Oleh :
RESI EFRIDOR, S. Kep
1. Kristaloid : bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien
yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis.
2. Koloid : ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya
hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya
albumin dan steroid.
4. KA-EN MGE
Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L
5. KA-EN 4A
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk
dehidrasi hipertonik.
6. KA-EN 4B
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun
digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
7. Otsu-NS
Indikasi : untuk resusitasi kehilangan Na<Cl
8. Otsu-RL
Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat
9. Martos 10
Indikasi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetic.
10. Amiparen
Indikasi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor.
11. Aminovel-600
Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI
yang
dipuasakan.
12. Pan-amin G
Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik
ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi.
SOP PEMASANGAN INFUS
1. PENGERTIA Pemasanganinfus untuk memberikan obat/cairan melalui parenteral
N
2. TUJUAN Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter
3. KEBIJAKAN 1. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra
vena (I.V)
2. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
4. PROSEDUR PERALATAN
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Selang infus sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)
3. Cairan parenteral sesuai program
4. Jarum intra vena (ukuran sesuai)
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Desinfektan
7. Torniquet/manset
8. Perlak dan pengalas
9. Bengkok 1 buah
10. Plester / hypafix
11. Kassa steril
12. Penunjuk waktu Page 49
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan
2. Menutup saluran infus (klem)
3. Menusukkan saluran infus dengan benar
4. Menggantung botol cairan pada standard infuse
5. Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda
6. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam slang
7. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
8. Memasang perlak dan alasnya
9. Membebaskan daerah yang akan di insersi
10. Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan
ditusuk
11. Memakai hand schoen
12. Membersuhkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar
dari dalam keluar)
13. Mempertahankan vena pada posisi stabil
14. Memegang IV cateter dengan sudut 300
15. Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap keatas
16. Memastikan IV cateter masik intra vena kemudian
menarik Mandrin + 0,5 cm
17. Memasukkan IV cateter secara perlahan
18. Menarik mandrin dan menyambungkan dengan selang
infuse
19. Melepaskan toniquet
20. Mengalirkan cairan infuse
21. Melakukan fiksasi IV cateter
22. Memberi desinfeksi daerah tusukan dan menutup
dengan kassa
23. Mengatur tetesan sesuai program
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
A. Pengertian
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung (hasil dari curah jantung dan tahanan
pembuluh perifer).
Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri pada saat
kontraksi ventrikel kiri. Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum dinding
arteri pada saat relaksasi ventrikel kiri.
Unit standar untuk pengukuran tekanan darah adalah milimeter air raksa (mm
Hg). Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai
kolom air raksa. Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik
(mis. 120/80). Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik adalah tekanan nadi.
Untuk tekanan darah 120/80, tekanan nadinya adalah 40.
2. Stress
Ansietas, takut, nyeri, dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik,
yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Efek
stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.
3. Ras
Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang Afrika Amerika lebih
tinggi daripada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi
juga lebih banyak pada orang Afrika Amerika. Kencederungan populasi ini terhadap
hipertensi berhubungan dengan genetik dan lingkungan.
4. Medikasi
Medikasi secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi tekanan darah
seperti medikasi antihipertensi dan analgesik narkotik yang dapat menurunkan
tekanan darah.
5. Variasi Diurinal
Tingkat tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara
berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari
atau malam.
6. Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada
anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan
tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi dari pada usia tersebut.
a. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor utama penyebab kematian karena stroke dan faktor
yang memperberat infark miokard (serangan jantung). Hipertensi merupakan
gangguan asimtomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah
secara persisten. Kategori hipertensi telah dibuat dan menetapkan intevensi medis
(Tabel 2.)
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 Tahun dan Lansia*
Sistolik Diastolik
Kategori
(mm Hg) (mm Hg)
Normal <130 < 85
Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi
DERAJAT 1 140 – 159 90 – 99
(Ringan) 160 – 179 100 – 109
DERAJAT 2 180 – 209 110 – 119
(Sedang) ≥210 ≥ 120
DERAJAT 3 (Berat)
DERAJAT 4 (Sangat
Berat)
*Tidak mengosumsi obat antihipertensi dan tidak sakit akut.
Hipertensi dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding
arteri . Tahanan vaskular perifer meningkat dalam pembuluh yang keras dan tidak
elastis. Jantung harus memompa melawan tahanan yang lebih besar secara kontinu.
Sebagai akibatnya, aliran darah ke organ seperti jantung, otak dan ginjal vital
menurun.
Individu dengan riwayat keluarga hipertensi berisiko untuk mengalami
hipertensi. Kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar kolesterol tinggi dan
terpapar stres secara kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi. Apabila klien
didiagnosa hipertensi, perawat membantu mengajarkan mereka tentang nilai tekanan
darah, perawatan dan terapi tindak lanjut jangka panjang, gejala yang biasa diabaikan
(gejala yang tidak terasa), kemampuan terapi untuk mengontrol tetapi tidak
menyembuhkan hipertensi dan rencana terapi yang konsisten yang memastikan gaya
hidup yang relatif normal ( Joint National Comitte on Delection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Plessure, 1993).
b. Hipotensi
Hipotensi dipertimbangkan secara umum saat tekanan darah sistolik turun
sampai 90 mm Hg atau lebih rendah. Meskipun kebanyakan orang dewasa tekanan
darahnya rendah, bagi kebanyakan orang, tekanan darah yang rendah merupakan
temua yang tidak normal yang dihubungkan dengan keadaan sakit.
Hipotensi terjadi karena dilatasi arteri pada dasar vaskular, kehilangan volume darah
dalam jumlah yang banyak (mis. Hemoragi), atau kegagalan otot jantung memompa
secara adekuat (mis. Infark miokard). Hipotensi dihubungkan dengan dengan pucat,
kulit belang berkeringat, kelam pikir.
D. Pengkajian Tekanan Darah
1) Alat Pemeriksaan Tekanan Darah
Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom
cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat
pengukuran tekanan darah disebut sfigmomanometer. Stigmomanometer terdiri dari
manometer tekanan, manset oklusif yang menutupi kantung karet yang dapat
menggembungkan manset. Dua jenis sfigmomanometer adalah manometer aneroid
dan air raksa (Gambar 1.1).
Jenis
Kekurangan Kelebihan
Stigmomanometer
Manometer aneroid Memerlukan kalibrasi Memiliki keuntungan
biomedikal dalam ringan, portabel dan rapi.
interval rutin untuk
memverifikasi
Manometer air raksa keakuratannya.
Pengulangan kalibrasi
Manometer air raksa tidak diperlukan.
berpotensi pecah dan air
raksa keluar. Sehingga
akan berpotensi jika
tidak berada dalam
wadah yang sesuai.
2) Prinsip pengukuran
Gambar 3. prinsip pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah diukur menggunakan
sebuah manometer berisi air raksa.
Alat itu dikaitkan pada kantong
tertutup yang dibalutkan mengelilingi
lengan atas (bladder & cuff). Tekanan
udara dalam kantong pertama
dinaikkan cukup di atas tekanan darah
sistolik dengan pemompaan udara
kedalamnya. Ini memutuskan aliran
arteri brakhial
dalam lengan atas, memutuskan aliran
darah ke dalam arteri lengan bawah. Kemudian,udara dilepaskan secara perlahan-lahan
dari kantong selagi stetoskop digunakan untuk mendengarkan kembalinya denyut
dalam lengan bawah.
1. Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan
darah, yang terdiri dari cuff, bladder dan alat ukur air raksa. Dalam melakukan
pemeriksaan ini harus diperhatikan :
1) Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada dewasa).
2) Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
3) Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.
Gambar 4. Atas bagian manometer aneroid, bawah bagian stetoskop
2. Persiapan pengukuran tekanan darah
Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya :
1) Pasien dalam kondisi tenang.
2) Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandung kafein
minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
3) Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
4) Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
5) Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
6) Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring,
duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan
tersebut dipengaruhi oleh posisi pasien.
7) Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada level
setinggi jantung.
8) Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggang dan
kedua kaki menapak di lantai.
9) Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer
selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris
horisontal dengan level air raksa.
10) Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran
pertama.
3. Pengukuran tekanan darah
Tekanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff 1, sedangkan
diastolik pada Korotkoff 5. Pada saat cuff dinaikkan tekanannya, selama manset
menekan lengan dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan
darah, tidak ada bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam
cuff dikurangi secara perlahan. Begitu tekanan dalam cuff turun di bawah tekanan
sistolik, akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak di bawah cuff
selama puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendengar bunyi berdetak dalam arteri
yang sinkron dengan denyut jantung. Bunyi-bunyi pada setiap denyutan tersebut
disebut bunyi korotkoff. Ada 5 fase bunyi korotkoff :
Tabel 4. Bunyi Korotkoff
Bunyi Deskripsi
Korotkoff
Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar setelah
tekanan cuff diturunkan perlahan.
Begitu bunyi ini terdengar, nilai
tekanan yang ditunjukkan pada
manometer dinilai sebagai tekanan
sistolik.
Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi
bunyi berdesir
Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras
Fase 4 Bunyi menjadi meredam
Fase 5 Bunyi menghilang seluruhnya setelah
tekanan dalam cuff turun lagi
sebanyak 5-6 mmHg. Nilai tekanan
yang ditunjukkan manometer pada
fase ini dinilai sebagai tekanan
diastolik
- Sikap :
* Gunakan komunikasi yang terapeutik
* Bekerja dengan hati – hati dan sopan sehingga tensimeter tidak
terjatuh
* Tidak ragu dan tergesa – gesa
* Mendengarkan bunyi sistolik dan diastole serta mencatat hasil
dengan tepat dan benar
5. Unit Terkait 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Ruang KIA/KB
3. Unit Medical Register
LAPORAN PENDAHULUAN
MENGHITUNG PERNAFASAN
A. PENGERTIAN
Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang
otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan
otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan
paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan
diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis,
diafragma naik secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi semula. Ventilasi
adalah pergerakan udara masuk dan keluar paru-paru, Difusi adalah pergerakan
oksigen dan karbon dioksida antar alveoli dan sel darah merah). Perfusi ( distribusi
sel darah merah ke dan dari kapiler paru) (Potter, Perry 2005).
Tujuan pemeriksaan ini :
1. Mengetahui keadaan umum klien.
2. Mengetahui jumlah dan sifat pernapasan dalam 1 menit.
3. Mengikuti perkembangan penyakit.
4. Membantu menegakkan diagnosis.
B. Faktor yang Mempengaruhi Karakter Pernapasan
1. Olahraga
Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan tubuh
untuk menambah oksigen.
2. Nyeri Akut
Nyeri akut meningkatkan frekuensi dan kedalaman sebagai akibat dari stimulasi
simpatik.
Klien dapat menghambat atau membebat pergerakan dinding dada jika ada nyeri pada
area dada atau abdomen. Napas akan menjadi dangkal.
3. Ansietas
Ansietas meningkatkan frekuensi dan kedalaman sebagai akibat stimulasi simpatik.
4. Merokok
Merokok kronik mengubah jalan arus udara paru, mengakibatkan peningkatan
frekuensi.
5. Anemia
Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa oksigen dalam darah.
Individu bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran oksigen.
6. Posisi Tubuh
Postur tubuh yang lurus dan tegak, meningkatkan ekspansi penuh paru. Posisi yang
bungkuk dan telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
7. Medikasi
Analgesik narkotik dan sedatif menekan frekuensi dan kedalaman. Amfetamin dan
kokain dapat meningkatkan frekuensi dan kedalaman.
8. Cedera Batang Otak
Cedera pada batang otak menggangu pusat pernapasan dan menghambat frekuensi dan
irama pernapasan.
GANGGUAN DESKRIPSI
Bradipnea Frekuensi bernapas teratur namun lambat secara tidak
normal (kurang dari 12 kali per menit)
Takipnea Frekuensi bernapas teratur namun cepat secara tidak normal
( lebih dari 20 kali per menit)
Hipernea Pernapsan sulit, peningkatan kedalaman, pengingkatan
frekuensi lebih 20 kali per menit. Secara normal terjadi
setelah olahraga.
Apnea Pernapasan berhenti untuk beberapa detik. Penghentian
persisten mengakibatkan henti napas.
Hiperventilasi Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat. Dapat
terjadi hipokarbia.
Hipoventilasi Frekuensi pernapasan abnormal dalam kecepatan dan
kedalaman. Ventilasi mungkin mengalami depresi.
Pernapasan Frekuensi dan kedalaman tidak teratur, ditandai dengan
Cheyne- periode apnea dan hiperventilasi berubah-ubah.
Stokes
Pernapasan dalam secara tidak normal dalam, dan frekuensi
Pernapasan meningkat.
Kussmaul Pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga
Pernapasan napas diikuti periode apnea yang tidak teratur.
Biot
Tabel 9. Gangguan dalam Pola pernapasan
C. Pengkajian Pernapasan
Pernapasan adalah tanda vital yang palig mudah dikaji namun yang paling diukur
secara sembrono. Perawat tidak boleh menaksir pernapasan. Pengukuran yang akurat
memerlukan observasi dan palpasi gerakan dinding dada.
1. Frekuensi
Frekuensi pernapasan bervariasi sesuai dengan usia. Frekuensi pernapasan
normal turun sepanjang hidup. Alat pernapasan yang membantu perawat adalah
monitor apnea.
Tabel 10. Frekuensi rata-rata pernapasan normal
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35 – 40
Bayi (6 bulan) 30 – 50
Todler (2 tahun) 25 – 32
Anak-anak 20 – 30
Remaja 16 – 19
Dewasa 12 – 20
2. Irama ventilasi
Dengan bernapas normal interval reguler terjadi setelah siklus pernapasan.
Anak- anak yang kecil mungkin bernapas secara lambat beberapa detik dan kemudian
tiba-tiba bernapas lebih cepat. Hasil pengkajian irama pernapasan teratur dan tidak
teratur.
D. ProsedurPemeriksaanPernapasan
UNIT TERKAIT - UGD, rawat jalan, rawat inap, kamar bersalin, laboratorium
LAPORAN PENDAHULUAN
MENGHITUNG NADI
A. PENGERTIAN
Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan arteri
karotid dapat mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba
memburuk, area karotid adalah yang terbaik untuk menemukan nadi dengan cepat.
Jantung akan menghantarkan darah melalui arteri karotid secara terus-menerus ke
otak. Bila curah jantung secara signifikan, nadi perifer akan melemah dan sukar
diraba. Nadi radialis dan apikal merupakan tempat yang paling sering digunakan
untuk mengkaji frekuensi nadi. Jika nadi radialis pada pergelangan tangan tidak
normal atau intermiten akibat disritmia, atau tidak bisa diraba karena luka atau
balutan gips yang dapat dikaji adalah nadi apikal. Nadi apikal merupakan tempat
terbaik untuk mengkaji nadi bayi atau nadi anak kecil karena nadi perifer dalam dan
sulit untuk dipalpasi dengan akurat (Potter, Perry 2005).
Gambar 5. Lokasi titik nadi pada tubuh.
C. ProsedurPemeriksaanNadi
1.Pengertian Palpasi artinya mengukur denyut nadi. Denyut nadi adalah getaran /
denyut darah di dalampembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel
kiri jantung
Frekuensi denyut nadi:
Pada bayi baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan
ujung jari disepanjang jalannya pembuluh darah arteri. Tempat yang
paling sering untuk merasakan denyut nadi adalah: Arteri Radialis, Arteri
Brankialis, dan arteri Karotid
1. Tujuan 1. Mengetahi keadaan umum pelanggan
2. Mengetahui keadaan system kardiovaskuler
3. Mengikuti perkembangan jalannya penyakit
4. Membantu menegakkan diagnosa
3.Prosedur Alat :
1. Arloji
2. Rekam Medis
3. Alat Tulis
4.Langkah- 1. Petugas menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
langkah 2. Petugas membantu meengatur posisi pelanggan, tekuk siku
pelanggan 90º dan sangga lengan bawahnya diatas meja atau
tangan pemeriksa dan julurkan pergelangan tangan dengan
menghadap tangan ke bawah
3. Petugas menempatkan 2 atau 3 jari tangan diatastekukan radialis
searah ibu jari sisi tangan pergelangan tangan pelanggan
4. Petugas memberikan tekanan ringan di atas radius, abaikan denyut
awal dan kemudian tekanan rileks sehingga denyutan menjadi
mudah dipalpasi
5. Petugas menghitung frekuensi denyut nadi dengan menggunakan
arloji tangan berjarum detik, setelah denyutan teratur. Apabila
denyut jantung teratur hitung selama 30 detik dan kalikan 2,
apabila denyut nadi tidak teratur hitung selama 60 detik
6. Petugas mengkaji bila ada ketakutan
7. Membantu posisi pelanggan dalam posisi nyaman
8. Mendokumentasikan hasil
5.Unit Terkait 1. Balai Pengobatan Umum
2. Balai Pengobatan KIA
3. Puskesmas Pembantu
6.Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait 2. Catatan Tindakan
LAPORAN PENDAHULUAN
TINDAKAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri dari:
a. Valvula triskuspidal
b. Valvula pulmonalis.
2) Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula.
3) Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari valvula
mitralis dan valvula semilunaris aorta. (Shinta, 2021)
B. Definisi
didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar
disebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh
terjadinya thrombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi distal.
Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner,
emboli, atau vaskulitis. (Intan, 2019)
Infark miokard disebabkan oleh nekrosis miokardium akibat perfusi darah yang tidak
adekuat pada jaringan otot jantung. Keadaan ini menyebabkan perubahan mikroskopis
pada jantung dan pelepasan enzim jantung ke dalam aliran darah. Faktor resiko
meliputi pertambahan usia, keadaan hiperkoagulabel, vaskulitis dan faktor yang
menjadi predisposisi aterosklerosis (Amaliah et al., 2019)
C. Etiologi
Menurut Nurarif (2013) dalam(Zulhafni, 2020) penyebab IMA yaitu :
a. Faktor penyebab :
1) Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a) Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis, spasme, arteritis.
b) Faktor sirkulasi : Hipotensi, stenosos Aurta, insufisiensi.
c) Faktor darah : Anemia, hipoksemia, polisitemia.
2) Curah jantung yang meningkat :
a) Aktifitas yang berlebihan.
b) Emosi.
c) Makan terlalu banyak.
d) Hypertiroidisme.
3) Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a) Kerusakan miocard.
b) Hypertropimiocard.
c) Hypertensi diastolic.
b. Faktor predisposisi :
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a) Usia lebih dari 40 tahun.
b) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause.
c) Hereditas.
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2) Faktor resiko yang dapat diubah :
a) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, aklori.
b) Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan .
D. Manifestasi Klinis
Manisfestasi Kinik IMA menurut Nurarif (2013) dalam (Agustin, 2019) yaitu:
1. Lokasi substernal
2. Sifat nyeri : rasa sakit seperti ditekan, terbakar, tertindih benda berat, ditusuk,
diperas dan diplintir
3. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
4. Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan
5. Gejala yang menyertai : keringat dingi, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan
lemas
6. Dispnea
F. Patofisiologis
Pada Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) umumnya 13 terjadi
jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi
jika plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi, dan jika kondisi lokal
atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi
ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
G. Komplikasi
1. Disritmia
2. Gagal Jantung Kongestif dan Syok Kardiogenik
3. Tromboemboli
4. Perikarditis
5. Ruptura Miokardium 14
6. Aneurisma Ventrikel
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG 12 sandapan umumnya pada IMA terdapat gambaran iskemia,
injuri dan nekrosis yang timbul menurut urutan tertentu sesuai dengan perubahan-
perubahan pada miokard yang disebut evolusi EKG.
Evolusi terdiri dari fase-fase sebagai berikut: (TEGUSTI, n.d.)
1. Fase awal atau fase hiperaktif.
a. Elevasi ST yang non spesifik
b. T yang tinggi dan melebar.
2. Fase evolusi lengkap. Terdiri dari:
a. Elevasi ST yang spesifik, konveks ke atas
b. T yang negatif dan simetris
c. patologis
3. Fase infark lama Terdiri dari:
a. Q patologis, bisa QS atau Qr
b. ST yang kembali iso-elektrik
c. T bisa normal atau negatif.
d.
I. Penatalaksanaan
Tujuan awal tata laksana infark miokard akut yaitu mengembalikan perfusi miokard
sesegera mungkin, meredakan nyeri, serta mencegah dan tata laksana komplikasi
( Asikin, Nuralamsyah, Susaldi, 2016 ) dalam (Intan, 2019)
Tata laksana awal meliputi :
1. Pemberian oksigen tambahan melalui sungkup/kanula hidung dan pemantauan
saturasi oksigen
2. Mengurangi nyeri dada
3. Terapi fibrinolitik dengan pemberian tissue-type plasminogen activator serta
aspirin dan heparin dalam waktu 90 menit sejak onset geja
4. mofifikasi pola hidup
5. Obat penghambat enzim pengonversi angiotensin ( ACE inhibator ) untuk
mengurangi preload dan afterload.
6. Beta blocker untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga kerja jantung
menjadi berkurang.
7. Statin untuk menurunkan kolesterol yang merupakan penyebab aterosklerosis.
B. PROSEDUR KERJA
LAPORAN PENDAHULUAN
TINDAKAN INJEKSI
A. Pengertian Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harusdilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedurinvasif yang harus dilakukan dengan
menggunakan teknik steril
B. Tujuan Injeksi
Pada umumnya injeksi dilakukan dengan tujuan mempercepat proses
penyerapan (absorbs) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
C. Indikasi Injeksi
1. Indikasi injeksi intravena dan intravena (bolus)
a. Terapi intravena (IV)
b. Pemberian kontras untuk pemeriksaan radiologi
c. Pengambilan sampel darah
2. Indikasi injeksi intrakutan
a. Pasien yang membutuhkan tes alergi
b. Pasien yang melakukan vaksinasi
c. Menegakkan diagnose penyakit
d. Sebelum memasukkan obat
D. Kontraindikasi Injeksi
1. Kontraindikasi intravena dan intravena (bolus)
a. Inflamasi ( bengkak, nyeri, demam)
b. Infeksi lokasi pemasangan infus
2. Kontraindikasi intrakutan
a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
b. Pasien dengan kulit terluka
c. Pasien yang sudah dilakukan skintes
b. Kerugian
1) Tidak bisa dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat tersebut
sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
2) Control pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock”
2. Injeksi intrakutan
a. Keuntungan
1) Suplai darah sedikit, sehingga absorbs lambat
2) Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu
3) Memperlancar proses pengobatan dan menghindari keselahan dalam
pemberian obat
b. Kerugian
1) Tuntutan sterilitas sangat ketat
2) Memerlukan petugas yang terlatih
SOP INJEKSI
b) Mencuci tangan
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIC TUBE)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan pemasangan dan pemberian makanan melalui pipa
lambung (NGT)
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat:
a. Melakukan pengukuran panjang selang NGT
b. Melakukan pemasangan pipa lambung
c. Melakukan pemberian makanan melalui pipa lambung
3. INDIKASI
1. Pasien tidak sadar (koma)
2. Pasien dengan masalah saluran cerna bagian atas (mis. Stenosis esofagus, tumor
pada mulut, tumor pada faring atau tumor pada esofagus)
3. Pasien dengan kesulitan menelan
4. Pasien paska bedah mulut, faring atau esofagus
5. Pasien yang mengalami hematemesis
6. Pasien IFO (Intoksikasi Fosfat Organik)
4. KONTRA INDIKASI
1. Klien dengan obstruksi pada rongga hidung, nasopharynx
2. Klien dengan radang tenggoroka
LAPORAN PENDAHULUAN
MENGGANTI BALUTAN LUKA
A. Latar Belakang
1. Pengertian Luka
Terganggunya suatu kontinuitas dari suatu bagian tubuh yang bisa
disebabkan oleh berbagai trauma, baik secara mekanis, panas, kimia,
radiasi atau invasi mikroorganisme patogen.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
- usia
- nutrisi
- status imunologi
- penyakit (penyakit metabolik, gangguan vaskularisasi)
- memakai obat-obatan (steroid dalam jangka waktu lama), menekan
respon inflamasi, meningkatkan risiko infeksi
3. Pengkajian Luka
Lokasi dan letak luka
B. Stadium luka
- stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lap. Epidermis yang
hilang
- stadium II : hilangnya lap.epidermis sampai batas dermis paling atas
- stadium III : lesi terbuka, tembus ke dalam hingga otot atau tulang
E. Status
palpasi pembuluh darah, edema, suhu kulit.
F. Status neurologik
- fungsi motorik
- jamur sensorik
- fungsi autonom
Kebijakan Kebijakan Direktur RSUD Solok nomor 706/001/ TU-RS/ tahun 2014
tentang Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Solok
tahun 2014.
LAPORAN PENDAHULUAN
TINDAKAN KATETER
A. Pengertian Kateter
Pemasangan kateter urine adalah dengan melakukan insersi kateter
Folley/Nelaton melalui uretra ke muara kandung kemih untuk mengeluarkan
urine.
E. Penggunaan Kateter
1) Pembesaran prostat
2) Kandung kemih lemah atau adanya kerusakan syaraf yang berdampak pada
kemampuan buang air
3) Saat akan melahirkan apabila melakukan anestesi epidural (salah satu jenis bius
lokal)
4) Sebelum operasi
5) Untuk memasukkan obat pada kandung kemih
6) Mengeluarkan urine tanpa disadari (inkontensia urine)
F. Prosedur Pemasangan Kateter
1) Menyiapkan Alat :
a. Kateter steril, ukuran disesuaikan dengan pasien
b. Kapas sublimat/kapas savlon steril dalam tempatnya
c. Kasa (bila perlu)
d. Korentang steril
e. Lumbrikant/ jelly
f. Betadhine yang sudah diencerkan
g. Perlak dan alasnya
h. Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urin)
i. Pinset anatomi steril
j. Botol steril bila perlu
k. Duk steril
l. Spuit dan aquadest
m. Sketsel
n. Sarung tangan steril (2 pasang)
o. Plaster
p. Gunting
2) Persiapan perawat :
a. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
b. Atur posisi dorsal recumbent bagi klien
3) Persiapanlingkungan :
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Gunakan sketsel saat melakukan prosedu
4) Cara kerja :
Tahap Prainteraksi
a. Cek atau baca status dan terapi cairan klien
b. Cuci tangan
c. Siapkan alat-alat dan dekatkan pada klien
Tahap Orientasi
a. Beri salam, panggil klien dengan nama kesukaannya
b. Jelaskan maksud dan tujuan prosedur, serta lainnya yang akan
dilakukan oleh perawat untuk klien
Tahap Terminasi
a. Evaluasi klien dan hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak dengan sapaan dan salam
c. Akhiri kegiatan dengan sapaan atau salam
d. Buka sarung tangan lalu lanjutkan dengan mencuci tangan
e. Dokumentasi (catat hasil dalam melakukan perawatan)