Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN INFUS JAGA IBU


BERSALIN

NAMA: TETI MARLINA


NPM : H522095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALITAHUN 2021-2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN INFUS JAGA IBU BERSALIN

1. KONSEP TEORI INFUS

1. Pengertian
Infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat
mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilaukkan pada pasien yang memerlukan
masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi
yang berat, dehidrasi, dan syok.

2. Jenis Cairan Infus


1) Hipotonik Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi
ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan
menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-
sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi.
2) Isotonic Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada
didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi.
3) Hipertonik Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema

2. TUJUAN PEMASANGAN INFUS

1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,


vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
5. Memonitor tekan vena central (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan

2
3. INDIKASI PEMASANGAN INFUS

1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang


memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti
furosemid, digoxin)
3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui
intravena
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah.
6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat).
7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah
kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

4. BAGIAN VENA UNTUK PEMASANGAN INFUS

Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah
pasien) diantaranya :

1. Vena lengan (vena safalika basilica dan vena medianan cubiti)


2. Vena pada tungkai (vena saena)
3. Vena pada kepala , seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anka-anak).
Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan
pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang
mengalami edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit.

3
5. PEMBAGIAN CAIRAN INFUS BERDASARKAN KELOMPOKNYA

1. Kristaloid : bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume


cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada
pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis.
2. Koloid : ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya
hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya
albumin dan steroid.

6. JENIS CAIRAN INFUS

1. Asering
Indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah dengue,
luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat. Keunggulan : Asetat di metabolism
di otot dan maasih dapat ditolerir pada pasien yang mengalami gangguan hati,
pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih baik
daripada RL pada neonates dan mempunyai efek vasodilator.
2. KA-EN1B
Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada kasus
emergency.
3. KA-EN3A Dan KA-EN 3B
Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas.
4. KA-EN MGE
Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L
5. KA-EN 4A
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk dehidrasi
hipertonik.
6. KA-EN 4B
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun digunakan
untuk dehidrasi hipertonik
7. Otsu-NS
Indikasi : untuk resusitasi kehilangan Na>Cl
8. Otsu –RL
Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat
9. Martos 10
Indikasi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic.

4
10. Amiparen
Indikasi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor.
11. Aminovel-600
Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang
dipuasakan.
12. Pan-amin G
Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik ringan,
tifoid, nutrisi dini pasca operasi.

7. UKURAN JARUM INFUS

1. Ukuran 16
Penggunaan : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu
diinfuskan Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar.
2. Ukuran 18
Penggunaan : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental
lainnya Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar.
3. Ukuran 20
Penggunaan : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah,
komponen darah dan infus kental lainnya.
4. Ukuran 22
Penggunaan : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk
sebagian besar cairan infus. Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke
vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras.
5. Ukuran 24, 26
Penggunaan : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk
sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat. Pertimbangan
perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras.

5
8. PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

1. Alat dan Bahan :


▪ Standar infus
▪ Set infus
▪ Cairan sesuai program medic
▪ Jarum infus untuk ukuran yang sesuai
▪ Pengalas
▪ Tornikuet
▪ Kapas alcohol
▪ Plester
▪ Gunting
▪ Kasa steril
▪ Betadin
▪ Sarung tangan
2. Prosedur :
▪ Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
▪ Cuci tangan
▪ Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau
akses selang ke botol infus.
▪ Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara
keluar.
▪ Letakkan pengaas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan.
▪ Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat
penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengna gerakan
sirkular.
▪ Gunakan sarung tangan steril.
▪ Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
▪ Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah
vena dengan posisi jarum mengarah keatas.
▪ Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam
sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena.
▪ Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian
atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak

6
keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan selang
infuse.
▪ Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan.
▪ Lakukan fiksasi dengan kasa steril
▪ Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
▪ Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

9. PRINSIP PEMASANGAN INFUS

1. Pada anak/paediatrik
Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah
digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan.
2. Pada lansia
Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil
(24- 26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran
kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih
lancer.
3. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum.
4. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.

10. KONTRA INDIKASI DAN PERTIMBANGAN PADA PEMASANGAN


INFUS

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infuse.


2. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan hemodialisa.
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vean kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki).

7
11. BEBERAPA KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI PADA
PEMASANGAN INFUS

1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh


darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum
2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum
infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang
dipasang tidak dipantau secara ketet dan benar.
4. Emboli udara : masuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya
udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andares. (2009). Analisa hubungan karakteristik perawat dan tingkat kepatuhan


perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan infus di Rumah Sakit Badrul Aini
Medan. Jurnal Keperawatan (2014, https://www.google.com/search?q=da
ftar+pustaka+priharjo+2008&gws_rd=ssl. diperoleh 14 juli 2014)
Apirilin, H. (2011). Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Phlebitis Pada
Pasien Yang Terpasang Infus di Puskesmas Krian Sidoarjo. Jurnal keperawatan.
(2014, http: //www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-2-het.pdf. diperoleh 18 Mei
2014)
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Pasaribu, M. (2008). Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Plebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Haji Medan. Jurnal Keperawatan. (2014, http://www.researchgate.net/publication/4
2324736. diperoleh 14 juli 2014

9
10

Anda mungkin juga menyukai