Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

TINDAKAN PEMASANGAN INFUS

Atin Supriatin
H523104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien. Pemasangan
infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering
dilakukan. Namun, hal ini risiko tinggi terjadinya infeksi nosokomial atau
disebut juga Hospital Acquired Infection (HAIs) yang akan menambah
tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar
yang telah ditetapkan.
Dalam tindakan pemasangan infus, prinsip hubungan sosial,
resiprositas (hubungan timbal balik) dan validasi sosial juga tidak kalah
penting dan berpengaruh terhadap sebuah kepatuhan. Dalam hal ini erat
kaitannya dengan dukungan rekan kerja maupun atasan. Aspek yang dinilai
pada dukungan rekan kerja meliputi komunikasi dan kesediaan rekan kerja
serta atasan dalam membantu pelaksanaan pemasangan infus Baradero (2013)
Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah cuci tangan, dekatkan
alat, jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan
selama pemasangan infus, atur posisi pasien berbaring, siapkan cairan dengan
menyambung botol cairan dengan selang infus dan gantungkan pada standar
infus, menentukan area vena yang akan ditusuk, pasang alas, pasang tourniket
pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk, pakai sarung tangan,
desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm, tusukan IV
catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung, pastikan jarum IV
masuk ke vena, sambungkan jarum IV dengan selang infus, lakukan fiksasi
ujung jarum IV ditempat insersi, tutup area insersi dengan kasa kering
kemudian plester, atur tetesan infus sesuai program medis, lepas sarung
tangan, pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana,
tanggal dan jam pelaksanaan, bereskan alat, cuci tangan, dan observasi dan
evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi.
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh
melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh yang mengalami
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
Infus merupakan salah satu produk kesehatan yang bermanfaat untuk
menggantikan zat makanan di dalam tubuh berupa cairan yang langsung
ditransfusikan ke dalam tubuh melalui saluran pembuluh darah. Infus
berperan penting dalam dunia kesehatan karena semua rumah sakit
menggunakan produk ini untuk suplai zat makanan ke dalam tubuh pasien.
Sehingga pasien mendapatkan nutrisi makanan, meskipun pasien tidak makan.
Oleh karena itu cairan infus berperan penting dalam kelangsungan hidup
pasien.

1.2 Tujuan
Mengganti cairan dalam tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui tentang pemasangan infus dan penjelasan lainnya serta
bagaimana cara pemasangan infus yang baik dan benar sesuai SOP yang ada
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pemasangan infus adalah pemberian srjumlah cairan ke dalam tubuh
melalui jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
cairan atau zat-zat yang ada dalam tubuh.

1. Tujuan Pemasangan Infus


1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekan vena central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada sistem pencernaan diistirahatkan

2. Indikasi
Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul)
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
5. Diare dan demam
6. Luka bakar luas
7. Semua trauma kepala, dada dan tulang punggung

4
3. Kontra Indikasi
Pada pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah vena:
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

4. Jenis Cairan Infus


1. Cairan Hipotonik
Osmolaritas nya lebih rendah dibanding serum (konsentrasi ion Na+
lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh
darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya
pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hipeglikemia (kasar guladarah tinggi).
2. Cairan Isotonic
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga terus berada didalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun) memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-laktat (RL) dan
normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
3. Cairan Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh

5
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
a. Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu
yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
b. Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga
tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam
pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan
steroid.

5. Macam-macam Jenis Infus


1. Asering Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis
akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik,
dehidrasi berat, trauma.
2. KA-EN 1B Indikasi:
a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal
pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
b. < 24 jam pasca operasi

6
c. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
d. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100 ml/jam
3. KA-EN 3A & 3B Indikasi:
a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
c. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
d. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
4. KA-EN MG3 Indikasi :
a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
c. Mensuplai kalium 20 mEq/L
d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
5. AMIPAREN Indikasi:
a. Stres metabolik berat
b. Luka bakar
c. Infeksi berat
d. Kwasiokor
e. Pasca operasi
f. Total Parenteral Nutrition
g. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

6. KA-EN 3A Indikasi :
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
b. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

7
7. KA-EN 4B Indikasi:
a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3
tahun
b. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
8. OTSU NS Indikasi:
a. Untuk resusitasi
b. Kehilangan Na > Cl, misal diare
c. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
9. OTSU RL
Indikasi:
a. Resusitasi
b. Suplai ion bikarbonat
c. Asidosis metabolik
10. MARTOS10 Indikasi:
a. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
b. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor,
infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
c. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
d. Mengandung 400 kcal/L
11. AMNOVEL 600 Indikasi:
a. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
b. Penderita GI yang dipuasakan
c. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan
pasca operasi)
d. Stres metabolik sedang
e. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
12. PAN AMIN G Indikasi:
a. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
b. Nitrisi dini pasca operasi

8
c. Tifoid

6. Lokasi Pemasangan Infus


1. Pada lengan
a. Vena mediana cubiti / vena sefalika
b. Vena Basilika
2. Pada tungkai
a. Vena Saphenous
3. Pada leher
a. Vena Jugularis
1. Pada kepala
a. Vena Frontalis
Vena Temporalis

7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus


Pengertian kegiatan memasang akses intra vena dengan menusukkan
IV canula kedalam pembuluh darah vena.
Melepas infus adalah kegiatan melepas akses intra vena
dengan mencabut IV canule dari dalam pembuluh darah.

Tujuan 1. Untuk rehidrasi cairan yang hilang


2. Memudahkan pemberian premedikasi narkosa
3. Memberikan tranfusi darah
4. Mntuk memasukkan obat yang diperlukan
.

9
Komplikasi ,1.masalah lokal: Tromboplebitis (infeksi pada vena) dan
pembengkakan disisi injeksi (akibat keluarnya cairan kedalam
jaringan). Jika masalah ini terjadi, jarum harus dilepas dan
diinfus ulang pada vena yang lain.
2. Masalah umum:
a. Septikemia (infeksi pada darah): infeksi ini dapat
dicegah dengan menggunakan jarum, selang dan infus intravena
steril.
b. Kelebihan beban sirkulasi (overload circulatory): cairan
intra vena yang diberikan terlalu banyakdan terlalu cepat dapat
menyebabkan gagal jantung dan paru- paru. (WHO, 2002)

Prosedur A. PERENCANAAN
Persiapan alat :

1. Alat Pelindung Diri (APD)


2. Seperangkat infus set steril
3. Cairan yang diperlukan
4. Kain kasa steril dalam tempatnya (jika diperlukan)
5. Kapas alkohol dalam tempatnya/alcohol swab
6. Plester

10
7. Gunting verband
8. Bengkok (neirbekken)
9. Infus set lengkap dengan gantungan botol (kolf)
. 10. erlak kecil dan alas
. 11. Tali pembendung (tourniquet)
.12. Alat tulis ( untuk dokumentasi)

B. PENATALAKSAAN

1. Lakukan identifikasi pasien


2. Jelaskan tentang tujuan dan prosedur tindakan.
3. Minta kesediaan pasien/keluarga untuk menandatangani
formulir persetujuan tindakan.
4. Dekatkan alat yang akan digunakan
5. Hubungkan infus set pada cairan infus, isi tabung reservoir
infus dan alirkan cairan hingga tidak ada udara pada infus set
Pilih vena yang akan dilakukan penusukan IV canule:
a. Bila akses diekstremitas, lakukan bendungan pada
daerah vena bagian atas dari vena yang akan
dilakukan penusukan.
b. Bila akses dibagian kepala, tidak dilakukan
bendungan pada daerah vena.
6. Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
7. Pakai APD sesuai kebutuhan.
8. Desinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan dengan
arah melingkar/satu kali apusan dengan kapas alkohol/alcohol
swab.
. 9. Tusukkan jarum IV canule dengan mata jarum menghadap
keatas dan lihat apakah ada darah yang keluar atau tidak di
indikator IV canule
. 10. Bila tidak berhasil, lakukan penusukan ulang sampai
berhasil dengan tetap memperhatikan kondisi pasien (bila perlu
ada penggantian petugas)
. 11. Jika indikator IV canule sudah terlihat darah, tarik jarum
sedikit-sedikit masukan canule sampai pangkal Canule dan
sambungkan ke infus set dan buka bendungan.

11
. 12. Buka pengatur tetesan infus, hitung tetesan infus seuai
kebutuhan.
. 13. Fiksasi IV canule dengan transparan IV dressing dengan
mencantumkan identifikasi (Nama pemasang, nama ruangan,
waktu pemasangan; tanggal dan jam), bila kurang kuat boleh
difiksasi dengan plester/pesangan spalk untuk anak dengan
tidak menutupi area penusukan.
. 14. Rapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan.
. 15.Buang sampah benda tajam kedalam sampah benda
tajam/safety box.
. 16. Buang alkohol swab ke tempat sampah medis benda non
tajam.
. 17. Buang sampah plastik dan kertas ke tempat sampah umum
. 18. Lepaskan APD dan buang ke tempat sampah medis.
. 19. Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
. 20. Dokumentasikan dalam simkep atau berkas rekam medis.

Unit Terkait Kebidanan dan dokter.

12
BAB III

PENDOKUMENTASIAN SOAP

Hari : Rabu
Tanggal : Kamis 26 Oktober 2023
Jam : 16.00 WIB
Nama Pengakji : Bidan Atin

A. Identitas
1. BIODATA
Nama ibu :Ny.E Nama : Tn.S
Umur :28 thn Umur :26 thn
Agama :Islam Agama :Islam
Suku/bangsa :Sunda/Indonesia Suku/bangsa :Sunda/indonesia
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat rumah : Cinunuk

B. DATA SUBJEKTIF
1. Pasien Lama /Baru : Pasien lama
2. Alasan Datang : ibu merasa lemas
3. Keluhan Utama : Pasien mengatakan badannya lemas

C. Diagnosis medis

Anemia ringan

D. Diagnosis Kebidanan

Resiko Hipovolemia

13
E. Data yang mendukung diagnosis Kebidanan

DS : pasien mengatakan badannnya lemas


DO : pasien tampak lemas, pucat, mukosa bibir kering, TD : 110/70 mmHg,
Nadi 80x/menit, RR 22x/menit
F. Dasar pemikiran
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh (Tirsa, 2017). Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak
secara permanen lebih berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit, sekali sel-sel otak
mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Karena itu,
pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian (Smetzer&Bare, 2020).
Salah satu tindakan awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian terapi
cairan dengan pemasangan infus guna memenuhi kebutuhan elektrolit dan
cairan. Terapi IV merupakan terapi medis yang dilakukan secara invasive
dengan menggunakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit,
nutrisi, dan obat melalui pembuluh darah (intravascular) (Potter&Perry, 2020).
Pilihan untuk memberikan terapi intravena tergantung pada tujuan spesifik
untuk apa hal tersebut dilakukan. Menurut Smetzer & Bare (2020) pemberian
cairan intravena bertujuan untuk :

1) Menyediakan air dan elektrolit

2) Untuk mengganti air dan memperbaiki kekurangan elektrolit

3) Menyediakan suatu medium untuk pemberian obat secara intravena

4) Untuk pemberian nutrisi parenteral dan transfuse darah

G. Prinsip tindakan Kebidanan

Tindakan pemasangan infus memperhatikan penggunaan jarum yang steril


dengan prinsip tindakan bersifat bersih dengan memperhatikan standar

14
operasional prosedur yaitu :

1. Fase orientasi

Melihat program terapi pasien, mengecek urutan prosedur, dan


mempersiapkan alat.

2. Fase Orientasi

Mencuci tangan, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan tindakan dan


prosedur tindakan, validasi data, menanyakan kesedian pasien, dan menjaga
privasi

3. Fase kerja

a. Mencuci tangan

b. Mendekatkan alat dan membuka set infus dengan mempertahankan


prinsip steril

c. Memasang klem rol 2-4 cm dibawah bilik drip

d. Membuka tutup botol infus, kemudian menusukkan set infus ke bilik


drip. Alirkam cairan hingga tidak ada ruang udara dalam selang

e. Memasang perlak pengalas dan tourniquet 10-12 cm diatas penusukan

f. Memakai sarung tangan dan melakukan desinfektan area penusukan

g. Melakukan penusukan dengan sudut 20-30 derajat, memastikan IV


kateter masuk ke intravena kemudian menarik dan memasukan IV
kateter secara perlahan, menahan kateter dengan satu tangan kemudian
tangan lainnya

h. Menghubungkan ke sekalng infus, membuka klem rol dan alirkan cairan

i. Melakukan fiksasi kateter Iv dan mengatur tetesan infus sesuai program

15
j. Lakukan pendokumentasian dan merapikan alat serta cuci tangan

4. Fase terminasi

Mengevaluasi respon pasien, membersihkan alat dan cuci tangan serta


melakukan pendokumentasian

H. Analisis tindakan

Tindakan pemasangan infus dengan tujuan memasukkan cairan pada pasien


melalui IV pada Ny E. untuk mencegah terjadinya syock hipovolemik sehingga
diperlukan support cairan dan dalam kasus ini diberikan terapi Ringer Laktat.
Dengan tindakan ini memberikan keuntungan efek terapeutik segera tercapai
karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepat. Kecepatan
pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan
maupun dimodifikasi

I. Bahaya dilakukannya tindakan

Keterlibatan bidan dalam pemberian terapi infus memiliki implikasi tanggung


jawab dalam mencegah terjadinya komplikasi phlebitis dan ketidaknyamanan
pasien, terutama dalam hal ketrampilan pemasangan kanula secra aseptic dan
tepat, sehingga mengurangi resiko terjadinya kegagalan pemasangan. Infeksi
nasokomial (phlebitis) dapat terjadi karena kurangnya higienitas bidan saat
melakukan tindakan. Infeksi dari tindakan pemasangan infus akan
menimbulkan dampak yang nyata bagi pasien yaitu ketidaknyamanan,
pergantian kateter baru, menambah lama bidan an, menambah biaya lama bidan
an dirumah sakit bahkan menyebabkan kematian (Tirsa, dkk, 2017)

J. Tindakan Kebidanan lain yang dilakukan

1. Monitor status hidrasi

2. Monitor warna kulit dan kelembaban

16
3. Dorong masukan oral (sedikit demi sedikit)

4. Hitung balance cairan

K. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan

S : pasien mengatakan nyeri saat dilakukan tindakan penusukan

O : infus RL terpasang ditangan kanan dengan kecepatan 20 tpm, tidak ada


hematom, thrombophlebitis, dan tidak ada udara yang masuk

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Monitor balance cairan

2. Monitor status hidrasi

3. Edukasi pasien untuk pemenuhan makanan per oral (sedikit demi sedikit)

L. Evaluasi diri

Dapat melakukan pemasangan infus sesuai dengan standart operasional


prosedur didampingi oleh bidan senior. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh
bidan lain dalam memfasilitasi pengambilan alat tindakan pemasangan infus.

17
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengertian Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam


tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Tujuan pemasangan infus
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral Memperbaiki keseimbangan asam basa Memperbaiki volume komponen-
komponen darah Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam
tubuh Memonitor tekan Vena Central (CVP) Memberikan nutrisi pada saat system
pencernaan di istirahatkan.
Indikasi pemasangan infus Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP),
yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena Untuk
memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
Intra vena Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
Pasien yang mendapatkan tranfusi darah Upaya profilaksis (tindakan pencegahan)
sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang
jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya
risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan
injeksi intramuskuler.
Kontraindikasi Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi
di lokasi pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien gagal
ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula

18
arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-
obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Persiapan Alat Standar infuse Set infuse Cairan sesuai program
medic Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai Pengalas Torniket
Kapas alcohol Plester Gunting Kasa steril Betadin Sarung tangan.
Prosedur kerja: Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Pemasangan
infus. Aristianto Cuci tangan Hubungkan cairan dan infus set dengan
memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse Isi
cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi selang dan
udara selang keluar Letakkan pangalas di bawah tempat (vena) yang
akan dilakukan penginfusan Lakukan pembendungan dengan torniker (
karet pembendung ) 10-12 cmdi atas tempat penusukan dan anjurkan
pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar )
Gunakan sarung tangan steril Disinfeksi daerah yang akan ditusuk
dengan kapas alcohol Lakukan penusukan pada vena dengan
meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum ( abocath )
mengarah ke atas Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath /
surflo ) maka tarik keluar bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan
tusukan ke dalam vena Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan
atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan
menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian
infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse Buka
pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu
pemasangan infus serta catat ukuran jarum Lepaskan sarung tangan
dan cuci tangan.
Dokumentasi Pendokumentasian keperawatan harus jelas :

19
waktu pemasangan tipe cairan Tempat insersi (melalui IV) Kecepatan
aliran (tetesan/menit) Respon klien setelah dilakukan tindakan
pemasangan infuse

20
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Dilakukan pemasangan Infus. Setelah dilakukan tindakan pemasangan
infus. Kondisi klien mulai membaik setelah 5 jam pemasangan infus. Infus
merupakan salah satu produk kesehatan yang bermanfaat untuk
menggantikan zat makanan di dalam tubuh berupa cairan yang langsung
ditransfusikan ke dalam tubuh melalui saluran pembuluh darah

B. SARAN
Lalukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP yang sudah ada selalu
pastikan tindakan yang kita lakukan sudah tepat terhadap indikasi
pemasangan infus. Hindari komplikasi atau kesalahan ssat prosedur
pemasangan infus dilakukan. Pastikan membuat inform consent di setiap
tindakan pemasangann infus.

21
DAFTAR PUSTAKA / REFERENSI

Bare & Smeltzer. 2020. Buku Ajar Kebidanan Medikal Bedah Brunner &.
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :
EGC

Brunner & Suddarth. 2020. Buku Ajar Kebidanan Medikal Bedah voleme
1. Jakarta: EGC.

Kaloa Tirsa Y, Lucky T. Kumaat, dan Mulyadi. 2017. Hubungan


Karakteristik Bidan Dengan Kepatuhan Terhadap Standart
Operasional Prosedur Pemasangan Infus Di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Prof. Dr.R Kandou Manado, E-Journal
Kebidanan Vol 5 No 1

Perry,Potter. 2020. Fundamentals of Nursing Fifth Edition. St. Louis :


Mosby Company.

22

Anda mungkin juga menyukai