma kepala, dada dan tulang punggung
4
3. Kontra Indikasi
Pada pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah vena:
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
5
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
a. Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu
yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
b. Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga
tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam
pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan
steroid.
6
c. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
d. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100 ml/jam
3. KA-EN 3A & 3B Indikasi:
a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
c. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
d. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
4. KA-EN MG3 Indikasi :
a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
c. Mensuplai kalium 20 mEq/L
d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
5. AMIPAREN Indikasi:
a. Stres metabolik berat
b. Luka bakar
c. Infeksi berat
d. Kwasiokor
e. Pasca operasi
f. Total Parenteral Nutrition
g. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
6. KA-EN 3A Indikasi :
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
b. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
7
7. KA-EN 4B Indikasi:
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3
tahun
b. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
8. OTSU NS Indikasi:
a. Untuk resusitasi
b. Kehilangan Na > Cl, misal diare
c. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
9. OTSU RL
Indikasi:
a. Resusitasi
b. Suplai ion bikarbonat
c. Asidosis metabolik
10. MARTOS10 Indikasi:
a. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
b. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor,
infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
c. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
d. Mengandung 400 kcal/L
11. AMNOVEL 600 Indikasi:
a. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
b. Penderita GI yang dipuasakan
c. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan
pasca operasi)
d. Stres metabolik sedang
e. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
12. PAN AMIN G Indikasi:
a. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
b. Nitrisi dini pasca operasi
8
c. Tifoid
9
Komplikasi ,1.masalah lokal: Tromboplebitis (infeksi pada vena) dan
pembengkakan disisi injeksi (akibat keluarnya cairan kedalam
jaringan). Jika masalah ini terjadi, jarum harus dilepas dan
diinfus ulang pada vena yang lain.
2. Masalah umum:
a. Septikemia (infeksi pada darah): infeksi ini dapat
dicegah dengan menggunakan jarum, selang dan infus intravena
steril.
b. Kelebihan beban sirkulasi (overload circulatory): cairan
intra vena yang diberikan terlalu banyakdan terlalu cepat dapat
menyebabkan gagal jantung dan paru- paru. (WHO, 2002)
Prosedur A. PERENCANAAN
Persiapan alat :
10
7. Gunting verband
8. Bengkok (neirbekken)
9. Infus set lengkap dengan gantungan botol (kolf)
. 10. erlak kecil dan alas
. 11. Tali pembendung (tourniquet)
.12. Alat tulis ( untuk dokumentasi)
B. PENATALAKSAAN
11
. 12. Buka pengatur tetesan infus, hitung tetesan infus seuai
kebutuhan.
. 13. Fiksasi IV canule dengan transparan IV dressing dengan
mencantumkan identifikasi (Nama pemasang, nama ruangan,
waktu pemasangan; tanggal dan jam), bila kurang kuat boleh
difiksasi dengan plester/pesangan spalk untuk anak dengan
tidak menutupi area penusukan.
. 14. Rapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan.
. 15.Buang sampah benda tajam kedalam sampah benda
tajam/safety box.
. 16. Buang alkohol swab ke tempat sampah medis benda non
tajam.
. 17. Buang sampah plastik dan kertas ke tempat sampah umum
. 18. Lepaskan APD dan buang ke tempat sampah medis.
. 19. Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
. 20. Dokumentasikan dalam simkep atau berkas rekam medis.
12
BAB III
PENDOKUMENTASIAN SOAP
Hari : Rabu
Tanggal : Kamis 26 Oktober 2023
Jam : 16.00 WIB
Nama Pengakji : Bidan Atin
A. Identitas
1. BIODATA
Nama ibu :Ny.E Nama : Tn.S
Umur :28 thn Umur :26 thn
Agama :Islam Agama :Islam
Suku/bangsa :Sunda/Indonesia Suku/bangsa :Sunda/indonesia
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat rumah : Cinunuk
B. DATA SUBJEKTIF
1. Pasien Lama /Baru : Pasien lama
2. Alasan Datang : ibu merasa lemas
3. Keluhan Utama : Pasien mengatakan badannya lemas
C. Diagnosis medis
Anemia ringan
D. Diagnosis Kebidanan
Resiko Hipovolemia
13
E. Data yang mendukung diagnosis Kebidanan
14
operasional prosedur yaitu :
1. Fase orientasi
2. Fase Orientasi
3. Fase kerja
a. Mencuci tangan
15
j. Lakukan pendokumentasian dan merapikan alat serta cuci tangan
4. Fase terminasi
H. Analisis tindakan
16
3. Dorong masukan oral (sedikit demi sedikit)
P : lanjutkan intervensi
3. Edukasi pasien untuk pemenuhan makanan per oral (sedikit demi sedikit)
L. Evaluasi diri
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-
obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Persiapan Alat Standar infuse Set infuse Cairan sesuai program
medic Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai Pengalas Torniket
Kapas alcohol Plester Gunting Kasa steril Betadin Sarung tangan.
Prosedur kerja: Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Pemasangan
infus. Aristianto Cuci tangan Hubungkan cairan dan infus set dengan
memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse Isi
cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi selang dan
udara selang keluar Letakkan pangalas di bawah tempat (vena) yang
akan dilakukan penginfusan Lakukan pembendungan dengan torniker (
karet pembendung ) 10-12 cmdi atas tempat penusukan dan anjurkan
pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar )
Gunakan sarung tangan steril Disinfeksi daerah yang akan ditusuk
dengan kapas alcohol Lakukan penusukan pada vena dengan
meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum ( abocath )
mengarah ke atas Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath /
surflo ) maka tarik keluar bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan
tusukan ke dalam vena Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan
atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan
menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian
infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse Buka
pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu
pemasangan infus serta catat ukuran jarum Lepaskan sarung tangan
dan cuci tangan.
Dokumentasi Pendokumentasian keperawatan harus jelas :
19
waktu pemasangan tipe cairan Tempat insersi (melalui IV) Kecepatan
aliran (tetesan/menit) Respon klien setelah dilakukan tindakan
pemasangan infuse
20
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dilakukan pemasangan Infus. Setelah dilakukan tindakan pemasangan
infus. Kondisi klien mulai membaik setelah 5 jam pemasangan infus. Infus
merupakan salah satu produk kesehatan yang bermanfaat untuk
menggantikan zat makanan di dalam tubuh berupa cairan yang langsung
ditransfusikan ke dalam tubuh melalui saluran pembuluh darah
B. SARAN
Lalukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP yang sudah ada selalu
pastikan tindakan yang kita lakukan sudah tepat terhadap indikasi
pemasangan infus. Hindari komplikasi atau kesalahan ssat prosedur
pemasangan infus dilakukan. Pastikan membuat inform consent di setiap
tindakan pemasangann infus.
21
DAFTAR PUSTAKA / REFERENSI
Bare & Smeltzer. 2020. Buku Ajar Kebidanan Medikal Bedah Brunner &.
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :
EGC
Brunner & Suddarth. 2020. Buku Ajar Kebidanan Medikal Bedah voleme
1. Jakarta: EGC.
22